Você está na página 1de 14

BAB I PENDAHULUAN

Hampir sepertiga dari populasi telah mengalami gangguan produksi suara pada saat yang bersamaan. Serak lebih sering terjadi pada kelompok-kelompok tertentu seperti guru dan orang tua, tetapi semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat terkena dan sangat berdampak pada status kesehatan serta kualitas hidup seseorang.Serak menyebabkan kunjungan perawatan kesehatan lebih sering dan beberapa miliar dolar hilang akibat menurunya produktivitas kerja yang berkaitan dengan absensi. Serak sering disebabkan oleh keadaan-keadaan yang ringan dan dapat sembuh sendiri, namun dapat juga merupakan gejala dari kondisi yang berat dan memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan segera. Suara serak dan disfonia adalah istilah yang sering digunakan secara bergantian, meskipun suara serak adalah gejala dari perubahan kualitas suara sementara disfonia adalah diagnosis. 1 Penyebab suara serak sangat beragam untuk itu diperlukan pemahaman tentang anatomi dan fisilogi dari produksi suara serta dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara bertahap. Pada pemeriksaan perlu dilihat kondisi pita suara yang dapat dilihat menggunakan indirect laryngoscopy, flexiblenasolaryngoscopy atau strobovideolaryngoscopy. Penyalahgunaan suara adalah satu dari beberapa banyak penyebab umum suara serak dan merupakan penyebab terjadinya vocal nodule. Suara serak merupakan adaptasi negatif pembentukan suara pada orangorang yang sering menggunakan suara dalam jangka waktu lama tanpa kelainan patologis laring, suara serak biasanya bermanifestasi sebagai turunnya volume suara dan tinggi nada, rasa nyeri atau tidak nyaman di tenggorok saat bersuara dapat terjadi suara serak. Keadaan ini sering timbul pada profesi yang mempunyai resiko besar untuk timbulnya gangguan bersuara yang secara psikologis dan ekonomis akan mengganggu pekerjaannya.Perkembangan berbagai profesi yang mengandalkan suara seperti presenter dan penyiar radio juga turut menjadi faktor yang sangat berkaitan dengan angka orang yang menderita suara parau.Suara parau pada profesi tersebut pravelensinya 9,7-13% dan meningkat menjadi 73% karena penatalaksanaan yang kurang baik.

BAB II PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI

Suara serak merupakan istilah yang biasa digunakan sehari hari untuk mengungkapkan disfona. Istilah ini biasa digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan kualitas dari suara. Kelainan ini dapat menjadi gejala sekaligus tanda dari disfungsi organ-organ fonasi. Suara serak jarang dijadikan diagnosis meskipun berkaitan dengan International Classification of Disease Code.2 Untuk memahaminya diperlukan beberapa definisi akan istilah-istilah sebagai berikut :1 1. Hoarseness/Dysphonia (suara serak) didefinisikan sebagai kelainan yang ditandai oleh perubahan kualitas suara, tinggi-rendahnya, kenyaringannya ataupun upaya memproduksi suara yang menyebabkan gangguan berkomunikasi yang berkaitan dengan penurunan kualitas hidup. 2. Impaired Communication (gangguan komunikasi) yang didefinisikan sebagai penurunan atau terbatasnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain menguunakan suara. 3. Reduced voice-related quality of life (penurunan kualitas hidup yang berkaitan dengan penurunan kemampuan bersuara) didefinisikan sebagai penurunan dalam hal fisik, emocional, sosial dan ekonomi sebagai hasil dari disfungsi suara. Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan gangguan pada pita suara yang merupakan

bagian pembentuk suara yang terdapat di larynx. Selama bernafas, pita suara saling menjauh. Ketika berbicara atau bernyanyi, pita suara saling mendekat, dan udara keluar dari paru, getaran udara menghasilkan suara. Semakin tebal dan semakin kecil ukuran pita suara, getaran yang dihasilkan semakin cepat. Semakin cepat getaran suara yang dihasilkan semakin tinggi. Pembengkakan pada pita suara dapat mengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara sehingga dapat terjadi perubahan pada suara.Suara parau bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Keluhan suara parau tidak jarang kita temukan dari klinik,suara parau ini digambarkan dengan
2

pasien yang mengeluarkan suara yang kasar lebih rendah dari suara aslinya walaupun suara serak merupakan suatu gejala tetapi jika prosesnya berlangsung lama maka merupakan tanda awal dari penyakit yang serius di daerah tenggorok.

