Você está na página 1de 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW (PADA SISWA SMP

SWASTA BUDI MURNI 1 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009) Yusri* *Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika Unimed Jl. Durung No. 136 Medan Tembung-Kodya Medan E-mail: yusriespede@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran Matematika dengan menerapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat di SMP Swasta Budi Murni 1 Medan Efektif digunakan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII-A SMP Swasta Budi Murni 1 Medan yang berjumlah 40 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan bilangan bulat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa tes dan angket respon siswa. Sebelum tes ini digunakan terlebih dahulu divalidasikan oleh validator. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa dari 40 orang siswa terdapat 35 orang siswa atau 87,5% telah mencapai skor lebih dari 65. Ini berarti ketuntasan belajar secara klasikal telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal. Dalam hal ketercapaian TPK dari lima butir soal tes pokok bahasan bilangan bulat berdasarkan pengamatan peneliti mencapai nilai ratarata 3,38. Selain itu, respon siswa terhadap komponen pembelajaran dengan menerapkan metode ini juga positif dimana 97,5% siswa senang terhadap materi pelajaran dan metode yang diterapkan. Karena telah memenuhi kriteria pembelajaran yang efektif maka dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan tipe jigsaw pada pokok bahasan Bilangan Bulat di kelas VII SMP Swasta Budi Murni 1 Medan Tahun Ajaran 2008/2009 efektif digunakan. Kata kunci: Bilangan Bulat, Kooperatif, Jigsaw Pendahuluan Salah satu materi Pelajaran Matematika SMP Kelas VII Semester I adalah Bilangan Bulat. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis melalui tes hasil belajar pada semester yang lalu 75% siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal operasi pada bilangan bulat.

Pada tahun pelajaran 2007/2008 lebih dari 65% siswa mengalami kesulitan dalam mengkongkritkan persoalan operasi bilangan bulat dalam kehidupan seharihari. Sebagian besar siswa hanya menghayal ketika mengerjakan operasi pada bilangan negatif dan mereka sering gagal untuk menggunakan jari-jari tangan atau lidi-lidi yang biasa digunakan di sekolah dasar. Lebih dari 60% siswa mengalami kesulitan mempelajari materi Bilangan Bulat khususnya Operasi pada bilangan bulat karena beragamnya jenis operasi (+, -, x dan , : ) serta tanda bilangan positif ( + ) dan negatif ( - ). Oleh karena itu maka saya mencoba melakukan penelitian. Penulis mencoba mencari alternatif dari metoda yang Kooperatif sebagai model pembelajaran yang dapat profesionalisme menghadapi mengatasi kesulitan dengan kolaborasi penggunaan alat peraga yang menarik dan tuntutan perkembangan dunia pendidikan dalam sebuah tindakan nyata di lapangan (in action) dan menyusunnya menjadi sebuah karya tulis yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Bilangan Bulat Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa SMP Swasta Budi Murni 1 Medan tahun Pelajaran 2008/2009 Tujuan Pembelajar Matematika di SMP Tujuan Pelajaran Matematika di SMP dalam kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/ KTSP) adalah : a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulsi Matematika c. dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d.

Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawankawannya dari John Hopkin University. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam berbagai bentuk tim teks; yang dan tiap siswa memiliki bertanggung tanggung jawab untuk jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbeda mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group). Selanjutnya, para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari diskusi dalam kelompok pakar. para Setelah diadakan pertemuan siswa dievaluasi dan dalam home teams, secara individual

mengenai bahan yang telah dipelajari. Langkah-langkah Untuk Menggunakan Penerapan Tipe Jigsaw Dalam Penerapan Tiper Jigsaw dapat ditempuh langkah-langkah sebagai beriktu: 1. Bahan Ajar: Sebelum pelajaran dimulai, buat Lembar Materi Ahli dan Lembar Kuis untuk tiap unit bahan ajar. Ketika akan mengembangkan bahan ajar untuk Jigsaw ikuti langkah-langkah berikut ini: Pilih beberapa bab, cerita, atau unit-unit lain. Tiap-tiap bahan sebaiknya dapat mencakup dua sampai tiga unit pertemuan. Buatlah Lembar Materi Ahli untuk setiap unit. Lembar ini memandu siswa untuk berkonsentrasi pada saat mereka membaca, dan

