Você está na página 1de 20

ARTIKEL TENTANG KETELADAN RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH

D I S U S U N

OLEH NAMA : RILLA SYAHPUTRI KELAS : X.7 NISN : 9961937352

SMA NEGERI 19 PALEMBANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH

A. SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKKAH


1. SEJARAH RINGKAS KOTA MEKAH
Mekah pada zaman kuno terletak di garis lalu lintas perdagaangan antara yaman ( arabia selatan ) dan syam dekat lautan tengah. Kedua negara ini zaman dahulu telah mencapai peradaban yang tinggi dan dihubungkan oleh beberapa negeri-negeri kecil antara lain mekah. Dipandang dari segi geografis, kota mekkah hampir terletak ditengah-tengah jazirah arab. Oleh karena itu kabilah-kabilah arab dari segalah penjuru tidaklah terlalu sulit mencapai mekkah, seperti halnya juga pendudukkota mekkah, tidaklah amat sukar bagi mereka berpergian ke negeri-negeri tentangganya seperti ke syam, hirah dan yaman. Tidaklah mengherankan, bilamana semangat dagang berkembang dikalangan penduduk mekkah. Dalam kota mekkah itu terdapat rumah suci yang disebut e BAITULLAH atau KAd BAH e . Bangsa arab pada umumnya amat memuliakan tempat suci ini. Pembinaan Baitullah ini menurut sejarah islam dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. bersama puteranya Ismail a.s. kemudian kawin dengan penduduk mekkah dari suku jurhum yang berasal dari Yaman dan terus menetap dikota ini terun temurun. Keturunan Nabi Ismail a.s. ini disebut Banu Ismail atau Adnaniyyun. Pada waktu bendungan besar di mad rib di arabia selatan pecah dan menimbulkan malapetaka yang besar pada penduduknya, maka kabilahkabilah arab selatan ini berbondong-bondong meninggalkan daerahnyKa menuju ke arah utara. Diantara mereka satu rombongan yang dipimpin oleh Harits bin c amir yang bergelar Khuzad ah berpindah menuju Mekkah; mereka berhasil mengalahkan penduduk mekah ( suku jurhum ) dan seterusnya menjadi penguasa atas negeri ini turun temurun.

2. MASYARAKAT ARAB JAHILIAH PERIODE MEKAH


Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat arab waktu itu, terdapat dalam bidang agama, moral, dan hukum. Dalam bidang agama, umunya masyarakat arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran Tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umunya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan didekat KAd BAH ( BAITULLAH ) yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Diantara berhala-berhala yang termansyur bernama: Mad abi, Hubal, Khuzad ah, Lata, Uzza, dan Manat Selain itu ada pula sebagian masyarakat arab jahiliah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabid in serta menyembah matahari, bulan dan jin yang diperbuat oleh sebagian masyarakat diluar kota mekah. Dalam bidang moral, masyarakat arab jahiliah telah menempuh cara-cara yang sesat, seperti : a) Bila terjadi peperangan anatarkabilah, maka kabilah yang kalah perang akan dijadikan budak oleh kabilah yang menang perang. b) Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah. Dalam masyarakat arab jahiliah perempuan tidak berhak atas harta peninggalan suaminya, ayahnya, atau anggota keluarga lainnya. Bahkan seorang wanita ( istri ) boleh diwarisi oleh anak tirinya atau anggota keluarga lain dari dari suaminya yang telah mati. c) Memilih kebiasaan buruk, yakni berjudi dan meminum minuman keras. Kejahiliahan mereka dalam bidang hukum antara lain anggapan mereka bahwa judi, bermabuk-mabukan, berzina, mencuri, merampok, dan membunuh, bukan merupakan perbuatan yang salah. Namun perlu diketahui bahwa tidaj semua perilaku masyarakat arab jahiliah itu buruk, tetapi ada pula yang baiknya, seperti: memiliki keberanian dan kepahlawana, suka menghormati tamu, murah hati dan mempunyai harga diri. Juga dalam bidang perdagangan, ada sebagian masyarakat arab jahiliah

yang sudah memilki kemajuan. Misalnya, para pedagang dari kabilah quraisy, berdagang pada musim panas kenegeri syam ( sekarang Suriah, Libanon, Palestina, dan Yordania ) dan pada musim dingin ke yaman Q.s Quraisy: 106 1-4. Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang, dan tali.

3. KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW


Di kala umat manusia dalam keadaan kegelapan dan kehilangan pegangan hidunya, lahirlah ke dunia dari keluarga yang sederhana di kota mekah, seorang bayi yang kelak membawah berubahan besar bagi sejarah peradaban duniz. Bayi itu yatim bapaknya; bernama Abdullah meniggal 7 bulan sebelum dia lahir. Kehadiran bayi itu disambut oleh neneknya Abdul Muthalib yang penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki KAd BAH. Ditempat suci ini lah bayi itu diberi nama muhammad suatu nama yang belum ada sebelumnya. Penurut penanggalan para ahli kelahiran Muhammad itu pada tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau tanggal 20 april 571 M. Apapun sebab dinamakan tahun kelahiran Nabi itu dengan tahun Gajah, karena pada tahun itu, kota mekah diserang oleh suatu pasukan tentara orang nasrani yang kuat dibwah pimpinan Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintah di Yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan KAd BAH. Pada waktu itu Abrahah berkendaraan gajah. Belum lagi maksud mereka tercapai, mereka sudah dihancurkan ALLAH SWT, dengan mengirimkan BURUNG ABABIL. Oleh karena pasukan itu mempergujahkan gajah, maka orang arab menamakan bala tentara itu pasukan gajah, sedang tahun terjadinya peristiwa itu disebut tahun gajah. Nabi Muhammad SAW adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy yang telah berhasil menggulingkan kekuasaan KHUZAd AH atas kota Mekkah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qusahi bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Banu Ismail. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kitab bin Murrah, dan disinilah keturunan ayah dan ibu Nabi Muhammad SAW, bertemu. Baik keluarga dari pihak bapak maupun dari ibu keduanya termasuk golongan bangsawan dan terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab.

Sudah menjadi kebiasaan pada orang-orang Arab kota Mekka, terutama pada orang-orang yang tergolong bangsawan, menyusuhkan dan menitipkan bayi-bayi mereka kepada wanita badiyah ( dusun di padang pasir ) agar bayi-bayi iut dapat menghirup hawa yang bersi, terhindar dari penyakitpenyakit kota dan supaya bayi itu dapat berbicara dengan bahasa yang murni dan fasih. Demikina halnya Nabi Muhammad SAW, beliau diserahkan ibunya kepada seorang perempuan yang baik yang bernama Halimah Sad diyah dari Bani Sad ad kabilah Hawazin, tempatnya tidak jauh dari kota Mekkah. Diperkampungan Bani Sad ad inilah Nabi Muhammad SAW, diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun.

4. KEMATIAN IBU DAN NENEK


Sesudah berusia lima tahun, Nabi Muhammad SAW. Diantarkannya ke Mekkah kembali kepada ibunya, Siti Aminah. Setahun kemudian, yaitu sesudah ia berusia kira-kira enam tahun, beliau dibawa oleh ibunya ke Madinah, bersama-sama dengan Ummu Aiman, sahaya peninggalan Ayahnya. Maksud membawah Nabi Muhammad SAW ke Madinah, pertama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Najjar dan kedua untuk menziarahi makan ayahnya. Maka disitu diperliatkan kepadanya rumah tempat ayahnya dirawat diwaktu sakit sampai meninggal, dan pusaran tempat ayahnya dimakamkan. Agaknya mengharukan juga cerita Aminah kepada anaknya tentang Ayahnya itu; demikian terharunya, sehingga sampai sesudah ia diangkat menjadi Rasul dan sesduah ia berhijra ke Madinah, Peristiwa itu sering disebut-sebutnya. Mereka tinggal disitukira-kira satu bulan, kemudian pulang kembali ek mekkah. Dalam perjalanan mereka pulang pada suatu tempat, Abwad namanya tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan dimakamkan disitu juga. ( Abwad ialah nama sebuah desa yang terletak anatara Madinah dan juhfah, kira-kira sejauh 23 mil disebelah selatan kota Madinah ). Dapatlah dibayangkan betapa sedih dan bigungnya Nabi Muhammad SAW, menghadapi bencana kemalangan atas kematian ibunya itu. Baru beberapa hari saja ia mendengar cerita ibunya tentang kematian ayahnya yang telah meninggalkannya selagi Nabi Muhammad SAW dalam kandungan, sekarang ibunya meninggal pula dihadapan matanya sendiri, sehingga ia sudah tinggal