II.2 FISIOLOGI DAN ANATOMI

Suara adalah merupakan suatu produk akustik yang dihasilkan oleh getaran semisiklik dari 2 pitasuara yang terletak di laring dan biasa disebut sebagai voice box. Karena itu gangguan dari suara merupakan konsekuensi logis dari patofisiologi kelainan organ-organ fonasi yang mendasarinya. Terbagi atas 2 kelompok utama yaitu pita suara dan saluran suara termasuk struktur subglotik dan supraglotik. Getaran dari pita suara dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dan dikontrol oleh bagian myoelastic dan tekanan aerodinamik. Lewatnya tekanan dari paru-paru menyebabkan terjadinya gerakan osilasi dari pita suara.3 Bagian myoelastic terdiri dari otot-otot laring intrinsik yang berpasangan, yang bertanggung jawab untuk ukuran, bentuk, panjang, massa, kekakuan, dan karakteristik ketegangan dari pita suara. Otototot laring intrinsik termasuk otot thyroarytenoid, pasangan otot cricoarytenoid lateral, otot cricoarytenoid posterior, dan otot interarytenoid, yang terdiri dari bagian melintang dan miring. Otot-otot laring intrinsik dipersarafi oleh N. laringeus Reccurent, dengan pengecualian dari otot cricoarytenoid posterior (hanya pita suara abduktor) yang bertanggung jawab untuk adduksi pita suara dan aproksimasi pita suara. Otot-otot krikotiroid bilateral bertanggung jawab untuk menekan kartilago tiroid ke bawah serta memanjangkan pita suara. Otot-otot ini terutama bertanggung jawab untuk kenaikan pitch suara. Bagian myoelastic nonmuscular termasuk membran (mukosa), ligamen, elemen kelenjar, suplai darah, dan saraf, yang semuanya terletak di dalam kompleks artikulasi kartilaginosa yang terdiri dari tiroid, krikoid, dan dua kartilago arytenoid. Perbedaan fase vertikal adalah penting dalam mengabadikan siklus glotal dan sesuai dengan gelombang mukosa yang terlihat pada pemeriksaan foto stroboskopik atau kecepatan tinggi. Setelah glottis dikembalikan ke konfigurasi aslinya, siklus berulang. Karakteristik siklus glotal tergantung pada sifat jaringan yang melekat, termasuk elastisitas dan viskositas penutup flip vokal dan aktivitas otot-otot

laring

intrinsik,

dan

energi

diberikan

oleh

dihembuskan

udara.4

II.3 PATOFISIOLOGI Suara normal sebenarnya dihasilkan oleh gelombang yang dihasilkan oleh getaran osilasi dari bagian membran pita suara (mukosa), yang meluncur secara bergelombang di otot yang mendasarinya. Ketika mukosa, ruang submukosa, otot-otot, unsur pembuluh darah, kartilago, atau kompresi glotis terpengaruh, termasuk struktur subglottic dan supraglottic, akan menghasilkan suara yang patologis. Seluruh voice box bertumpu pada trakea dan digantung di atas tulang hyoid, yang berhubungan dengan pangkal lidah. Ketika koneksi ini dipengaruhi oleh ketengan dari lidah atau posisi vertical laring yang tidak semestinya maka akan dihasilkan pula perubahan kualitas suara.Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah gerakan laring vertikal yang berperan dalam fonasi (menyanyi), menelan, pernapasan, dan menguap, dan dalam artikulasi bicara. Ketika gerakan vertikal dipengaruhi, produksi suara mungkin dapat terganggu walaupun glottis terlihat "normal" pada pemeriksaan rutin.5 II.4 ETIOLOGI Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan getaran, ketegangan dan pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan suara serak.Gangguan dalam bersuara seperti suara serak, biasanya disebabkan berbagai macam faktor yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa radang, tumor, paralisis otot-otot laring, kelinan laring sepserti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi krikoaritenoid dan lain-lain. Serta dikarenakan penggunaan suara yang berlebihan.6 Kelainan patologi yang serius harus disingkirkan, seperti halnya karsinoma laring dan tumor kepala dan leher lainnya yang menyebabkan kelumpuhan nervus laringeus. Banyak faktor yang dapat menyebabkan suara serak. Sebagian besar bukan masalah yang serius dan dapat hilang dalam waktu yang singkat. Penyebab yang paling sering adalah laringitis akut yang biasanya muncul karena common cold, infeksi saluran pernapasan atas, atau iritasi saat bersuara keras seperti berteriak saat olah raga atau konser musik rock. Kebiasaan menggunakan suara berlebihan
4

