Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari sepenuhnya tugas dan tanggung jawab kami sebagai mahasiswa yang berada di tengah-tengah rakyat. Oleh karena itu, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, kami bertekad untuk tetap mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu terciptanya suatu tatanan masyarakat yang di dalam segala halnya menyelamatkan Kaum Marhaen. Sebagai mahasiswa Indonesia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berjiwa Marhaenis, kami bertekad untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang di dalamnya terselenggara masyarakat Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan, maka dengan ini kami menyusun suatu organisasi GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA. Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu organisasi sebagai alat pendidikan kader bangsa dan alat perjuangan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan revolusi berdasarkan cita-cita proklamasi, maka dibentuklah susunan organisasi yang berkedaulatan dan berkeadilan agar di dalamnya terselenggara suatu tatanan organisasi yang progresif revolusioner serta berkemampuan dalam menjalankan tugastugas kemasyarakatannya. Untuk itu disusunlah ANGGARAN DASAR GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA, sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
1. Organisasi ini bernama GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA disingkat GMNI
2. 3. Organisasi ini didirikan pada tanggal 23 Maret 1954 untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya Pelaksana organisasi tertinggi berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia BAB II
AZAS
Pasal 2
1. Esa 2. Marhaenisme yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini sebagai azas perjuangan GMNI GMNI berazaskan Marhaenisme, yaitu Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha
BAB IV M O T T O
Pasal 4 GMNI mempunyai motto : PEJUANG PEMIKIR-PEMIKIR PEJUANG BAB V U S A H A
Pasal 5
1. Melaksanakan tujuan organisasi dengan semangat gotong royong melalui usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan azas perjuangan GMNI 2. Dalam menyelenggarakan usaha-usaha organisasi senantiasa memperhatikan kesatuan, persatuan dan
KEANGGOTAAN Pasal 6
1. Anggota GMNI adalah mahasiswa warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menerima dan menyetujui Azas, Tujuan, Sifat, Motto dan Usaha organisasi serta memenuhi dan menerima syarat-syarat yang telah ditetapkan 2. Syarat-syarat yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga
Pasal 7
SUSUNAN ORGANISASI
1. 2. GMNI di tingkat nasional dipimpin secara Kolektif-Kolegial oleh Presidium GMNI di tingkat provinsi dikoordinasi oleh Koordinator Daerah
3. 4.
GMNI di tingkat cabang dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang GMNI di tingkat Fakultas/Akademi/Perguruan Tinggi dipimpin oleh Pengurus Komisariat Pasal 9
PRESIDIUM
1. Pimpinan tertinggi yang bersifat Kolektif-Kolegial dengan keanggotaan yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga 2. 3. Memimpin seluruh kegiatan organisasi nasional dan mewakili organisasi keluar serta kedalam Berkewajiban menjalankan segala ketetapan Kongres dan mempertanggungjawabkan seluruh kebijakannya
kepada Kongres berikutnya 4. 5. Tugas dan wewenang Presidium ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Pelaksana administratif kebijakan Presidium adalah Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal 6. 7. Tugas dan wewenang Sekretariat Jenderal ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Tata cara pengambilan keputusan dalam Presidium ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 10
KOORDINATOR DAERAH
1. Badan Koordinatif tertinggi di tingkat daerah yang bersifat kolektif dan bertugas menjalankan kebijakan Presidium di daerah 2. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan organisasi di tingkat daerah dan mewakili organisasi keluar serta
kedalam daerah yang bersangkutan 3. Tugas dan wewenang KORDA diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 11
3.