sebatang kara, menjadi seorang anak yatim piatu, tiada berayah dan tiada beribu. Setelah selesai pemakaman ibundanya, Nabi Muhammad SAW segera meninggalakan kampung Abwad itu kembali ke Mekkah dan tinggal bersama-sama dengan neneknya Abdul Muthalib. Disinilah Nabi Muhammad SAW diasuh sendiri oleh neneknya Abdul Muthalib dengan penuh kasih sayang. Usia Abdul Muthalib pada waktu itu mendekati usia 80 tahun. Dia adalah seorang pemuka Quraisy yang dissegani dan dihormati oleh segenap pemuka Quriasy pada umunya, dan penduduk kota Mekkah pada khususnya. Demikian penghormatan bagi kedudukannya yang tinggi dan mulia, sampai-sampai anak-anaknya sendiri tidak ada yang ebrani mendahului menduduki tikar yang disediahkan khusus baginya disisi Kad bah. Disebabkan kasih sayang neneknya, Abdul Muthalib, Nabi Muhammad SAW dapat hiburan dan dapat melupakan kemalangan nasibnya karena kematian ibunya. Tetapi, keadaan ini tidak lama berjalan, sebab baru saja berselang dua tahun ia merasakn terhibur dibawah asuhan neneknya, orang tua yang abik itu meninggal pula, dalam usia 82 tahun. Nabi Muhammad SAW ketika itu baru berusia delapan tahun. Meninggalnya Abdul Muthalib itu, bukan saja kemalangan besar bagi Nabi Muhammad SAW, tetapi juga merupakan kemalangan dan kerugian penduduk kota Mekah. Dengan meninggalnya Abdul Muthalib itu penduduk Mekah kehilangan seorang pembesar dan pemimpin yang cerdas dan bijaksana, berani dan perwira yang tidak mudah mencari gantinya. Sesuai dengan wasiat Abdul Muthalib, maka Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Kesungguhan dia mengasuh Nabi Muhammad SAW serta kasih sayang yang dicurahkan kepada keponakannya ini tidaklah kurang dari apa yang diberikannya kepada anaknya sendiri. Selam dalam asuhan neneknya dan pamanya, Nabi Muhammad SAW menunjukkan sikap yang terpuji dan selalu membantu meringankan kehidupan mereka.

5.

AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW DARI MASA KANAK-KANAK HINGGA DEWASA

Dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur, dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Tak ada sesuatu perbuatan dan tingkah lakunya yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku dan perbuatan pemudapemuda dan penduduk kota Mekkah pada umumnya yang gemar berfoyafoya dan bermabuk-mabukan. Karena demikian jujurnya dalam perkataan dan perbuatan, maka beliau diberikan julukan e AL-AMIN e artinya orang yang dapat dipercai. Ahli sejarah menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah berhala, dan tidak pernah pula makan daging hewan yang disembelih untuk korbabn berhala-berhala seperti lazimnya oprang Arab Jahiliah pada waktu itu. Ia sangat benci kepada berhala itu dan menjauhkan diri dari keramaian dan upacara-upacara pemujaan kepada berhala itu. Untuk emnutupi keperluan hidupnya sahri-hari, dia berusaha sendiri mencari nafkah, karena orang tuanya tidak meninggalakan harta warisan yang cukup. Sesduah dia menikah dengan Siti Khadijah, dia berdagang bersama dengan istrinya dan kadang-kadang berserikat pula dengan orang lain. Sebagi seorang manusia yang bbakal menjadi pembimbing umat manusia, Nabi Muhammad SAW memiliki bakat-bakat dan kemampuan jiwa besar kecerdasan pikirannya, ketajaman otaknya, kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya, kecepatan tanggapannya, kekerasan kemauannya. Segala pengalaman hidupnya, mendapat pengolahan ayng sempurnah dalam jiwanya. Dia mengetahui babak-babak sejarah negerinya, kesedihan masyarakat dan keruntuhan agama bangsanya. Pemandangan itu tidak dapat dihilangkan dari pikirannya. Dia mulai e menyiapkan dirinya e ( bertahannuts ) untuk mendapatkan pemusatan jiwa yang lebih sempuranh. Untuk bertahannuts ini dipilhnya tempat disebuah gua kecil yang bernama e HIRA e yang terdapat pada sebuah bukit yang bernama e JABAL NUR e ( Bukit Cahaya ) yang terletak kira-kira dua atau tiga mil sebelah utara kota Mekkah. Walaupun Nabi Muhammad SAWdenganday pikirnya yang jernih itu berusaha merenungkan tentang penciptaan alam raya ini, namun sebelum kenabiannya dia tidaklah sampai kepada hakikat penciptaannya, sebagiman

diisyaratkan oleh ALLAH SWT dalam surah AL-QURd AN surat ASSYUURAA ayat 52 yang artinya : e dan begitulah telah kami wahyukan kepadamu suatu ruh ( al-qurd an ) dari perintah kamu; kamu belum pernah mengetahui apakah kitab, dan apakah ima.. e Dan surat ( 93 ) ADH DHUHA ayat 7 yang artinya : e dan dia dapati kamu dalam kebingungan, lalu dia beri hidayah ( kenabian ) e .

