Você está na página 1de 9

ENRON

Internal Environment
Internal environment is the basis for all other components of enterprise risk management, providing discipline and structure. The internal environment is influenced by an entity s history and culture. It comprises many elements, including the entitys ethical values, competence and development of personnel, managements philosophy for managing risk, and how it assigns authority and responsibility. A board of directors is a critical part of the internal environment and significantly influences other internal environment elements.

Enrons Internal Environment


Introduction Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, dan komunikasi. Enron mengaku penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Fortune menamakan Enron "Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif" selama enam tahun berturutturut. Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2 Desember 2001, dunia ekonomi dikejutkan dengan berita yang berasal dari kota minyak Houston di Texas, Amerika. Enron, perusahaan ketujuh terbesar di Amerika, perusahaan energi perdagangan terbesar di dunia menyatakan dirinya bangkrut. Saat itu, kasus itu merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka. Risk Management Philosophy dan Risk Appetite An entys risk management philosophy is the set of shared beliefs and attitudes characterizing how the entity considers risk in everything it does, from strategy development and implementation to its day-today activities. Risk appetite is the amount of risk, on broad level, an entity is willing to accept in pursuit of value. It reflects the enterprises risk management philosophy, and in turn influences the entitys culture and operating style. Enron memiliki selera resiko besar yang dapat dilihat dari kegiatan spekulatif perdagangan serta penggunaan sistem akuntansi "mark-to-market" dan SPE untuk memanipulasi pendapatan dan menyembunyikan utang. Sumber pendapatan tidak jelas dan sangat volatile. Saat itu hampir seperti Enron terlibat dalam perjudian. Walaupun perusahaan mengetahui asal dari pendapatannya, manajemen masih terus melakukan kegiatan tersebut. Risk appetite besar manajemen meyakinkan para

karyawan bahwa Enron dengan mudah bisa menangani risiko ini. Oleh karena itu, semua orang di Enron menjadi pengambil risiko (risk taker). Board of Directors Salah satu prinsip inti dari tata kelola perusahaan adalah bahwa "dewan direksi harus menjaga sistem pengendalian internal untuk menjaga investasi pemegang saham dan aset perusahaan". Dewan direksi sebuah perusahaan merupakan bagian yang sangat penting dari internal environment perusahaan tersebut dan secara signifikan mempengaruhi elemen-elemennya. Independensi dewan direksi terhadap manajemen, pengalaman dan tingginya kualitas dari anggotanya, tingginya keterlibatan dan pengawasan kegiatan, semua hal tersebut berperan dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Didalam kasus Enron, dewan direksi Enron telah membela diri dengan mengklaim bahwa mereka tidak tahu tentang perilaku tidak etis yang terlibat di dalam manajemen Enron. Namun, dewan direksi telah gagal untuk membuat penilaian yang tepat tentang risiko perusahaan. Berdasarkan bukti yang diperoleh, termasuk lebih dari satu juta halaman surat panggilan dokumen, wawancara dari tiga belas anggota Dewan direksi Enron, dan sidang Sub-komite pada tanggal 7 Mei,2002, Senat AS Subkomite Permanen Investigasi membuat temuan berikut dengan sehubungan dengan peran Dewan Direksi Enron dalam keruntuhan dan kebangkrutan Enron. (1) Kegagalan Fidusia (fiduciary failure). Dewan Direksi Enron gagal untuk mempertahankan pemegang saham Enron dan memberikan kontribusi terhadap runtuhnya perusahaan publik tujuh terbesar di Amerika Serikat, dengan memungkinkan Enron untuk terlibat dalam high risk accounting, transaksi konflik kepentingan yang tidak pantas, aktivitas off-the-books yang belum diungkapkan secara luas, dan kompensasi eksekutif yang berlebihan. Dewan direksi menyaksikan berbagai indikasi praktek yang dipertanyakan oleh manajemen Enron selama beberapa tahun, tetapi memilih untuk mengabaikan hal tersebut sehingga merugikan pemegang saham Enron, karyawan dan rekan bisnis. (2) High Risk Accounting. Dewan Direksi Enron mengetahui bahwa mereka diperbolehkan untuk terlibat dalam praktek high risk accounting. (3) Konflik kepentingan yang tidak sesuai. Meskipun mengetahui adanya konflik kepentingan, Dewan Direksi menyetujui kesepakatan yang memungkinkan Chief Financial Officer Enron untuk membangun dan mengoperasikan LJM, dana ekuitas swasta. Dewan direksi melakukan pengawasan yang tidak memadai terhadap transaksi LJM dan kontrol kompensasi, dan gagal melindungi pemegang saham Enron dari kesepakatan yang tidak adil. (4) Aktivitas Off-The-Book yang belum diungkapkan secara luas. Dewan direksi Enron sadar bahwa mereka memperbolehkan Enron untuk melakukan aktivitas off-the-books yang bernilai miliaran dolar yang membuat kondisi keuangan tampak lebih baik daripada sebenarnya dan gagal memastikan pengungkapan publik yang memadai tentang kewajiban material off-the-books yang memberikan kontribusi terhadap runtuhnya Enron.