mengakibatkan timbulnya vocal nodule atau polip pada pita suara. Vocal nodule sering terjadi pada anak-anak dan dewasa yang berteriak saat bermain atau bekerja. Polip dan nodul dapat merupakan suatu keganasan akan tetapi hal ini jarang terjadi.Penyebab suara serak yang biasa terjadi pada orang dewasa adalah refluk gastroesofageal ketika asam lambung naik ke esofagus dan mengiritasi pita suara. Beberapa pasien dengan refluk gastroesofageal yang mengalami perubahan suara, tidak menunjukkan gejala lain seperti rasa terbakar pada uluhati. Biasanya, suara memburuk di pagi hari dan membaik di siang hari. Pasien ini merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan, stagnasi mukus atau keinginan berdehem untuk membersihkan tenggorokan. Penyebab lain suara serak adalah merokok. Rokok dapat merupakan penyebab keganasan di tenggorokan, sehingga apabila perokok mengalami suara parau disarankan untuk segera menemui ahli THT. Beberapa penyebab suara parau yang jarang terjadi antara lain alergi,masalah pada tiroid, gangguan pada syaraf, trauma pada area pita suara dan siklus menstruasi. Penyebab suara parau dapat bermacam macam yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab ini dapat berupa:

1. Kelainan Kongenital a. Laringomalasia merupakan penyebab tersering suara serak saat bernafas pada bayi baru lahir. b. Laringeal webs merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian menutup jalan udara. 75 % selaput ini terletak diantara pita suara, tetapi selaput ini juga dapat terletak diatas atau dibawah pita suara. c. Cri du chat sindrome dan Down syndrome merupakan suatu kelainan genetik pda bayi saat lahir yang bermanifestasi klinis berupa suara serak atau stridor saat bernafas. d. Paralisis pita suara bisa terjadi saat lahir, baik mengenai satu atau kedua pita suara. Tumor pada rongga dada ( mediastinum ) atau trauma saat lahir dapat menyebabkan kerusakan saraf pada laring yang mempersarafi pita suara.

2. Infeksi a. Infeksi virus adalah infeksi paling banyak yang menyebabkan suara serak dikarenakan oleh infeksi virus. Virus penyebab yang paling sering yaitu rinovirus ( common cold virus) , adenovirus, influenza virus dan parainfluenzavirus. b. Infeksi bakteri seperti epiglottitis bakterial oleh Hemophilus influenzae type B (HiB) merupakan salah satu yang sering terjadi dan kadang dapat menimbulkan infeksi yang fatal. Bakteri penyebab yang lain yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae tetapi jarang. c. Infeksi jamur seperti candida pada mulut dan tenggorokan kadang bisa menyebabkan suara serak pada anak yang sehat, tetapi ini merupakan komplikasi yang jarang terjadi kecuali anak dengan imunosupresi( kemoterapi, HIV, atau Immune deficiency syndrome ).

3. Inflamasi Berkembangnya nodul, polip atau granuloma pada pita suara dapat diakibatkan oleh iritasi dan inflamsi yang kronis pada pita suara yang berasal dari merokok, batuk, penyalahgunaan suara dan terpapar racun dari lingkungan. a. Nodules paling sering didapatkan pada anak-anak dan wanita. Pada laki-laki jarang. Ada hubungannya dengan penyalahgunaan suara dan nodulini timbul bilateral, lembut, lesinya bulat terletak pada sepertiga anterior dan dua pertiga posterior dari pita suara. b. Polips lebih sering didapatkan pada laki-laki dan sangat kuat berhubungan dengan merokok. Polips berupa massa yang lembut, bisa tunggal atau multipel dan paling sering unilateral. c. Kista laringeal biasanya berupa sumbatan kelenjar mukus atau kistainklusi epitel dan akan menyebabkan perubahan suara jika terdapat atau dekat dengan tepi bebas pita suara. d. Gastroesophageal reflux disease.