6.

PENGANGKATAN NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI RASUL

Ketika menginjak usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW lebih banyak mengerjakan tahannuts dari pada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibwahnya perbekalan yang lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama dari pda waktu sebelumnya. Dalam melakukan tahannuts kadang-kadang belia bermimpi, mimpi yang benar. ( Arrud yaa ashshaadiqah ). Pada malam 17 ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah ( 610 M ), di waktu itu Nabi Muhammad SAWsedang bertahannuts di GUA HIRA, datanglah Malaikat Jibril membawa tulisan dan menyuruh Nabi Muhammad SAW memba anya, katanya : e ba alah e . Dengan terpeanjat Nabi Muhammad SAW menjawab : e aku tidak dapat memba a e . Beliau direngku beberapa kali oleh malaikat jibril sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya serayah disuruhnya memba a sekali lagi : e ba alah e . Tetapi Nabi Muhammad SAW tetap menjawab e aku tidak dapat memba a e . Begitulah keadaan berulang sampai ketiga kalinya, dan akhirnya Nabi Muhammad Saw berkata e apa yang ku ba a e , kata jibril : yakni Surat Al Alaq 96 Ayat 1-5 yang artinya e ba alah dengan nama tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Ba alah, dan tuhanmu teramat mulia. Yang mengajarkan dengan pena ( tulis ba a ). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.f Setibahnya dirumah, Nabi Muhammad SAW men eritakan kepada istrinya, Khadijah peristiwa yang dialaminya. Sebenrnya khadijah mempe ayai seglah apa yang di eritakan oleh suaminya, tetapi ia ingin mengetahui bagaimana pendapat Waraqah bin Naufal, saudara sepupunya terhadap peristiwa yang dialami oleh suaminya itu. Waraqah adalah seorang pemikir yang berusiah

lanjut, beragama nasrani, yang telah menyalin kitab injil dari bahasa ibrani ke dalam bahasa arab. Setelah Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, ia berkata e itu adalah Numus ( Jibril ) yang pernah datang kepada Nabi Isa a.s. Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh kaummu.f Nabi Muhammad SAW berkata e apakah kaumku akan mengusirku? f jawab Waraqah, e ya, tidak seorang pun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ( ajaran islam ), yang tidak dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa itu, tentu aku akan menolongmu dengan sekuat tenangaku.f AHMAD, AL-BUKHARI DAN MUSLIM ) ( H.R.

7.

PERANAN KHADIJAH DISAAT NABI MUHAMMAD SAW MENERIMAH WAHYU

Siti khadijah adalah masih satu keturunan dengan Nabi Muhammad SAW, yaitu bertemu di Qushai. Jika diuraikan silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah adalah sebagai berikut :  Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf  Siti Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul

Jadi diantara isteri-isteri Nabi Muhammad SAW Siti Khadijah inilah yang paling dekat dengan nasabnya dengan beliau. Siti kahdijah adalah seorang janda keturunan bangsawan Quraisy. Ia telah dua kali menikah, yang pertama dengan Atieq bin Aabed Al- Makhzumy seorang laki-laki masih tergolong keluarga bangsawan Quraisy. Perkawinan Siti khadijah dengan suaminya yang pertama ini tidak lama berlangsung, hanya menurunkan seorang puteri bernama Hindu, karena Atieq meninggal dunia. kemudian Siti Khadijah kawin lagi dengan Nabbasy bin Zurarah Attad my juga seorang laki-laki masih keturunan keluarga bangsawan Quraisy. Perkawinan Siti Khadijah dengan Nabbasy ini menurunkan seorang putra bernama Halal dan seorang puteri juga bernama Hindun. Perkawinan dengan suaminya yang kedua inipun tidak lama

bin Qushai.

