Você está na página 1de 17

KAJIAN ILMU KEPOLISIAN MASALAH SOSIAL DAN ISU HAM

Prof. Drs. Koesparmono Irsan, SH, MM, MBA

LEGAL OPINION KASUS MARSINAH

SEBAGAI UJIAN TENGAH SEMESTER 2011

Disusun Untuk Disusun Oleh Tanggal Isu Hukumn

: Ujian Tengah Semester KIK UI Angkatan XV : Rudi Setiawan : 9 November 2011 : Kasus Marsinah

PERTANYAAN DASAR
Mengapa para tersangka kasus Marsinah (Judi Susanto, Yudi Astono, Karyono Wangso, Suwono, Suprapto, As Prayogi, Widayat, Kapten Kusaeri, Ny. Mutiari, SH, dan Bambang Wuryantoro) bisa memenangkan kasasi? Sehingga pada tanggal 3 Mei 1995 telah keluar putusan kasasi Mahkamah Agung RI yang merupakan putusan rapat permusyawaratan Mahkamah Agung tanggal 29 April 1995 dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 3 Mei 1994, dengan putusan sebagai berikut: a. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 429 K/Pid/1995 tentang putu tingkat kasasi atas nama Judi Susanto al. Kho Hi Ki yang menyatakan tidak dapat menerima permohonan kasasi dari pemohon kasasi jaksa/penuntut umum pada Kejaksaan Negeri Surabaya. b. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 381 K/Pid/1995 tentang putusan tingkat kasasi atas nama Yudi Astono yang menyatakan, mengabulkan permohonan kasasi Yudi Astono dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya tanggal 22 Nopember 1994 nomor 246/Pid/1994/PT Sby dan putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo tanggal 12 Juli 1994 No. 48/PidB/1994/PN Sda. Dan kemudian mengadili sendiri dan menyatakan terdakwa Yudi Astono tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya.

c. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1590 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Karyono Wongso al. Wong Kin Yib dimana dinyatakan bahwa Mahkamah Agung RI mengabulkan permohonan Kasasi Karyono Wongso al. Wong Kin Yib, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya tanggal 4 Agustus 1994 No. 195/Pid/1994/PT Sby dan putusan Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 20 Juni 1994 No, 29/Pid.B/1994/Pn Sby. Dan kemudian mengadili sendiri dan menyatakan bahwa terdakwa Karyono Wongso al. Wong Kin Yib tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya. d. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1706 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto dimana dinyatakan mengabulkan permohonan kasasi dari permohonan Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Reg. No. 170/Pid/1994 PT Sby tanggal 11 Agustus 1994. Dan kemudian mengadili sendiri dan memutuskan bahwa Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya, membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan tersebut. e. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1592 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Terdakwa I Bambang Wuryantor, Terdakwa II Widayat, dan Terdakwa III Achmad Sutiono Prayodi dimana dinyatakan mengabulkan permohonan kasasi dari permohonan para terdakwa, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Reg. No. 144/Pid/1994 PT Sby tanggal 23 Juli 1994 dan putusan Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 23 Mei 1994 No. 09/Pid.B/1994/PN Sby. Dan kemudian mengadili sendiri dan memutuskan bahwa Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya, membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan tersebut. f. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1174 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Terdakwa Ny. Mutiari, SH dimana dinyatakan bahwa Mahkamah Agung RI tidak dapat menerima permohonan kasasi dari pemohon I jaksa/penuntut umum pada Kejaksaan Negeri Sidoarjo dan mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon II Ny. Mutiari, SH, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Tanggal 13 Mei 1994 No. 95/Pid/1994/PT Sby dan putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo tanggal 10 Maret 1994 No. 236/Pid.B/1994/PN Sda dan kemudian mengadili sendiri dan menyatakan bahwa

terdakwa Ny. Mutiari, SH tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya, membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan tersebut.