(5) Kompensasi berlebihan. Dewan Direksi Enron menyetujui kompensasi yang berlebihan untuk eksekutif perusahaan, gagal untuk mengawasi kas kumulatif yang terkuras karena bonus tahunan Enron pada tahun 2000 dan rencana kinerja unit, dan gagal untuk mengawasi atau menghentikan penyalahgunaan oleh Board Chairman dan Chief Executive Officer, Kenneth Lay, dari akun pribadinya. (6) Kurangnya Independensi. Kurangnya independensi Dewan Direksi Enron terjadi karena adanya hubungan keuangan antara perusahaan dan anggota Dewan Direksi tertentu. Dewan Direksi juga gagal untuk menjamin independensi auditor perusahaan, memungkinkan Andersen untuk menyediakan audit internal dan layanan konsultasi saat menjadi external auditor Enron.

Integrity and Ethical Values Faktor organisasi tertentu dapat mempengaruhi kemungkinan penipuan dan pelaporan keuangan yang salah. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi perilaku etis. Individu mungkin terlibat dalam tindakan-tindakan tidak jujur, ilegal, atau tidak etis hanya karena entitas memberikan mereka insentif yang kuat atau godaan untuk melakukannya. Individu bertanggungjawab atas tindakan mereka, namun tindakan individu yang illegal kadang-kadang merupakan suatu gejala dari masalah yang sistematis. Budaya perusahaan Enron mencerminkan nilai pengambilan risiko, pertumbuhan yang agresif dan kreativitas kewirausahaan. Ini semua adalah nilai-nilai positif. Tapi nilai-nilai ini tidak diimbangi dengan integritas perusahaan dan penciptaan pelanggan. Karena budaya perusahaan Enron tidak memiliki landasan yang kuat, mereka hanya memiliki satu tujuan yaitu memaksimalkan harga per lembar saham biasa yang sebelumnya merupakan nilai positif namun akhirnya malah menjadi tuntutan bagi manajemen. Enron telah mengembangkan culture of self-conscious greed and reward, risk taking telah menjadi nilai yang dominan didalam perusahaan tersebut. Kode etik didalam Enron didasarkan pada respect, integrity, communication, and excellence. Nilai-nilai ini dideskripsikan sebagai berikut : Respect. We treat others as we would like to be treated ourselves. We do not tolerate abusive or disrespectful treatment. Ruthlessness, callousness and arrogance dont belong here. Integrity. We work with customers and prospects openly, honestly and sincerely. When we say we will do something, we will do it; when we say we cannot or will not do something, then we wont do it. Communication. We have an obligation to communicate. Here we take the time to talk with one another . . . and to listen. We believe that information is meant to move and that information moves people. Excellence. We are satisfied with nothing less than the very best in everything we do. We will continue to raise the bar for everyone. The great fun here will be for all of us to discover just how good we can really be.

