Você está na página 1de 80

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kota Cilegon merupakan salah satu kota tersibuk di Propinsi Banten sejak memisahkan diri dari Propinsi Jawa Barat. Tempat pembuangan Akhir (TPA) Bagendung yang terdapat di Kota Cilegon telah beroperasi 15 tahun sejak masih masuk dalam wilayah administrasi Propinsi Jawa Barat. Volume sampah pada saat ini sudah mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan volume sampah 10-15 tahun yang lalu. Hal ini diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan yang begitu pesat. Pegelolaan sampah di TPA Bagendung hingga saat ini masih menggunakan sistem open dumping konvensional. Dikatakan konvensional karena sampah langsung diurugkan begitu saja tanpa diberi saluran lindi, sehingga air lindi mengalir secara liar. Untuk mencegah pencemaran lingkungan yang lebih parah lagi, PT Kaibo Rasirekayasa sebagai konsultan management and engineering bermaksud melakukan pengembangan terhadap TPA Bagendung yang terletak di Jl. Raya Bagendung Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon. Lokasi TPA Bagendung dengan luas lahan 10 Ha inisudah sesuai dengan RTRW (Perda no.15 tahun 2000 tentang RTRW) Kota Cilegon. Lokasi TPA juga dekat dengan Sungai Bagendung, atau sebagian penduduk menyebutnya sebagai Sungai Lengkong, untuk membuang limbah cair dari IPAL TPA. Selain itu, lokasi TPA Bagendung juga sudah dialiri listrik dari PLN. Namun ntuk mendukung aktivitas pekerjaan dan sebagai back up power selain listrik dari PLN juga harus disediakan genset. Berdasarkan peraturan yang ada (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL), proyek pengembangan TPA Bagendung pun sudah pasti harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa proyek pembangunan TPA sampah dengan sistem sanitary landfill

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

termasuk instalasi penunjangnya wajib dilengkapi dengan dokuman AMDAL apabila luas kawasan TPA 10 Ha dengan kapasitas total 10000 ton. Tujuan utama membuat Kerangka Acuan ANDAL yaitu menentukan ruang lingkup main issues lingkungan terpenting dalam kaitannya dengan rencana pembangunan perluasan plaza dan hotel. Penentuan ruang lingkup tersebut untuk menetapkan bahwa studi ANDAL ini dapat terfokus kepada hal-hal yang penting saja, sehingga pelaksanaan penyusunan studi ANDAL dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.11 Tahun 2006, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa dampak potensial dari pembangunan TPA adalah pencemaran gas/udara, resiko kesehtan masyarakat, dan pencemaran dari lindi. 1.2 Tujuan dan Manfaat Seiring dengan pesatnya pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk, diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan sampah yang baik. Adapun tujuan dan manfaat dilakukannya proyek pengembangan TPA Begendung adalah : Memenuhi kebutuhan akan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya timbulan sampah. Memperbaiki sistem pengolahan yang sudah ada menjadi lebih baik. Mencegah pencemaran yang lebih lanjut yang diakibatkan oleh lindi dari sistem pengolahan sampah sebelumnya.

Menghindarkan masyarakat dari dampak negatif berupa bau dan gangguan kesehatan dari sistem pengolahan open dumping konvensional dengan menerapkan sistem pengolahan sampah yang lebih baik.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

1.3 Peraturan Dalam rangka mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional telah dihasilkan undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi landasan bagi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tersebut. Pelaksanaan undang-undang lingkungan tersebut dijabarakan melalui Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri seperti tercantum di bawah ini. Peraturan perundangan yang digunakan untuk melaksanakan studi amdal diantaranya adalah : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-11/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. 5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2000 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2000 Tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu 7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Rencanan Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 8. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 9. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (JABOTABEK) 10.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air. 11.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 528/Menkes/Per/XII/1982 tentang Kualitas Air Tanah yang berhubungan dengan Kesehatan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

12.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 13.Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Yang Sudah Beroperasi. 14.Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. 15.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 16.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep.13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. 17.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. 18.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. 19.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran. 20.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. 21.Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 22.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 23.Keputusan Kepala Bapedal Hidup Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. 24.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. 25.Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. 26.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 27.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

BAB II URAIAN RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN

2.1. 2.1.1

Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Andal Pemrakarsa a. Identitas Pemrakarsa : Nama Pemrakarsa Jenis Usaha Alamat Kantor Penanggung Jawab b. Identitas Proyek: Nama Proyek Jenis Kegiatan Luas Lahan ALamat Proyek Kota Cilegon : TPA : Tempat Pembuangan Sampah : 10 Ha : Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, : Dinas Kebersihan Kota Cilegon : Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah : Jl. Kubang Laban No. Bendung Karet Cilegon : Drs. H. A. Nuryaman, MM

2.1.2

Penyusunan Studi AMDAL a. Identitas Penyusun Nama Perusahaan Jenis Usaha b. Penanggung Jawab Nama : : PT. Kaibon Rasirekayasa : Konsultan Management and engineering : : Ir. Tubagus Luay Sofyani (Direktur Utama)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Alamat Pusat 10230 2.2.

: Jl. KH. Mas Mansur No. 49 Tanah Abang Jakarta

Uraian Rencana Usaha dan Kegiatan

2.2.1 Penentuan Batas-Batas Lahan Yang Langsung Dengan Rencana Kegiatan Rencana lokasi proyek TPA Bagendung seluas 10 Ha terletak di JL.Raya Bagendung Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, dengan batas fisik sebagai berikut : Sebelah Utara : Lahan Kosong, Kampung Sambi Buhut Sebelah Selatan : Lahan Kosong (tegalan), 500 m pemukiman

Kp.Bagendung 2.3 Sebelah Timur: Jalan Aspal , lahan milik penduduk Sebelah Barat : Sungai (Lengkong), Desa Cigedong

Lingkup rencana usaha dan/kegiatan yang akan ditelaah dan alternatif komponen

rencana usaha dan/atau kegiatan 2.3.1 Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Pada pelaksanaannya studi AMDAL dilakukan bersamaan dengan studi kelayakan teknik dan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu pengerjaan dokumen AMDAL. Lokasi rencana kegiatan di tempat TPA sebelumnya yaitu Jl. Raya Begendung Desa Begendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon dengan luas lahan 10 Ha dan dapat dicapai dari jalan Propinsi Kota Cilegon dengan jarak 10 km. Pengelolaan sampah di TPA Bagendung sampai saat ini masih menggunakan sistem open dumping konvensional. Dikatakan konvensional karena sampah langsung diurugkan begitu saja tanpa diberi saluran lindi, sehingga air lindi mengalir secara liar dan mencemari lingkungan sekitarnya, terutama tanah dan air tanah. Pengelolaan sampah semacam ini sering dipilih untuk penenganan akhir sampah karena biayanya murah dan mudah pengoperasiannya. Walaupun sistem ini berpotensi sebagai sumber pencemaran lingkungan seperti bau, pencemaran tanah dan air tanah, pencemaran air

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

permukaan, juga akan berpotensi sebagai tempat berkembangbiaknya vektor penyakit menular. Datambah lagi dengan dampak sosial seperti munculnya para pemulung, lapak, yang melakukan kegiatannya di dalam dan di luar sekitar TPA tersebut, yang menciptakan masyarakat informal dan lingkungan yang tidak sehat. Berdasarkan Perda no.15 tahun 2000 tentang RTRW Kota Cilegon, rencana lokasi pengembangan TPA Begendung telah sesuai dengan peruntukannya sebagai fasilitas sosialkemasyarakatan. Secara garis besar rencana kegiatan penyebab dampak, terutama komponen usaha dan atau kegiatan yang berkaitan langsung dengan dampak yang ditimbulkan adalah sebagai berikut : A. Tahap Prakontruksi

Tahap kegiatan prakonstruksi adalah merupakan tahap persiapan kegiatan pengembangan TPA Bagendung. Pada tahap meliputi kegiatan : Kegiatan Perencanaan Kegiatan perencanaan yang sedang dan akn dilaksanakan adalah perencanaan detail engineering IPAL. Sosialisasi Proyek Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui media massa (Radar Banten) dan pertemuan formal dengan tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah sekitar. B. Tahap Konstruksi Tahap konstruksi adalah merupakan tahapan pembangunan atau pengembangan fisik TPA Bagendung yang terdiri dari kegiatan sebagai berikut : Lokasi 1. 2. 3. 4. Mobilisasi tenaga kerja Base camp Mobilisasi peralatan dan material Pembukaan lahan baru Pembukaan Lahan Baru untuk Penimbunan Sampah Sebagai Pengembangan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Pembangunan Sarana Penunjang 1. Saluran drainase 2. Menyediakan sistem penanggulangan kebakaran/tanggap darurat 3. Penghijauan

C.

Pembangunan Fisik Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pembersihan Lingkungan Tahap Operasional Tahap operasional meliputi kegiatan : Kegiatan Pengangkutan Sampah 1. 2. 3. a. b. Jenis sampah Kegiatan pengangkutan sampah dilakukan dari TPS Kegiatan sarana dan prasarana (utilitas TPA) Kegiatan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan (teknik) Kegiatan penyediaan air bersih

diangkut dnegan truk menuju ke TPA

D.

Kegiatan Pasca Operasi Pada tahap pasca operasi hanya satu kegiatan yang akan dilakukan yaitu : Penambangan Kompos Kompos yang sudah tertimbun selama 15 tahun ditambang untuk dijual.

2.3.2

Alternatif-alternatif yang akan Dikaji dalam ANDAL Alternatif yang akan dikaji dalam studi ANDAL adalah sebagai berikut : a. Untuk alternatif lokasi kegiatan kiranya sudah tidak memungkinkan untuk dikaji mengingat lokasi kegiatan memang sudah existing dan sudah berjalan selama 15 tahun. Selain tidak ada masalah yang timbul,lahan tersebut memang telah sesuai dengan peruntukannya. b. Alternatif yang memungkinkan untuk dikaji adalah tetang teknologi pengelolaan sampah. Telah diperoleh 2 (dua) alternatif teknologi pengolahan sampah, yaitu : 1. Dengan teknologi open dumping yang disempurnakan, mengingat di TPA Bagendung saat ini pengelolaan sampahnya

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

menggunakan teknologi open dumping yang konvensional, artinya masih hanya sekedar menimbun dan mengurug tanpa perlakuan khusus, lalu air lindinya dialirkan secara gravitasi dan sedimentasi berlereng. 2. Dengan teknologi sanitary landfill.

2.3.2.1

Teknologi Open Dumping yang Disempurnakan

Langkah pertama untuk pengelola sampah dengan teknologi open dumping yang disempurnakan adalah menyiapkan lahan untuk penimbunan sampah tanpa pelapis apapun, tetapi di tempat tersebut telah disediakan saluran air lindi. Secara umum, IPAL TPA Bagendung yang direncanakan meliputi unit operasi dan unit proses. IPAL dalam pengoperasian aliran di tahap awal (proses fisik) memakai sistem over flow dan pada tahapan proses biologi memakai sistem pemompaan, sebagaimana diuraikan berikut ini : 1. Bak Pengumpul Lindi Bak ini berfungsi untuk mengumpulkan air limbah lindi dari sumbernya dan menjaga stabilitas aliran debit air limbah lindi. 2. Bak Bar Screen/Saringan Kasar Bak bar screen ini dipasang dengan tujuan untuk memisahkan padatan kasar dan sampah besar seperti plastic, tali, kayu, kertas yang berukuran lebih dari 4 cm denga air limbah lindi. Screen yang terpasang berupa kisi-kisi jeruji besi diameter 10 mm dengan lebar antara kisi 15 mm yang dipasang dengan kemiringan 60o. 3. Bak Grease Trap/Penangkap Lindi Grease trap dalam IPAL ini berguna untuk memisahkan padatan terapung terutama lindi yang bersumber drai pembusukan sampah. 4. Equalization Tank Tangki equalisasi ini dipasang dengan tujuan untuk menetralkan kensentrasi air limbah sebalum diolah secara biologi dalam bak aerasi. 5. Aeration Tank

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Aeration tank yang terpasang dalam IPAL TPA Bagendung ini nanti adalah dua unit. Dalam tangki ini akan berlangsung proses reduksi/dekomposisi materi organic dalam air limbah dengan bantuan mikrooragnisme dengan kondisi aerob. 6. Sedimentation Tank Dari ruang aerasi (Mixed Liquor Suspended Solid) MLSS akan lewat flow control float ke sedimentation tank yang masih mengandung kadar suspended solid yang tinggi. Oleh karena itu di tangki ini, suspended solid tersebut harus diendapakan. Sedangkan air yang sedikit mengandung suspended solid secara over flow dialirkan ke disinfection tank. Bentuk sedimentation tank dalam system ini adalah kerucut. 2.3.2.2 Sistem Sanitary Landfill yang Diusulkan

Sanitary Landfill adalah system pengelolaan sampah yang terdiri dari sl-sel sampah. Timbunan sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel harian. Setian timbunan sampah yang sudah dipadatkan dan mencapai luas tertentu serta ketinggian tertentu akan dilapisi tanah penutup setebal 20-30 cm. Penutupan ini dilakukan setiap hari pada akhir kerja. Secara rinci kegiatan operasional TPA dengan sistem pengolahan sanitary landfill dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Operasional Lahan TPA Prosedur pengoperasian sanitary landfill ini meluputi : Persiapan operasi Jadwal operasi Rencana pengisian atau penimbunan sampah Rencana jalur pengangkutan sampah

2. Kebutuhan Alat Berat Alat berat yang akan digunakan adalah buldozer, scrapper, loader, dan truk pengangkut, dan lain-lain. 3. Konsep Pengelolaan Teknis TPA Bagendung Konsep pengelolaan teknis di TPA Bagendung adalah sebagai berikut : Volume sampah di TPA Bagendung Identifikasi truk smapah yang masuk
10

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Antrian truk Pola pembongkaran sampah Aktivitas pemulung Penjualan hasil pemulungan Pola pengurugan sampah harian