JAWABAN SINGKAT
Dalam isu dikabulkannya gugatan kasasi para tersangka kasus marsinah ini (Judi Susanto dkk) sangat besar kemungkinan memang terjadi. Apabila kita telaah dengan seksama dari sumber yang sangat minim ini, banyak terjadi kejanggalan dan ketidak profesionalan yang dilakukan baik oleh penyidik Polri (Polda Jatim) maupun anggota Intel dari Kodam Brawijaya itu sendiri. Apabila kita lihat disini, para penyidik hanya mengejar satu alat bukti saja, yaitu pengakuan dari para tersangka. Sedangkan pengakuan dari tersangka ini sendiri nilainya hanya satu dan yang paling kecil diantara 5 alat bukti lainnya. Ini bisa kita lihat dari keterangan yang berhasil dihimpun dengan cara wawancara terhadap Ny. Mutiari pada tanggal 24 Mei 1995 dikediamannya di Jl. Simo Rukun II Pasar Kembang Surabaya dengan penjelasannya: Pada tanggal 1 Oktober 1993 saat dibawa ke kantor Bakorstanasda. Pada saat ditengah jalan Ny. Mutiari sudah mendapatkan intimidasi dari salah seorang anggota Polri dengan mengatakan,Kamu orang hukum, silahkan keluarkan dalil-dalil dan ilmu-ilmu kamu. Pada saat sampai di kantor bakorstanasda, Ny. Mutiari diperlihatkan kepada Yudi Susanto dan Ayib sedang dipukuli dan di dicaci maki oleh orang-orang yang berpakaian preman dan dinas tentara. Keadaan ini diperkuat dengan konfrontasi yang dilakukan oleh petugas dengan Yudi Astono yang ternyata Yudi Astono mengiyakan keterangan Ny. Mutiari kemudian ditanya petugas kenapa tadi di dalam kamu (Yudi Astono) mengakui, tapi ketika ketemu Ny. Mutiari malah mengingkari keterangan yang sudah diberikan dan dijawab oleh Yudi Astono,Saya menjawab karena dipaksa dan dipukuli. Kemudian juga hasil wawancara dan interview dengan salah satu tersangka Suprapto yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 1995 di kediamannya di Tanggulangin Sidoarjo, menjelaskan sebagai berikut: Pada tanggal 1 Oktober 1993 Suprapto dibawa ke kantor bakorstanasda. Pada saat sampai di kantor tersebut, sudah ada Ny. Mutiari, SH dan Yudi Astono. Kemudian dibawa kesalah satu ruangan dan disuruh membuka baju dan celananya. Kemudian dibawa ke kamar mandi lantai 2 dan oleh Serka Pol. Rois disuruh mengaku telah ikut membunuh Marsinah dengan cara diintimidasi dan dipukuli.

Pada saat dilakukan rekonstruksi oleh para tersangka yang sudah dilakukan latihan sebelumnya, juga mengalami banyak kejanggalan-kejanggalan. Dari beberapa hal yang dikemukakan inilah para Hakim Agung bisa memutuskan bahwa para tersangka tidak bisa diduga secara sah dan meyakinkan melakukan kejahatan yang disangkakan kepada mereka. Sehingga mengadili sendiri dan memutuskan bahwa mereka bebas demi dari segala dakwaan dan sangkaan.

FAKTA-FAKTA
a. Tanggal 9 Mei 1993 sekitar jam 13.30 WIB di gubuk Kelompencapir Dusun Jegong desa/kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk telah ditemukan oleh warga masyarakat seorang perempuan meninggal dunia, yang pada saat ditemukan korban dalam keadaan telentang membujur ke arah barat. Setelah dlakukan pengamatan sementara di tubuh korban banyak ditemukan gorean dan luka-luka (sesuai Laporan Polisi Polsek Wilangan No. Pol. : LP/17/LR/V/1993 tanggal 9 Mei 1993). b. Saksi yang pertama kali menemukan adalah Wiji, alamat dusun Jegong Wilangan Nganjuk. Setelah itu saksi melaporkan kepada Kadus bernama Djoyo Prawiro yang kemudian diteruskan ke Polsek Wilangan Nganjuk. c. Setelah dilakukan olah TKP, dapat diketahui identitas korban bernama MARSINAH, 24 tahun, agama Islam, pekerjaan Swasta (karyawan PT. Catur Putera Surya), alamat Dusun Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk. d. Selanjutnya korban dibawa ke RSUD Nganjuk untuk mendapatkan Visum Et Repertum tanpa ada pemberitahuan/penjelasan lebih detail oleh anggota Polsek Wilangan kepada dokter yang menangani, sehingga pakaian yang dikenakan oleh korban terlanjur dibakar oleh petugas rumah sakit, dan bahkan baik polsek maupun polres tidak membuatkan Berita Acara pembakaran tersebut. e. Pada awalnya kasus ini dianggap sebagai penemuan mayat biasa, sehingga tetap ditangani oleh Polsek Wilangan Res Nganjuk. Akan tetapi dengan perkembangan dan perubahan situasi, maka penanganan kasus ditarik ke Polda Jawa Timur. f. Hasil dari penyelidikan dan penyidikan dari Polda Jatim dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pertengahan bulan April 1993 karyawan PT. Catur Putera Surya (CPS) Porong resah karena adanya surat edaran Gubernur Jatim tentang himbauan kepada pengusaha untuk menaikkan gaji karyawannya sebesar 20% dari gaji pokok.

2.

Tanggal 2 Mei 1993 sekitar jam 21.00 WIB Marsinah mengikuti rapat di rumah Safii di Tanggulangin Sidoarjo untuk membicarakan masalah rencana unjuk rasa karyawan PT. CPS.

3.

Sepulang dari rapat Marsinah meminta tolong teman sekamarnya yang bernama Sumarni untuk membuat surat ancaman yang akan dibagikan pada perwakilan yang akan melakukan unjuk rasa.

4.