Tata cara pengambilan keputusan dalam Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga 4. Tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 12 PENGURUS KOMISARIAT 1. Pengurus Komisariat adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Komisariat 1. Berkewajiban menjalankan segala ketetapan-ketetapan Musyawarah Anggota Komisariat dan
mempertanggungjawabkan segala kebijakannya dalam Musyawarah Anggota Komisariat berikutnya 2. Tata cara pengambilan keputusan dalam Komisariat ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga BAB VIII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 13 Permusyawaratan organisasi terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kongres Kongres Luar Biasa Rapat Koordinasi Nasional Forum Koordinasi Antar Cabang Konferensi Cabang Konferensi Cabang Khusus Rapat Kordinasi Antar Komisariat Musyawarah Anggota Komisariat Pasal 14
KONGRES
1. Badan musyawarah tertinggi yang melaksanakan kedaulatan dan memutuskan kedaulatan serta memutuskan kebijakan nasional dalam organisasi
2. 3. 4.
Diselenggarakan 1(satu) kali dalam 2(dua) tahun Dapat mengadakan perubahan terhadap Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga Menyusun dan menetapkan Garis-Garis Besar Program Perjuangan (GBPP) organisasi untuk 2 (dua) tahun
berikutnya 5. 6. Memilih dan menetapkan Ketua, Sekretaris Jenderal dan Anggota Presidium Mengukuhkan dan menetapkan keputusan pemecatan anggota yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan
Cabang 7. Berwenang memutuskan dan membatalkan pemecatan keanggotaan sekalipun tanpa dihadiri oleh yang
bersangkutan (in-absentia) 8. Membatalkan keputusan pemecatan anggota yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang dan melakukan
selanjutnya disahkan dalam Kongres 4. 5. 6. Memberikan rekomendasi kepada Presidium tentang kebijakan yang sedang dan akan ditempuhnya Dapat memberikan rekomendasi untuk menyelenggarakan Kongres Luar Biasa Merumuskan dan mengadakan perubahan materi pokok kaderisasi serta mengevaluasi pelaksanaannya
oleh Presidium
7. 8.
Apabila dipandang perlu dapat menetapkan perubahan waktu dan tempat penyelenggaraan Kongres Tata cara penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 17
KONFERENSI CABANG
1. 2. 3. 4. 5. 6. Badan musyawarah tertinggi ditingkat cabang Diselenggarakan satu kali dalam dua tahun Menyusun dan menetapkan program umum Dewan Pimpinan Cabang untuk 2 (dua) tahun berikutnya Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Cabang Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang Tata cara Konferensi Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 19
1. 2. 3.
Forum musyawarah koordinasi DPC dengan Komisariat-komisariat dalam suatu wilayah cabang Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Cabang tentang kebijakan yang sedang dan akan
ditempuhnya 4. 5. Dapat memberikan rekomendasi tentang Konferensi Cabang Khusus Tata cara penyelenggaraan Rapat Koordinasi Antar Komisariat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 21
Komisariat periode berikutnya 6. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Anggota Komisariat ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB IX ATRIBUT
Pasal 22 1. GMNI mempunyai bendera organisasi yang berbentuk segi empat panjang dengan warna merah di kedua
sisinya dan warna putih di tengah yang memuat gambar bintang segi lima berikut kepala banteng di tengahnya serta tulisan GmnI di bawahnya 2. GMNI mempunyai lambang : Mars, hymne, dan panji serta atribut organisasi lainnya yang ditetapkan
Kongres 3. Pembuatan dan pemakaian atribut organisasi diatur dalam peraturan intern Presidium yang diberlakukan
secara nasional
BAB X
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24 1. Segala sesuatu yang dalam Anggaran Dasar menimbulkan perbedaan penafsiran dikoordinasikan melalui
hierarki organisasi dan dimusyawarahkan dalam Rapat Koordinasi Nasional yang selanjutnya dipertanggungjawabkan dalam Kongres 2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga,
Peraturan dan Kebijakan Organisasi lainnya 3. Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Dasar ini, masih memiliki masa
kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan harus melakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak ditetapkannya Anggaran Dasar ini 4. Mekanisme penyesuaian organisasi sebagaimana yang dimaksud ayat 3(tiga) di atas, diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 1. Anggaran Dasar ini disertai Anggaran Rumah Tangga dan lampiran penjelasannya yang merupakan bagian
tak terpisahkan 2. Anggaran Dasar ini disempurnakan dalam Kongres GMNI XVI di Wisma Kinasih, Bogor Jawa Barat, pada
BAB I
KEANGGOTAAN Pasal 1 1. Keanggotaan GMNI tidak membeda-bedakan latar belakang suku, agama, latarbelakang, etnis, golongan
dan status sosial calon anggota 2. Calon anggota adalah mereka yang masih dalam masa perkenalan selama 1(satu) bulan terhitung sejak
tanggal pendaftaran atau sejak dimulainya masa perkenalan dimaksud 3. Anggota adalah calon anggota yang sudah mengikuti Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) yang
selanjutnya dilakukan seleksi dan pengesahan oleh Dewan Pimpinan Cabang 4. Dewan Pimpinan Cabang berwenang melakukan seleksi dan pengesahan terhadap calon anggota yang
dihimpun oleh Komisariat untuk menjadi anggota melalui Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) 5. Dewan Pimpinan Cabang berkewajiban menyerahkan daftar anggota kepada Presidium setiap 1 (satu)
SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN
1. Mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus Komisariat atau Dewan Pimpinan Cabang dan menyatakan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila 1 Juni 1945, Undang-Undang Dasar 1945, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta peraturan-peraturan organisasi lainnya 2. 3. 4. Tidak menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sejenis dan atau partai politik serta TNI-POLRI Umur maksimum calon anggota 25 tahun sejak tanggal mendaftarkan diri Membayar uang pangkal yang besarnya ditetapkan dalam peraturan intern berdasarkan kebijakan Dewan
Pimpinan Cabang masing-masing 5. Tercatat sebagai mahasiswa aktif pada saat mendaftarkan diri yang dibuktikan dengan menunjukkan Kartu
Tanda Mahasiswa 6. Setiap anggota yang berpindah tempat di luar wilayah cabang bersangkutan, wajib membawa surat
pengantar dan melaporkannya kepada Dewan Pimpinan Cabang setempat 7. 3 (tiga) tahun setelah menyelesaikan masa studynya, anggota masih diakui sebagai anggota biasa dengan
batas usia 30 tahun kecuali melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi dengan batas usia maksimum 35 tahun
Pasal 3
1.
Setiap anggota yang berpindah tempat di luar wilayah cabang bersangkutan, wajib membawa surat
pengantar dan melaporkannya kepada Dewan Pimpinan Cabang setempat 2. 3 (tiga) tahun setelah menyelesaikan masa studynya, anggota masih diakui sebagai anggota biasa dengan
batas usia 30 tahun kecuali melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi dengan batas usia maksimum 35 tahun Pasal 4
HAK-HAK ANGGOTA
1. Hak suara dan Hak bicara dalam rapat-rapat dan permusyawaratan organisasi selama tidak ada ketentuan lain untuk itu 2. 3. Memilih dan dipilih dalam segala jabatan organisasi selama tidak ada ketentuan lain untuk itu Bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul kepada pimpinan secara langsung, baik lisan
maupun tertulis berkaitan dengan kebijakan organisasi 4. 5. Melakukan pembelaan diri di dalam Kongres terhadap pemecatan sementara Mendapat perlindungan organisasi sepanjang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan kebijakan
organisasi Pasal 5
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan dan Keputusan serta ketentuan lainnya dalam organisasi 2. 3. 4. 5. Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik organisasi Aktif melaksanakan tujuan, usaha dan program-program organisasi tanpa terkecuali Membayar uang iuran anggota yang besarnya ditetapkan melalui kebijaksanaan Dewan Pimpinan Cabang Merekrut dan mengumpulkan calon anggota baru selama 1 (satu) tahun, minimal 3 (tiga) orang Pasal 6
KEHILANGAN KEANGGOTAAN
1. Bukan mahasiswa lagi kecuali mereka yang memenuhi ketentuan pasal (3)
2.
