Você está na página 1de 10

LAPORAN RESMI BIOFARMAKA ANALISIS KUANTITATIF ZAT AKTIF TANAMAN OBAT

KELOMPOK : 1. Felix Ari Kristiadi (31081135) 2. Noviana Andam Dewi (31091189) 3. Dewi Andini (31091197) 4. Nugroho Fajar Mahardika (31091211) 5. Siska Augusta Larinda (31091205) 6. Yabin Albion (31091212) FAKULTAS BIOTEKNOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Sejak jaman nenek moyang, tanaman dipercaya memiliki kandungan untuk menyembuhkan, maka dari itu terdapat beberapa jenis tanaman yang bisa dijadikan sebagai obat alami. Masa sekarang ini, kejenuhan pasien terhadap obat kimia yang banyak menimbulkan efek samping menjadikan tanaman obat sebagai alternative untuk penyembuhan. Beberapa tanaman obat berkhasiat perlu dilakukan uji terlebih dahulu, termasuk uji kuantitatif zat aktif. Analisis kuantitatif perlu dilakukan untuk mengetahui banyaknya (persentase) kandungan zat aktif dalam suatu tanaman obat agar dapat mengekstraksi zat aktif secara maksimal dan menentukan dosis pemberian tanaman obat Pada praktikum kali ini, kami akan belajar mengenai cara menganalisis kandungan senyawa aktif dalam tanaman obat. Metode yang dipakai adalah KLT. Dengan KLT kita dapat mengetahui banyaknya kandungan senyawa aktif dalam tanaman obat.

B. Tujuan
Mengetahui banyaknya kandungan senyawa aktif dalam suatu tanaman obat Mengetahui cara perhitungan kuantitatif kandungan senyawa aktif dalam tanaman obat

BAB II DASAR TEORI


Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit) tersebut menyusun lenih dari sekitar 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama. (Day, 2002) Analisis kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri atas empat tahapan pokok: Pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling), yakni memilih suatu sampel yang mewakili dari bahan yang dianalisis. Mengubah analit menjadi suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk pengukuran. Pengukuran. Perhitungan dan penafsiran pengukuran.

Langkah pengukuran dalam suatu analisis dapat dilakukan dengan cara-cara kimia, fisika, biologi. Teknik laboratorium dalam analisis kuantitatif digolongkan ke dalam titrimetri (volumetri), gravimetri dan instrumental. Analisis titrimetri berkaitan dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Pada cara gravimetri pengukuran menyangkut pengukuran berat. Istilah analisis instrumental berhubungnan dengan pemakaian peralatan istimewa pada langkah pengukuran. (Anonim, 2011) Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. (Anonim, 2011)

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. (Anonim, 2011) Kromatogram

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. (Anonim, 2011) Fase diam-jel silika

Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina. (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Alat dan Bahan Alat Botol (3 buah) Pipet Gondok (1 buah) Pipet Mikro (1 buah) Lempeng KLT Tabung ependorf (3 buah) Bahan Sampel temulawak (100 gr/botol) Etanol (10 ml/botol) Elutor (Hexan : Etil asetat = 1 : 1) B. Cara kerja Ditimbang 100 gr sampel temulawak, masing-masing botol dimasukkan 100 gr (3 botol) Diencerkan dengan etanol 10 ml/botol Kocok dalam sonificator selama 10 menit Diambil 1 ml sampel dan dimasukkan kedalam ependorf, kemudian disentirfuse selama 2 menit Disiapkan elusi KLT dan plat KLT, kemudian digambar titik pada plat menggunakan linomat Elusikan selama 15 menit, kemudian hasil discan menggunakan KLT scanner Sentrifuse TLC scanner Sonificator Camag Linomat TLC pointer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Sampel : Temulawak Kadar Kurkuminoid : Sampel 1 : 1,22 % (1,4159 mg dalam 10 ml) Sampel 2 : 1,29 % (1,2557 mg dalam 10 ml) Sampel 3 : 1,33 % (1,3039 mg dalam 10 ml) B. Pembahasan Dalam percobaan kali ini dipakai sampel berupa temulawak. Temulawak dipakai untuk mengetahui kadar kurkuminoid yang terkandung didalamnya. Sampel ditimbang 100 gr kemudian dimasukkan kedalam botol kaca, pengulangan yang dipakai adalah 3 kali pengulangan dengan sampel yang sama. Sampel diencerkan dalam etanol karena sifat kurkuminoid yaitu bersifat polar. Setelah diencerkan, sampel dikocok dalam sonificator. Pengocokkan menggunakan sonificator adalah mengocok sampel dengan kekuatan gelombang suara. Pengocokkan dengan sonificator bersifat lebih efektif karena sampel akan tercampur merata selama proses. Setelah tercampur merata, sampel diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam ependorf. Disentrifugasi dengan tujuan untuk memisahkan pellet dari larutannya agar bisa berjalan pada fase gerak dalam KLT. Plat KLT dipersiapkan, kemudian dilakukan spotting pada plat menggunakan Linomat. Setelah itu dielusikan selama 15 menit. Setelah elusi, discann menggunakan KLT scanner. Hasil dari scan menunjukkan peak (titik tertinggi) dari grafik kandungan kurkuminoid dalam 10 ml sampel. Kandungan kurkuminoid didapatkan untuk sampel pertama 1,4159 mg, sampel kedua 1,2557 mg dan sampel ketiga 1,3039 mg dalam 10 ml larutan temulawak. Setelah dihitung persentase kandungan kurkuminoid sampel pertama mengandung 1,22 %, sampel kedua mengandung 1,29 % dan sampel ketiga 1,33 %. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui banyaknya kandungan senyawa aktif dalam gram tanaman obat. Kandungan senyawa aktif perlu diketahui

secara kuantitatif untuk menetukan ekstraksi kandungan senyawa aktif dari tanaman obat. Persentase kehadiran senyawa aktif berguna untuk mengetahui seberapa banyak senyawa aktif yang terkandung dalam suatu tanaman obat agar hasil ekstraksi dapat diketahui secara maksimal.

BAB V KESIMPULAN
Diketahui banyaknya kandungan senyawa aktif dalam suatu tanaman obat dengan menggunakan metode KLT Kurkuminoid dalam temulawak Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 : 1,4159 mg dalam 10 ml : 1,2557 mg dalam 10 ml : 1,3039 mg dalam 10 ml

Diketahui cara perhitungan kuantitatif kandungan senyawa aktif dalam tanaman obat dengan menggunakan metode KLT Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 : 1,22 % : 1,29 % :1,33 %

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_lapis_tipis/. Diakses tanggal 30 November 2011. Anonim, 2011. http://www.humaniraid.com/2010/08/analisis-kuantitatif.html. Diakses tanggal 1 Desember 2011. Day, R. A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

Você também pode gostar