Pada saat rapat pertama yang diadakan di rumah Yudo Prakoso, Marsinah tidak ikut.

5.

Tanggal 3 Mei 1993 seluruh karyawan Pt. CPS melakukan mogok kerja dengan bergerombol di depan pintu pabrik. Sekitar jam 10.30 WIB 9 orang perwakilan dipanggil untuk diperiksa di Koramil Porong dan mendapatkan intimidasi dari pemeriksanya dengan kata-kata,Kalau kamu besok tidak masuk kerja, maka kamu dalangnya.

6.

Tanggal 4 Mei 1993 seluruh karyawan yang masuk pagi baik shift I, II, dan III melakukan unjuk rasa secara terbuka dan menuntut agar ketemu dengan peminpin perusahaan, akan tetapi yang diijinkan masuk hanya shift I, sedangkan shift II dan III tetap bergerombol di depan halaman dengan dijaga aparat keamanan.

7.

Pada saat unjuk rasa tersebut, marsinah sempat melerai pertengkaran antara satpam Suwono dengan Ahmad Shodiq karena poster yang dibawa Ahmad Shodiq dirobek oleh Stapam Suwono.

8.

Jam 10.30 WIB 15 perwakilan karyawan termasuk Marsinah diijinkan bertemu dengan manajemen perusahaan, akan tetapi perundingan berjalan panas karena masing-masing pihak mempertahankan pendapatnya. Sehingga tidak tercapai kesepakatan hari itu, akan tetapi dari pihak perusahaan sudah membuatkan konsep kesepakatan yang diberikan kepada perwakilan karyawan dan tinggal menunggu hasilnya dihari berikutnya.

9.

Tanggal 5 Mei 1993, Yudo Prakoso beserta 12 orang lainnya diundang dengan undangan Lurah untuk datang ke Kodim Sidoarjo. Setibanya di Kodim, Yudo Prakoso dkk diperiksa oleh petugas Kepala Seksi I Kodim dimana dalam salah satu pemeriksaannya, Ydo diminta menyebutkan nama-nama penggerak unjuk rasa di PT. CPS. Yang kemudian pada sore hariny Udo Prakoso dkk diperintahkan

untuk membuat surat pernyataan pengunduran diri sebagai karyawan PT. CPS, dan diikuti oleh 8 karyawan lainnya pada sore harinya. 10. Tanggal 5 Mei 1993 Ny. Mutairi, SH dipanggil oleh Judi Astono selaku pimpinan PT. CPS dan menanyakan apakah surat kesepakatan dengan para karyawan sudah selesai ditanda tangani. Kemudian Ny. Mutiari, SH memanggil salah satu perwakilan karyawan yaitu Mutmainah untuk membicarakan kesepakatan tersebut. Pada saat di ruangan Ny. Mutiari, SH ini pada sekitar pukul 14.00 WIB Marsinah mengetok kaca jendela ruangan Ny. Mutiari, SH untuk berbicara dengan Mutmainah. Akan tetapi karena perundingan antara Ny. Mutiari, SH dengan Mutmainah belum selesai, maka Ny. Mutiari, SH memberikan isyarat dengan tangan agar Marsinah tidak mengganggu. 11. Akan tetapi karena Marsinah mengatakan ada keperluan yang penting dengan Mutmainah, maka Ny. Mutiari, SH menyuruh Mutmainah menemui Marsinah di luar ruangannya. Setibanya di luar ruangan Ny. Mutiari, SH tersebut, Mutmainah menyatakan bahwa Marsinah berpesan,Apabila ditanya oleh Kodim, jawab ada pada Tamar. 12. Setelah bertemu dengan Mutmainah, selanjutnya Marsinah menjumpai Ahmad Shodiq dan kemudian bersama-sama menjumpai Riyanto untuk menanyakan teman-temannya yang dipanggil oleh Kodim. 13. Selanjutnya kegiatan marsinah pada tanggal 5 Mei 1993 adalah sebagai berikut: a) Sekitar jam 19.15 WIB Ngadi Sugianto dan Budi Purwanto datang ke tempat kost Marsinah. b) Sekitar jam 20.30 WIB Ngadi Sugianto memboncengkan Marsinah ke rumah Riyanto selaku ketua SPSI PT. CPS untuk mengantarkan surat, akan tetapi Riyanto tidak ada, akhirnya menuju pabrik dan menitipkan surat tersebut kepada satpam Agus Sugianto. c) Setelah mengantar surat, Marsinah menuju ke Tugu Kuning untuk bertemu dengan Budi Purwanto sesuai kesepakatan. d) Setiba di Tugu Kuning Marsinah bertemu dengan Budi Purwanto, Nurkalim, dan Rahmanto dan kemudian mereka menuju Kodim untuk menjemput teman-temannya yang ternyata sudah pulang. Stelah itu Marsinah tidak langsung pulang ke ksot-annya, akan tetapi minta