4. Rencana Pengolahan Air Lindi pada Sistem Sanitary Landfill Air lindi adalah rembesan air tercemar setelah melintasi tumpukan sampah, dimana aliran partikel-partikel kontaminan keluar dari tumpukan sampah. Karakterikti air lindi sangat tergantung pada jenis sampah yang terdapat di TPA. Usulan DisainIPAL TPA Bagendung Rencana Pipa Pengumpul Air Lindi Pipa pengumpul berfungsi untuk mengunpulkan dan mengalirkan air lindi yang dihasilkan dari tumpukan sampah. Sistem Pengumpul Air Lindi 1. Saluran lateral Saluran pengumpul air lindi terdiri dari dua baguan utama, yaitu : Saluran lateral berfungsi untuk mengumpulkan air lindi dari dasar timbunan sampah kemudian dialirkan menuju saluran manifold. 2. Saluran Manifold Saluran manifold berfungsi untuk menampung air lindi dari saluran-saluran lateral untuk dialirka menuju kolam pengolahan air lindi. Sistem Pengolahan Lindi Untuk mengolah air yang dihasilkan dapat digunakan beberapa alternatif, baik secara kimia maupun biologis. Penentuan sisitem pengolahan akan disesuaikan dengan biaya operasional dan pemeliharaannya. Secara garis besar, rencana pengolahan air lindi yang akan digunakan di TPA Bagendung adalah sebagai berikut : a. Pengolahan pertama merupakan pengolahan awal yang ditujukan untuk membantu terjadinya kesempurnaan proses pada pengolahan kedua sebagai pengolahan pokok.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

11

Bentuk unit-unit pengolahan yang termasuk dalam pengolahan pertama yang direncanakan adalah : Bak Penenang Bak Sedimentasi Sumur Pengumpul yang Dilengkapi Rumah Pompa dan

Perlengkapannya b. Pengolahan kedua yang direncanakan adalah proses biologis yang digunakan untuk menghilangkan sebagian besar zat oganik yang terlarut dalam air lindi, khususnya biodegrdable organics dan suspended solid (zat padat terlarut). Unit pengolahan yang termasuk di dalam pengolahan kedua yang direncanakan adalah : Oxidation Pitch Clarifier

c. Pengolahan ketiga merupaka proses pengolahan yang direncanakan untuk membantu menstabilkan hasil dari proses-proses terdahulu sebelum dibuang ke badan air penerima. Unit pengolahan yang termasuk di dalam pengolahan ketiga adalah : Desinfeksi Sludge Drying Bed Kolam Uji Hayati

Lokasi penempatan bangunan pengolahan air lindi didasarka pada kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Kondisi Topografi b. Rencana Badan Air Penerima c. Kedekatan dengan Sumber Air Lindi d. Sumur Pantau e. Sistem Ventilasi Air Lindi 5. Sumber Daya Listrik (PLN)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

12

Sumner daya listrik untuk pengelolaan sampah ini menggunakan suplai listrik PLN (suplai utama) yang pemakaiannya sangat diseleksi, yakni dengan prioritas untuk IPAL, pompa air, hydrant, dan keperluan pengomposan. 6. Kegiatan Penghijauan Kegiatan penghijauan TPA Bagendung meliputi kegiatan penanaman pohon dan pemeliharaannya serta fasilitas pendukungnya. Jenis vegetasi yang dipelihara meliputi jenis rumput, perdu, dan jenis pohon keras. BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP 3.1 KOMPONEN FISIK KIMIA 3.1.1 Iklim Berdasarkan data BMG Kota Cilegon periode 2000 2004, iklim di kota Cilegon termasuk tipe A berdasarkan klasifikasi Schmit dan Ferguson. a. Suhu Suhu udara rata-rata 26,6C, maksimum 33,2 C pada bulan September, suhu minimum pada bulan Agustus 21,5 C b. Kelembaban Kelembaban udara rata-rata berkisar 82%, maksimum Februari 87% dan minimum Agustus 78%. Curah hujan rata-rata 1.500 mm per tahun. c. Kecepatan Angin Kecepatan angin berkisar antara 3,7 m/detik 4,8 m/detik, terendah pada bulan Juni/Juli sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi pada bulan Desember. 3.1.2 Topografi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

13

Luas wilayah Kota Cilegon 175.50 km2. Dibagi ke dalam 8 kecamatan dan 43 kelurahan/desa. Kota Cilegon memiliki topografi dengan ketinggian wilayah berkisar antara 0-85 m diatas permukaan laut. Dataran rendah di bagian Utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi dari bagian tengah kea rah Selatan dengan ketinggian 25-85 meter di atas permukaan laut yaitu Kecamatan Grogol, Purwakarta, Jombang, Cilegon, Cibeber, dan Citangkil. Kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurut ke utara.

3.1.3 Hidrologi/Drainase A. Debit Air Sungai Tinggi muka air tanah di lokasi kegiatan berkisar antara 20-30 m dari muka air tanah. Saluran yang akan menerima air buangan dan limpasan air hujan TPA Bagendung adalah sungai yang berada di belakang lokasi kegiatan pada jarak sekitar 500 m. sungai tersebut lebar 3 meter, kedalaman dinding 4 meter, dengan tinggi permukaan air 1-1,5 meter dan kecepatan aliran actual (V) 0,35 meter/detik dan kecepatan aliran maksimal 0,52 meter/detik, maka diperoleh perhitungan debit oleh:

Rumus perhitungan Debit (Q) = Luas penampang (A) X Kecepatan aliran (V) Debit minimum (actual) = 0,35 m3/detik Debit maksimum = 1,30 m3/detik

Adapun kondisi dan karakteristik sungai dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

14

Kondisi Karakteristik Saluran Sekitar TPA Bagendung Lokasi/Saluran Dimensi (lebarX dalam) (2X1.5) m (2X1.5) m Tinggi efektif (m) Maks 1.25 1.25 Min 0.5 0.5 Kecepatan (m/detik) Maks 0.52 0.71 Min 0.35 0.46 Debit (m3/detik) Maks 1.3 1.78 Min 0.35 0.46

Saluran bagian depan tapak TPA Saluran drainase utara tapak TPA

Sumber : Hasil perhitungan Tim Penyusun, 2007

B. Kualitas Air Sungai Keadaan kualitas air sungai di sekitar TPA Bagendung yang diambil pada 3 titik sampel aliran di sekitar rencana tapak pembangunan TPA BAgendung seperti disajikan pada Tabel 3.2 di bawah ini. Mengingat di wilayah Kota Cilegon ini belum ada Perda tentang sungai maka, parameter yang digunakan dalam uji laboratorium air sungai ini menggunakan Baku Mutu PP Nomor 82 Tahun 2001 Golongan II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, pertnakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut. Dari table tersebut bahwa kualitas air sungai pada sampel nomor 1 s/d sampel nomor 3, seluruhnya masih di bawah baku mutu lingkungan sesuai PP Nomor 82 Tahun Golongan II, kecuali untuk parameter Fecal Coliform, BOD5 dan COD yang sudah melampaui NAB. Untuk parameter penting lainpun yang merupakan parameter zat berbahaya dan beracun seperti pH, Hg, As, Cr+6, Se, Cu, dan Pb masih memenuhi persyaratan sesuai standar baku mutu. Masih tingginya konsentrasi Fecal Coliform sebelum rencana kegiatan TPA Bagendung disebabkan adanya kebiasaan warga yang membuang hajad ke sungai. Tingginya parameter fecal coli ini dapat berakibat pada tercemarnya air sumur penduduka yang berdekatan dengan sungai. Dengan demikian kualitas air sungai sebelum

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

15

kegiatan TPA telah tercemar oleh bakteri coli, artinua buangan air limbah penduduk telah memberikan konstribusi peningkatan konsentrasi pencemaran air sungai Bagendung. Parameter lain yang nilainya sudah melebihi ambang batas adalah BOD5 dan COD. BOD5 (Biological Oxygen Demand) adalah kemampuan oksigen untuk mengoksidasi secara biologi, sementara COD adalah kemampuan oksigen untuk mengoksidasi kandungan unsure kimiawi yang terlatur dalam air tersebut. Nilai BOD 5 dan COD yang tinggi mengindikasikan bahwa sungai sudah tersemar (melampui ambang batas). Dari ketiga titik sampel air sungai, semuanya sudah melebihi ambang batas, baik yang di upstream, pertemuan dengan outlet air lindi dan downstream. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sungai Lengkong/Bagendung telah melampaui ambang batas bukan hanya disebabkan oleh aktivitas TPA karena dari upstream-nya sudah tersemar. Tingginya nilai kedua parameter tersebut bias juga diakibatkan oleh banyaknya buangan organic dan bahan kimiawi dari arah hulu (upstream) mengingat pada saat pengukuran dilakukan air limbah dari TPA Bagendung tidak mengalir (kering).

Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Bagendung Dekat Dengan Lokasi TPA Bagendung
NO Parameter Satuan Nilai Ambang Batas 1 A. 1. FISIKA Suhu Zat (TDS) Padat Terlarut 0C Mg/L Mg/L Udara +3oC 1000 29.9 62 70 2 28.7 70 36 Hasil 3 28.5 59 30 SNI 06-6989.23-2005 SNI 06-6989.27-2005 SNI06-6989.3-2004 Metode Analisa

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

16

NO

Parameter Jumlah Padat

Satuan

Nilai Ambang Batas 50

Hasil

Metode Analisa

B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Tersuspensi (TSS) KIMIA pH (insitu) Air Raksa (Hg) Arsen (As) Boron (B) Oksigen terlarut (DO) insitu Fluorida (F) Fenol Fosfat total (PO4) Kadmium (Cd) Khromium VI (Cr6+) Kobalt (Co) Khlorin bebas (Ci2) Minyak Lemak Nitrat (NO3-N) Nitrit (NO-2) Selenium (Se) Seng (Zn) Sianida (CN) Sulfida (H2S) Surfakton Anion (MBAS) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) BOD5 COD

Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L

69 0.002 1 1 4 1.5 0.001 0.2 0.01 0.05 0.2 0.03 1 10 0.06 0.05 0.05 0.02 0.002 0.2 0.02 0.03 3 25

7.92 <0.0005 <0.005 <0.01 1.8 <0.01 <0.001 0.06 <0.003 <0.01 <0.02 <0.01 <0.2 1.0 0.033 <0.002 <0.01 <0.005 <0.002 0.06 <0.02 <0.01 42 114

6.91 <0.0005 <0.005 <0.01 2.2 <0.01 <0.001 0.02 <0.003 <0.01 <0.02 <0.01 <0.2 1.2 0.016 <0.002 <0.01 <0.005 <0.002 0.07 <0.02 <0.01 34 98

7.23 <0.0005 <0.005 <0.01 2.2 <0.01 <0.001 0.02 <0.003 <0.01 <0.02 <0.01 <0.2 1.0 0.056 <0.002 <0.01 <0.005 <0.002 0.07 <0.02 <0.01 29 93

SNI 06-6989.11-2004 SNI 19-6964.2-2003 SNI 06-2463.1991 SNI 06-2481.1991 SNI 06-6869.14-2004 Std Method (Ed 21) 4500 D HACH SNI 06-2483-1991 SNI 06-6989.16-2004 **) SNI 06-1132-1989 SNI 06-2471-1991 HACH HACH SNI 06-2486-1991 SNI 06-6989.9-2004 Std Method (Ed 21) 3500 Se SNI 06-6989.7-2004 Std Method (Ed 21) 4500 CN E JIS Th 2002 KO102 Bag 39 D SNI 06-6989.51-2005 18-5A/IK-Cu SNI 06-2503-1991 SNI 06-6989.15-2004

C. 1. 2.

MIKROBIOLOGI Fecal coliform Total coliform

Jml/100 ml Jml/100 ml

1000 5000

2800 2800

2300 2300

2300 2300

SNI 06-4158-1996 SNI 06-3957-1996

Sumber : Hasil Laboratorium Lingkungan Hidup, PT Unilab Perdana, November 2007

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

17

Keterangan : *) = AIR PERMUKAAN Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001

Golongan II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratan mutu air sama dengan kegunaan tersebut **) < = Logam merupakan logam terlarut = lebih kecil

Sampel 1 = Air sungai di bagian Upstream, yaitu sebelum lokasi TPA berdasarkan aliran sungai Sampel 2 = Air sungai di bagian pertemuan air lindi sampah dengan air sungai Sampel 3 = Air sungai di bagian downstream, yaitu setelah lokasi TPA berdasarkan aliran sungai

C. Kualitas Air Bersih TPA Untuk memenuhi kebutuhan operasional di TPA Bagendung, Kota Cilegon, penyedeiaan air bersih selama ini bersumber dari air sumur sebagai sumber utama. Sedangkan untuk mengetahui kualitas air tanah yang dikonsumsi petugas jaga TPA dan para pemulung, maka diambil sample air dari sumur di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung, Kota Cilegon yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Kualitas Air Tanah/ Sumur Di Lokasi Tapak dan Sekitar TPA Bagendung
No Parameter Satuan Nilai Ambang Batas 1 A. FISIKA Hasil 2 3 Metode Analisa

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

18

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bau Zat

Parameter

Satuan

Nilai Ambang Batas Tdk berbau 1500 25 Tdk berasa Udara 3oC 50 +-

Hasil Tdk berbau 79 <1 Tdk berasa 31.0 2 Tdk berbau 78 <1 Tdk berasa 29.5 <1 Tdk berbau 78 <1 Tdk berasa 30.3 <1 6.78 <0.0005 <0.005 <0.06 0.30 <0.003 <2 6.8 <0.01 <0.02 1.0 <0.002 <0.002 <0.01 <0.005 <0.3 0.03 <0.01 0.3

Metode Analisa Organoleptik SNI 06-6989.27-2005 SNI 06-2413.1991 Organoleptik SNI 06-6989.23-2005 SNI 06-2413.1991

