Você está na página 1de 8

Ada berbagai penyebab yang perlu dikaji saat pemberian antibiotika, diantaranya dosis yang tepat, sesuai berat

badan klien, mungkin juga klien tersebut alergi terhadap antibiotika tersebut. Perawat harus mengkaji apakah klien alergi atau tidak. Pemakaian antibiotik yang terlalu sering dan tidak pada tempatnya merupakan sebab utama berkembangnya bakteri kebal ini." influenza merupakan penyakit yang tidak ada obatnya. Infeksi yang disebabkan oleh virus yang tidak boleh diobati dengan antibiotik termasuk: 1. Pilek 2. Flu 3. Sebagian besar jenis batuk dan bronchitis 4. Radang tenggorokan 5. Sebagian besar infeksi telinga Walaupun antibiotik dianjurkan untuk mengobati infeksi bakteri, ia tidak efektif dalam melawan infeksi virus seperti pilek, sebagaian besar radang tenggorokan dan flu. Oleh sebab itulah diperlukan pemakaian antibiotik yang bijaksana. Antibiotik membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang mencurigakan. Terkadang, salah satu bakteri ada yang tetap bertahan karena memiliki kemampuan untuk menetralisir atau menyelamatkan diri dari antibiotik. Dari satu bakteri yang selamat ini, ia bisa berkembang dengan pesat sehingga dapat menggantikan jumlah bakteri yang terbunuh. Berikut beberapa tips yang mungkin berguna:
1. Tanyakan kepada dokter apakah antibiotik memang diperlukan untuk jenis penyakit yang

diderita anak Anda dan tanyakan juga apa yang bisa Anda lakukan agar si kecil bisa segera sembuh.
2. Jangan menggunakan antibiotik untuk infeksi virus seperti demam atau flu. 3. Jangan menyimpan antibiotik yang tersisa dengan pertimbangan untuk digunakan nanti

jika Anda memerlukannya lagi. Obat yang tersisa dari pengobatan apa saja yang anak Anda terima sebaiknya dibuang saja ketika masa pengobatannya sudah selesai.
4. Jika memang diperlukan antibiotik, maka ikuti arahan dokter Anda. Jangan ada dosis

yang terlewatkan. Sempurnakan konsumsi obat sesuai yang diresepkan, walaupun anak Anda sudah membaik kesehatannya. Jika pengobatan dengan antibiotik terhenti lebih awal, sebagian bakteri mungkin akan bertahan dan menyerang lagi.

5. Jangan meminum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain. Tidak setiap antibiotik

cocok dengan penyakit anak Anda.


6. Jika dokter Anda menyatakan bahwa penyakit si kecil bukan disebabkan oleh infeksi

bakteri, tanyakan solusi untuk meredakan gejalanya. Jangan memaksanya untuk meresepkan antibiotik. Perbedaan antara bakteri gram positive dan negative: C I R I G R A M P O S I T I F Struktur dinding sel Tebal (15-80 nm) Berlapis tunggal (mono) Komposisi dinding sel G R A M N E G A T I F Tipis (10-15 nm) Berlapis tiga (multi)

Kandungan lipid rendah (1-4Kandungan lipid tinggi (11-12 %) Petidoglikan lapisan ada %). sebagaiPeptidoglikan ada di dalam komponenlapisan kaku sebelah dalam;

tunggal;

utama merupakan lebih dari 50jumlahnya sedikit merupakan % berat kering pada beberapasekitar 10% berat kering. sel bakteri. Terdapat asam terkoat Tidak ada asam tekoat

Mengenai

penggunaan

antibiotik

yang

berulang-ulang

tersebut

menurut

saya

tidak

diperbolehkan, karena hal ini stru akan menambah kekebalan pada bakteri yang sebenarnya berbahaya bagi tubuh. Oleh karenanya kita harus mengetahui bagaimana sih penggunaan antibiotik yang benar itu... Harus selalu kita ingat bahwa Antibiotik hanya bekerja untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri. Antibiotik tidak bermanfaat mengobati penyakit akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya. Rasionalitas antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang didasarkan: pemberian resep yang tepat penggunaan dosis yang tepat

lama pemberian obat yang tepat interval pemberian obat yang tepat kualitas obat yang tepat efikasi harus sudah terbukti aman pada pemberiannya tersedia bila diperlukan terjangkau oleh penderita