Bertempat tinggal di luar wilayah cabang yang bersangkutan dan tidak melaporkan kepindahannya kepada
Dewan Pimpinan Cabang setempat dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan 3. 4. Bukan lagi Warga Negara Republik Indonesia Atas permintaan sendiri yang diajukan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Cabang serta mendapat
persetujuan Presidium 5. 6. Dipecat dan yang bersangkutan tidak mampu melakukan pembelaan diri dalam Kongres Meninggal dunia BAB II PENGURUS Pasal 7
PRESIDIUM
1. Kepengurusan Presidium bersifat Kolektif-Kolegial dan masing-masing anggota mempunyai kedudukan yang sederajat 2. Jumlah Pengurus Presidium ditetapkan sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dan sebanyak-banyaknya
13 (tiga belas) orang 3. 4. Pengurus Presidium dipilih dan ditetapkan dalam Kongres Pengurus Presidium dilarang merangkap jabatan dan keanggotaan dalam 1. 2. 3. 5. Organisasi Peserta Pemilu dan Partai Politik Organisasi Kemasyarakatan Pemuda sejenis Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Kongres
Dalam melaksanakan kegiatan organisasi, diantara Pengurus Presidium dilakukan pembagian tugas secara
fungsional melalui Tata Kerja Presidium yang ditetapkan dalam Rapat Presidium 6. Kepengurusan Presidium maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan setelah itu tidak dapat dipilih
kembali 7. Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman kepengurusan seorang Pengurus Presidium maka
dapat dilakukan Pergantian Antar Waktu 8. Pergantian Antar Waktu diputuskan melalui Rapat Presidium dan dipertanggungjawabkan pada Rapat
9.
Pada masa akhir jabatannya, Presidium menyampaikan laporan pertanggung jawaban dalam Kongres
Presidium 3. Membentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Nasional (BALITBANGNAS), Lembaga-lembaga tingkat
nasional dan Komite-komite 4. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap AD/ART yang kemudian dimusyawarahkan
dalam RAKORNAS dan dipertanggung jawabkan di KONGRES 5. 6. Menetapkan Dewan Pimpinan Cabang berdasarkan ketetapan KONFERCAB atau KONFERCABSUS Bila dipandang perlu Presidium berwenang mengupayakan penyelesaian sengketa pada tingkat organisasi
di bawahnya 7. 8. 9. Menyelenggarakan KONGRES dan RAKORNAS sesuai waktu yang ditetapkan Menegakkan disiplin organisasi Menyampaikan Progress Report dalam RAKORNAS
10. Menetapkan Koordinator Daerah (KORDA) berdasarkan Forum Koordinasi Antar Cabang (FORKORANCAB) Pasal 9
SEKRETARIAT JENDERAL
1. 2. Dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal yang dipilih dalam Kongres Apabila Sekretaris Jenderal berhalangan, fungsi Sekretaris Jenderal dapat dilaksanakan oleh salah satu
Pengurus Presidium yang ditetapkan dalam Rapat Presidium 3. 4. Sekretaris Jenderal bertugas menggerakan fungsi administrasi organisasi secara nasional Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris Jenderal dapat membentuk Sekretaris-Sekretaris, yang diangkat
5. 6.
Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas biro-biro yang berada di bawahnya Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal bertanggung jawab kepada Rapat Presidium Pasal 10
RAPAT PRESIDIUM
1. 2. Pengambilan kebijakan Presidium dilakukan melalui Rapat Presidium Setiap keputusan dalam Rapat Presidium pada dasarnya diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai
mufakat. 3. Apabila ayat (2) tidak dapat dilaksanakan dan keputusan yang diambil menyangkut keselamatan/eksistensi
organisasi, maka dapat dilakukan penetapan berdasarkan suara terbanyak 4. Apabila diantara keputusan yang akan diambil berada di luar ketetapan Kongres terlebih dahulu perlu
mendapat permufakatan RAKORNAS 5. 6. Rapat Presidium hanya sah jika dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Pengurus Presidium Untuk kepentingan keselamatan/eksisitensi organisasi yang mendesak dimana ayat (5) diatas tidak
terpenuhi, maka rapat ditunda 3 x 60 menit. Apabila penundaan tersebut ternyata tidak memenuhi ayat (5), maka Rapat Presidium dianggap sah bila dihadiri +1 dari jumlah Pengurus Presidium dan hasil-hasil tersebut dilaporkan pada Rapat Presidium berikutnya 7. Keputusan Rapat Presidium mengikat semua Pengurus Presidium Pasal 11
KOORDINATOR DAERAH
1. 2. 3. Pembagian wilayah Koordinator Daerah ditetapkan oleh Keputusan Presidium berdasarkan provinsi Calon-calon Pengurus Koordinator Daerah diusulkan oleh DPC-DPC pada Forum Koordinasi Antar Cabang Jumlah anggota dan susunan Pengurus Koordinator Daerah ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara serta Komite-Komite apabila diperlukan 4. Keanggotaan Koordinator Daerah maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan setelah itu tidak dapat
dipilih kembali 5. 6. Masa kepengurusan Koordinator Daerah selama 2 (dua) tahun Dalam menjalankan tugasnya Koordinator Daerah bertanggungjawab kepada Presidium
7.
Syarat terbentuknya KORDA minimal terdapat 3 (tiga) DPC definitif di wilayah provinsi yang bersangkutan Pasal 12
Presidium untuk disesuaikan dengan kondisi wilayah provinsinya 3. 4. 5. 6. Membantu dan mengupayakan pertemuan-pertemuan antar cabang di wilayah provinsinya Mempersiapkan pembentukan cabang-cabang baru di wilayah provinsinya Bersama-sama DPC melaksanakan Kaderisasi Tingkat Menengah Bersama-sama Presidium melaksanakan Kaderisasi Tingkat Pelopor Pasal 13
Presidium 4. 5. 6. 7. Pengurus Dewan Pimpinan Cabang tidak diperkenankan merangkap keanggotaan dan jabatan dalam : Organisasi Partai Politik Peserta Pemilu Organisasi Kemasyarakatan Pemuda sejenis Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Kongres
1.
Pengurus pemangku sementara (caretaker) Dewan Pimpinan Cabang yang baru dibentuk oleh
Presidium bertugas menyiapkan Konferensi Cabang dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah ditetapkan 2. Untuk pembentukan Dewan Pimpinan Cabang baru, dipersiapkan dalam waktu 1 (satu) tahun dan
3.
Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua,
seorang Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara 4. Tata Kerja Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan dalam Rapat Kerja Cabang, dalam melaksanakan
hasil-hasil Konferensi Cabang 5. Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman Pengurus Dewan Pimpinan Cabang maka
dapat dilakukan Pergantian Antar Waktu melalui Rapat Koordinasi Antar Komisariat. 6. Pada akhir masa jabatannya, Pengurus Dewan Pimpinan Cabang mempertanggung jawabkan
Anggota Komisariat 4. Dewan Pimpinan Cabang berwenang untuk melakukan pemecatan sementara terhadap anggota yang
dianggap melakukan pelanggaran berat terhadap peraturan dan disiplin organisasi 5. 6. 7. 8. Mempersiapkan pembentukan Komisariat-Komisariat baru dalam wilayah cabang bersangkutan Membantu dan mengupayakan pertemuan-pertemuan antar Komisariat dalam wilayah cabangnya Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat Cabang Untuk menjalankan tugas-tugas organisasi, Dewan Pimpinan Cabang dapat membentuk dan mengangkat
mencapai mufakat
3.