Padat

Terlarut

mg/L NTU 0C PtCo

(TDS) Kekeruhan Rasa Suhu (insitu) Warna

B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

KIMIA pH (insitu) Air Raksa (Hg) Arsen (As) Besi (Fe) Fluorida (F) Kadmium (Cd) Kesadahan total (CaCO3) Khlorida (CI) Khromium VI (Cr6+) Mangan (Mn) Nitrat (NO3-N) Nitrit (NO2-N) Selenium (Se) Seng (Zn) Sianida (CN) Sulfat (SO4) Surfaktan anion (MBAS) Timbal (Pb) Nilai Permanganat (KmnO4)

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

6.5 9.0 0.001 0.05 1.0 1.5 0.005 500 600 0.05 0.5 10 1.0 0.01 15 0.1 400 0.5 0.05 10

6.35 <0.0005 <0.005 0.08 0.31 <0.003 <2 6.8 <0.01 0.07 0.7 <0.002 <0.002 0.01 <0.005 <0.3 0.04 <0.01 0.4

6.77 <0.0005 <0.005 <0.06 0.29 <0.003 <2 5.3 <0.01 <0.02 1.0 <0.002 <0.002 <0.01 <0.005 <0.3 0.002 <0.001 0.2

SNI 06-6989.11-2004 SNI 19-6964.2-2003 SNI 06-2463.1991 18-6AIK-Fe SNI 06-2482.1991 SNI 06-6989.16-2004 **) SNI 06-6989.12-2004 SNI 06-6989.12-2004 SNI06-1132-1989 18-20/IK-Mn SNI 06-2480-1991 SNI 066989.9-2004 Std Method (Ed 21) 3500 Se SNI **) Std Method (Ed 21) 4500 CN E SNI 06-6989.20-2004 SNI 06-6989.51-2005 SNI 06-6989.8-2004 SNI 06-6989.22-2004 06-6989.7-2004

C. 1.

MIKROBIOLOGI Total Coliform

50

1100

150

240

SNI 06-3987-1996

Sumber : Hasil Laboratorium LIngkungan Hidup, PT Unilab Perdana, November 2007 Keterangan:

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

19

*) Bersih **) <

= Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Persyaratan Kualitas Air

= Logam merupakan logam terlarut = lebih kecil

Berdasarkan hasil analisis laboratorium dapat diuraikan sebagai berikut: Kualitas tanah (dangkal/sumur) yang diambil pada 3 titik sampel yang masingmasing diambil di dalam tapak lokasi, di pemukiman penduduk 300 M di depan lokasi dan pemukiman penduduk 800 M dari lokasi TPA. Dari hasil pemeriksaan laboratorium dapat disimpulkan bahwa air sumur di semua titik sampel secara fisk-kimia sudah memenuhi syarat sesuai Menkes No. 416/Menkes/ SK/SK/ 1990, kecuali untuk parameter bakteri coli yang telah melebihi nilai ambang batas. Adapun sumur yang parameter fecal colinya paling tinggi berada di atas NAB adalah sumur yang berada di dalam lokasi TPA yang merupakan konsumsi air bersih bagi perugas jaga TPA, mencapai 1.100 MPN/100 ml padahal NAB nya hanya 50 MPN/100 ml. Parameter lain yang melebihi NAB Menkes No. 416/Menkes/SK/IX/1990 berada pada sumur 2 dan 3 yaitu air sumur dalam atas bantuan dari PT Krakatau Steel dan sumur di rumah Bapak Tawi, walaupun tidak setinggi sumur di dalam lokasi TPA. Kandungan fecal coli-nya mencapai 150 MPN/100 ml (NAB : 50 MPN/100 ml) hal ini mengindikasikan bahwa kualitas air sumur di ketiga lokasi kurang baik untuk dikonsumsi karena belum memenuhi persyaratan kesehatan, kecuali harus ada sosialisasi kepada warga bahwa bila akan dikonsumsi hendaknya direbus sampai benar-benar mendidih.

3.1.4 TATA RUANG A. Fungsi dan Peranan Kota Cilegon

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

20

Beberapa perkembangan dalam kebijaksanaan pengembangan wilayah di Kota Cilegon telah membawa implikasi berubahnya struktur ruang wilayah kota : Terbentuknya Kota Cilegon melalui UU No. 2 Tahun 1993 Turunnya UU Nomor : 23 tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten yang mengubah orientasi pelayanan pemerintahan propinsi dari Kota Bandung ke Kota Serang, sementara kota Cilegon berbatasan dengan kota Serang. Kota Cilegon sebagai pusat pertumbuhan baru membutuhkan sarana dan prasarana wilayah yang baru. Di lain pihak, disebabkan wilayah Kota Cilegon kini menjagi wilayah andalan Kabupaten Merak maka dalam menentukan pusat-pusat pertumbuhan baru itu harus dimasukan pertimbangan keseimbangan wilayah. Dengan pertimbangan utama keseimbangan wilayah ini, maka untuk Kota Cilegon diperlukan pusar pertumbuhan antara lain adalah : 1. Cilegon di bagian Selatan yang menunjukan perkembangan yang pesat sebagai daerah permukiman. 2. Cilegon di bagian Barat yang menunjukan perkembangan sebagai kawasan industri dan permukiman. 3. Cilegon di bagian Utara yang dibutuhkan untuk pemacu pertumbuhan dan penyeimbang pertumbuhan antar wilayah. Selanjutnya setiap pusat pertumbuhan memiliki wilayah pelayannya masing-masing. Wilayah pelayanan ini ditentukan berdasarkan kecenderungan perkembangan ruang dan infrastruktur, factor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah, dan pembatas fisik. Itu semua berpengaruh terhadap pola orientasi kegiatan yang menjadi prinsip dasar penentuan wilayah pelayanan.

B. Tata Guna Lahan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

21

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon, lokasi pengembangan TPA Bagendung telah sesuai dengan peruntukannya sebagai fasilitas sosial yang dalam hal ini dipakai sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Kesesuaian tersebut didasarkan pada Perda Kota CIlegon Nomor: 15 Tahun 2001. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cilegon. Disamping itu, lokasi pembangunan TPA Bagendung tidak terletak pada kawasan lindung, di bawah SUTT atau SUTET.

3.1.5 Sistem Transportasi Kondisi Eksisting Sistem Transportasi A. Jaringan Jalan Lokasi rencana proyek pembangunan TPA Bagendung terletak di tepi jalan Raya Bagendung, Desa Bagendung, Kecamatan CIlegon. Dalam sistem jaringan transportasi Kota CIlegon, ruas Jalan Raya Bagendung merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar desa, kecamatan dengan Jalan Raya ke arah wilayah Mancak. Ruas Jalan Raya Bagendung sebagai jalan utama dari dank e TPA Bagendung dengan kondisi jalan beraspal yang mempunya lebar +_ 7 meter untuk dua arah bagi kendaraan yang melintas. B. Angkutan Umum Kendaraan umum yang menghubungkan Kecamatan Cilegon dengan daerah lain hanya berupa objek, karena kendaraan umum yang melintas ke wilayah tersebut belum tersedia. Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Cilegon untuk menyediakan sarana angkutan umum berupa minibus dan microbus agar memudahkan akses dari dan wilayah Bagendung. C. Volume Lalu Lintas Volume atau arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pengamatan pada jalan raya per satuan waktu. Volume dan komposisinya merupakan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

22

parameter dasar yang penting yang berhubungan dengan parameter-paramater lainnya seperti tingkat pelayanan dan kecepatan. Volume lalu lintas diketahui melalui survey penghitungan lalu lintas (traffic counting) secara manual yang dilakukan pada titik pengamatan pada ruas jalan yang diperkirakan akan terkena dampak langsung terhadap kepadatan lalu lintas. Dari hasil pengamatan kepadatan lalu lintas dari dank e arah TPA Bagendung belum menunjukkan kepadatan yang berarti

D. Kinerja Ruas Jalan Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat dinilai dengan menggunakan parameter lalu lintas sebagai berikut: Rasio volume per kapasitas yang menunjukkan kondisi ruas jalan dalam melayani

volume lalu lintas yang ada Kecepatan rata-rata yang dapat menunjukkan waktu tempuh dari titik asal ke titik

tujuan di dalam wilayah pengaruh yang akan menjadi tolak ukur dalam pemilihan rute perjalanan. Tingkat pelayanan merupakan indicator yang mencakup gabungan beberapa

parameter, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dari ruas jalan.

3.1.6 Kualitas Udara (Gas dan debu) Guna mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi pembangunan TPA Bagendung maka dilakukanlah uji kualitas udara ambient dengan terlebih dulu melakukan pengambilan sample pada 3 (tiga) buah titik yaitu titik pertama (U1) sebelum lokasi TPA (Up Wind), titik dua (U2) di dalam lokasi dan titik ketiga (U3) sesudah lokasi TPA (Down Wind) TPA Bagendung. (Lihat Tabel 3.4)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

23

Parameter kualitas udara yang dianalisa meliputi Sulfur Dioksida (S02), Karbon Monoksida (C0), Nitrogen Dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidrokarbon (HC), Debu (TSP), Timbal (Pb), Amonia (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S).

Tabel 3.4 Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Tapak Proyek TPA Bagendung
Hasil Uji NO . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Parameter Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monokisda (CO) Nitrogen Dioksida (NO2) Oksidan (O3) Hidrokarbon (HC) Debu (TSP) Timbal (Pb) Amonia (NH3) Titik 1 9,80 1375 7,85 24,69 125 58 < 0,03 0,08420 <0.00072 Titik 2 11,62 2864 13.99 24.95 230 1134 0.27 0.20445 0.00291 Titik 3 10,31 1260 8.90 18.03 157 115 0.16 0.06723 0.00221 Titik 4 9,15 1260 10.16 16.03 131 81 <0.03 0.06205 0.00263 Titik 5 14,08 1718 15.89 17.02 157 116 0.08 0.30028 0.00331 Satuan g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 g/Nm3 ppm ppm Metode Uji/Alat SNI-19-4147-1996 Cox meter ex Sibata SNI 19-7119.2-2005 SNI-19-4842-1998 SNI 19-4843-1992 SNI 19-7119.3-2005 SNI 19-7119.4-2005 SNI 19-7119.1-2005 SNI 19-4844-1998 Baku Mutu Udara Ambien MnLH RI No. 41 Th 1999 365 10.000 150 235 160 230 2 2**) 0.02**)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

24

Hidrogen Sulfida (H2S)

Sumber: Hasil laboratorium lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007

Keterangan: *) **) N < = PRRI No. 41 Tahun 1999 baku Mutu Udara Ambient Nasional = Kep-50/MenLH/11/1996 Baku Mutu Tingkat Kebauan = Kondisi Normal (hasil dikoreksi pada kondisi 250 C 76 cm Hg) = lebih kecil

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa rona lingkungan kualitas udara outdoor di sekitar tapak TPA Bagendung masih dalam keadaan baik. Pengukuran terhadap parameter Debu, HC, CO, NO2, OX, Pb, NH3, H2S konsentrasinya masih di bawah baku mutu udara ambient sesuai PPRI No. 41 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri LH No. 50/MENLH/XI/1996 tentang baku mutu tingkat kebauan. Kandungan konsentrasi parameter yang ada tersebut di atas masih rendah, ini disebabkan oleh disperse emisi kendaraan bermotor yang melintas di sekitar depan tapak TPA Bagendung dan pengolahan sampah hanya sekitar 2-3 mobil/menit. Untuk pengolahan sampah itu sendiri, dispersinya cukup kuat dimungkinkan oleh karena lokasi TPA tersebut cukup luas tanpa pneghalang di kanan kirinya, sementara tiupan angin juga cukup kuat. Kecuali sampel yang di dalam lokasi TPA, untuk parameter Hidro Carbon dan Debu belum malampaui Nab. Tingginya parameter di titik tersebut mungkin karena pengambilan sampel memang di tengah-tengah pengadukan sampah. Sehingga sangat mungkin karena konsentrasinya debu yang sangat tinggi. Sedangkan untuk parameter hidrokarbon yang melebihi NAB itu kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembakaran sampah di lokasi TPA.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

25

2.2.7 Kebisingan Kualitas kebisingan yang diukur di dalam dan di luar TPA adalah disajian pada Tabel 3.5 sebagai berikut. Tabel 3.5 Tingkat Kebisingan Di Sekitar Lokasi TPA Bagendung
No. 1. 2. 3. 4. 5. Lokasi Pengukuran PENGUKURAN OUTDOOR Sebelum lokasi TPA UD (up Wind) Sesudah lokasi TPA UD (Down Wind) Di dalam lokasi TPA UD Kampung Sambi Buhut Kampung Lebak gebang Satuan dB(A) dB(A) dB(A) dB(A) dB(A) Hasil Pengukuran 62.0 51.7 58.5 57.9 57.1 BML 55 55 55 55 55

Sumber : Hasil kebisingan pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007 Keterangan: Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik. KEP. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I, Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.

Pengukuran kebisingan di sekitar tapak pembangunan TPA Bagendung diuraikan sbb: Titik pengukuran tingkat kebisingan yang diambil sebelum, sesudah dan di dalam lokasi tapak proyek yang menunjukkan kebisingan masing-masing 62.0 dB(A), 51.7 dB(A), 58.5 dB(A), 57.9 dB(A) dan 57.1 dB(A). Kondisi rona awal kebisingan dari ke lima titik sampel menunjukkan bahwa hanya di lokasi setelah TPA (downwind) yang masih di bawah NAB. Selebihnya telah melebihi baku mutu yang disyaratkan. Tingginya intensitas kebisingan ini disebabkan karena aktivitas pengoperasian peralatan pembangunan ruang parker dozer serta aktifitas alat

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

26

berat yang mengelola sampah Bagendung (contoh : mesin Backhoe, dozer, truk yang bongkar sampah dsb) dan aktivitas kendaraan berat seperti dump truck pengangkut bahan bangunan dsb. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Hasil Uji Laboratorium Udara dan Kebisingan pada table 3.5.