memandu kelompok ahli yang ditunjuk untuk mendalami bahan bacaan tertentu. Buatlah Kuis untuk setiap unit. Kuis tersebut seharusnya terdiri dari paling sedikit delapan pertanyaan, dua untuk setiap topik, atau sebuah kelipatan dari empat (misalnya 12, 16, 20), untuk membuat banyak pertanyaan yang sama untuk setiap topik. 2. Menempatkan siswa dalam tim: Tempatkan siswa ke dalam tim-tim yang heterogen yang beranggota empat sampai lima. Gunakan kerangka diskusi (pilihan). Suatu kerangka diskusi untuk tiap topik dapat membantu memandu diskusi pada kelompok ahli. Siswa menerima topik-topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan untuk mencari informasi. Waktu yang digunakan setengah sampai dengan satu kali pertemuan (atau ditugaskan sebagai pekerjaan rumah). Yang menjadi ide utama adalah siswa menerima topik-topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan untuk mencari informasi tentang topik-topik mereka. Bahanbahan yang dibutuhkan adalah Satu lembaran materi ahli untuk tiap siswa, yang terdiri dari empat topik ahli untuk setiap siswa. Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan informasi tersebut dalam kelompokkelompok ahli. 3. Menempatkan Siswa dalam Kelompok Ahli Anda dapat menempatkan siswa ke dalam kelompok ahli secara acak, hanya dengan membagi peran-peran secara acak di dalam setiap tim. Para ahli kembali ke tim asal mereka untuk mengajarkan topik-topik mereka kepada teman satu tim mereka. Waktu yang dipakai untuk kegiatan ini sekitar setengah waktu dari satu pertemuan kelas. Ide utama dari tahap ini adalah siswa dengan topik ahli yang sama berdiskusi dalam sebuah kelompok. Bahan yang dibutuhkan Lembar Materi Ahli dan bacaan untuk setiap siswa (pilihan). Kerangka diskusi untuk setiap siswa tentang topik siswa tersebut. Mintalah seluruh siswa dengan topik ahli 1 berkumpul pada

sebuah meja, seluruh siswa dengan topik ahli 2 berkumpul pada meja lain, dan seterusnya. Tunjuk seorang pemimpin diskusi untuk setiap kelompok. Beri waktu sekitar 20 menit pada kelompok ahli mendiskusikan topik-topik mereka. Ketika kelompok ahli sedang bekerja, guru seharusnya berkeliling kelas, bergantian mendatangi dan memfalitasi setiap kelompok. 4. Laporan Tim Waktu yang digunakan adalah setengah waktu pertemuan kelas (20 menit) ide utama Para ahli kembali ke tim asalnya untuk mengajarkan topiktopiknya kepada teman setimnya. 5. Test Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan tes ini sebaiknya setengah waktu pertemuan kelas. Ide Utama adalah siswa diberi kuis. Bahan yang dibutuhkan adalah satu kopian Lembar Kuis untuk setiap siswa. 6. Penentuan Skor Dasar Awal: Skor dasar mewakili skor rata-rata siswa pada kuis yang lalu. Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik. Skor tim dihitung sebagai berikut: skor tim didasarkan pada peningkatan diatas skor mereka yang lalu (kesempatan yang sama untuk berhasil), semua siswa memiliki peluang menjadi bintang pada suatu minggu tertentu, dengan cara memperoleh skor baik diatas skor terdahulu atau dengan mendapatkan skor sempurna. Skor sempurna selalu menghasilkan poin maksimum tidak memandang berapapun rata-rata skor terdahulu siswa. 7. Penghargaan Tim Skoring untuk Jigsaw adalah meliputi skor dasar, poin peningkatan, dan prosedur penskoran tim. Penghargaan dapat berupa sertifikat, lembar berita kelas, papan bulletin dan/atau penghargaan lain digunakan untuk menghargai Tim berkinerja tinggi.