Penetapan keputusan berdasarkan suara terbanyak, dapat diambil jika keputusan tersebut menyangkut
keselamatan/eksistensi organisasi 4. Rapat Dewan Pimpinan Cabang hanya sah jika dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
pengurus Dewan Pimpinan Cabang 5. Untuk kepentingan keselamatan/eksistensi organisasi yang mendesak dimana ayat (4) diatas tidak
terpenuhi, maka rapat ditunda 360 menit. Apabila penundaan tidak memenuhi ayat (4), maka Rapat Dewan Pimpinan Cabang dianggap sah, bila dihadiri n+1 dari anggota Dewan Pimpinan Cabang dan hasil-hasil tersebut dilaporkan pada Rapat Dewan Pimpinan Cabang berikutnya 6. Keputusan Rapat Dewan Pimpinan Cabang mengikat semua anggota cabang bersangkutan Pasal 16
PENGURUS KOMISARIAT
1. Komisariat dapat dibentuk di setiap Fakultas/Akademi/Lembaga Perguruan Tinggi yang memiliki anggota minimal 10 orang 2. Pengurus Komisariat merupakan struktur organisasi yang bertugas melakukan koordinasi pelaksanaan
program operasional di tingkat komisariat 3. Pengurus Komisariat dipilih oleh Musyawarah Anggota Komisariat dan disahkan oleh Dewan Pimpinan
Cabang 4. Susunan Pengurus Komisariat terdiri dari seorang Komisaris, beberapa Wakil Komisaris, seorang
Cabang Pasal 17
3. 4. 5.
Melaksanakan Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) dan Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD) Mengupayakan pertemuan-pertemuan antar komisariat Dalam menjalankan tugas-tugas organisasi, Pengurus Komisariat dapat membentuk Biro-Biro
BAB III
PERMUSYAWARATAN Pasal 18
KONGRES
1. 2. Diselenggarakan Presidium dengan dibantu oleh kepanitiaan kongres yang dibentuk oleh Presidium Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Kongres dipersiapkan oleh Presidium untuk selanjutnya dibahas
dan ditetapkan oleh sidang-sidang Kongres 3. Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Presidium dan selanjutnya dipimpin oleh pimpinan sidang
terpilih 4. Kongres sah jika dihadiri oleh 2/3 dari jumlah cabang definitif Pasal 19
PESERTA KONGRES
1. Peserta Kongres adalah utusan Dewan Pimpinan Cabang definitif yang jumlahnya ditetapkan dalam keputusan Presidium
2. Peninjau Kongres adalah Presidium, Pengurus Lembaga Tingkat Nasional, dan Biro-Biro Sekretariat
Jenderal, Koordinator Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang Caretaker Pasal 20
meminta Presidium untuk menjelaskan pokok persoalan. 3. Apabila ayat (1) dan (2) tidak dapat dipenuhi, ketetapan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak.
Ketetapan sah jika disetujui oleh minimal 1/2n+1 peserta yang mempunyai hak suara.
Pasal 21
ditetapkan dalam sidang-sidang Kongres Luar Biasa 3. Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Presidium, dan selanjutnya dipimpin oleh Pimpinan
Sidang Terpilih 4. Pelaksanaan Kongres Luar Biasa ditetapkan melalui RAKORNAS melalui inisiatif Presidium dan atau
Dewan Pimpinan Cabang yang disetujui oleh 2/3 DPC Definitif 5. Pengambilan keputusan dalam Kongres Luar Biasa mengacu pada pasal 18 Anggaran Rumah Tangga Pasal 22
DPC dapat menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional bila disetujui minimal 2/3 DPC Definitif 3. 4. Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib disiapkan oleh Panitia Rakornas Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Presidium, dan selanjutnya dipimpimpin oleh Pimpinan
Sidang Terpilih 5. 6. Rapat Koordinasi Nasional sah jika dihadiri oleh 2/3 DPC Definitif Ketetapan-ketetapan dalam Rapat Koordinasi Nasional pada dasarnya diambil dengan mengutamakan
musyawarah untuk mufakat 7. Apabila ayat (6) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan Rapat Koordinasi Nasional sah apabila disetujui oleh
1.