4. Tumor Jinak a. Papilloma merupakan tumor jinak yang sering didapatkan pada saluran pernapasan. Disebabkan oleh Human papilloma virus ( HPV). Ibu mungkin terinfeksi virus dengan didapatkan lesi berupa condyloma pada vulva. Bayi mungkin mendapat infeksi ini saat lahir baik melalui kontaminasi pada cairan amnion sebelum lahir atau saat lahir melalui vagina. b. Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor. c. Limphagioma ( higroma kistik) merupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan leher dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor atau suara serak.

5. Tumor ganas

6. Trauma. a. Endotracheal intubasi b. Fraktur pada laring.Trauma langsung pada laring dapat menyebakan fraktur kartilagolaring yang menyebabkan lokal hematoma atau mengenai saraf. c. Benda asing

7.

Penyakit sistemik a. Endokrin: hypothyroidisme, acromegaly b. Rheumatoid arthritis berdampak pada kaitan antar sendi pada laring c. Penyakit Granulomatous contoh. sarcoid, Wegener's, syphilis, TB

Penyebab suara serak pada umumnya adalah

1. Disfoni fungsional yang secara anatomi normal, tetapi terjadi penggunaan yang abnormal dari mekanisme suara. Kondisi ini terkait dengan stress,gangguan psikologi atau kompensasi dari infeksi saluran napas atas. 2. Laryngeal papiloma pertumbuhan massa di laring yang disebabkan oleh infeksi HPV 3. Disfoni akibat ketegangan otot Gangguan suara sebagai akibat dari tekanan yang berlebihan atau tidak seimbang saat bicara. Kondisi ini diakibatkan oleh teknik bicara yang tidak tepat dan biasanya berhubungan dengan refluk laryngitis.Reflux laryngitis Inflamasi laring yang disebabkan iritasi asam lambung.Reinke's.d.e edema akumulasi cairan pada pita suara. Kondisi ini berkaitan dengan merokok dan penyalah gunaan suara. Dapat juga pada refluk laringitis. 4. Disfoni spasmodik suatu kondisi di mana suara terhenti tiba-tiba dan bicara yang terputus-putus. Hal ini merupakan disfonia yang terjadi secara fokal pada otot-otot laring. Paralysis pita suara. Kelemahan atau tidak bergeraknya satu atau kedua pita suara.Vocal nodules pembentukan jaringan fibrotik pada pita suara.

II.5 EPIDEMIOLOGI

Di dunia barat, sekitar sepertiga penduduk yang bekerja, menggunakan suaranya untuk bekerja, Di Inggris sekitar 50.000 pasien per tahun dirujuk ke bidang THT karena bermasalah dengan suaranya.7

II.6 FAKTOR RESIKO

Faktor resiko terjadinya suara parau antara lain 1. Bernafas pada lingkungan yang tidak bersih. 2. Pubertas berkaitan dengan pelebaran laring 3. Merokok 4. Penyalahgunaan obat-obatan 5. Refluks gastroesofagus
8

6. Pekerjaan yang menggunakan suara sebagai modal utama misal : guru,aktor, penyanyi 7. Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama 8. Minum alkohol, kopi berlebihan 9. Berbicara saat makan 10. Kebiasaan sering batuk untuk membersihkan tenggorokan 11. Stres, gelisah, depresi

II. 7 TANDA DAN GEJALA

Suara serak biasanya memberikan kualitas suara yang parau dan kasar, meskipun juga dapat menyebabkan perubahan dalam pitch atau volume suara. Para kecepatan onset dan gejala terkait, akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya yang menyebabkan suara serak.