Uzza bin Qushai.

berlangsung, karena Nabbasy meninggal dunia pula. Sehingga kedua kalinya Siti Khadijah menjadi janda. Siti khadijah mempunyai pribadi luhur dan akhlak yang mulia. Dalam kehidupannya sehari-hari senantiasa memelihara kesucian dan martabat dirinya; ia jauhi adat istiadat yang tidak senonoh wanita-wanita Arab Jahiliyah pada waktu itu, sehingga oleh penduduk Mekah ia diberi gelar e AT THAHIRAH e , ia mempunyai pikiran yang tajam, lapang dada, kuat himmah dan tinggi cita-citanya. Ia suka menolong orang-orang yang hidup dalam kekurangan dan sangat penyantun kepada orang-orang yang lemah. Disamping itu ia adalah seorang wanita yang pandai berdagang. Adapun peranan Siti Khadijah, isteri Nabi Muhammad SAW yang patuh dan setia ini, disaat-saat Nabi menerima wahyu dan keangkatan sebagai Rasulullah ( utusan allah ) secara ringkas dapat disimpulakan sebagai berikut : a) Siti Khadijah kenal benar akan jiwa, pribadi serta akhlak suaminya ( Muhammad SAW ) sejak dari kecil, hingga dan kemudian menjadi suaminya, yang tidak puas bahkah sangat tidak suka kepada adat-istiadat kaumnya menyembah dan mendewakan patung dan berhala. Demikian pula ia sangat benci kepada kegemaran kaumnya berjudi dan meminum khamar serta melakukan perbuatanperbuatan diluar peri kemanusiaan seperti membunuh bayi perempuan mereka hidup-hidup, karena malu dan takut miskin. b) Siti Kahdijah memberi suaminya kesempatan dan keleluasaan yang sebesar-besarnya untuk memasuki kehidupan berpikir dan alam nafsani, untuk mencari hakikat yang benar dan mutlak. Suaminya diberi dorongan semangat, agar terus mencari hakikat yang benar dan mutlak itu, dengan tidak dibebani persoalan-persoalan rumah tangga. Untuk membantu melancarkan perdagangannya, di urus oleh Siti Khadijah sendiri,. Dan ketika suaminya bertafakur atau bertahannuts di gua hirad disediakannya perbekalan untuk tinggal beberapa hari dalam melakukan tahannuts mencari hakikat yang benar itu. c) Ketika Nabi Muhammad SAW dalam keraguan dan kebimbangan dalam mengahadapi kejadian-kejadian yang dilihatnya dalam tidurnya ( mimpi yang benar ), Siti Khadijah sebagai istri yang setia menyakinkan suaminya, bahwa dengan akhlaknya yang mulia

dan tiddak pernah berdusta atau menyakiti hati orang lain, mustahil ia akan diganggu atau digoda oleh jin dan setan. d) Ketika Nabi Muahmmad SAW dalam kegelisaan dan kebigungan setelah menerima wahyu yang pertama, Siti Khadijah menghibur dan menyakinkan hati suaminya, bahwa suaminya akan menjadi Nabi, dan akan mengangkat derajat kaumnya dari lembah kehinaan dan kesesatan ke derajat kemuliaan dan kebahagian abadi. Kemudian setlah hilang keraguan dan kecemasan suaminya, pergilah ia ke Waraqah bin Naufal menceritakan prihal yang dialami oleh suaminya. Dan oleh Waraqah bin Naufal ditegaskan berdasarkan pengetahuannya tentang kitab injil yang dipelajarinya, bahwa Nabi Muhammad SAW akan menjadi Nabi. e) Ketika suaminya menerima wahyu yang kedua berisi perintah menyuruh untuk memulai bekerja dan berjuang menyiarkan agama ALLAH SWT dan mengajak kaumnya kepada agama tauhid, Siti Khadijah adalah seorang wanita yang pertama percaya bahwa adalah RASULULLAH SAW ( utusan ALLAH SWT ), dan kemudian ia menyatakan ke-islamanya tanpa ragu-ragu dan bimbang sedikit pun juga. Peranan Siti Khadijah sebagai isteri dan wanita pilihan yang memang telah ditetapkan oleh ALLAH SWT dalam qadar-nya, adalah sangat besar sekali dalam usaha suaminya untuk menyeru dan mengajak kaumnya kepada agama tauhid, dan meninggalkan agama berhala dan adat istiadat jahiliyah.