Mengingat kode etik dan komitmen yang dianut oleh Ken Lay untuk etika bisnis, membuat kita berpikir bagaimana mungkin Enron dapat runtuh secara dramatis, bermula dari pendapatan yang dilaporkan $ 101.000.000.000 pada tahun 2000 dan sekitar $ 140.000.000.000 selama tiga kuartal pertama 2001 menjadi bangkrut pada Desember 2001? Jawaban untuk pertanyaan ini tampaknya berakar dalam kombinasi kegagalan kepemimpinan yang berada pada puncak perusahaan, budaya perusahaan yang mendukung perilaku etis, dan keterlibatan komunitas perbankan investasi. Budaya etika perusahaan dipengaruhi oleh pimpinan perusahaan. Dalam kasus ini Kenneth Lay yang merupakan pimpinan Enron berambisi untuk memperkaya dirinya sendiri, sehingga tidak tercipta budaya etik yang sehat di dalam perusahaan. Karyawan secara sadar atau tidak akan mengikuti kepemimpinan atasan mereka. Jika pimpinan mereka melanggar aturan, bawahannya pun akan mengikuti pimpinannya dan sekali proses tersebut dimulai, maka akan sulit untuk dihentikan. Tidak diragukan lagi Enron memiliki karyawan yang baik, jujur, dan pekerja keras, namun sayangnya mereka bekerja di dalam perusahaan yang terpengaruh budaya yang buruk, yaitu budaya melanggar aturan dan berpikir bahwa harga saham merupakan satu-satunya ukuran kesuksesan. Hal ini dapat kita lihat dari karyawan Enron yang ditekan untuk meramalkan arus kas masa datang yang tinggi dan tingkat diskonto yang rendah pada kontrak mereka, membuat Enron melaporkan nilai aset (kontrak) dan laba yang tinggi pada investor. Karyawan-karyawan ini tidak akan melakukan hal ini apabila tidak mendapat tekanan dari orang-orang yang memiliki jabatan yang lebih tinggi dari mereka. Top management berawal dari CEO memainkan peran kunci didalam menentukan budaya sebuah perusahaan. CEO Enron, Skilling, telah merencanakan dan melakukan perjalanan dimana seseorang dapat saja mati, seperti halnya motorcross dan petualangan yang berbahaya. Hal ini juga mempengaruhi budaya perusahaan menjadi perusahaan pengambil resiko.

Enrons Organizational Structure

Struktur organisasi sebuah entitas menyediakan kerangka untuk merencanakan, mengeksekusi, mengontrol dan memonitor aktivitasnya. Struktur organisasi yang relevan termasuk menentukan area kunci dari otoritas dan tanggung jawab dan membangun alur pelaporan yang tepat. Penugasan otoritas dan tanggung jawab melibatkan tingkat dimana individu dan tim yang diotorisasi dan didorong untuk menggunakan inisiatif untuk mengatasi masalah, juga batasan akan otoritas mereka. Beberapa entitas telah mendorong otoritas ke bawah untuk membuat pengambilan keputusan lebih dekat ke anggota yang berada pada garis depan. Anggota yang berada pada sebuah perusahaan berhubungan erat dengan standar sumber daya manusia yang ditetapkan dalam perusahaan tersebut. Praktek sumber daya manusia yang berkaitan dengan mempekerjakan, mengorientasi, melatih, mengevaluasi, menasihati, mempromosikan, mengkompensasi dan mengambil tindakan perbaikan akan mengirim pesan kepada