2.2.8 Geologi Berdasarkan jenis batuannya lokasi studi TPA terusun oleh Satuan Tuf Banten (QTvb) yang merupakan hasil erupsi vulkanik gunung api berumur Kuarter dimana litologinya terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu pasir tufan yang berumur Plistosen Atas hingga Plistosen Bawah yang tersebar kea rah utara dan selatan dengan ketebalan puluhan hingga ratusan meter. Satuan ini menempati daerah yang sangat luas yaitu dari daerah Kelapa Dua, Cikkokol, Kandang Besar, Pabuaran, Cipondoh, Warung Mangga, Pakulonan, Kebun Nanas, Bendungan, Kandang Sapi, Jalempang, Bojong Lumpang, Babakan, hingga Cilegon. Ke arah barat dijumpai dkk., 1992). Endapan Aluvium (Qa) yang merupakan pedataran limpah banjir di sepanjang bantaran Sungai Cisadane (Sidarto,

3.2 KOMPONEN BIOLOGI 3.2.1 Flora/Vegetasi Darat Flora/vegetasi darat di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung yang diamati pada bulan Oktober 2007 meliputi jenis-jenis vegetasi bercirikan ekologi kawasan urban, seperti rumput-rumputan, mangga, pisang, jambu air, kelapa, papaya, bamboo, paku-pakuan, cemara, bougenville, mawar, asoka, pakis, beringin, the-tehan.

3.2.2 Biota Perairan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

27

Untuk mengetahui tingkat pencemaran di sungai Bagendung, juga telah dilakukan pengujian biota perairan di sungai Bagendung yang hasilnya dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.6 Hasil Uji Mikroorganisme di Sungai Lengkong, Lokasi TPA Bagendung Fitoplankton
No. Individu CYANOPHYTA 1 2 3 4 5 6 Anabaena sp 1 Anabaena sp 2 Dactlococcopsis sp. Oscillatoria sp 1 Oscillatoria sp 2 Oscillatoria sp 3 CHRYSOPHYTA 1 1 2 1 6 2 1 11 12 13

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

28

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Amphora sp 1 Amphora sp 2 Bacilaria paradoxa Cymbella sp Diatoma sp Navicula sp Nitzschia seriata Pinnularia sp Surirella sp 1 Surirella sp 2

1 1

5 1 1 1 5 10 1 1 1 1 4 2

CHLOROPHYTA 17 18 19 20 21 22 23 24 Closterium sp 1 Closterium sp 2 Closterium sp 3 Closterium sp 4 Closterium lineatum Cosmarium sp 1 Cosmarium sp 2 Micrasterias sp EUGLENOPHYTA 25 26 Euglena Trachelomonas sp 24 10 2.63 28 12 2.97 1 1 3 32 16 3.68 1 2 10 3 1 4 1 1 1 1 2 1

Jumlah individu/L Jumlah Taxa Indeks diversitas H= - E PIHAK KEDUA log 2 PIHAK KEDUA (Shannon Weaver, 1949) H max = Log2 S Equitas (E) = H/H-max

3.32 0.79

3.58 0.83

400 0.92

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

29

Zooplankton
No. Individu PROTOZOA 1 2 3 CILIOPHORA (SP.1) CILIOPHORA (SP.2) CILIOPHORA (SP.3) RHIZOPODA 4 5 6 7 8 Amoeba sp Arcella sp.1 Arcella sp.2 Centrophyxis sp Diffugia sp TROCHELMINTES 9 Tricocherca sp NEMATHELMINTES 10 NEMATODA (sp 1) 2 29 5 1.65 2 66 7 1.80 2 14 5 1.92 1 3 7 17 34 1 21 8 7 2 4 3 1 1 11 12 13

Jumlah individu/L Jumlah Taxa Indeks diversitas H = - E PIHAK KEDUA log2 PIHAK KEDUA (Shannon Weaver, 1949) H max = Log2 S Equitailitas (E) = H/H-max

2.32 0.71

2.81 0.64

2.32 0.83

Benthos No. Individu 11 12 13

MOLLUSCA

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

30

BIVALVIA 1 2 3 Corbicula BIVALVIA 1) BIVALVIA 2) 1 (sp 2 1 (sp

GASTROPODA 4 5 6 7 8 9 Bellamya sp Melanoides tuberculate (sp.1) Melanoides tuberculate (sp.2) Bulimidae Planorbidae GASTROPODA (sp.1) Jumlah individu/L Jumlah Taxa 32 7 7 2 34 4 1 1 2 15 10 3 4 19 8

Indeks diversitas H = - E 2.01 PIHAK KEDUA log2 PIHAK KEDUA (Shannon Weaver, 1949) H max = Log2 S 2.81

0.99 1.55

1.00 2.00 0.99 0.78

Equitailitas (E) = H/H- 0.71 max

Sumber : Hasil pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007

3.2.3 Fauna Darat Pada saat pengamatan bulan Oktober 2007, pada lokasi tapak proyek tidak ditemui hewan dan serangga penular penyakit, akan tetapi berdasarkan informasi penduduk, jenis hewan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

31

dan serangga yang sering ada adalah beberapa jenis burung seperti pipit dan gereja, cacing, kupu-kupu, lalat, lebah, nyamuk, ikan, kucing, anjing, ayam, belalang, jangkrik, katak dan kelabang A. Serangga Penular Penyakit Hasil pengamatan menunjukkan populasi serangga penular penyakit yang ditemukan di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung didomonasi nyamuk dan lalat. Selengkapnya secara kualitatif disajikan pada Tabel 3.7 berikut. Tabel 3.7 Jenis Serangga Penular Penyakit Yang ditemui di Tapak dan sekitar TPA Bagendung
No. 1. 2. Jenis Penular Nyamuk Lalat Serangga Gambaran Populasi **** (Indeks kepadatan rata-rata : 6-8/30 menit) Jenis Yang Ditemui Aedes dan Culex. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat Buah (Drosophylla melanogaster)

3. Kecoa ***

Kecoa (Blatella germanica)

Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Oleh Tim Penyusun AMDAL, 2007.

Keterangan : ***** = Sangat banyak **** *** = Banyak = Cukup banyak

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

32

** *

= Sedikit = Sangat sedikit

B. Hewan Pembawa Penyakit Hewan pembawa penyakit teramati yang paling sering ditemui di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung adalah kucing. Selengkapnya disajikan pada Tabel 3.8 berikut. Tabel 3.8 Hewan Penular Penyakit Yang Ditemui di Tapak dan sekitar TPA Bagendung No. 1. 2. 3. Nama Daerah (Lokal) Kucing Ayam Anjing rumah Nama Ilmiah (Latin) Felis domesticus Gallus domesticus Caris domesticus

3.3 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA 3.3.1 Keadaan Geografi Kota Cilegon terletak di bagian barat Propinsi Banten pada koordinat 105 54 05 106 05 11 Bujur Timur dan 5 52 24 6 04 07 Lintang Selatang, dengan batasbatas sebagai berikut: Batas wilayah Kota Cilegon: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatang : Kabupaten Serang (Kec. Pulo ampel) : Kabupaten Serang (Kec. Bojonegara dan Kec. Kramat Watu) : Kabupaten Serang (Kec. Waringin Kurung, Kec. Mancak, dan Kec. Anyar)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

33

3.3.2 Pemerintahan Wilayah Kota Cilegon secara administrative terdiri dari 8 (delapan Kecamatan dan 43 (empat puluh tiga) Kelurahan/Desa. Dengan Luas wilayah Kota Cilegon sebesar 1.110,38 km2. TPA Bagendung terletak di Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, Propinsi Banten.

3.3.3 Sosial Ekonomi Dari data Profil Kesehatan Kota Cilegon, Kecamatan Cilegon terdiri dari 16 desa, luas Kecamatan CIlegon 57,48 km2 dengan kepadatan penduduk 2.354 orang/km2. Jumlah penduduk 135.298 orang dan jumlah KK 36.401, dari jumlah tersebut 44,32% mempunyai akses terhadap air bersih dan pembuangan air kotor, 62,60% memiliki jamban/septic tank dan 22% memiliki tempat/bak sampah di rumah tangga. Sedangkan jumlah penduduk di Kelurahan Begendung sendiri adalah 3.532 jiwa terdiri dari 790 KK, dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 1.806 jiwa dan penduduk wanita 1.726 jiwa. Mata pencarian mayoritas penduduk adalah petani dan buruh tani (86%), kemudian sisanya adalah buruh swasta, pengrajin, pedagang dan PNS. Tabel 3.9 Komposisi Penduduk di Kelurahan Bagendung Berdasarkan Pendidikan
No 1. 2. 3. Pendidikan Belum sekolah (<7 tahun) Sedang sekolah tingkat SD/sederajat Pernah sekolah tidak tamat SLTP/sederajat Jumlah 381 1435 73

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

34

4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sumber::

Sedang sekolah SMP/sederajat Sedang sekolah SMA/sederajat Sedang sekolah D1/sederajat Sedang sekolah D2/sederajat Sedang sekolah S1/sederajat Tidak pernah sekolah (7 45 tahun)

537 372 1 8 8 788

3.3.4 Sosial Budaya Persepsi Masyarakat Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hadir pada saat sosialisasi yang diadakan di Kelurahan Bagendung serta isian questioner yang dibagikan kepada 40 responden penduduk yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan diperoleh gambaran tentang Persepsi masyarakat terhadap kegiatan TPA. Adapun karakteristik warga/responden secara rinci disajikan dalam uraian di lampiran. 1) Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA Bagendung Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis kegiatan pelayanan TPA Bagendung sudah cukup memahami bahwa kegiatan TPA adalah untuk melayani pembuangan sampah dari seluruh kota CIlegon. 2) Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA Bagendung 100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegiatan penanganan sampah oleh TPA Bagendung. Hal ini wajar karena lokasi penduduk dan tempat penanganan sampah berjauhan dan penanganan sampah ini dilakukan dengan tingkat kebersihan yang baik serta adanya prosedur penampungan sampah dengan kantong plastik sehingga gangguan baud an vector penyakit (khususnya lalat) dapat dikurangi. 3) Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA Bagendung

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

35

2,5% responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan penanganan air limbah TPA Bagendung, sedang 97,5% responden merasa tidak terganggu. Alas an responden mengatakan terganggu terutama yang tinggal di seberang TPA dan depan TPA, karena buangan air limbah di saluran alirannya diperkirakan akan dialirkan menuju ke sungai yang mengalir kea rah Desa Bagendung (mendekati lokasi penduduk), alas an responden mengatakan terganggu karena pembuangan air limbah akan menyebabkan gangguan penyakit dari air limbah yang dibuang. Kekhawatiran ini menunjukkan pengetahuan masyarakat akan lingkungan hidup dan kesehatan sudah cukup baik, namun pengetahuan mereka tentang penanganan air limbah di TPA Bagendung yang akan dilakukan pengolahan dalam IPAL masih rendah. Hal ini diperkirakan karena factor minimnya informasi kepada masyarakat sekitar TPA tentang karakteristik air limbah TPA.

4) Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA Bagendung Menanggapi atas manfaat keberadaan TPA Bagendung, pada umumnya (100%) responden mengatakan tidak keberatan dengan keberadaan TPA Bagendung (0%) responden mengatakan keberatan. Alas an responden setuju dengan keberadaan TPA Bagendung akan memberikan manfaat berupa : Kemudahan membuang sampah, Lingkungan semakin ramai, Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakkan bagi karyawan Dinas

Kebersihan, Manfaat peluang bekerja bagi penduduk local di TPA, Manfaat peluang usaha informal di sekitar TPA.

5) Harapan responden terhadap TPA Bagendung

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

36

Dengan akan beroperasinya TPA Bagendung, responden memberikan harapan kepada TPA sebagai berikut : TPA agar tetap menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungannya

termasuk penanganan limbah cair (Leacheate) dan gas yang ditimbulkan. Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya menjauhi

permukiman penduduk, sehingga meminimalkan kekhawatiran penduduk akan gangguan penyakit/kesehatan. sekali. Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (local) yang masih Mengingat keberadaan masyarakat dengan ekonomi rendah, diharapkan

DInas Kebersihan TPA Bagendung memberikan pengobatan minimal tiga bulan

menganggur di sekitar TPA dapat diberdayakan di TPA. Mengharapkan agar TPA tetap memberikan bantuan sosial kemayarakatan

(ke majelis talim, masjid/musholah dan pengajian).

3.4. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT Dari hasil pengamatan di lapangan Kecamatan Cilegon menunjukkan bahwa jenis penyakit terbanyak di wilayah studi adalah : ISPA, gangguan gigi dan jaringan, Nasofarigitis Akut, Gastritis, Mialgia, Demam yang sebabnya tidak diketahui, Diare dan Penyakit Saluran Nafas lainnya. Atas dasar tipologi kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak dan tipologi lingkungan yang diperkirakan telah dan akan terkena dampak, maka dilakukan suatu langkah untuk mendapatkan proritas dampak penting hipotetik. Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan dampak penting hipotek tersebut adalah melalui proses pelingkupan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

37

3.4.1 Kondisi Sanitasi Lingkungan A. Penggunaan Air Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencusi dan minum berasal dari air tanah. Sarananya berupa sumur gali atau sumur bor/pantek yang dilengkapi dengan mesin pompa air dengan kedalaman antara 20 meter s/d 30 meter. Kualitas air sumur penduduk berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari ketiga sampel menunjukkan bahwa secara fisik dan kimia kualitas air sumur masih memenuhi syarat kesehatan kecuali untuk parameter biologi (total colliform) sudah melebihi NAB. B. Kebiasaan Buang Air Besar, Buang Air Limbah, dan Buang Sampah Pada umumnya penduduk buang air besar di jamban keluarga (WC), kemudian ditampung di septic tank. Air kotor (limbah cair) dari rumah tangga dibuang ke pekarangan atau saluran air yang ada disekitarnya. Penduduk membuang sampah ke bak sampah, kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke tempat pembuangan akhir sampah. Sebagian lagi memusnahkan sampah dengan cara dibakar atau membuat lubang di halaman rumah. C. Kondisi Rumah Atap rumah yang dominan dipergunakan adalah genteng, dinding rumah terbuat dari tembok dan lantai terbuat dari bahan yang kedap air (keramik, plester, dan tegel). Ventilasi rumah pada umumnya tergolong baik dan penerangan rumah yang digunakan pada umumnya adalah penerangan listrik.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

38

3.4.2 Pola Penyakit Data pola penyakit diperoleh dari laporan penyakit dari Puskesmas Cilegon, Kecamatan CIlegon menunjukkan bahwa : data jenis 10 penyakit terbanyak di puskesmas wilayah studi adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.10. Tabel 3.10 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Cilegon No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis Penyakit ISPA Dermatis Gigi dan Jaringan Penunjang Nasofaringitis Akut Gejala dan tanda umum lainnya Gastritis Mialgia Jumlah Kunjungan (org) 15428 5139 5093 5014 4745 3536 2039

Demam yang sebabnya tidak 1881 diketahui Diare Penyakit saluran nafas lainnya Jumlah 1758 773 45406

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Dari Puskesmas tersebut diperoleh informasi bahwa pada 2005 terdapat kasus penderita penyakit demam berdarah (DBD) sebanyak 12 (dua belas) orang.