diantarkan ke rumah temannya yang bernama Luluk di Tanggulangin Sidoarjo. Setelah bertemu Luluk, Marsinah minta diantar pulang dan diturunkan di perempatan Desa Siring. e) Jam 12.00 WIB Marsinah pamit kepada ibu kost akan ke rumah Sarni, dan apabila tidak pulang berarti dia langsung ke Surabaya. f) Setiba di rumah Sarni, ternyata Sarni tidak ada karena sedang masuk shift malam, dan ketemu dengan Asiyem yang merupakan kawan satu kost dengan Sarni. g) Sekitar jam 21.20 WIB Marsinah minta diantar ke rumah Yudo Prakoso untuk meminta copy-an surat kesepakatan dengan perusahaan. Marsinah masuk sendirian, dan setelah keluar rumah Yudo Prakoso sempat terlihat oleh Sarni bahwa muka Marsinah dalam keadaan pucat. h) Setelah pulang dari rumah Yudo Prakoso, Marsinah sempat minta diantar Asiyem untuk membeli nasi, akan tetapi Asiyem tidak mau karena sudah makan. Setelah itu mereka berpisah, Asiyem langsung kekost-annya dan Marsinah menuju ke arah jalan raya Surabaya-Malang. 14. Tanggal 6, 7, dan 8 Mei 1993 Marsinah tidak masuk kerja dan tidak diketahui kemana perginya. 15. Tanggal 9 Mei 1993 Marsinah ditemukan telah meninggal dunia di Desa Jegong Kabupaten Nganjuk. g. Orang yang terakhir melihat Marsinah sebelum hilang antara lain: 1. Tukang becak Cak Sum yang biasa mangkal di dekat Tugu Kuning, dimana berdasar keterangan Abu Choiri (wakil ketua SPSI Cabang Sidoarjo) yang menjelaskan bahwa Cak Sum sempat bertemu Marsinah pada saat membeli nasi setelah berpisah dengan Asiyem. Pada saat itu Cak Sum melihat ada mobil Carry putih berhenti dan seorang laki-laki di dalam mobil tersebut bercakap-cakap dengan Marsinah, kemudian mereka pergi. 2. Adanya mobil putih tersebut juga dilihat oleh Yudo Prakoso dimana pada malam tersebut setelah bertemu dengan Marsinah kemudian pulang ke kampungnya di Jombang. Pada saat itu dia melihat di sebelah barat Tugu Kuning ada mobil putih berputar dari arah utara kembali ke arah utara lagi kemudian berhenti.

h.

Pada tanggal 9 Mei 1993 sekitar jam 02.30 WIB Saminem, karyawan Perhutani beralamat di Dusun Awar-awar Desa Mancen Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk pada saat yang bersangkutan menjaga palang pintu air terjun Sedudo telah membukakan palang pintu karena akan lewat mobil Carry warna putih yang No. Pol.nya lupa dicatat dengan pengemudi berperawakan sedang, rambut pendek bergodek, kumis tebal, hidung mancung seperti orang Arab, pakai baju hem putih lengan pendek. Dan ketika ditanya Saminem,Badhe tindak pundhi Pak? yang dijawab dengan menggunakan bahasa Indonesia,Mau ke Sedudo Pak. Sepanjang pengetahuan Samiyem bahwa biasanya orang yang sering melewati tempat tersebut selalu menggunakan bahasa jawa halus, dan sangat jarang yang menggunakan bahasa Indonesia.

i.

Pada saat yang bersamaan seorang tukang ojek yang bernama Widayat yang beralamat di Desa Wilangan Nganjuk telah bertemu dengan mobil Carry warna putih dengan plat nomor L yang berjalan searah dengan pengemudi yang memiliki rambut pendek, kumis tebal dan berjambang, hidung mancung seperti orang Arab, dan memakai hem lengan pendek berwarna putih.

j.

Berdasarkan Visum et Repertum RSUD Nganjuk tanggal 11 Mei 1993 Nomor: 370/1245/447.33/1993 yang ditanda tangani oleh dr. Jekti Wibowo dan menyimpulkan bahwa kematian Marsinah sebagai akibat dari pendarahan di rongga perut. Sedangkan Visum et Repertum RS. Dr. Soetomo Surabaya tanggal 1 November 1993 Nomor KH. 93.870 yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. Harun Atmodirono, DSOF menyimpulkan ditemukannya resapan darah pada belakang pelipis kanan sebagai akibat persentuhan dengan benda tumpul, ditemukan patah tulang kemaluan, patah tulang usus dan selangkangan sebagai akibat kekerasan dengan benda tumpul.

k.

Tanggal 11 Juni 1993 telah dilakukan pemeriksaan noda darah yang ada di mobil Hijet 1000 warna putih No. Pol. L-1679-CW milik PT. CPS yang diinventariskan kepada Widayat oleh Laboratorium Forensik Polda Jatim. Hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa noda darah yang didapatkan di mobil tersebut tidak identitik dengan darah Marsinah.

l.