karyawan mengenai tingkat integritas, perilaku etis serta kompetensi yang diharapkan oleh sebuah perusahaan. Struktur Organisasi Enron sebelumnya berbeda dari yang sekarang, pada saat itu struktur organisasinya berdasarkan constructivism dimana karyawan didiorong untuk mencapai hal yang lebih. Namun sistem yang baru sekarang mengalami kegagalan, hali ini dikarenakan terlalu banyaknya pemberian otoritas pada manajer yang masih baru dan muda. Orang-orang ini tidak benar-benar memiliki hubungan yang erat dengan perusahaan dan mereka terlalu banyak diberi kekuasaan padahal mereka belum sadar akan nilai-niali inti dan norma perusahaan. Karyawan tidak diberi panduan yang benar dan ini menyebabkan mereka membuat keputusan yang salah yang merugikan perusahaan hingga jutaan dollar. Karena top performer diberikan banyak bonus oleh perusahaan, maka para manajer muda bekerja keras untuk tampil baik dan membuat banyak kesalahan didalam mencapai tujuannya tersebut. Hal ini memperbesar tingkat individualisme dan pefeksionisme didalam Enron. Budaya ini menyebabkan langkanya sosialisasi, tidak adanya kerja sama tim dan terlalu banyak kompetisi didalam Enron. Karyawan baru diberi terlalu banyak wewenang didalam perusahaan dan mereka bisa membuat kesepakatan yang bernilai besar tanpa persetujuan dari atasan. Lapisan manajemen dihapuskan membuat pengambilan keputusan bersifat desentralisasi. Orang-orang didalamnya hanya termotivasi oleh angka, yang lebih ditekankan adalah pertumbuhan pendapatan dan karyawan ingin mendapatkan bonus yang besar dan termotivasi untuk memiliki hubungan yang baik dengan PRC (Performance Review Committee). Tidak ada komitmen berinstitusi didalam Enron karena kerja sama telah dirusak oleh ambisi yang dimiliki oleh setiap individu didalamnya. Human Resource Standards Ukuran Enron serta rencana bisnis baru yang inovatif menarik banyak lulusan MBA dari sekolah bisnis terbaik yang ada di suatu negara dan sebagian besar meruapakn fresh graduates. Enron menekankan pada hal pengambilan risiko dan pemikiran kewirausahaan yang berakibat pada manajer Enron yang cenderung terlalu percaya diri dan sombong. Enron memiliki turnover yang khas untuk sebuah perusahaan yang besar dan menekankan untuk memiliki tenaga kerja yang muda, cerdas serta bersemangat tinggi. Sebagai contoh, posisi manajemen puncak diisi oleh orang-orang yang berumur kurang dari 50 tahun; CEO Jeff Skilling 46 tahun, CFO Andrew Fastow 38 tahun dan Top Trader John Arnold berusia 26 tahun. Jiwa muda dan arogansi mengarahkan Enron untuk mendorong karyawannya untuk memaksimalkan pendapatan bagaimanapun caranya. Dengan tuntutan untuk terus tumbuh, manajer secara terusmenerus dinilai kinerjanya. Setiap 6 bulan analis yang masih dalam pelatihan akan diurutkan dan 10% yang berada dalam urutan bawah akan diberi surat pemecatan. Peringkat ini berdasarkan pada kriteria yang berbeda namun ada daerah-daerah tertentu yang mendapat perhatian lebih dari lainnya. Penakanan lebih banyak ditempatkan pada kreativitas daripada integritas. Sebagai contoh intelectual curiosity merupakan salah satu kriteria yang paling banyak dihitung didalam evaluasi kinerja. Ini terdiri dari seberapa banyak orang tersebut memiliki ide dan memulai bisnis yang baru, walaupun tidak ada permintaan akan bisnis tersebut. Tekanan untuk melakukan itu semua memliki konsekuensinya namun juga memiliki imbalan. Selama periode 1998-2000 total kompensasi untuk 200 karyawan tingkat atas

naik lebih dari 630% dari $193,000,000 menjadi $1,4 miliar. Sebagian besar keuntungan tersebut diberikan dalam opsi saham. Para eksekutif ini mulai hanya peduli pada menjaga harga saham setinggi mungkin.

Implications Dampak dari internal environment yang tidak efektif dapat menyebabkan kerugian secara finansial, rusaknya citra perusahaan didalam publik atau kegagalan bisnis. Dalam kasus Enron ini akhirnya perusahaan bangkrut. Kematian perusahaan tidak hanya disebabkan oleh praktek akuntansi yang tidak benar dan dugaan korupsi di bagian atas perusahaan tapi juga dari budaya organisasi yang diakibatkan oleh korupsi tersebut. Sebuah perusahaan energi yang secara umum berpikir memiliki enterprise risk management yang efektif karena didalamnya terdapat senior manager yang mempunyai kekuatan besar serta dihormati, dewan direksi yang berwibawa, strategi yang inovatif, dan sistem informasi dan kontrol aktivitas yang terancang dengan baik. Namun ternyata lingkungan internal perusahaan tersebut mengalami kerusakan secara signifikan. Manajemen berpartisipasi dalam praktik bisnis yang sangat dipertanyakan dan dewan direksi dibutakan (blind-eye). Di dalam perusahaan ini ditemukan beberapa data keuangan yang tidak dilaporkan dan mereka kehilangan kepercayaan dari pemegang saham, krisis likuiditas, dan kerusakan dari nilai entitas. Sehingga pada akhirnya perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan yang mengalami kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah.