3.4.3 Pelayanan Kesehatan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

39

Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah studi terdiri dari : Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu)m Balai Pengobatan, dokter praktek dan lain-lain. Jumlah sarana kesehatan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.11

Tabel 3.11 Jumlah Sarana Kesehatan Di Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis Sarana Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Swasta Dokter Praktek Umum Dokter praktek Gigi Dokter Praktek Spesialis Rumah Bersalin R.S. Swasta 1 2 1 2 2 Jumlah (Orang)

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Tenaga medis dan paramedic Puskesmas yang bekerja di wilayah studi adalah sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.12 Tabel 3.12 Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Puskesmas Di Kecamatan Cilegon
No. Jenis Tenaga Medis dan Paramedis Jumlah (Orang)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

40

1 2 3 4 5

Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Perawat Pekarya Kesehatan/Dukun Terlatih Jumlah

4 1 9 7 1 22

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Sedangkan di Kelurahan Bagendung sendiri, berdasarkan buku Profil Desa di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon, tenaga medis yang ada adalah 2 orang bidan dan 1 orang dukun terlatih. BAB IV RUANG LINGKUP STUDI

4.1 A.

Dampak Penting Yang Ditelaah Komponen Lingkungan Hidup Yang Terkena Dampak

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

41

BAB V METODE STUDI 5.1 Metode Pendekatan Studi untuk memdapatkan hasil study ANDAL yang dapat digunakan secara optimal dalam rencanakan suatu kebijakan pengelolaan yang implementif dan efektif, maka diperlukan suatu perencanaan yang terarah dalam melakukan studi ini yang diinformasihkan dengan suatu pendekatan studi yang sesuai. berdasarkan konsepsi tersebut diatas, maka studi ANDAL ini akan diawali dengan suatu telaan terhadap peraturan perundang undangan yang berlaku ( terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup ), kajian yang mendalam terhadap kondisi lingkungan ( sebagai rona lingkungan hudup awal )dilokasi TPA sekatarnay serta kajian terhadap rencana kegitana TPA sampah yang ditinjau dari dimensi waktu pelaksanaan kegiatan mulai tahap prakontruksi, kontruksi,operasi dan pasca operasi dengan fokus kajian pada kegiatan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. dari aspek aspek kajian tersebut maka akan dapat ditentukan oleh ruang lingkup studi yang mengacu pada batas proyek, batas ekologi, batas sosial, dna batas administrasi. penetuan lingkup studi tersebut maksudkan untuk

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

42

membatasi bahasan studi hanya pada aspek yang dinilai signifikan dan kegiatan TPA sampah.pada tahapan ini berbagai data dan informasi primer atau sekunder yang dikumpulkan. Dengan menggunakan berbagai data rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana kegiatan, maka dalam studi ANDAL ini dibuat matrik idntifikasih dan perkiraan dampak yang akan terjadi pada setiap tahap kegiatan. berdasarkan hasil identifikasih dan prekiraan dampak yang mungkin timbul, maka dapat ditentukan besaran dan tingkat kepentingan dampak terhadap komponen lingkungan fisik kimia, tata ruang, biologi, Sosial ekonomi dan sosial budaya. Penetuan damapk penting tersebut akan dievaluasi berdasarkan hubungan sebab akibat yang dikaji secara holistik mengunakan cara empiris ( Study banding dengan baku mutu lingkungan yang berlaku), perhitungan matematis maupun penilaian berdasarkan keahlian atau profesi berdasarkan hasil evaluasi dampak yang disusun atau menginformaikan dampak dampak lingkungan signifikan yang perlu dikelolah dan pantau. penjabaran rinci dari rekomendasi penelolaan dan pemantauan dampak lingkungan akan ditungkan dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantau lingkungan (RPL) yang merupakan bagian tidak terpisah dengan dokument ANDAL.. 5.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data sebagai dasar penyususnan Analisis Dampak Lingkungan, data yang diambil antara lain: Studi Pustaka Studi perbandingan dengan proyek sejenis Studi literatur

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

43

5.3 Komponen Geofisik Kimia 5.3.1 Kualitas Udarah 5.3.2 Kebisingan 5.3.3 Geologi A. Analisis tanah atau batuan Analisis tanah/batuan berdasarkan atasa data yang didapat: 1. Urugan berlapisan tanah bawah permukaan dan kedalam Urutan berlapisan tanah/batuan diperoleh melalui penoboran teknik sebanyak 3 ( tiga ) titik dengan kedalaman masing masing 35 meter. pemboboran dilakukan dengan mengunakan sirkulasi air dan pemboboran kering ( dry drillyng ) yang diselaraskan dengan kondisi tanah /batuan yang dijumpai serta tabung penganti yang digunakan. Urutan urutan jenis tanag/batuan diketahui dari hasil deskripsi hasil pemboran yang diperoleh dari tabung penganti. 2. Sifat Fisik Dan Keteknikan Setiap Lapisan Tanah Bawah Permukaan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

44

Karakteristik fisik dan keteknikan tanah/batuan dideskripsikan setiap lapisan. Biasanya desripsi ini dilakukan dilapangan untuk mengetahaui indeks prioritas dan sifat mekanik. 3. Permibilitas Tanah Bawah Permukaan tujuan utama pengujiana permiabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan lapisan tanah/batuan dalam meluluhkan air secara langsung. koefisien rembesan rata rata yang searah dengan arah aliran daru suatu lapisan tanah dapat ditentukan dengan cara mengadakan uji permeabilitas.pengujian ini biasanya dilakukan melalui lobang pemboran atau melalui sumur sumur pantu. Hasil dari pengujian tersebut sanagt sensitif terhadap kondisi lubang bor ( lubang harus bersih) dan metode pemboran. seperti hanya dalam menggunakan. Koefisiensi rembesan dapat ditentukan dari data tersebut dengan menggunakan rumus empiris menurut NAVFAC.
R2 L K = ln ln 2 L (t1 t2 ) R H1 L H untuk R > 8 2

Dimana: K = Koefisien rembesan ( cm/menit) R = Diameter lubang (cm) L = Tebal lapisan yang diuji (cm)

H1 = Jarak Penurunan muka iar ke 2 (cm ) H2 = Jarak Penurunan muka iar ke 1 (cm ) t = waktu penurunana muka iar ( menit )

4. Daya Dukun Tanah dalam pembahasan daya dukung tanah ini akan diuraikan tinjauan daya dukung tanah untuk tembok penahan yang didasarkan atas hasil pengujian. daya dukung batas

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

45

suatu tanah dibawah beban pondasi terutama tergantung pada kekuatan geser tanah. sebagai besar teori daya dukung yang sekarang digunakan didasarkan pada teori plastisikan.dari hasil pengujian dapat diketahui daya dukun tiang pada ujung dengan persamaan sebagai berikut :
qa = 3N kg / cm 2 4

Dimana: qa = daya dukung yang diujikan N = nilai pikulan

5. Kestabilan Lereng Untuk keperluan pemotongan lereng di darah ini telah dilakukan dengan mempergunakan metode NAFVAC. dengan mengasumsikan bahwa kedudukan muka air tanah berada dibawah bidang gelincir dan tidak terdapat retakan ataupun rembesan air. Faktor keamanan untuk lonsoran rotasi dihitung dengan persamaan,
cj =
N tan c
Ncf x c +H

fs =

Dimana: c = kohesi tanah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

46

5.3.4 Kualitas Air 5.3.4.1 Air Tanah

5.3.4.2 Air Permukaan Parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik, kimia, dan biologi air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk golongan II air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mampersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sample air diambil dengan menggunakan botol sampler. Penentuan titik sample air didasarkan pada lokasi sumber air permukaan yang akan digunakan untuk kegiatan pengembangan dan operasional TPA sampah dan kebutuhan masyarakat setempat. Lokasi pengambilan sample air untuk air permukaan yaitu Sungai Bagendung sebanyak 3 lokasi titik sampling yaitu, di bagian hulu, tepat di titik rencana keluarnya efluen dari IPAL TPA, dan di bagian hilir.

Tabel. 5.1 Metode Analisis Kualitas Air Sungai


No A. 1. 2. FISIKA Suhu Zat Padat Terlarut (TDS)
o

Parameter

Satuan

Metode Analisa

SNI 06-6989.23-2005 SNI 06-6989.25-2005

mg/L

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

47

3. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. C. 1. 2.

Jumlah Padat Tersuspensi (TSS) KIMIA pH (in situ) Air Raksa (Hg) Arsen (As) Boron (B) Oksigen Terlarut (DO) in situ Flourida (F) Fenol Fosfat Total (PO4) Kadmium (Cd) Khromium VI (Cr6+) Kobalt (Co) Chlorin bebas (Cl2) Minyak Lemak Nitrat (NO3-N) Nitrit (NO2-N) Selenium (Se) Seng (Zn) Sianida (CN) Sulfida (H2S) Surfaktan anion (MBAS) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) BOD5 COD MIKROBIOLOGI Fecal coliform Total coliform

mg/L

SNI 06-6989.3-2004

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

SNI 06-6989.11-2004 SNI 19-6964.2-2003 SNI 06-2463.1991 SNI 06-2481.1991 SNI 06-6989.14-2004 Std Method (Ed 21) 4500-D HACH SNI 06-2483-1991 SNI 06-6989.16-2004 SNI 06-1132-1989 SNI 06-2471-1991 HACH HACH SNI 06-2480-1991 SNI 06-6989.9-2004 Std Method (Ed 21) 3500-Se SNI 06-6989.7-2004 Std Method (Ed 21) 4500-CN E JIS Th 2002 K0102 Bag 39 D SNI 06-6989.51-2005 18-5A/IK-Cu SNI 06-2503-1991 SNI 06-6989.15-2004

Jml/100 ml Jml/100 ml

SNI 06-4158-1996 SNI 06-3957-1996

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

48

Lokasi pengukuran dan pengambilan sample air sungai tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan aspek-aspek sebagai berikut : a. Hubungan antara rencana kegiatan TPA sampah dengan kegiatan lain di sekitarnya.
b. Sebagai badan air yang berpotensi terpengaruh oleh leacheat dari TPA sampah.

Untuk mengevaluasi kualitas air sungai pada setiap titik sampling akan dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Metode Perhitungan Perhitungan Debit Pengukura debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya. Lokasi pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan sample kualitas air sungai dan lokasi lainnya. Pengukuran debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas sungai di daerah studi. Pendekatan persamaan empiric digunakan untuk memperkirakan debit sesaat sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu : Q=AxV Dimana : Q A V = Debit aliran (m3/det) = Luas penampang sungai (m2) = Kecepatan aliran yang melalui penampang tersebut (m/det)

Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air dan kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai. Kecepatan aliran sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air sungai dengan data sekunder.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

49

5.3 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya 5.4 Komponen Kesehatan Masyarakat METODE PENGUKURAN Yang dikaji pada aspek kesehatan masyarakat adalah : 1. Pola Penyakit Sepuluh besar jenis penyakit di wilayah kajian Insidensi = JumlahPopu lasiPenyan dang Re siko xfaktor Pr evalensi = JumlahPopu lasiPenyan dang Re siko xfaktor 2. Sanitasi/Kesehatan Lingkungan Cakupan air bersih Cakupan jamban keluarga (JK) Cakupan sarana pembuangan air limbah domestik Sistem pembuangan sampah domestik 3. Vektor Penyakit Survey kepadatan lalat dengan menggunakan alat fly grill dan dengan interpretasi dari hasil pengukuran kepadatan lalat sebagai berikut : 0 2 ekor 3 5 ekor 6 20 ekor 21 ekor lebih : jarang : relatif agak padat : relatif padat : padat
JumlahPend eritaPadaW aktuTerten tu JumlahPend eritaBaru

Survey kepadatan jentik nyamuk


-

Container Index (Ci) =

Jumlah (Ci ) positifden ganlarva x100 % Jumlah (Ci ) yangdiperi ksa

House Index (Hi) = Jumlah ( Hi ) yangdiperi ksa x100 % Bruto Index = Jumlah ( Hi ) yangdiperi ksa x100 %
50
Jumlah (Ci ) positif

Jumlah ( Hi ) positflarv a

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

BAB IV

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

51

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Kegiatan Tempat Pembuangan akhir ( TPA ) sampah

PT Kaibon Resirekayasa.

diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak terhadap berbagai komponen lingkungan. Identifikasih dari jenis dampak terhadap berbagai komponen lingkungan telah diuraikan dalam proses penapisan pada bab I, maka dalam bab ini akan ditelaah berbagai dampak dari setiap tahapan kegiatan terhadap komponen lingkungan. Metode perkiraan dampak yang digunakan adalah sesuai dengan kerangka berfikir ( bagan alir ) yang diilurstrasiakan pada gambar 6.1 dan metric dampak metode analisis tiap dampak bervariasi dan ditetapkan berdasarkan kesesuaian tiap dampak yang telah di telaan.