II. 8 DIAGNOSIS

Anamnesis mengenai suara serak mereka dan gejala terkait lainnya. Pemeriksaan fisik akan fokus pada kepala dan leher. Seringkali, diagnosis dapat dibuat didasarkan pada penilaian awal. Dalam beberapa kasus, sebuah tabung fleksibel panjang bercahaya (lingkup serat optik) akan dimasukkan ke dalam tenggorokan untuk langsung memvisualisasikan pita suara jika tidak ada penyebab lain yang awalnya di identifikasi.Individu dengan suara serak yang berlangsung lebih dari 2-3 minggu harus berkonsultasi dengan otolaryngologist. Dokter biasanya melihat lipatan vokal baik dengan cermin diletakkan di bagian belakang tenggorokan, atau dengan tabung, sangat kecil fleksibel bercahaya (lingkup serat optik) yang dilewatkan melalui hidung untuk melihat lipatan vokal.Rekaman video dan stroboskopi juga sangat membantu. Prosedur-prosedur ini ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan pasien. Dalam beberapa kasus, tes khusus yang dirancang untuk mengevaluasi suara mungkin disarankan.Mengukur penyimpangan suara ini, bagaimana suara suara, aliran udara, dan karakteristik lain yang membantu dalam mendiagnosa dan membimbing pengobatan.

II. 9 PENATALAKSANAAN

Pengobatan disfonia sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi etiologinya.6 Karena akibat yang timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu beberapa langkah pencegahan maupun terapi. Bila belum timbul keluhan, pencegahan merupakan hal yang terpenting. Beberapa peneliti menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat setelah berbicara. Laki-laki yang minum air akan dapat membaca dengan kualitas suara yang baik dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi minum air. Hal yang sama didapatkan pada penyanyi karaoke amatir. Istirahat bersuara merupakan salahsatu tehnik untuk mengistirahatkan organorgan pembentuk suara.Penelitian Yiu tahun 2003 melaporkan bahwa pada subyek yang diberi istirahat 1 menit setiap selesai menyanyikan satu lagu, mampu bernyanyi rata-rata selama 101 menit sedangkan yang tidak diberi istirahat hanya mampu bernyanyi selama 86 menit. Secara statistik perbedaan tersebut bermakna (p<0,05). Faktor-faktor lain yang menjadi faktor risiko terjadinya kelelahan bersuara juga harus diperhatikan. Penggunaan alkohol, merokok, dan obatobatan tertentu sebaiknya dihindari karena dapat mempengaruhi kondisi permukaan plika vokalis. Salah satu penyebab iritasi laring adalah refkuks dari esofagus. Hal ini dapat mempercepat kelelahan bersuara karena akan mengakibatkan hilangnya lapisan mukus permukaan pita suara serta terkelupasnya epitel. Beberapa hal yang dianjurkan untuk mencegah refluks antara lain, pertama menghindari konsumsi kafein dan coklat karena akan mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus. Kedua, hindari makan dan minum pada jam tidur dan sebaiknya tunggu 2-3 jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. Bila sudah ada gejala refluks mungkin diperlukan obat-obatan untuk menetralisir asam lambung atau

mengurangi produksinya.Ada beberapa pendekatan penatalaksanaan. Pertama, terapi suara dengan komponen utama berupa edukasi dasar anatomi dan fisiologi produksi suara. Pasien harus mengerti hubungan antara gangguan suara dan penyebabnya sehingga lebih menyadari apa yang boleh dilakukan dan apa yang dihindari. Kedua, konservasi suara yang prinsipnya lebih praktis dan realistis dibandingkan terpai suara. Caranya adalah dengan mengurangi penggunaan suara atau istirahat bersuara (vocal rest) pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan, yang bertujuan mengurangi oedem jaringan. Perlu juga mengurangi sumber penyalahgunaan suara dan menggunakan alat pengeras suara.Terapi tingkah laku suara ditujukan untuk meningkatkan aspek teknik penggunaan suara termasuk pernapasan perut, latihan
10

penggunaan tinggi nada dan istirahat yang benar, meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik lainnya. Terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk mengurangi oedem jaringan dengan pemberian obat-obat anti inflamasi steroid atau nonsteroid.Indikasi penggunaan antibiotik atau dekongestan antihistamin pada pasien dengan suara parau jarang walaupun pada pasien juga terdapat rhinosinusitis atau bakterial laringotrakeitis, yang mungkin menyebabkan terjadi komplikasi pada pasien dengan suara parau.Indikasi tindakan bedah dilakukan tergantung penyebab dari suara parau. Misalnya adanya suatu nodul atau polip yang terdapat pada pita suara maka tindakan bedah mungkin diperlukan selain juga harus menghilangkan faktor pencetus terbentuknya nodul atau polip akibat penyalahgunaan suara.Pada beberapa kondisi tertentu suaraparau memerlukan terapi yang spesifik. Akan tetapi penatalaksanaan secara umum dapat dilakukan sebagai berikut.8