Objective Setting
Objektif adalah sekumpulan tujuan pada level stratejik, membangun dasar bagi operation, reporting, dan compliance objectives. Setiap entitas menghadapi risiko yang bervariasi, baik dari internal maupun eksternal, dan kondisi awal bagi event identification, risk assessment, dan risk response yang efektif adalah pembangunan dari objektif tersebut. Objektif sejalan dengan risk appetite entitas yang memicu tingkat risk tolerance untuk entitas.

Vision
Enrons vision to become the worlds leading energy company-creating innovative and efficient energy solutions for growing economies and better environment worldwide.

Strategic Objective
Misi dari suatu entitas menentukan secara luas tujuan yang ingin dicapai. Misi dan strategic objective dari sebuah entitas umumnya stabil, sementara strategi dan related objectivenya lebih dinamis dan disesuaikan dengan perubahan kondisi internal dan eksternal. Strategic objectives merupakan tujuan tingkat tinggi yang sejalan dengan visi dan misi entitas dan mendukung visi dan misi dari entitas tersebut. Strategic objective mencerminkan pilihan manajemen tentang bagaimana entitas tersebut mencari cara untuk menciptakan nilai bagi stakeholdersnya. Visi Enron yaitu menjadi the worlds

leading energy company-creating innovative and efficient energy solutions for growing economies and better environment worldwide. Enron Broadband Services goals are to: Deploy the most open, efficient global broadband network, the Enron Intelligent Network. Be the worlds largest marketer of bandwidth and network services. Be the worlds largest provider of premium content delivery services.

Strategies
The Enron Intelligent Network Bandwidth Intermediation Content Services Market Innovator

Related Objectives
Dengan pertama kali memfokuskan pada strategic objectives dan strategy, sebuah entitas diposisikan untuk mengembangkan related objectives dalam level entitas, pencapaiannya akan membuat dan menjaga nilai entitas. Dengan menentukan objective pada level entitas dan aktifitas, sebuah entitas dapat mengidentifikasi factor kesuksesannya. Ini merupakan kunci yang harus dijalankan dengan benar jika tujuan ingin dicapai. Objectives harus dapat dimengerti dan diukur. Enterprise risk management mensyaratkan bahwa anggota dalam setiap level mempunyai pemahaman akan objective dari sebuah entitas. Semua karyawan harus memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang ingin dicapai. Categories of related objectives Operations objectives: berhubungan dengan keefektifan dan keefisienan dari operasi sebuah entitas, termasuk kinerja dan tujuan profitabilitas dan penjagaan sumber daya terhadap kerugian. Reporting objectives: berkaitan dengan reliabilitas pelaporan, termasuk pelaporan internal dan eksternal dan meliputi informasi financial dan non-financial. Sistem internal kontrol Enron dirancang untuk menyediakan reasonable assurance untuk reliabilitas laporan keuangan dan perlindungan aset dari akuisisi yang tidak terotorisasi, penggunaan atau disposisi. Compliance objectives: berkaitan dengan kepatuhan akan hokum dan peraturan yang relevan. Hal ini tergantung pada faktor eksternal dan cenderung sama untuk setiap entitas dalam beberapa kasus. Operations EINs embedded intelligence, provided by Enrons proprietary Broadband Operating System (BOS), gives Enron unique, powerful multi-layer network control. With the BOS, Enron has created the first scalable, fully integrated transaction processing platform for delivering bandwidth capacity.

We are creating the risk management building blocks to manage almost every element of the network in addition to bandwidth we completed our first data storage transactions with a leading provider of managed storage services, StorageNetworks, and a large retailer, Best Buy. In April 2000 Enron signed an agreement with a U.S. video rental retailer to deliver movies over the Enron Intelligent Network. we have established relationships with other high-visibility content providers. we have combined our business model with readily available technologies to deliver premium content over the Enron Intelligent Network in a very compelling commercial model. Reporting The system of internal controls of Enron is designed to provide reasonable assurance as to the reliability of financial statements and the protection of assets from unauthorized acquisition, use or disposition. Compliance

Você também pode gostar