Tanggal 30 September 1993 dibentuk tim terpadu Bakorstansda Jatim untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus kematian Marsinah dimana tim dibentuk berdasarkan Surat Perintah Ketua Bakorstanasda Jatim Nomor: Sprin/59/Strada/IX/1993

tanggal 30 September 1993 dengan penanggung jawab adalah Kapolda Jatim dan Dan Satgasnya adalah Kadit Serse Polda Jatim, sedangkan anggotanya adalah gabungan antara penyelidik/penyidik Polda Jatim dan anggota Den Intel Kodam Brawijaya. m. Tim terpadu akhirnya menetapkan 10 tersangka al: Judi Susanto, Yudi Astono, Karyono Wongso, Suwono, Suprapto, As Prayogi, Widayat, Kapten Kusaeri, Ny. Mutiari, SH, dan Bambang Wuryantoro. Ke-10 tersangka ini diperiksa secara intensif di Mako Den Intel Kodam Brawijaya mulai dari tanggal 30 September 1993 sampai dengan 8 Oktober 1993. n. Pada pemeriksaan yang masih mengejar pengakuan para tersangka di Den Intel Kodam Brawijaya dengan menggunakan berbagai macam cara termasuk kekerasan dan intimidasi terhadap para tersangka, akhirnya para tersangka mengakui keterlibatan mereka dan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan oleh penyidik Polda Jatim dan pengakuan ini juga dipakai sebagai bahan tuntutan JPU di pengadilan. o. Tuntutan dan Vonis terhadap para tersangka di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Surabaya adalah sebagai berikut: 1. Terdakwa Judi Susanto didakwa dengan dakwaan primer melanggar pasal 55 (1) ke 2 yo pasal 340 KUHP, subsider pasal 55 (1) ke 2 yo pasal 355 KUHP, lebih subsider pasal 55 (1) ke 2 yo pasal 333 KUHP dengan tuntutan 20 tahun penjara. Atas tuntutan ini PN Surabaya menjatuhkan pidana 17 tahun penjara. Putusan PN Surabaya ini telah dibatalkan pada putusan tingkat banding PT Surabaya sesuai putusan No. 234/Pid/1994/PT Sby tanggal 22 Nopember 1994. Atas putusan PT Surabaya ini JPU telah mengajukan kasasi dengan akte kasasi No. 01/XII/Akta Pid/1994/PN Sby tanggal 6 Desember 1994. 2. Terdakwa Yudi Astono didakwa dengan dakwaan primer melanggar pasal 56 (1) ke 2 yo pasal 340 KUHP, subsider pasal 56 (1) ke 2 yo pasal 355 (2) KUHP, lebih subsider pasal pasal 165 (1) KUHP dengan tuntutan 7 tahun penjara. Atas tuntutan ini PN Surabaya menjatuhkan pidana 4 tahun penjara. Putusan PN Surabaya ini telah diperbaiki dengan putusan No. 246/Pid/1994/PT Sby tanggal 22 Nopember 1994 yang menerima permohonan banding dari JPU dan terdakwa Yudi Astono serta memperbaiki putusan banding ini Yudi Astono mengajukan kasasi sesuai akte permohonan kasasi No. 48/Pid.B/1994/PN Sda tanggal 21 Desember 1994.

3.

Terdakwa Karyono Wongso didakwa dengan dakwaan primer melanggar pasal 55 (1) ke 1e yo pasal 340 KUHP, subsider pasal 55 (1e) yo pasal 355 (2) KUHP, lebih subsider pasal 55 (1) ke 1e yo pasal 333 (3) KUHP, lebih-lebih subsider lagi pasal 56 (1e) yo pasal 333 (3) KUHP dengan tuntutan 15 tahun penjara. Atas tuntutan ini PN Surabaya menjatuhkan pidana 13 tahun penjara, yang mana dalam sidang tingkat banding telah diperbaiki oleh PT Surabaya tanggal 4 Agustus 1994 Ni. 195/Pid/1994/PT Sby dengan tetap menjatuhkan pidana selama 13 tahun penjara kepada Karyono Wongso. Dengan adanya putusan banding ini, Karyono Wongso mengajukan kasasi dengan akta kasasi No. 04./IX/Akta Pid/1994/PN Sby tanggal 12 September 1994.

4.

Terdakwa Suwono dan Suprapto didakwa dengan dakwaan primer melanggar pasal 55 (1) ke 1e yo pasal 333(3) KUHP dengan tuntutan 13 tahun penjara. Atas tuntutan ini PN Surabaya menjatuhkan pidana 12 tahun penjara. Putusan PN Surabaya ini dinyatakan batal demi hukum dan kemudian dengan mengadili sendiri PT Surabaya menjatuhkan pidana penjara selama 12 tahun untuk masingmasing terdakwa sesuai dengan putusan No. 170/Pid/1994/PT Sby tanggal 11 Agustus 1994. Dengan adanya putusan banding ini, Suwono dan Suprapto mengajukan kasasi sesuai akta permohonan kasasi masing-masing No. 06/IX/Akta Pid/1994/PN Sby tanggal 15 September 1994 dan No. 07/IX/Akta Pid/1994/PN Sby tanggal 16 September 1994.