Diskusi dan Pembahasan Dari hasil penelitian terhadap 40 orang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan bilangan bulat diperoleh: 1. Sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar terdapat 35 siswa atau 87,5% yang telah tuntas belajar secara perorangan dan 5 orang siswa atau 12,5% yang belum tuntas. Secara keseluruhan ketuntasan belajar secara klasikal telah dipenuhi. 2. Sesuai dengan kriteria pencapai tujuan pembelajaran khusus diperoleh: tingkat ketercapaian TPK 1 adalah 84,5%, tingkat keterdapaian TPK 2 adalah 66,75 % tingkat ketercapaian TPK 3 adalah 78,75%. Secara keseluruhan TPK tuntas 100%. 3. Hasil observasi yang dilakukan menunukkan bahwa niali rata-rata hasil pengamatan mencapai 3,38. Berdasarkan kriteria rata-rata hasil pengamatan maka pembelajaran berlangsung denga baik. 4. Dilihat dari hasil persentase respon siswa terhadap kegaita pembelajaran menunjukkan bahwa siswa memberkan tespoon positif terhadap pembelajaran. Dengan dipenuhi keempat kriteria tersebut sebagaimana telah ditetapkan dalam metodelogi penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan bilangan bulat efektif digunakan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari 40 orang siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat 35 orang siswa atau 87,5% yang telah tuntas belajar secara perorangan dan 5 siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini berarti ketuntasn belajar secara klasikal tercapai. 2. Ketuntasan TPK telah tercapai, yaitu TPK I tingkat ketuntasan 84,5%, TPK II tingkat ketuntasan 66,75%, TPK III tingkat

ketuntasan 78,5%. Hal ini berarti ketuntasan TPK mencapai 100%. 3. Dilihat dari data hasil observasi menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan mencapai nilai 3,38. Angka ini menunjukkan ahwa pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan baik. Sesuai dengan kriteria rata-rata hasil pengamatan. 4. Dilihat dari data hasil respon siswa, terdapt 97,5% siswa yan gsenang terhadapmateri pelajaran dan metode yang diterapkan, ini menunjukkan bahwa respon siswa positif terhadap kegiatan pembelajaran. Dengan terpenuhinya keempat kriteria tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan bilangan bulat efektif digunakan. Dari 40 orang siswa terdapat 5 siswa (12,5%) yang belum tuntas belajar secara individual. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah siswa tersebut hanya memperoleh informasi dari guru buku sehingga ketika dilakukan tes hasil belajar yang bentuk soalnya sedikit berbeda dari contoh soal selama proses belajar mengajar, mereka tidak dapat menyelesaikannya. 1. Dari hasil observasi diperoleh: a. Keterampilan membuka pelajaran. indikator ini pada pertemuan pertama dan kedua tampak hanyalah tiga deskriptor saja. Hal ini disebabkan guru kurang memotivasi siswa. Tapi pada pertemuan ketiga sudah mengalami peningkatan kerena keempat deskriptor sudah tampak. b. Penyajian materi, indikator ini sudah baik karena terjadi peningkatan pada setiap pertemuan. c. Strategi pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, indikator ini sudah baik karena setiap pertemuan tampak keempat deskriptor. d. Pengelolaan kelas dengan metode jigsaw ini nampaknya ad

peningkatan. 1. Namun secara keseluruhan pembelajaran berjalan dengan baik. Dari hasil espon siswa dapat dilihat bahwa ada 2,5% siswa yang tidak senang dengan materi dan metode pembelajaran yang diterapkan. Namun secara keseluruhan siswa memberikan respon yang positif terhadap setiap komponen mengajar.

Daftar Pustaka Adrian. 2004. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. http:/www.artikel.us.co.id. Fauzi, Ahmad. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik di SD (Tesis). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Anam, Khairul. 2000. Implementasi Cooperatif Learning dalam Pembelajaran Geografi Adaptasi Model Jigsaw dan Field Studi. Jakarta: Pelangi Pendidikan. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksaran. Bahri, Syaiful. 2002. Psykologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Você também pode gostar