6.1 TAHAP PRAKOSTRUKSI 6.1.1 Komponen Geofisik Kimia Kualitas Air Permukaan Kegiatan pra konstruksi meliputi kegiatan perencaan dan sosialisasi proyek. Kegiatan perencanaan yang sedang dan akan dilaksanakan adalah perencanaan detail engineering IPAL. kegiatan sosialisasi proyek dilakukan kepada masyarakat dan pejabat pemerintah yang terkait melalui pertemuan informal dan media massa. Kedua kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak penting terhadap air permukaan. 6.1.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya. 1. Kesempatan kerja, Kesempatan Berusaha dan pendapatan Pada tahap prakonstruksi kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan adalah kegiatan pembukaan lahan baru untuk penimbunan sampah. Kegiatan perencanaan dan pembukaan lahan baru sebagai pengembangan lokasi diperkirakan memerlukan tenaga lokal sebanyak 22 orang tenaga kerja.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

52

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembukaan lahan baru terhadap kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan penduduk merupakan Dampak Positif karena memberikan mamfaat bagi penyerapan angkatan kerja lokal, peningkatan pendapatan penduduk dan kesempatan berusaha penduduk lokal. Dampak yang ditimbulkan tergolong kecil karena hanya mampu menyerap angkatan kerja lokal dalam jumlah yang sedikit yaitu hanya sebanyak 22 orang, mendorong peningkatan penjualan bagi sebagian kecil kegiatan usaha lokal (warung desa), dan meningkatkan pendapatan bagi 22 orang pekerja local. Dampak yang ditimbulkan dapat dikategorikan sebagai dampak kecil tidak penting karena dampak yang ditimbulkasn hanya menjangkau sebagian kecil penduduk local, dan dampak yang ditimbulkan tidak menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan tingkat pendapatan penduduk. 1. Persepsi dan sikap masyarakat Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hasir pada saat sosialisasi yang diadakan dikelurahan serta isian quesioner yang dibagikan kepada 40 responden penduduk yang tinggal disekitar lokasi kegiatan diperoleh gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap TPA. Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis kegiatan pelayanan TPA sudah cukup memahami bahwa kegiatan TPA adalah untuk melayani pembuangan sampah dari seluruh kota cilegon.

Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA 100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegitan penanganan sampah oleh TPA. Hal ini wajar karena lokasi penduduk dan tempat penanganan sampah berjauhan dan penaganan sampah ini dilakukan dengan tingkat kebersihan yang baik serta adanya prosedur penampungan sampah dengan kantong plastik sehingga gangguan bau dan vektor penyakit (khususnya lalat) dapat dikurangi.

Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA


53

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

2,5% responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan air limbah TPA, sedangkan 97,5% responden merasa tidak terganggu. Alasan responden mengatakan terganggu terutama yang tinggal diseberang TPA dan didepan TPA, karena buangan air limbah disaluran alirannya diperkirakan akan dialirkan menuju kesungai yang mengalir ke arah desa, mendekati lokasi penduduk, alasan responden mengatakan terganggu penyakit pembuangan air limbah akan menyebabkan gangguan penyakit dari air limbah yang dibuang. Kekhawatiran ini menunjukan pengetahuan masyarakat akan lingkungan hidup dan kesehatan cukup baik, namun pengetahuan mereka tentang penanganan air limbah TPA yang akan dilakukan pengolahan dalam IPAL masih rendah. Hal ini diperkirakan karena faktor minimnya informasi kepada masyarakat sekitar TPA tentang karakteristikair limbah TPA.

Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA bagendung Menanggapi atas masalah keberadaan TPA Bagendung,pada umummnya (100%) responden mengatakan tidak keberatan dengan keberadaan TPA bagendung.Alasan responden setuju dengan keberadaan TPA bagendung akan memberikan mamfaat berupa; 1. Kemudahan membuang sampah 2. Lingkungan semakin ramai
3. Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakan bagi karyawan

Dinas Kebersihan
4. Manfaat peluang bekerja bagi penduduk lokal di TPA 5. Manfaat peluang usaha informal disekitar TPA

Harapan responden terhadap TPA Bagendung Dengan akan beropersinya TPA Bagendung, respoden memberikan harapan kepada TPA sebagai berikut: 1. TPA agar tetap menjaga ketertiban dan kebersihan

lingkungannytermasuk penanganan limbah cair dan gas yang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

54

ditimbulkan 2. Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya akan gangguan penyakit/kesehatan. 3. Mengingat keberadaan masyarakat dengan ekonomi rendah,diharapkan Dinas Kebersihan TPA Bagendung memberikan pengobatan minimal tiga bulan sekali. 4. Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (lokal) yang masih menganggur disekitar TPA dapat diberdayakan di TPA. menjauhi permukiman penduduk, sehingga meminimalkan kekhatiran penduduk

6.2 TAHAP KONSTRUKSI 6.1.1 Komponen Geofisik Kimia A. Kualitas Udara B. Kebisingan C. Geologi 1. Kegiatan Pembukaan Lahan Baru Pembukaan lahan baru ini meliputi pemadatan pengalian serta penimbunan tanah bertujuan untuk medapatkan lahan yang sesuai dengan peruntukan dengan kemiringan yang memadai dan aman. pembentukan dengan sel sel dengan cara pengalian pada daerah yang dilakukan untuk menjadikan jalan, kegiatan ini akan menimbulkan perubahan kestabialan lereng hingga diperkirakan menimbulkan dampak. kondisi kestabilan lahan dan kemiringan lereng akan menurun sejalan dengan sarananpenunjang, beban timbulan tersebut dapat menurunkan kestabilan lereng serta perncanaan yang matang sesuai dengan karakteistik stabilitas lereng setempat. ditinjau dari kegiatan pemadatan dan pengalian tanah pada TPA begendung sesuai dengan kepadatan yang diisyaratkan maka diperkirakan akan terdapat dampak

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

55

penting. Hal ini dikerenakan kegiatan tersebut akan mengkatkan tingkat daya dukung tanah serta memperkuat tanah horisontal.

Gamabr 6.1 Tekanan tanah aktif dengan galian tanah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

56

Gamabr 6.2 Tekanan tanah pasif dengan galian tanah

Gamabr 6.2 Tekanan tanah pasif dengan galian tanah Berdasarkan beberapa gambar contoh tanah yang diambil dari beberapa kedalaman, mak dari persamaan tersebut aiatas diperoleh hasil perhitungan tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif sebagai berikut: berdasarakan hasil kajian diatas maka pada skala kegiatan penimbunan dan penutupan sel akan memberikan dampak penting terhadap penurunan dan kekuatan tekanan tanah 2. Penghijauan Di tinjau dari kegiatan penghijauan komponen kegiatan tata guna lahan/ tanah pada TPA Bagendung pada dasarnay akan memberikan potensi terhadap dampak penurunan dan tekanan tanah. Bila pemadatan dan penutupan apada akhirnya operasi kemudian di tindak lanjuti dengan proses penataan dengan melakukan penanaman pohon atau pun jenis tumbuhan lainya dilakukan dengan mengidahkan kriteria lahan penataan diperkirakan akan terjadi di perubahan terhadap struktur kepadatan tanah baik pada tanah penimbun sampah akan mengalami penambahan beban. didalam residu air sampah terdapat zat zat atau bahan bahan yang berbahaya yang bersifat deduktif terhadap berbagai lapisan oleh karenanya pada proses penataan ini sebelum dilakukan perlu diperkirakan perhatian konsolidasi lahan sehubungan dengan pertimbangan terhadap rencana penggunaan lahan pada saat yang akan datang. jika padatan pada tahap konstruksi tidak dilakukan dengan baik diperkirakan akan terjadinya penurunan muka tanah timbulan sehingga dapat dikatagorikan sebagai dampak negatif penting

D. Kualitas Air Tanah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

57

Secara keseluruhan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah di TPA Bagendung ini seluas 10 Ha, 2 Ha diantaranya telah penuh sampah dan sisanya seluas 7,5 Ha itulah untuk pengembangannya. Kegiatan pematangan lahan dilakukan untuk menyiapkan lahan lokasi penambangan TPA. Dalam kegiatan ini dilakukan pemadatan tanah, perataan permukaan tanah dengan menimbun atau menggali tanah pada areal yang memang perlu dilakukan, seperti lahan yang akan dijadikan jalan, lokasi timbunan sampah dan lokasi IPAL, dan sarana penunjangnya. Pada proses tersebut diperkirakan akan terjadi tekanan air tanah dari lahan yang ditimbun/dipadatkan sehingga muka air tanah akan naik. Dengan demikian kegiatan pematangan lahan dapat digolongkan sebagai dampak sedang dan dampak penting Kualitas Air Tanah Kualitas air tanah diperkirakan akan mengalami penurunan akibat aktivitas dari mandi cuci kakus (MCK) yang dilakukan oleh para pegawai bila tidak disediakan sarana yang memadai. Pada tahapan konstruksi ini diasumsikan akan menggunakan air tanah dangkal sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan air minum untuk para pekerja selama proses konstruksi. Kegiatan konstuksi yang diperkirakan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas dari air tanah yaitu pembangunan saluran drainase dan pembangunan fisik Instalasi Pengolahan Air Limbah. Sedangkan untuk kualitas air tanah sendiri, berdasarkan hasil pemerikasaan laboratorium ternyata secara fisik kimia sudah memenuhi syarat Menkes No.416/Menkes/SK/1990, kecuali nilai konsentrasi Fecal Coliformnya masih sangat tinggi, hal tersebut diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat sekitar yang suka membuang hajat ke sungai, akhirnya sumursumur di sekitar sungai ikut tercemar. Dari data dapat diketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya (pengolahan terlebih dahulu). Sehingga hasil prakiraan dengan adanya kegiatan konstruksi ini dapat mengurangi kuantitas air tanah. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut dampak ini terkategori ke dalam dampak penting. E. Kualiats Air Permukaan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

58

Kegiatan kontruksi adalah tahapan pembangunan atau pengembangan fisik TPA Bagendung. Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi meliputi pembukaan lahan baru, pembangunan sarana penunjang, pembangunan fisik IPAL, dan pembersihan lingkungan. Dengan adanya kegiatan penggalian dan pengurugan akan meningkatkan volume sedimen yang akan terbawa oleh air hujan. Menurut data rona lingkungan awal topografo tapak proyek, kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun ke utara sedangkan Sungai Bagendung berada di sebelah selatan tapak proyek. Dengan kemiringan tanah menurun ke utara tersebur diprakirakan tidak akan terjadi dampak peningkatan kekeruhan sungai akibat kegiatan konstruksi. Tetapi kegiatan penghijauan dan pembersihan lahan akan menimbulkan dampak positif penting.

6.1.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya 1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk pada tahap konstuksi yang menimbulkan dampak terhadap jumlah dan kepadatan penduduk adalah kegiatan mobilisasi tenaga kerja. Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diperkirakan secara langsung akan mendorong meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk diwilayah studi karena meningkatnya arus migrasi penduduk dari luar wilayah studi. Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan tingkat kepadatan penduduk dianlisi dengan menggunakan model pertumbuhan geometrik. Perhitungan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan tingkat kepadatan penduduk dianalisis dengan melihat kondisi kedua parameter kependudukan tersebut dalam keadaan tanpa proyek dan keadaan dengan adanya proyek. Proyeksi jumlah kepadatan penduduk wilayah studi (tanpa proyek) menggunakan data jumlah penduduk tahun 2002 sebagai dasar dan laju pertumbuhan penduduk eksisting sebagai dasar proyeksi. Asumsi laju pertumbuhan penduduk eksisisting (tanpa proyek) adalah 3 persen pertahun. Hasil proyeksi jumlah penduduk wilayah studi untuk tahap konstruksi (2002-2003) adalah sebagai berikut. P2002 = 3.532 (1+ 0,03)1 = 3.638

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

59

P2003 = 3532 (1+ 0,03)2 = 3.747

Perhitungan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi dianalaisis hasil perhitungan untuk tahap konstruksi (2002-2003) adalah sebagai berikut. D2002 = 3.532 (1+ 0,03)1 / 135.298 = 3.638/135.298 = 269 D2003 = 3.532 (1+ 0,03)2 / 135.298 = 3.747/135.298 = 277

dengan

membandingkan proyeksi pertumbuhan geometrik dengan luas total wilayah studi,

Proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk wilayah studi dengan adanya proyek menggunakan data jumlah penduduk tahun 2002 sebagai tahun dasar dan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 4 persen sebagai dasar proyeksi. Laju pertumbuhan pertumbuhan eksisting 3 persen ditambah dengan migrasi netto sebesar 1 persen. Hasil poyeksi jumlah penduduk wilayah studi untuk tahap konstuksi (2002-2003) adalah sebagai berikut. P2002 = 3.532 (1+ 0,04)1 = 3.673 P2003 = 3.532 (1+ 0,04)2 = 3.820 Perhitungan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi dianalisis dengan membandingkan proyeksi pertumbuhan geometrik dengan luas wilayah studi setelah adanya proyek. Hasil perhitungan untuk tahap konstruksi (2002-2003) adalah sebagai berikut. D2002 = 3.532 (1+ 0,04)1 / 135.298 = 3.673/135.298 = 271 D2003 = 3532 (1+ 0,035)2 / 135.298 = 3.820/135.298 = 282

Besarnya dampak kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan kepadatan penduduk diwilayah studi adalah sebagai berikut :

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

60

D2001 = Ddp - Ddp = 271 269 = 2 D2002 = Ddp - Ddp = 282 277 = 5 Berdasrkan hasil perhitungan diatas, dampak kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan kepadatan penduduk dapat dikategorikan sebagai dampak kecil tidak penting karena hanya menimbulkan kenaikan kepadatan penduduk sebesar 2 orang per kilometer persegi untuk tahun 2002 dan 5 orang per kilometer persegi untuk tahun 2003.