Setiap kali seseorang mengkonsumsi antibiotic maka bakteri sensitive akan tumbuh, ttapi bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang. Oleh karenanya tentu jika penggunaan antibiotic yang berlebihan dan terus menerus bukan malah meningkatkan kesehatan pasien, malah memperparahnya karena adanya resistensi bakteri tersebut. Perlu kita ketahui ada dampak lain dari pemberian antibiotic irasional adalah gangguan darah dimana salah satu antibiotic seperti kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah menurun. Resiko kelainan hati muncul pada pemakaian antibiotic eritromisin, flucloxacilin, nitrofurantoin, trimetoprim, dan sulfonamide. Anak yang kelebihan antibiotic bisa mengalami kekurangan vitamin K yang berguna mencegah perdarahan. Selain itu juga akan menyebabkan anak menderita penyakit diare karena sistem pencernaan terganggu dan mengalami iritasi di bagian usus akibat zat-zat kimia dari antibiotic. Diare disebabkan terbunuhnya kuman yang diperlukan untuk pencernaan dan menjaga ketahanan usus sehingga bakteri jahat menguasai tempat tersebut dan merusak proses pencernaan. Mengenai orientasi penggunaan antibiotik secara rasional lebih diarahkan pada pasien agar didapatkan hasil yang aman, efektif, dan efisien. Pemakaian antibiotik yang irasional penggunaan antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai, cara pemakaian yang kurang tepat, status obat yang tidak jelas, serta pemakaian antibiotik secara berlebihan. Pemakaian antibiotik secara irasional dapat menimbulkan kekebalan atau resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut, meningkatkan toksisitas, dan meningkatnya kejadian efek samping obat di samping biaya pelayanan kesehatan menjadi tinggi. Obat-obatan antibiotik itu termasuk obat keras yang mana membantu tubuh untuk membunuh kuman ataupun bakteri yang masuk, yang tidak bisa dilawan dengan sistem kekebalan tubuh. Karena obat-obatan ini bekerja dengan sistem penghancuran total, maka tidak hanya bakteri saja,

sel tubuh kita yang terinfeksi dan disekitarnya akan ikut terkena imbas. Untuk menghilangkan kesempatan masih ada sisa-sisa koloni bakteri yang mungkin "bersembunyi". Makanya pemberian obat antibiotik harus tuntas, sampai seluruh koloni bakteri benar-benar habis terbunuh, jika tidak maka bisa dipastikan bakteri itu bisa "bersiap diri" untuk menyerang kembali, atau bahkan bisa juga bakteri-bakteri itu bisa jadi kebal dengan obat tersebut dan kalau sudah begitu diperlukan antibiotik generasi lebih tinggi untuk membunuh kuman. Oleh karena efek membunuh yang kuat, jika seorang pasien diberi obat antibiotik, harus dipastikan sistem kekebalan tubuh pasien itu juga kuat, karena untuk melawan efek dari antibiotik itu sendiri dan untuk sistem self-recovery mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak. Untuk keadaan hamil, pemberian antibiotik bisa sangat membahayakan janin, karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping mual, muntah, pusing dan gangguan sistem pencernaan. Efek-efek samping yang ditimbulkan juga akan menekan kehamilan. Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus sampai ke sistem kelenjar / cairan, seperti liur, kelenjar getah bening, cairan otak dan ASI. Jika pada masa menyusui minum antibiotik, maka obat akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI bercampur obat, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Namun bukan berarti ibu hamil dan menyusui tidak boleh minum obat antibiotik, harus hati-hati dan perhatikan petunjuk dokter tentang cara pemakaiannya. Seorang dokter pasti lebih tahu bagaimana sebaiknya meminum antibiotik untuk ibu hamil atau menyusui. Obat-obat antibiotik yang yang perlu perhatian khusus atau tidak boleh diminum untuk ibu hamil dan menyusui :
1. Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin

sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan netilmicin sulfate.
2. Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na,

cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam monohydratenya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.
3. Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol. 4. Golongan Makrolid, seperti: clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin, dan

azithromycin.
5. Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya. 6. Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin,

sparfloxacin dan norfloxacin.

7. Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh

untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil). Sebenarnya bukan mutlak seorang ibu hamil tidak boleh menggunakan antibiotika. Asalkan dokter memberinya dengan kadar yang diperlukan. hanya saja dokter saat ini jarang memberi penjelasan. di New York, Peneliti menemukan fakta cacat lahir itu pada dua jenis antibiotik, yaitu sulfonamide (contoh: Bactrim) dan nitrofurantoins (contoh: Macrolid). Sementara itu, antibiotik penicillins dan erythromycins, yang banyak diresepkan untuk ibu hamil selama ini tergolong aman. Pertahanan tubuh dan obat-obat antibakterial itu bekerja sama untuk menghentikan proses infeksi tidak hanya tergantung pada obat tersebut. Faktor-faktor seperti : Umur Gizi Imunoglobulin Sel darah putih Fungsi organ Sirkulasi

Berikut beberapa tips yang bermanfaat apabila kita berobat ke dokter: Tanyakan apakah antibiotika yang diberikan bermanfaat terhadap penyakit yang tengah diderita saat ini. Jangan gunakan obat antibiotika untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu.

