Você está na página 1de 2

ANALISIS PELAKSANAAN KEPMENKES RI NO.

81/MENKES/SK/I/2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN SDMK PROVINSI, KABUPATEN/KOTA SERTA RUMAH SAKIT
Mukti Eka Rahadian, HRH KMPK Fakultas Kedokteran UGM, Prodi IKM Email : moekti_rahadian@yahoo.co.id
Abstrak. Paper ini disusun dalam rangka latihan penyusunan tugas kuliah menejemen kesehatan yang disampaikan oleh dr. Mubasysyir Hasanbasri. Didalamya penulis mencoba mempelajari tentang efektifitas pelaksanaan Kepmenkes RI Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDMK Provinsi, Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit. Paper ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana efektifitas pelaksanaan pedoman penyusunan perencanaan SDMK yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan di Provinsi/ Kabupaten/ Kota.

LATAR BELAKANG
ujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk membantu daerah dalam mewujudkan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM Kesehatan di daerah. Pedoman ini berisi tentang penyusunan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM di institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas); penyusunan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM Kesehatan di Wilayah (Provinsi, Kabupaten, Kota) dan penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan untuk bencana. Substansi dari kebijakan ini pada dasarnya hanya membahas tentang metode rekruitmen beradasarkan Health Need Method, Health Services Demand Method, Health Service Targets Method, Ratio Method, Daftar Susunan Pegawai, Indikator KebutuhanTenaga Berdasarkan Beban Kerja, skenario/proyeksi dari WHO, dan penyusunan kebutuhan tenaga untuk bencana serta langkah penyusunan kebijakan dan rencana pengembangan SDMK, Prosedur penghitungan kebutuhan SDMK dengan metode Daftar Susunan Pegawai, Indikator Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja, Penetapan unit kerja dan katagori SDMK berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah pedoman ini dipergunakan sebagai pedoman perencanaan SDM Kesehatan di daerah sesuai tujuan ditetapkannya kepmenkes ini. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Bappenas yang didanai oleh GIZ pada tahun 2005 atau satu tahun setelah diterbitkannya Kepmenkes RI Nomor 8 Tahun 2004 yang dilakukan di 32 Kabupaten, menunjukkan bahwa besaran dan jenis isu / permasalahan rekruitmen SDM di daerah dapat digambakan dalam tabel berikut:

Issues/Problem

Less Developed District %

Developed District % 9.6 5.8 1.9 34.6 46.2 1.9

Regulation Limited Applicant Lack of graduate Lack of fund Limited Available Formation (allocated by Bureau of Personnel) Others

9.1 0.0 9.1 18.2 63.6 0.0

Apabila dilihat dari hasil studi yang dilakukan oleh Bappenas tersebut, maka permasalahan terbesar yang terjadi pada rekruitmen SDM Kabupaten sebenarnya terletak pada terbatasnya ketersediaan 1|Analisis Kebijakan Rasional Model

formasi pegawai dan keterbatasan anggaran. Sedangkan metode atau aplikasi perencanaan/ penghitungan dalam rekruitmen SDM bukan merupakan permasalahan yang signifikan untuk dilakukan intervensi oleh para penyusun kebijakan tersebut. Disinilah letak dari ketidakefektifan implementasi kebijakan yang ditetapkan oleh pusat di daerah dalam arti bahwa pemerintah daerah tidak menganggap bahwa hal tersebut perlu untuk dilaksanakan karena pada dasarnya bukan kebijakan tentang metode rekruitmen SDMK yang dibutuhkan oleh daerah. AKAR PERMASALAHAN Dari penjelasan diatas, maka akar masalah yang terjadi adalah keterbatasan formasi SDM dan keterbatasan anggaran di daerah.

ANALISIS KEBIJAKAN

ANALISIS KEBIJAKAN MODEL RASIONAL


1. Masalah:
Keterbatasan jumlah SDMK di daerah kabupaten

4. Pilihan Kebijakan: 3. Opsi kebijakan:


Pelaksanaan Pedoman Penyusunan Perencanaan SDMK Provinsi, Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit. 1. Pengajuan usulan tambahan formasi SDMK khususnya pada kabupaten kabupaten tertinggal atau daerah dengan fiskal capasity rendah kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara; 2. Pengajuan penambahan belanja pegawai khususnya pada kabupaten tertinggal atau kabupaten dengan fiskal kapasiti rendah.

2. Akar Masalah:
1. Keterbatasan ketersediaan formasi SDM di daerah; Keterbatasan anggaran di daerah

2.

Dari gambar siklus diatas, terlihat dengan jelas ketidakselarasan antara masalah, akar masalah, opsi kebijakan dan pilihan kebijakan yang dilaksanakan oleh para pengambil kebijakan. Disinilah letak dari ketidakefektifan pelaksanaan Pedoman Penyusunan Perencanaan
SDMK Provinsi, Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit adalah terjadinya kesenjangan antara permasalahan dan intervensi pemecahan masalah.

REKOMENDASI KEBIJAKAN Untuk meningkatkan jumlah SDMK di daerah kabupaten perlu dilakukan upaya penyusunan prioritas kebijakan baru melalui peningkatan upaya untuk menambah jumlah formasi SDMK khususnya pada kabupaten kabupaten tertinggal atau kabupaten dengan kapasitas fiskal yang rendah yang diikuti dengan penambahan jumlah belanja pegawai sesuai formasi yang telah ditetapkan.

2|Analisis Kebijakan Rasional Model

Você também pode gostar