8. AJARAN ISLAM PERIODE MEKKAH


Ajaran islam periode mekkah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :

a. KEESAAN ALLAH SWT


Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemeliharaan alam semesta adalah ALLAH SWT,. ALLAH SWT tempat bergantung segala apa saja dari makhluk-Nya, tidakberanak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada selain ALLAH SWT, yang menyamai-Nya ( Q.S AL IKHLAS 112 : 1-4 ) b. HARI KIAMAT SEBAGAI HARI PEMBALASAN

Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dari kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya taat beribah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan dialam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada ALLAH SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapatkan siksa kubur dan dicampurkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. ( Q.S AL-QARd IAH, 101 ; 1-11 ) c. KESUCIAN JIWA Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandungan badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada ALLAH SWT dan banyak berbuat dosa. Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginya orang yang mengotori jiwanya ( Q.S ASY-SYAMS, 91 : 9-10 )

d. PERSAUDARAAN DAN PERSATUAN


Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan peratuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persaudaraan. membiarkan saudaranya yang teranianya tanpa diberi pertolongan. Sedangkan umat islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang dud afa, yakni para fakir miskin dan ank-anak yatim terlantar. ( Q.S AL-MAd UN, 107 ; 1-7 ) Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, dibawah naungan rida ilahi. Rasulullah SAW bersabda : e tidak dianggap beriman seorang muslim diantara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya. e ( H.R BUKHARI, MUSLIM, AHMAD, DAN NASAd I )

Selain itu sesama umat isalm, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan uma islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudarnya yang dud afa, yakni para fakir miskin dan kepada fakir miskin dan anakanak yatim yang terlantar ( Q.S AL-MAd UN, 107 : 1-7 )

B. STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKKAH


Tujuan dakwa Rasulullah SAW pada periode mekkah adalah agar masyarakat arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, norma, dan hukum sehingga menjadi umat yang menyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut :

1. DAKWA SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI SELAMA 3-4 TAHUN


Cara ini ditempuh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersediah berperang dan bersediah rela mati demi mempertahankannya. Pada masa dakwa secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk islam, orang-orang yang berda di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah w yang wafat pada tahun ke 10 kenabian ), Ali bin Abi Thalib ( saudra sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah denganya, waktu masuk islam ia baru berusia 10 tahun ), Zaid bin Haritsah ( anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M ), Abu Bakar As-shiddiq ( sahabat Rasulullah SAW yang hidup dari tahun 573 M- 634 M ), dan ummu aiman ( pengasuh Rasulullah Saw sewaktu kecil ) Sesuai dengan ajaran islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya ( umat islam ), maka Abu Bakar As-shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang, karena budi bahasanya yang halus, ilmu

pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani Rasulullah SAW yakni berdakwa secara sembunyi-sembunyi. Usah dakwah Abu Bakar As-shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang dekatnya menyatakan diri masuk islam, mereka adalah :  Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti berarti ahmba milik si yang amar karena islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin auf, yang artinya hambah milik ALLAH SWT yang maha pengasih.  Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris  Zubair bin Awam  Sa a bin Abu Waqqa  Thalhah bin Ubaidillah. Orang-orang yang masuk islam, pada masa dakwah secar sembunyisembunyi, yang namanya sudah ada diats disebutkan di atas disebut dengan assabiqunal awwalun yang artinya pemeluk islam generasi pertama.

2. DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke 4 kenabian yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah ALLAH SWT agar didakwakan dan dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat al-qurd an surah 26; 214-216. Tahap-tahp dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut : a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk islam. Tetapi karena cahaya hidayah ALLAH SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima islam sebag agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah. b. Rasulullah SAW mengum;pulkan para penduduk kota mekkah, terutama yang berada dan bertempat tinggal disekitar Kad bah

untuk berkum;pul di Bukit Shaf, yang terletak tidak jauh dari Kad bah. Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada ALLAH SWT. Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan merahi rida ilahi bahagia didunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka ALLAH SWT, sengsara di dunia dan di akhirat. Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut diantar yang hadir ada kelompok yang menolak disertai teriakan dan ejakan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek, tetapi berteriak-teriak bahwa Nabi Muhammad SAW orang gila, seraya ia berkata : e Celakalah engkah Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kamu? e Sebagai balasan terahadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat al-qurd an yang berisi kutukan ALLAH SWT terhadap Abu Lahab, yakni surah AL-LAHAB, 111: 1-5. Pada periode dakwah secar terang-terangan ini juga telah menyatakn diri masuk islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir quraisy, yaitu : Hamzah bin Abdul Muthalib ( paman NABI )dan Umar bin Khattab, sedangkan Hamza bib Abdul Muthalib masuk islam pada tahun ke 6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab ( 581-644 M ), tidak lama setelah sebagian kaum muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M . c. Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwah kepada para penduduk diluar kota mekkah. Sejarah mencatat bahwa penduduk diluar kota mekkah yang masuk islam antara lain  Abu Zar Al-Giffar, seorang tokoh dari kamu Giffar, yang bertempat tinggal di sebelah barat laut mekkah atau tidak jauh dari laut merah, menyatakn diri dihadapan Rasulullah SAW masuk islam. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh kaumnya.  Tufai bin Amr Ad-Dausi, seorang penyahir terpandang dari kaum Daus yang bertempat tinggal di wilayah barat kota mekkah, menyatakan diri masuk islam di hadapan Rasulullah