Apabila mendapatkan antibiotika, harus digunakan sampai habis. Jangan sisakan antibiotika tersebut untuk pengobatan di lain waktu.

Gunakan antibiotika yang diberikan sesuai saran dari dokter. Gunakan secara rutin sampai habis meskipun sudah merasa sehat. Jika pengobatan antibiotika dihentikan

terlalu cepat, maka beberapa bakteri dapat bertahan hidup & menimbulkan infeksi kembali.

Jangan gunakan antibiotika yang di resepkan untuk orang lain. Terkadang karena merasa gejala penyakit yang dirasakan sama, maka kita menyamakan pengobatan dengan orang tersebut, padahal bisa jadi kebutuhan tiap orang berbeda.

Jika dokter menyimpulkan bahwa penyakit kita tidak memerlukan pengobatan antibiotika, tanyakan pengobatan lain yang dapat membantu meredakan gejala yang kita rasakan. Jangan paksa dokter untuk memberikan antibiotika kepada kita.

When do we need AB a.k.a Antibiotik?? Dibawah merupakan beberapa jenis infeksi bakteri yang umumnya terjadi dan membutuhkan terapi AB : Infeksi saluran kemih Sebagian infeksi telinga tengah atau biasa disebut otitis media Sinusitis yang berat (berlangsung lebih dari seminggu, sakit kepala, pembengkakan di daerah wajah) Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus (umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih sedangkan pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini)

How Can We Help ? Rubah sikap kita ketika berkunjung ke dokter dengan menanyakan; Apa penyebab penyakitnya ?, bukan apa obatnya. Jangan sedikit2 minta dokter untuk meresepkan AB. Jangan mengkonsumsi AB untuk infeksi virus seperti flu/pilek, batuk atau radang tenggorokan. Kalau merasa tidak nyaman akibat infeksi tsb. tanya dokter bagaimana cara meringankan gejalanya, tetapi tidak dengan AB.

Tidak mempergunakan Desinfektan di rumah, cukup dengan air dan sabun. Hanya diperlukan bila di rumah ada orang sakit dengan daya tahan tubuh rendah (pasca transplantasi, anak penyakit kronis, pemakaian steroid jangka panjang, dll.).

Battle of the Bugs: Fighting AB Resistance Masalah bakteri yang kebal terhadap AB (AB resistance) ini telah menjadi masalah global dan sudah sejak beberapa dekade terakhir dunia kedokteran mencanangkan perang terhadap AB resistance ini. Ada petunjuk yang dapat dilakukan untuk perihal pemakaian AB yang rasional, yaitu: 1. Kurangi pemakaian AB, jangan menggunakan AB untuk infeksi virus. 2. Gunakan AB hanya bila benar2 diperlukan dan mulailah dengan AB yang ringan atau narrow spectrum. 3. Untuk infeksi yang ringan (infeksi saluran nafas, telinga atau sinus) yang memang perlu AB, gunakan AB yang bekerja terhadap bakteri gram (+). 4. Untuk infeksi kuman yang berat (infeksi dibawah diafragma, seperti infeksi ginjal / saluran kemih, apendisitis, tifus, prneumonia, meningitis bakteri) pilih AB yang juga membunuh kuman gram (+). 5. Hindari pemakaian lebih dari satu AB, kecuali TBC atau infeksi berat di rumah sakit. 6. Hindarkan pemakaian salep AB, kecuali untuk infeksi mata.

Rule fo Thumb Bila anda memperoleh terapi AB, pertanyakanlah hal2 berikut: 1. Why do I need AB ? 2. Apa yang dilakukan AB ? 3. Apa efek sampingnya ? 4. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping ? 5. Apakah AB harus diminum pada waktu tertentu, misalnya sebelum atau sesudah makan ? 6. Bagaimana bila AB ini dimakan bersamaan dengan obat yang lain ? 7. Beritahu pula bila anda mempunyai alergi terhadap suatu obat atau makanan, dll.

Final Message Sebagai konsumen kesehatan yang bertanggung jawab, sebaiknya kita juga berperan aktif dengan cara menggali dan mempelajari pengetahuan dasar ilmu kesehatan. Dengan begitu kita akan menjadi konsumen kesehatan yang smart and critical. Kita harus selalu mengetahui bagaimana pemakaian AB yang benar dan tepat karena justru AB yang irrational akan menyebabkan AB menjadi impotent atau kehilangan manfaatnya. Antibiotics save lives, therefore we also have to save Antibiotics.

Você também pode gostar