5.

Terdakwa Bambang Wuryantoro, Widayat, dan AS Prayogi didakwa dengan dakwaan primer melanggar pasal 55 (1) ke 1 yo pasal 340 KUHP, subsider pasal 55 (1) ke 1 yo pasal 355 (2) KUHP dengan tuntutan pidana penjara 13 tahun. PN Surabay menjatuhkan putusan pidana selama 12 tahun kepada para terdakwa, putusan mana telah dikuatkan pada sidang tingkat banding di PT Surabaya dengan putusan tanggal 23 Juli 1994 No. 144/Pid/1994/PT Sby. Dengan adanya putusan banding ini, para terdakwa telah mengajukan kasasi sesuai dengan akta permohonan kasasi No. 03/IX/Akta Pid/1994/PN Sby tanggal 12 September 1994.

6.

Terdakwa Ny. Mutiari, SH dituntut dengan dakwaan primer melanggar pasal 55 (1) ke 1e yo pasal 340 KUHP, subsider pasal 56 ayat 1e yo pasal 355 ayat 2 KUHP, lebih subsider lagi pasal 56 ayat 1e yo pasal 355 KUHP, lebih-lebih subsider pasal

55 ayat 1 ke 1e yo pasal 333 ayat 3 KUHP, lebih-lebih lebih subsider lagi pasal 56 ayat 1 ke 1e yo pasal 333 ayat 3 KUHP dengan tuntutan JPU selama 2 tahun penjara. Atas dasar tuntutan JPU yang dibacakan pada tanggal 13 Janari 1994, maka pada tanggal 3 Maret 1994 dengan putusan PN Sidoarjo No. 236/Pid.B/1994/PN Sda telah menjatuhkan vonis pidan penjara selama 7 bulan. Berdasarkan putusan PN Sidoarjo ini, Ny. Mutiari, SH mengajukan banding dan pada tanggal 13 Mei 1994 dengan putusan PT Surabaya No. 95/Pid/1994/PT Sby telah memutuskan menjatuhkan pidan penjara 6 bulan kepada Ny. Mutiari, SH. Dengan akta permohonan kasasi No. 236/Pid/B/1994/PN Sda pada tanggal 28 Juni 1994 JPU pada Kejaksaan Negeri Sidoarjo dan Ny. Mutiari, SH telah mengajukan kasasi atas putusan PT Surabaya tersebut. p. Pada tanggal 3 Mei 1995 telah keluar putusan kasasi Mahkamah Agung RI yang merupakan rapat permusyawaratan Mahkamah Agung tanggal 29 April 1995 dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 3 Mei 1994 dengan putusan sebagai berikut: 1. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 429 K/Pid/1995 tentang putu tingkat kasasi atas nama Judi Susanto al. Kho Hi Ki yang menyatakan tidak dapat menerima permohonan kasasi dari pemohon kasasi jaksa/penuntut umum pada Kejaksaan Negeri Surabaya. 2. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 381 K/Pid/1995 tentang putusan tingkat kasasi atas nama Yudi Astono yang menyatakan, mengabulkan permohonan kasasi Yudi Astono dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya tanggal 22 Nopember 1994 nomor 246/Pid/1994/PT Sby dan putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo tanggal 12 Juli 1994 No. 48/PidB/1994/PN Sda. Dan kemudian mengadili sendiri dan menyatakan terdakwa Yudi Astono tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya. 3. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1590 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Karyono Wongso al. Wong Kin Yib dimana dinyatakan bahwa Mahkamah Agung RI mengabulkan permohonan Kasasi Karyono Wongso al. Wong Kin Yib, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya tanggal 4 Agustus 1994 No. 195/Pid/1994/PT Sby dan putusan Pengadilan Negeri Surabaya

tanggal 20 Juni 1994 No, 29/Pid.B/1994/Pn Sby. Dan kemudian mengadili sendiri dan menyatakan bahwa terdakwa Karyono Wongso al. Wong Kin Yib tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya. 4. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1706 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto dimana dinyatakan mengabulkan permohonan kasasi dari permohonan Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Reg. No. 170/Pid/1994 PT Sby tanggal 11 Agustus 1994. Dan kemudian mengadili sendiri dan memutuskan bahwa Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya, membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan tersebut. 5. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1592 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Terdakwa I Bambang Wuryantor, Terdakwa II Widayat, dan Terdakwa III Achmad Sutiono Prayodi dimana dinyatakan mengabulkan permohonan kasasi dari permohonan para terdakwa, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Reg. No. 144/Pid/1994 PT Sby tanggal 23 Juli 1994 dan putusan Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 23 Mei 1994 No. 09/Pid.B/1994/PN Sby. Dan kemudian mengadili sendiri dan memutuskan bahwa Terdakwa I Suwono dan Terdakwa II Suprapto tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya, membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan tersebut. 6. Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 1174 K/Pid/1994 tentang putusan tingkat kasasi an. Terdakwa Ny. Mutiari, SH dimana dinyatakan bahwa Mahkamah Agung RI tidak dapat menerima permohonan kasasi dari pemohon I jaksa/penuntut umum pada Kejaksaan Negeri Sidoarjo dan mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon II Ny. Mutiari, SH, membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Tanggal 13 Mei 1994 No. 95/Pid/1994/PT Sby dan putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo tanggal 10 Maret 1994 No.