SAW. Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri, keluarga, serta kaumnya.  Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib ( Madinah ), yang datang ke mekkah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahay hidayah ALLAH SWT, para penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk islam di hadapan Rasulullah Saw. Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Pada gelombang ketiga ini telah datang ke mekkah untuk berziarah dan menemui Rasulullah Saw, umat islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang di antara 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke mekkah, orang-orang yatsrib yang belum masuk islam. Di antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan masuk islam di hadapan Rasulullah SAW. Pertemuan umat islam yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke 13 kenabian dan menghasilkan baid tul aqabah. Isi baid tul aqabah tersebut merupakan pernyataan umat islam Yatsrib bahwa mereka harus mengorbankan tenaga, harta bahkan jiwa. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib. Setelah kejadian peristiwa baid tul aqabah itu, kemudian Rasulullah Saw menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang islam yang bertempat tinggal di kota mekkah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi Muhammad SAW melaksankan suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka berhijrah ke yatsrib secara diam-diam dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu 2 bulan sebanyak 150 orang umat islam penduduk mekkah telah berhijra ke yastrib. Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar As-Shiddiq r.a dan Ali bin Abiir Thalib masih tetap tinggal di kota mekkah, menungguh perintah dari ALLAH SWT untuk berhijra. Setelah datang perintah dari ALLAH SWT, kemudian Rasulullah SAW berhijrah bersama Abu Bakar As-Shiddiq r.a meninggalkan kota mekkah tempat kelahirannya menujuh yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini terjadi pada awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrah ( 622 M ). Sedangkan Ali bin Abi Tahilib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau disuruh Rasulullah SAW

untuk mengembalikan barang-barang orang lain yang dititipkan kedapanya. Setelah perintah Rasulullah SAW itu dilaksanakan, kemudian Ali bin Abu Thalib menyusul Rasulullah SAW berhijra ke yatsrib.

3. REAKSI

KAUM KAFIR RASULULLAH SAW.


Kaum kafir Quraisy

QURAISY

TERHADAP

DAKWAH

melolak

dakwa

Rasulullah

SAW,

setelah

berdakwah itu dilakukan secara terang_ terangan, yakni semenjak tahun ke-4 kenabian. Prof.Dr.A. shalaby dalam bukunya sejarah kebudayaan islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum kafir Quraisy menentang dakwa rasulullah SAW,yakni : a. Rasulullah SAW mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Muluia tidaknya ketakwaannya kepada Allah SWT. Orang miskin yang bertakwa, di hadapan Allah SWT lebih mulia daripada orang kaya yng durhaka (lihat Q.S. ALHujurat, 49: 13). Kaum kafir quraisy, terutama para bangsawan sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak ini. Mereka mem pertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. ajaran Mereka Rasululluh ingin SAW mempertahankan perbudakan, (islam) melarangnya. b. sedangkan

Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhir. Manusia yang ketika di dunianya betakwa, maka di alam kuburnya akan memperoleh kenikmatan dan di alam akhirnya akan masuk surga. Sedang manusia yang ketika di dunianya durhaka akan banyak berbuat jahat, maka di alam kuburnya akan disiksa, dan di alam akhirnya akan masuk neraka.

kaum kafir quraisy menolak dengan keras ajaran islam tersebut, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.

d. Kaum kafir quraisy menolak ajaran islam karena mereka merasa berat meningalkan agama dan tradisi hidup bermsyarakt warisan leluhur mereka. Mereka berkata e cukuplah bagi kami apa yang