2. Angkatan kerja Pada tahap Kegiatan konstruksi pembukaan lahan baru untuk penimbunan sampah sebagai pengembangan lokasi mencakup mobilisasi tenaga kerja,yaitu penerimaan dan penyeleksian tenaga kerja, yang berasal dari sekitar lokasi pembangunan maupun dari luar lokasi rencana pembangunan. Tenaga kerja yang tidak memerlukan keahlian khusus sedapat mungkin diambil dari tenaga kerja lokal yang tersedia disekitar lokasi rencana pembangunan, sedangkan untuk tenaga kerja yang memerlukan keahlian khusus didatangkan dari luar kota.adapun setelah selesai kegiatan proyek, tenaga kerja lokal yang memiliki keahlian khusus akan diupayakan untuk dipekerjakan kembali sebagai karyawan TPA, untuk memaksimalkan upaya mengurangi tingkat pengangguran dan mencegah kecemburuan masyarakat yang tidak terserap rekuitmen tenaga kerja dilakukan penerimaan tenaga kerja dengan memperhatikan masukan dari para pemuka masyarakat setempat dan dinas tenaga kerja kota.dampak yang ditimbulkan merupakan dampak positif karena memberikan manfaat bagi penyerapan angkatan kerja lokal dan peningkatan pendapatan penduduk lokal. Dampak secara ekonomis sangat berarti dalam rangka mendorong penyerapan angkatan kerja dan mengurangi tingkat penganguran, dan selanjutnya membuka kesempatan berusaha bagi penduduk lokal karena adanya daya beli masyarakat yang timbul dari proses peningkatan pendapatan penduduk lokal. Tetapi kegiatan ini akan menimbulkan dampak berupa keresahan masyarakat manakala pada waktu rekuitmen tenaga kerja tersebut tidak dapat menampung warga

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

61

sekitar proyek, oleh karenanya diupayakan pengambilan tenaga kerja harus menyetujui kesepakatan kerja yang tertulis maupun tidak tertulis menyangkut hak dan kewajiban termasuk kontrak kerja sebagai antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Dapat disimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari pengambilan atau perekrutan tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai dampak besar dan penting.

6.2.2 Komponen Kesehatan Masyarakat Mobilisasi alat berat dan pengangkutan bahan material yang menimbulkan dampak negatif yaitu berupa adanya debu dan kebisingan yang berpotensi dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap masyarakat di sekitar lokasi proyek. Gangguan kesehatan tersebut yaitu berupa gangguan pernapasan, gangguan kesehatan mata, dan gangguan pendengaran/kenyamanan. Dampak berlangsung selama tahap kontruksi yaitu diperkirakan 1 tahun. Jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan 30% dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon terutama penduduk disepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut peralatan berat dan material dan masyarakat di sekitar tapak lokasi kegiatan dengan radius 500 meter s/d 1.000 meter. Dampak negatif dari kegiatan tersebut diatas termasuk kedalam kategori sedang dan penting.

6.3 TAHAP OPERASI 6.3.1 Komponen Geofisik Kimia A. Kualitas Udara B. Kebisingan D. Kualitas Air Tanah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

62

Dalam tahap operasi TPA bagendung terdapat beberapa tahapan kerja yang mungkin saja dapat menimbulkan dampak bagi kualitas dan kuantitas air tanah. Dari segi kuantitas diketahui bahwa air tanah digunakan untuk kebutuhan penghidupan penjaga TPA serta untuk menyediakan minum bagi para pemulung yang ada di lokasi TPA, berikut tabel volume penggunaan air tanah untuk keperluan sehari-hari di lokasi TPA : Pada tahapan konstruksi air tanah dangkal digunakan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan air minum untuk para pekerja selama proses konstruksi. Dari data jugadiketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya (pengolahan terlebih dahulu).Untuk mengetahui besaran dampak yang ditimbulkan terhadap kuantitas air tanah maka dilakukan perhitungan dengan menghitung jumlah pemakaian air tanah. Perhitungan Pemakaian Air Tanah : Pemakaian untuk kebutuhan penghidupan penjaga TPA serta pemulung Tabel 6.1 Perkiraan Volume Penggunaan Air bersih untuk kehidupan penjaga TPA Sumber Air PDAM dan Air Tanah (Deepwell) TPA Bagendung Volume penggunaan No 1 Sumber Air Bersih (m3/hari) Air Tanah dalam (deepwell) Jumlah Sumber : TPA Bagendung, 2007 Pemakaian air tanah untuk konsumsi penduduk di Kelurahan Badendung Pada penduduk di daerah Kelurahan Bagendung menggunakan air tanah sebagai sumber air untuk mandi, mencuci, dan minum. Sarananya berupa sumur gali atau sumur bor/pantek yang dilengkapi dengan mesin pompa air dengan kedalaman 20 meter s/d 30 meter. 12 12

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

63

Perhitungan pemakaian air tanah untuk kebutuhan penduduk/hari Dik : Jumlah Penduduk : 3.532 jiwa (Profil Kesehatan Kota Cilegon) : 10 l / org/hari (Asumsi)

Kebutuhan air bersih / hari

Maka Volume kebutuhan pemakaian air bersih adalah :

V = Jumlah penduduk Kebutuhan air bersih/org/hari V = 3.532 jiwa 10 l / org/ hari = 35.320 l/hari atau 35,320 m3/hari Maka total Volume penggunaan air tanah adalah : V = Vol penggunaan di TPA + Vol penggunaan oleh penduduk
V = 12 m3/hari + 35, 320 m3/hari = 47,320 m3/hari atau 47.320 liter/hari

Jika TPA ini beroperasi selama 10 tahun (3650 hari) maka diprediksi pemakaian air untuk kebutuhan pegawai dan pemulung di TPA (Jumlah pegawai dan pemulung diasumsikan tetap/sama tiap tahunnya), maka pemakaian air tanah sebesar V = 12 m3/hari 3650 hari = 43800 m3 atau 43.800.000 liter Kemudian jika diasumsikan persentase pertumbuhan selama 10 tahun penduduk sebesar 50 % dari jumlah penduduk sekarang, maka volume penggunaan air tanah adalah : Jumlah Penduduk : 3.532 + ( 50 % 3.532 ) = 5296 jiwa : 10 l / org/hari (Asumsi)

Kebutuhan air bersih / hari

Maka jumlah kebutuhan air bersih adalah : V = 5296 jiwa 10 l/org/hari = 52.960 l/hari atau 52,960 m3/hari

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

64

1.

Terjadi Kompetisi atau persaingan untuk mendapatkan air untuk pemenuhan

kebutuhan di TPA dan pemebuhan kebutuhan penduduk.Dari kompetisi tersebut mungkin saja akan terjadi konflik. 2. Penurunan kuantitas air tanah jika pemakaian atau pengambilan air tanah tidak diatur atau diambil secara efektif dan efisien mengingat bahwa jumlah air tanah yang ada terbatas. Dari beberapa uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembangunan TPA Bagendung akan menimbulkan Dampak Negatif Penting.

Kualitas Air Tanah Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting terhadap kualitas air tanah, ada beberapa kegiatan terutama pada saat kegiatan operasional dari TPA yang akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air tanah. Penurunan kualitas air tanah diakibatkan karena adanya rembesan lindi yang dihasilkan oleh timbulan sampah. Timbulan sampah yang masuk ke TPA smencapai 732 m3/hari, sedangkan volume lindi yang dihasilkan sebanding dengan volume sampah yang tertimbun. Karakteristik lindi yang dihasilkan mengandung nilai COD dan BOD yang tinggi . Pada musim hujan, air lindi tersebut akan bercampur dengan air hujan sehingga akan menambah debit air lindi tersebut. Selain itu untuk memprediksi dampak yang mungkin diakibatkan oleh air lindi adalah mengetahui jenis tanah yang ada di TPA itu sendiri. Berdasarkan jenis batuannya lokasi studi TPA tersusun oleh Satuan Tuf Banten (QTvb) yang merupakan hasil erupsi vulkanik gunung api berumur Kuarter dimana litologinya terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu pasir tufan yang berumur Plistosen. Metode yang bisa digunakan untuk memprediksi timbulan lindi adalah METODE NERACA AIR THORNTWAITE

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

65

Presipitasi (P)

Evapotranspirasi (ET) Run Off (RO)

Moisture Storage (ST)

Perkolasi Lindi = P - RO - ET - ST

Atau

Dimana : L = leachate volume produced (cubic cm per year) P = Precipitation volume (cm rain/year times the landfill surface area ) R = Runoff E = Evapotranspiration ( cm/year times the landfill surface area) Maka

Jika Surface Area P R = 10 acres (10 Ha ) = 30 cm/year = 0,17 ( asumsi slope 7 % )


66

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

E ada sekitar landfill)

= 10 cm/year ( tergantung dari cuaca/iklim dan jenis vegetasi yang

Maka prediksi timbulan leachate adalah ;

Pada dasarnya leachate tidak bisa dihindari keberadaannya, tetapi untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi terutama terhadap kualitas air tanah. Oleh karena itu, jika ditinjau dari sifat dan karakteristik zat yang terkandung dalam leachate maka diprakirakan sebagai dampak besar dan negatif penting. D. Kualitas Air Permukaan Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti : Variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun Curah hujan dan musim Umur timbunan Pola operasional Temperatur Kelembaban Infiltrasi Jenis tanah penutup Tahap dekomposisi Kedalaman TPA

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

67

Pada tahap awal akan banyak dijumpai senyawa organik dengan berat molekul yang kecil tetapi fraksi dengan berat molekul yang tinggi dai senyawa yang lambat terdekomposisi juga akan semakin sedikit. Secara keseluruhan COD, BOD, dan NH3-N yang terkandung dalam lindi akan mengalami perubahan sejalan dengan waktu. BOD berkurang lebih cepat dibandingkan COD karena BOD tersusun dari zat organik yang mudah terdekomposisis oleh berbagai bakteri yang ada di TPA. Pada musim hujan, air lindi air lindi tersebut akan bercampur dengan air hujan sehingga akan menambah debit air lindi tersebut. Akan tetapi air lindi yang berasal dari air hujan dapat dikurangi dengan dibuatnya saluran drainase.Berikut ini adalah contoh karakteistik kualitas air lindi yang dihasilkan oleh beberapa TPA di Pulau Jawa yang disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel. 6.2 Kualitas Air Lindi di Beberapa Lokasi TPA di Pulau Jawa pada musim hujan
Konsentrasi No. 1 2 3 4 Lokasi TPA BOD Suakamiskin, Bandung Leuwigajah, Cimahi Grenjeng, Cirebon Putri Cempo, Solo 2578 940 COD 7309 7379 13575 6166

Sumber : Studi Literatur (Damanhuri E.1995) Pada kegiatan operasi akan dilakukan pengisian dan penimbunan sampah. Setelah sampah tertimbun dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu, maka akan keluarlah air lindi dari dasar timbunan sampah melalui saluran yang telah disiapkan. Air lindi yang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

68

berasal dari hasil dekomposisi sampah ini mengandung BOD dan COD yang tinggi sehingga perlu pengolahan lebih lanjut. Ditinjau dari skala unit kegiatan diperkirakan yang akan menimbulkan dampak terhadap kualitas air permukaan (Sungai Bagendung) adalah penimbunan dan penutupam sel selta pengoperasian alat berat. Serta dampak yang mungkin timbul adalah pencemaran Sungai Bagendung, dimana sungai tersebut merupakan objek dari pembuangan akhir proses pengolahan lindi. Bila proses pengolahan lindi tidak berlangsung dengan secara optimal, atau sesuai dengan proses yang diharapkan maka kualitas lindi akan mencemari Sungai Bagendung. Ditinjau dari sifat dam karakteristik zat-zat yang terkandung dalam air lindi maka diprakirakan sebagai dampak besar dan negatif penting.

6.3.2 Komponen Sosial Ekonomi Pada umumnya masyarakat tidak keberatan Menanggapi keberadaan TPA Bagendung. Alasan masyarakat setuju dengan keberadaan TPA bagendung adalah memberikan mamfaat berupa; 1. Kemudahan membuang sampah. 2. Lingkungan semakin ramai. 3. Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakan bagi karyawan Dinas Kebersihan. 4.Manfaat peluang bekerja bagi penduduk lokal di TPA. 5.Manfaat peluang usaha informal disekitar TPA. Adapun ganguan bau sampah selama kegiatan pengangkutan sampah terhadap penduduk sebelum adanya kegiatan perluasan lahan tempat pembuangan sampah belum ada sesuai dengan hasil uji laboraturium tentang ke-bau-an adalah masih di bawah ambang batas, tetapi pada saat perluasan lahan TPA yang diperkirakan dapat menampung sampah harian mencapai 732 m3/hari. Kemungkinan besar masyarakat

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

69

sekitar kegiatan terganggu bau sampah. Apalagi truk pengangkut sampah yang dalam satu hari diperklirakan sekitar 73-122 truk yang masuk ke lokasi TPA, sehingga menyebabkan kebisingan, debu, dan ganguan kesehatan , kemacetan . Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasi adalah Dampak negatif penting

6.3.2 Kesehatan Masyarakat. 1. Kegiatan pengangkutan sampah menimbulkan dampak negatif, yaitu timbulnya pencemaran udara berupa debu, gas-gas polutan (Nox, Sox, Pb), bau, dan kebisingan pada sekitar tapak lokasi proyek, daerah sekitar dan sepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut sampah. Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan berupa pernafasan, gangguan terhadap kesehatan mata, gangguan pendengaran/kenyamanan, dan gangguan bau terhadap masyarakat sekitar/sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut sampah dan masyarakat sekitar tapak proyek dengan radius 100 meter s/d 1.500 meter. Lamanya dampak dapat berlangsung selama 10 tahun, jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan lebih kecil dari jumlah orang yang direncanakan mendapat manfaat dari proyek dan luas persebaran dampak dapat melebihi batas kecamatan cilegon. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat dikategorikan besar dan penting.
2. Kegiatan penimbunan sampah diperkirakan menimbulkan dapak negatif yaitu timbulnya

polusi udara (debu, bau, Nox, Sox, CO) dan polusi tanah (jika terjadi kebocoran pada lapisan dasar sanitary landfill akan terjadi pencemaran pada air tanah sekitar tapak proyek). Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gangguan kesehatan pernafasan, kesehatan mata, kesehatan pendengaran/kenyamanan, dan penyakit yang disebarkan oleh adanya pencemaran air tanah jika terjadi kebocoran yaitu berupa penyakit perut dan penyakit kulit. Lamanya dampak berlangsung selama kegiatan proyek berlangsung 10 (sepuluh) tahun, jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan 30% dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon dan luas persebran dampak diperkirakan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

70

tidak melebihi wilayah kecamatan. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan ini termasuk kategori besar dan penting.
3. Kegiatan pemilahan dan daur ulang sampah (pengomposan) diperkirakan menimbulkan

dampak negatif terutama kegiatan pengomposan yaitu adanya peningkatan populasi vektor penyakit terutama lalat, nyamuk, dan bau, yang berpotensi menimbulkan penularan penyakit terhadap masyarakat di sekitar dan di luar proyek. Lamanya dampak berlangsung selama kegiatan proyek berlangsung 10 (sepuluh) tahun dan jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan dapat melebihi jumlah orang yang mendapat manfaat dari proyek, luas persebaran dampak diperkirakan dapat melewati batas kecamatan. Dampak negatif dari kegiatan ini termasuk kategori besar dan penting.