236/Pid.B/1994/PN Sda dan kemudian mengadili sendiri dan menyatakan bahwa terdakwa Ny. Mutiari, SH tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya, membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan tersebut.

PEMBAHASAN
a. Keteledoran dan kelengahan anggota/penyidik pada polsek Wilangan pada saat penemuan mayat pertama kali dalam pengolahan TKP yang menganggap bahwa penemuan mayat tersebut adalah hal biasa, telah banyak membuat alat-alat bukti yang hilang dan TKP tidak dalam status quo. Demikian juga dengan permintaan Visum et Repertum ke RSUD Nganjuk tanpa penjelasan yang detil dan rinci telah membuat satu alat bukti (baju Marsinah) hilang (dibakar pegawai RSUD Nganjuk) tanpa ada Berita Acara Pemusnahan Barang Bukti. b. Dengan terbitnya Surat Perintah Ketua Bakorstanasda Jatim No.

Sprin/59/Strada/IX/1993 tanggal 30 September 1993 tentang Pembentukan Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan tentang kasus terbunuhnya Marsinah, yang beranggotakan gabungan antara penyidik Polri dan Intel Kodam Brawijaya telah bertentangan dengan pasal 6 dan 7 KUHAP tentang kewenangan Polri dan PPNS dalam melakukan penyidikan dan penyelidikan di wilayah hukum Indonesia. c. Para penyidik gabungan terlalu mengejar pengakuan para tersangka dengan menggunakan berbagai macam cara termasuk kekerasan dan intimidasi terhadap para tersangka, sehingga para penyidik seakan melupakan bahwa menurut pasal 184 KUHAP terdapat 5 (lima) macam alat bukti yang bisa digunakan di pengadilan untuk memperkuat sangkaan terhadap para tersangka yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Hal ini tentunya menjadi celah bagi para tersangka untuk membela diri, sehingga sangat wajar apabila akhirnya Mahkamah Agung RI mengabulkan kasasi para tersangka. Seandainya para penyidik lebih memahamai KUHAP dan bekerja secara profesional, tentunya kesalahan ini bisa dieliminir dan kemungkinan lolosnya para tersangka dari sangkaan akan menjadi kecil. d. Masih banyaknya saksi-saksi yang belum memberikan keterangan secara jujur tentang kesaksian mereka terhadap kasus pembunuhan Marsinah ini. Kebanyakan para saksi sudah ketakutan terlebih dahulu untuk memberikan keterangan dikareakan kasus ini melibatkan salah satu instansi yang sangat berkuasa yaitu TNI-AD. Seandainya para saksi

ini diberikan perlindungan hukum secara maksimal sehingga menutup kemungkinan pihak ketiga mengintervensi dan mengancam mereka, tentunya hal ini akan mempermudah tugas para penyidik. e. Para penyidik terlalu berfokus pada saat kematian Marsinah, sehingga mereka tidak mengungkap terlebih dahulu apa penyebab dari kejadian tersebut. Dengan adanya ketidak pastian dan kesemrawutan PT. CPS pada saat pendiriannya, ternyata tidak mendapatkan perhatian dari para penyidik. Sejarah terbentuknya PT. CPS itu sendiri bisa diuraikan sebagai berikut: 1. Tanggal 23 Nopember 1979 dengan akte notaris Raden Hadiprawiro No. 155, Judi Susanto telah mendirikan CV. Empat Putera dengan para persero terdiri dari Judi Susanto sebagai persero pengurus dan diwajibkan menanggung segala kewajiban, hutang dan beban perseroan dengan segala harta kekayaan pribadinya dan Ny. Lina Melati sebagai persero komanditer. Perusahaan ini didirikan untuk mendirikan/menjalankan industri komponen arloji serta mengusahakan pemasarannya. 2. Tanggal 7 Maret 1980 dengan akte notaris nomor 61 Judi Susanto telah mendirikan PT. Empat Putera Watch Industry dengan pemegang saham terdiri dari Judi Susanto dan DJUKI PRAWIRO. Pendirian perusahaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan PMDN. 3. Tanggal 7 Maret 1980 dengan akte notaris nomor 65 tentang penyerahan dinyatakan bahwa perusahaan didirikan dalam rangka mendapatkan PMDN dan saham yang disetorkan oleh DJUKI PRAWIRO seluruh milik Judi Susanto oleh karenanya dengan akte ini saham tersebut diserahkan kembali kepada Judi Susanto. 4. Tanggal 7 Maret 1980 dengan akte notaris nomor 66 DJUKI PRAWIRO memberikan kuasa khusus kepada Judi Susanto untuk menghadiri RUPS dan menjual/menggadaikan/menjaminkan sahamnya. 5. Tanggal 15 April 1980 dengan akte notaris nomor 112 yang dibuat dihadapan notaris Soetjipto, SH telah membatalkan akte nomor 65 dan 66 tersebut. 6. Tanggal 15 April 1980 dengan akte notaris nomor 113 yang dibuat dihadapan notaris Soetjipto, SH telah diadakan perubahan saham PT. Empat Putera Watch Industry, dimana dinyatakan bahwa DJUKI PRAWIRO bermaksud mengundurkan