1. Terapi konservatif Setiap tindakan dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol. Minum banyak air putih dapat mencegah tenggorokan dari kekeringan.Istirahat berbicara selama dua sampai tiga hari. 2. Terapi WicaraSpeech therapist memegang peranan penting dalam memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal oleh karena vocal nodule dan kesalahan penggunaan suara. 3. Terapi medikamentosa infeksi saluran pernafasan atas seringkali disebabkan oleh infeksivirus. Tirah baring, pemberian parasetamol atau larutan aspirin gargle dapat diberikan. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat infeksi bakteri. Nasal spray diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus.Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat diberikan medikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung. 4. Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis (contoh:biopsi) dan terapi(contoh: mengambil massa tumor dan laser surgery). Operasi dapat dilakukan dengan fibre optic endoscope dengan anestesi umum.Pembedahan pada penyebab suara parau non-cancer hanya diindikasikan jika penatalaksanaan dengan cara lain gagal.

11

BAB III KESIMPULAN


Suara serak merupakan suatu tanda dan gejala yang berkaitan erat dengan perubahan dari perubahan kualitas suara, tinggi-rendahnya, kenyaringannya ataupun upaya memproduksi suara yang menyebabkan gangguan berkomunikasi yang berkaitan dengan penurunan kualitas hidup. Yang biasanya merupakan gejala ringan dan dapat sembuh sendiri namun juga dapat menjadi suatu gejala dari kelainan yang lebih berat dan membutuhkan diagnosis serta penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Suara serak seringkali tidak dijadikan diagnosis walaupun ada keterkaitannya dengan disfona yang terdapat pada International Classification of Diseases Code. Namun ada juga yang berpendapat bahwa serak merupakan geja sedangkan disfona adalah diagnosisnya. Pendapat yang terakhir menyatakan bahwa antara disfona dan hoarseness atau suara serak sulit dibedakan karena dalam sehari- hari suara serak seringkali menunjukkan gejala yang mengarah pada disfona. Penyebabnya sangat bervariasi namun terutama mengenai daerah laring dan sekitarnya. Penyebab terseringnya adalah laringitis akut dan penggunaan suara yang berlebihan. Diagnosis ditegakkan melalui tahapan-tahapan gradual mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan yang diberikanpun sangat bergantung pada etiologi yang mendasarinya dapat berupa terapi medikamentosa, terapi suara dan bicara (voice-speech therapy) hingga tindakan operatif. Berbagai dampak yang mungkin timbul akibat suara serak, yaitu dampak terhadap kualitas hidup dan kelainan permanent pada laring. Dampak kualitas hidup terutama terjadi akibat ketidak mampuan untuk berbicara terus menerus dalam waktu lama, sehingga dapat mengganggu pekerjan, sosialisasi dengan masyarakat sekitar dan juga secara ekonomis baik secara langsung maupun tidak langsung.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH. Clinical Practice Guidelines : Hoarseness (dysphonia). In : Otolaryngology Head And Neck Surgery. Vol 141. 2009

2. Sulica L. Hoarseness. In : Archives Of Otolaryngology Head and Neck Surgery Vol. 137 No. 6, June 2011. 3. Rubin JS, Scheren SC. Basics Of Voice Production. Otolaryngology Basic Sciences And Clinical Review. Thieme. New York 2005. p:525-526

4. Sulica L. Voice : Anatomy, Physiology And Clinical Evaluation. Head And Neck Surgery Otolaryngology, 4th ed. Lippincott Wiliam Wilkins. 2006. Chap. V.

5. Lalwani AK. Voice Production in : Larynx And Hypopharynx. Current Diagnosis And Treatment Otolaryngology Head And Neck Surgery. New York. Chap. VIII .

6. Hermani B, Kartosoediro S, Hutauruk SM. Disfonia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2007. p : 231-236

7. Doerr S. Hoarseness. Available at www.,edicinet.com. Last Accessed 20th December 2011.

8. Medline

Plus.

Hoarseness.

Available

at

www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003054.htm. Last update 23rd November 2010.

13

14

Você também pode gostar