6.4 TAHAP PASCAOPERASI. 6.4.1 Komponen Geofisik Kimia A. Kualitas Udara B. Kebisingan C. Kualitas Air Tanah Pada rencana kegiatan yang akan dilakukan antara lain akan dibuat Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan luas mencakup 40 % dari luas total area proyek TPA Bagendung. Penanaman pohon-pohon serta tanaman lainnya diperkirakan akan memberikan kontribusi penambahan terhadap koefisien infiltrasi serta memperkecil koefisien run-off. Berdasarkan hal tersebut diatas maka diprakirakan dampak yang terjadi adalah positif penting. Air tanah yang jatuh pada lokasi landfill hanya menembus permukaan lapisan tanah di atas lapisan kedap yang berfungsi untuk kehidupan organik atau vegetasi yang tumbuh. Bila lapisan tanah tersebut telah jenuh oleh air hujan, air akan mengalir pada drainase yang telah dibuat. Secara hidrogeologi landfill tidak akan mempengaruhi air tanah setempat karena badan landfill telah diisolasi oleh beberapa lapisan pelindung yang kedap. Dengan demikian terjadinya rembesan leachate terhadap air tanah tidak akan terjadi sepanjang waktu.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

71

Terhadap kualitas air tanah di lokasi tapak proyek, reklamasi dan pembuatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki dampak penting. Kegiatan tersebut mengakibatkan komposisi tanah kembali ke keadaan alaminya. Tanah akan berfungsi seperti semula sebagai penyaring air hujan. Setelah mengalami penyaringan alami ini, kualitas air secara langsung menjadi lebih baik. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya reaksi sisa sehingga air lindi masih bisa terptoduksi dan tidak teralirkan sehingga akan terjadi penyerapan pada air tanah. Ditinjau dari pergerakan pencemaran pada tahap pasca operasi maka pada kondisi normasl tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh mana dan seberapa lama pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan diperhitungkan atas kondisi litologi daerah proyek dan sekitarnya, kondisi permeabilitas tanah dan batuan, arah aliran dan tinggi muka air tanah.Berdasarkan pertimbangan diatas maka diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan negatif penting. D. Kualitas Air permukaan Kegiatan pasca operasi yang akan dilakukan adalah kegiatan penambangan kompos. Kompos yang sudah tertimbun selama kurang lebih lima belas tahun ditambang untuk dijual sehingga dampaknya adalah positif karena akan membuka lapangan kerja dan berusaha. Kegiatan ini akan menimbulkan dampak positif penting.

6.4.1 Sosial Ekonomi dan Budaya. Pola pembokaran sampah memberi kesempatan bekerja bagi pemulung Sampah yang diangkut ke TPA oleh truk ditumpahkan ke lahan penimbunan, pemulung diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas pembongkaran sampah, tetapi selama pembongkaran, pemulung berada pada jarak aman agar tidak tertimbun.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

72

Kegiatan ini dikategorikan Dampak Penting positif karena dapat meningkatkan pendapatan pemulung, Diperlukan peraturan yang tegas,untuk menghindar kecelakaan terhadap pemulung dan gangguan terhadap aktivitas operasional TPA secara keseluruhan,oleh karena itu diperlukan koordinasi antara petugas operasional dengan organisasi pemulung. Diperlukan perjanjian kerjasama antara organisasi pemulung dengan petugas pengelola TPA,untuk menghindari pertumbuhan lapak-lapak disekitar lokasi TPA.salah satu perjanjian itu adalah pemulung harus menjual seluruh hasil pemilahannya TPA secara rutin Dampak yang akan ditimbulkan adalah keresahan di pihak para pemulung karena mereka belum tentu akan setuju dengan kebijakn dari pengelola TPA tersebut. dampak yang terjadi dapat dikategorikan adalah Dampak penting Untuk menghindari timbulnya keresahan maka tingkat harga yang ditawarkan adalah tingkat harga pasar setempat 6.4.2 Kesehatan Masyarakat Kegiatan reklamasi dan penataan lahan bekas TPA diperkirakan menimbulkan dampak negatif yaitu timbulnya pencemaran udara (debu, Nox, Sox, CO, dan kebisingan), yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pernafasan, kesehatan mata, gangguan pendengaran/kenyamanan akibat dari pengoperasian kendaraan pengangkut material dan alat berat. Dampak diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) bulan. Jumlah orang yang terkena dampak lebih kecil dan dampak negatif dari kegiatan ini dapat dikategorikan sedang dan penting. BAB VI EVALUASI DAMPAK PENTING kepada pengelola TPA dengan harga yang wajar dan disepakati.pengelola menjual hasil pemilihan yang telah terkumpul ke luar lokasi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

73

Evaluasi dampak penting merupakan pendalaman materi dari prakiraan dampak, sehingga dalam evaluasi akan difokuskan pada pengkajian dampak penting saja, baik negatif maupun positif. Kajian dampak penting ini dimaksudkan untuk menerusi hingga ke akhir sebab akibat dengan cara mengkaitkan dampak penting antar komponen lingkungan dan tahapan kegiatan pembangunnan TPA. Dengan demikian akan tergambarkan kaitan dampak penting antara komponen lingkungan dan tahapan kegiatan TPA yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan rencana pengolahan lingkungan (RKL ). 7.1 TELAAN TERHADAP DAMPAK PENTING Dari kajian perkiraan dampak yang telah dilakukan pada BAB VI, Kegiatan TPA Bagendung diperkirakan akan menimbulkan berbagai jenis dampak penting terhadap lingkungan fisik kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya. Dampak penting tersebut pada prinsipnya dikelompokkan sebagai dampak negative dan dampak positif. Dampak negative penting tersebut adalah:
1. Peningkatan emisi gas buang seperti H2S, CH4 sisa dan metan, serta peningkatan

konsentrasi debu dan tingkat kebisingan. 2. Gangguan terhadap kestabilan lereng 3. Terjadinya kenaikan dan penurunan muka iar tanah 4. Potensi terbentuknya akumulasi air lindi. 5. penurunan tingkat kesehatan masyarakat 6. Timbulnya presepsi/sikap masyarakat

Sedangkan damapk positif penting adalah:

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

74

7.1.1 TAHAP PRAKONTRUSI 7.1.1.1 Sosial Ekonomi dan Budaya. ssSebelumnya pihak pengembang melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada penduduk sekitarnya secara transparan, sehingga masyarakat mengetahui rencana pembangunan tersebut secara rinci, baik mengenai luas lahannya, luas bangunan, ketinggian bangunan, sumber air, pembuangan limbahnya, dan lain-lain. Tanggapan masyarakat disekitar lokasi proyek terhadap proyek berdasarkan survey dan kuesioner mendukung. Selain itu di sisi lain mereka juga melihat adanya kegiatan ini sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan bagi mereka dimana proyek tersebut dapat akan memberikan kesempatan dan lapangan kerja bagi para penduduk di sekitar lokasi kegiatan, juga dapat memberikan bantuan sarana penyediaan air untuk penduduk sekitar. Jumlah manusia yang bisa mengambil manfaat dari proyek cukup besar dan waktu dari manfaat akibat adanya dampak dirasakan lama. Berdasarkan paparan di atas, maka kegiatan ini dapat dikategorikan memiliki dampak positif penting. Kemungkinan besar masyarakat sekitar kegiatan terganggu bau sampah. Apalagi truk pengangkut sampah yang dalam satu hari diperklirakan sekitar 73-122 truk yang masuk ke lokasi TPA, sehingga menyebabkan kebisingan, debu, dan ganguan kesehatan , kemacetan . Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasi adalah Dampak negatif penting.

7.1.2 TAHAP KONTRUKSI

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

75

7.1.2.1 Geofisik Kimia A. Kualitas Udara B. Kebising

C. Geologi Kestabialn lereng kegiatan pematangan lahan berupa pengurugan dan pengalian yang menimbulkan dampak terhadap kestabilan lereng. pematangan lahan meliputi pengurugan dan pemadatan serta penimbunan tanah bertujuan untuk mendapatkan lahan yang sesuai dengan peruntukan dengan kemiringan yang memadai dan aman. pembentukan sel sel dengan cara pengalian dan pengurugan lubang sesuai dengan dimensi desain sel. kondisi kestabilahan lahan dan kemiringan lereng didnding sel yang menurunkan sejalan dengan kegiatan pembangunan fisik saranan utama ( sel timbulan ). beban timbulan akan dapat mendukung secepat penurunan kestabilan lereng. sehingga dalam pelaksanaan pembangunan perlu diperhatiakan kestabilan lereng serta perencanaan yang matang sesuai dengan kerekteristik stabilitas lereng setempat. ditinjau dari kegiatan pengurugan dan pemadatan tanah pada area yang akan dijadikan jalan kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan kepadatan yang diisyaratkan maka diperkirakan dampak positif penting. Hal ini diperkirakan meningkatkan daya dukung tanah serta mempengaruat tanah horizontal.

D. Kualiats Air Tanah Dari data dapat diketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya (pengolahan terlebih dahulu). Sehingga hasil prakiraan dengan adanya kegiatan konstruksi ini dapat mengurangi kuantitas air tanah. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut dampak ini terkategori ke dalam dampak besar dan dampak negatif penting.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

76

E. Kualitas Air Permukaan 7.1.2.2 Sosial Ekonomi dan Budaya. Dari data profil kesehatan kota Cilegon,kecamatan Cilegon terdiri dari 16 desa,luas kecamatan Cilegon 57,48 km2 dengan kepadatan penduduk 2.354 orang/km2.jumlah penduduk kecamtan Cilegon 135.298 orang dan jumlah kepala keluarga 36.401,sedangkan jumlah penuduk dikelurahan Bagendung sendiri adalah 3.532 jiwa terdiri dari 790 KK, Penduduk Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon Kota Cilegon Mayoritas pekerjaannya adalah petani dan buruh tani sekitar (86%), kemudian sisanya adalah buruh swasta, pengrajin, pedagang, dan PNS. Berdasarkan uraian prakiraan dampak, kegiatan atau proyek pembangunan TPA bagendung, tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat, bahkan kegiatan pembangunan ini akan menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitar dalam hal mobilisasi tenaga kerja.Kegiatan ini akan memberikan dampak positif penting.

7.1.2.2 Kesehatan Masyarakat. Mobilisasi alat berat dan pengangkutan bahan material yang menimbulkan dampak negatif yaitu berupa adanya debu dan kebisingan yang berpotensi dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap masyarakat di sekitar lokasi proyek. Gangguan kesehatan tersebut yaitu berupa gangguan pernapasan, gangguan kesehatan mata, dan gangguan pendengaran/kenyamanan. Dampak berlangsung selama tahap kontruksi yaitu diperkirakan 1 tahun. Jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan 30% dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon terutama penduduk disepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut peralatan berat dan material dan masyarakat di sekitar tapak lokasi kegiatan dengan radius 500 meter s/d

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

77

1.000 meter. Dampak negatif dari kegiatan tersebut diatas termasuk kedalam kategori sedang dan penting.

7.1.3 TAHAP OPERASI 7.1.3.1 Geofisik Kimia A. Kualitas Udara B. Kebising D. Kualiats Air Tanah Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting terhadap kualitas air tanah, ada beberapa kegiatan terutama pada saat kegiatan operasional dari TPA dan pasca oprasi yang akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air tanah.Kegiatan yang dilakukan pada saat pengoperasian TPA yang di prakirakan akan menimbulkan tercemarnya kondisi air tanah oleh rembesan dari lindi yang dihasilkan dari timbulan sampah yang masuk ke TPA, sedangakan pada tahap pasca operasi ditinjau dari pergerakan pencemaran pada kondisi normal tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh mana dan seberapa lama pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan diperhitungkan atas kondisi litologi daerah proyek dan sekitarnya, kondisi permeabilitas tanah dan batuan, arah aliran dan tinggi muka air tanah.Berdasarkan prakiraan-prakiraan diatas maka hal tersebut dikategorikan dampak besar dan negatif penting

7.1.3.2 Kesehatan Masyarakat Kegiatan pengangkutan dan penimbunan terhadap dampak dimana parameter yang menjadi acuan dalam timbulnya dampak adalah terjangkitnya penyakit. Sumber yang menjadi penyebab utama penyakit adalah sebagai berikut :
Penyakit bawaan udara, lingkungan pembawanya adalah udara. Pada tahap

operasi akan menimbulkan gas-gas polutan (Nox, Sox, Pb, H2S, CH4) dan debu.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

78

Penyakit bawaan air, lingkungan pembawanya adalah air pada tahap operasi dimana dihasilkan air lindi yang dapat mencemari lingkungan air baik air permukaan maupun air tanah. Adapun jenis penyakit yang akan timbul dari penyakit bawaan tersebut antara lain :Ispa, gangguan kesehatan mata, pendengaran/kenyamanan, penyakit perut (diare) dan penyakit kulit. Melihat kondisi tersebut diatas maka kegiatan pengangkutan dan penimbunan dapat dikategorikan dampak besar dan negatif penting.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

79

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

80

Você também pode gostar