Diselenggarakan oleh Koordinator Daerah dalam satu wilayah propinsi, dengan membentuk Kepanitiaan
yang dibentuk dalam Rapat Antar DPC-DPC 2. 3. Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib disiapkan oleh Panitia Forum Koordinasi Antar Cabang Ketetapan-ketetapan dalam Forum Koordinasi Antar Cabang pada prinsipnya diambil dengan
KONFERENSI CABANG
1. Diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang dibantu oleh panitia Konferensi Cabang yang dibentuk melalui Rapat Dewan Pimpinan Cabang 2. Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang dan selanjutnya dipimpin oleh
Pimpinan Sidang terpilih 3. 4. Konferensi Cabang sah jika dihadiri oleh 2/3 Komisariat Definitif Ketetapan-ketetapan Konferensi Cabang pada dasarnya diambil dengan mengutamakan musyawarah untuk
mufakat 5. Jika ayat (4) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan dalam Konferensi Cabang dianggap sah jika disetujui
Pimpinan Sidang terpilih 3. Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Konferensi Cabang Khusus disiapkan oleh Dewan Pimpinan
Cabang, untuk selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Konferensi Cabang Khusus 4. Pelaksanaan Konferensi Cabang Khusus ditetapkan melalui Rapat Koordinasi Antar Komisariat atas inisiatif
Dewan Pimpinan Cabang dan atau 2/3 Komisariat Definitif 5. 6. Ketetapan dalam Konferensi Cabang Khusus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat Jika ayat (5) tidak terpenuhi, maka ketetapan Konferensi Cabang Khusus sah jika disetujui oleh n+1
Pasal 26 RAPAT KOORDINASI ANTAR KOMISARIAT 1. 2. Diselenggarakan 6 (enam) bulan sekali oleh Dewan Pimpinan Cabang Apabila ayat (1) tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan Anggaran Dasar pasal (20) ayat (1), maka
Komisariat-Komisariat dapat menyelenggarakan Rapat Koordinasi Antar Komisariat bila disetujui oleh minimal n+1 jumlah Komisariat definitif diwilayah cabang yang bersangkutan. 3. 4. 5. 6. Rapat Koordinasi Antar Komisariat sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Komisariat definitif Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Rapat Koordinasi Antar Komisariat disiapkan oleh DPC Dapat memberikan rekomendasi tentang pelaksanaan Konferensi Cabang Khusus Ketetapan-ketetapan dalam Rapat Koordinasi Antar Komisariat pada prinsipnya diambil dengan
mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat 7. Jika ayat (6) tidak dapat terpenuhi maka Ketetapan Rapat Koordinasi Antar Komisariat sah apabila disetujui
oleh minimal n+1 jumlah peserta yang hadir Pasal 27 MUSYAWARAH ANGGOTA KOMISARIAT 1. 2. 3. Diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat Musyawarah Anggota Komisariat sah jika dihadiri oleh 2/3 jumlah anggota Komisariat yang bersangkutan Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Musyawarah Anggota Komisariat disiapkan oleh Pengurus
Komisariat, untuk selanjutnya ditetapkan dalam Musyawarah Anggota Komisariat 4. Ketetapan-ketetapan dalam Musyawarah Anggota Komisariat, pada dasarnya diambil dengan musyawarah
untuk mufakat 5. Jika ayat (4) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan Musyawarah Anggota Komisariat sah bila disetujui oleh
minimal n+1 peserta yang hadir 6. DPC hadir dalam Musyawarah Anggota Komisariat sebagai Peninjau, Pengurus Komisariat sebagai Peserta
Kehormatan, dan utusan Komisariat lainnya sebagai undangan BAB IV PENTAHAPAN KADERISASI
Pasal 28 1. Pentahapan Kaderisasi pada dasarnya adalah proses kaderisasi untuk menunjang kesinambungan, kualitas
kepemimpinan dan pengabdian organisasi 2. 3. 4. 5. 6. Setiap anggota adalah kader berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Presidium Kaderisasi dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu : Kaderisasi Tingkat Dasar disingkat KTD Kaderisasi Tingkat Menegah disingkat KTM Kaderisasi Tingkat Pelopor disingkat KTP