telah kami terimah dari nenek moyang kami e . ( Q.S ALMAd IDAH 5; 104 ) e. Islam melarang menyembah berhala, memperjulabelikan berhalaberhala, dan melarang penduduk mekkah dan luar mekkah berziarah memujah berhala, padahal itu semua mendatadangkan keuntungan dibidang ekonomi terhadap kaum kafir quraisy. Oleh karena itulah, kaum kafir quraisy menetang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW. Usaha-usaha kaum kafir quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam cara :  Para budak yang telah masuk islam, seperti Bilal, Amr dan azZanirah, disiksa oleh para pemiliknya atau tuannya diluar batas peri kemanusiaan. Bahkan, az_Zanirah disiksa sampai mengalami kebutaan, dan Ummu Amr binti Ysir, budak milik Bani Mahzum disiksa oleh tuanya sampai mati. Abu Bakar as-Shiddiq r.a tidak tegah melihat saudarasaudaranya seiman disiksa seperti itu, lalu beliau memerdekakan beberapa orang dari mereka termasuk Bilal bin Rabbah, dengan cara memberikan sejumlah uang tebusan kepada tuannya.  Setiap keluarga dari kalangan kaum kafir quraisy diharuskan menyiksa anggota keluarganya yang telah masuk islam, sehingga ia kembali menganut agama keluarganya ( agama Watsani ).  Nabi Muhammad SAW sendiri dilempari kotoran oleh Ummu Jamil ( istri Abu Lahab ) dan dilempari isi perut kambing oleh Abu Jahal. Nama asli Abu Jahal adalah Amr Abu al-Hakam yang artinya Amr, bapak juru damai. Umat islam mengganti nama itu menjadi Abu Jahal yang artinya bapak kebohongan.  Kaum kafir quraisy memintah Abu Thalib, paman dan pelindung Rasulullah SAW, agar Rasulullah SAW menghentikan dakwahnya. Namun tatkala Abu Thalib menyampaikan keinginan kaum kafit quraisy tersebut, Rasulullah SAW bersabda : e wahai pamanku demi ALLAH, biarpun mereka meletakkan matahari ditangan kananku, dan bulan ditangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah ini, hingga aku menang, atau aku binasa karenanya. e

 Kaum kafir quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad Saw agar permusuhan di antara mereka di hentikan. Caranya suatu saat kaum kafir quraisy menganut agama islam dan melaksankan ajaran agama islam. Di saat lain umat islam menganut agama kaum kafir quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala. Usul tersebut ditolak oleh Nabi, karena menurut ajaran islam mencampuradukan akidah dan ibadah islam dengan akidah dan ibadah bukan islam, termasuk perbuatan haram dan merupakan dosa besar ( Q.S AL KAFIRUN 109 : 1-6 ). Menghadapi tantangan dan kekerasan kaum kafir quraisy terhadap orang-orang islam, selain Nabi bersabar, bertawakal dan berdoa., beliau menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk Usman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah ( Ethiopia ), karena Raja Negus di negeri itu suka memberikan jaminan keamanan kepada orang-orang yang meminta perlindungan kepadanya. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M. Suatu saat 16 orang berhijrah ke Habasyah ini kembali ke mekkah, karena mereka menduga mekkah keadaannya sudah normal, dengan masuk islamnya seorang bangsawan quraisy yang gagah berani yakni Umar bin Khattab. Namun dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal, pemimpin pasukan kafir quraisy memerintah agar setiap keluarga dari kabilah quraisy meningkatkan tekanan dan siksaannya terhadap anggota keluarga yang masuk islam. Menghadapi situasi yang demikian, akhirnya Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya, untuk yang kedua kalinya agar berhijra ke Habasyah. Jumlah para sahabat yang berhijrah pada saat itu sebanyak 83 orang laki-laki dan 18 orang wanita, di bawah pimpinan Jad far bin Abu Thalib. Di negeri Habasyah ini selain memperoleh jaminan keamanan dari Raja Negus, para sahabat nabi juga memiliki kebebasan untuk melaksanakan peribadahan sesuai dengan ajaran islam. Pada tahun ke 10 kenabian ( 619 M ) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat dalam usia 87 tahun. Empat hari setelah itu istri tercintanya Siti Khadijah juga wafat dalam usia 65 tahu. Dalam

sejarah islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Siti Khadijah disebut sebagai tahun amul huzni atau tahun berduka ita. Wafatnya Abu Thalib sebagi pemimpin Bani Hasyim, menyebabkan Abu Lahab seorang kafir quraisy yang sangat keras dalam memusuhi nabi, menggantikan kedudukan Abu Thalib sebagai pemimpin. Semenjak itu Rasulullah SAW tidak lagi memperoleh perlindungan dari kaum kerabatnya yakni Bani Hasyim. Allah SWt senantiasa melindungi Nabi Muhammad SAW dari bebagai malapetaka. Tidak lama setelah Bani Hasyim dipimpin oleh Abu Lahab, Mutd im bin Adi pemimpin kaum Naufal menyatakan perlindungan terhadap Nabi Muhammad SAW. Bahkan menjelang peristiwa hijra tahun 622 m, umat islam yatsrib telah bersumpah setia akan melindungi Nabi Muhammad SAW berserta para pengikutnya.

Você também pode gostar