diri dan SOELATIN MARJONO berniat turut serta sebagai pendiri perusahaan. Dalam akte ini dinyatakan bahwa Judi Susanto memiliki 30 saham dengan nilai sebesar Rp 1 juta/lembar. 7. Tanggal 15 April 1980 dihadapan notaris yang sama telah dibuat akte notaris nomor 115 tentang pemberian kuasa khusus dari SOELATIN MARJONO kepada Judi Susanto untuk menghadiri RUPS dan menjualnya/menggadaikannya/ menjaminkan saham-sahamnya. 8. Tanggal 12 April 1986 dihadapan notaris yang sama telah dibuat akte nomor 72 tentang pernyataan antara Judi Susanto dan Ny. Lina Melati bahwa mulai tanggal 7 Maret 1980 seluruh asset kekayaan yang dimiliki oleh CV. Empat Putera menjadi milik PT. Empat Putera Watch Industry. 9. Tanggal 22 Oktober 1986 dihadapan notaris yang sama telah dibuat akte nomor 131 dimana berdasarkan kekuasaan yang diberikan kepadanya dan berdasarkan petunjuk dari yang berwenang telah merubah nama PT. Empat Putera Watch Industry menjadi PT. Catur Putera Surya (CPS) dan dalam akte ini menunjuk Ny. Lina Melati sebagai Komisaris Utama. 10. Tanggal 23 Desember 1986 dihadapan notaris yang sama telah melakukan jual beli saham antara Judi Susanto selaku pemegang kuasa dari SOELATIN MARJONO kepada Ny. Lina Melati yang dituangkan dalam akte notaris nomor 201. 11. Perusahaan ini pertama kalinya mendapatkan PMDN pada tahun 1980 sesuai surat persetujuan ketua BPKM No. 118/1/PMDN/1980 tanggal 28 Pebruari 1991 dengan nilai investasi sebesar Rp. 3.400.000.000,00. 12. Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa DJUKI PRAWIRO adalah buruh kasar di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan SOELATIN MARJONO adalah seorang anggota Marinir yang berpangkat Kopral dan sekarang berdinas di jakarta. Apabila para penyidik jeli, tentunya carut marut dalam akte pendirian PT. CPS dan tujuannya untuk mendapatkan bantuan modal PMDN akan sedikit banyak membantu mengungkap latar pelakang pembunuhan Marsinah. Akan tetapi sampai kasus maju ke JPU, masalah ini tidak mendapatkan perhatian dari para penyidik. f. Dengan adanya tim penyelidik/penyidik gabungan yang dari awal sudah melanggar prosedur penanganan perkara sesuai KUHAP ini, maka penanganan selanjutnyapun

banyak bermasalah. Seperti contohnya pemeriksaan para tersangka di kantor Bakorstanasda Jatim yang tanpa adanya Surat Perintah Penahanan telah mencederai tujuan hukum yaitu keadilan dan kepastian hukum.

KESIMPULAN
Penyidikan dan penyelidikan kasuh kematian Marsinah yang dari awal sudah mengalami banyak kesalahn dan intervensi serta ketidak profesionalan penyidik telah membuat para tersangka dibebaskan dari segala tuduhan. Dengan adanya para penyidik mengabaikan berbagai alat bukti dan fakta-fakta hukum serta tidak menyelidiki awal mula kasus ini dari akarnya telah membuat penyidikan dan pasal yang disangkakan serta alat bukti yang diberikan dipengadilan menjadi sangat lemah. Apalagi dengan adanya salah seorang tersangka dari instansi TNI-AD, tentunya TNI-AD akan melindungi anggotanya demi nama baik institusinya. Hal ini juga akan menimbulkan banyak intervensi terhadap independensi para penyidik dalam melakukan penyelidikan dan penyidikannya.

LEGAL OPINION KASUS MARSINAH

NAMA : RUDI SETIAWAN NPM : 1006749402 NO. ABSEN : 28 KAJIAN ILMU KEPOLISIAN UI ANGKATAN XV

Você também pode gostar