organisasi serta tindakan lainya yang menyimpang dari kebijakan organisasi 3. Dilarang menyebar luaskan paham, isu serta fitnah yang dapat menimbulkan permusuhan diantara anggota
dan masyarakat pada umumnya 4. Larangan sebagaiman dalam ayat (1), (2) dan (3) tersebut diatas berlaku bagi seluruh anggota tanpa
membeda-bedakan jenjang jabatan dalam organisasi Pasal 30 PENILAIAN PELANGGARAN DISIPLIN 1. Penilaian pelanggaran disiplin anggota dilakukan langsung oleh Pengurus Komisariat bersangkutan dan
secara tidak langsung oleh Dewan Pimpinan Cabang 2. Penilaian pelanggaran disiplin oleh Pengurus Komisariat dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang dengan
memperhatikan pandangan anggota 3. Penilaian pelanggaran disiplin oleh Dewan Pimpinan Cabang dilakukan oleh Presidium dengan
memperhatikan pandangan pengurus komisariat dan atau anggota 4. Penilaian pelanggaran disiplin oleh Presidium dilakukan oleh Rapat Presidium, dibahas dan disahkan dalam
Pasal 31 PELAKSANAAN TINDAKAN DISIPLIN 1. 2. 3. Pelaksanaan tindakan disiplin dilakukan sesuai dengan hierarki organisasi Jenis tindakan disiplin dan mekanisme pelaksanaannya diatur dalam Peraturan dan Keputusan Organisasi Dewan Pimpinan Cabang dapat melakukan pemecatan sementara terhadap Anggota yang melakukan
pelanggaran disiplin 4. 5. Anggota yang mengalami pemecatan sementara dapat melakukan pembelaan diri dalam Kongres Pemecatan diputuskan dalam Kongres setelah yang bersangkutan tidak dapat membela diri dalam Kongres BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 32 1. Yang dimaksud dengan sengketa dalam hal ini adalah perselisihan diantara anggota yang membahayakan
keutuhan organisasi 2. Pedoman penyelesaian sengketa adalah kemurnian azas, keluhuran budi, Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan peraturan organisasi lainnya, persatuan dan kesatuan serta keutuhan organisasi Pasal 33
organisasi, maka pengurus organisasi pada hirarki diatasnya berhak mengambil kebijaksanaan yang dianggap perlu B A B VII KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 34 1. 2. Yang dimaksud dengan kekayaan organisasi adalah seluruh harta benda yang dimiliki oleh organisasi Organisasi berkewajiban memelihara harta benda dan diinventarisasikan secara baik B A B VIII KEUANGAN Pasal 35 1. Keuangan organisasi diperoleh dari uang pangkal, iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat dan
usaha- usaha lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
k) l) m) n)
Keputusan Dewan Pimpinan Cabang. Instruksi Dewan Pimpinan Cabang. Ketetapan Musyawarah Anggota Komisariat Keputusan Pengurus Komisariat. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 1. Segala sesuatu yang dalam Anggaran Rumah Tangga menimbulkan perbedaan penafsiran,
dimusyawarahkan dalam Rapat Koordinasi Nasional 2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur dalam Peraturan dan
Kebijakan Organisasi lainnya 3. Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini, masih memiliki
masa kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan, harus melakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini 4. 5. Mekanisme organisasi untuk melakukan penyesuaian sebagaimana dimaksud dengan ayat (3) adalah : Dewan Pimpinan Cabang melalui mekanisme Konferensi Cabang 1. Pengurus Komisariat dipilih melalui mekanisme Musyawarah Anggota Komisariat B A B XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 1. 2. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran dasar Anggaran Rumah Tangga ini, disempurnakan kembali dalam Kongres XVI, di Wisma Kinasih, Bogor Jawa
Barat, pada tanggal 20 Desember 2008 dan berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tanggal : Wisma Kinasih Bogor Jawa Barat : 20 Desember 2008
Jam
: 05.22 WIB