Você está na página 1de 8

Sistem Pencahayaan Otomatis Menggunakan Motion Sensor dan Lux Sensor Merupakan Konsep Green Building

Gita Wana1, Saeful Bahri.ST, MT2)


1) Jurusan Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2) Jl. Cempaka Putih Tengah Jakarta Selatan, indonesia

Abstrak : Proyek pembangunan Gedung Menteri dari Kementerian Pekerjaan Umum ini terdiri dari dua bangunan induk yaitu Gedung Menteri yang terdiri mempunyai tujuh belas ( 17 ) lantai di tambah satu lantai semi basement dengan luas bangunan 28.500m2 dan gedung parkir dengan dua belas ( 12 ) lantai dengan di tambah satu lantai semi basement juga dengan luas bangunan 20.000m2. Kompleks Gedung Kementerian Pekerjaan Umum ini berlokasi di jalan Patimura No.20 Jakarta Selatan.Pada pekerjaan gedung ini kami sebagai mahasiswa mendapatkan sebuah metoda yang untuk kami relatif masih baru yakni dalam pemasangan instalasi penerangan dengan menggunakan Motion Sensor dan Lux Sensor. Dalam pelaksanaannya metoda ini menjadi lebih efisien di dalam menggunakan lampu untuk penerangan yang menyangkut dalam hal rasio biaya,waktu pelaksanaan yang relatif lebih cepat dan juga sangat ramah lingkungan. Pada akhir dari masa kerja praktek ini kami berharap semua masukan yang kami dapatkan baik dari segi metoda kerja dan manajemen kerja dari pengalaman kerja praktek langsung pada pekerjaan gedung bertingkat ini di harapkan bisa menjadi bekal yang baik untuk kami ke depan nantinya untuk terjun langsung ke dalam dunia konstruksi dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi. Bata Kunci: Konsep Green Building, Motion Sensor, Lux Sensor.

melewatinya membutuhkan suatu usaha yang keras. Teori yang didapat oleh mahasiswa dibangku kuliah ternyata tidak semua sesuai dengan praktek di lapangan, ketika dihadapkan pada dunia nyata dan dunia kerja seakan-akan semua teori yang mendukung hilang dari ingatan. Untuk itulah para mahasiswa dirasakan perlu untuk melakukan kerja praktek. Sehingga diharapkan setidaknya para mahasiswa mendapatkan pengalaman tentang bagimana cara menyelaraskan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya dalam dunia kerja, juga diharapkan ketika mahasiswa terjun ke dunia kerja paling tidak telah memiliki sedikit gambaran akan apa yang terjadi nantinya. Selain itu kerja praktek juga memberikan wawasan lebih, baik yang bersifat keilmuan maupun yang bersifat industri. Lebih dari itu mahasiswa sebagai makhluk sosial juga harus dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya. Diharapkan dengan melakukan kerja praktek ini, maksud dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

2. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Green Building Green building adalah kegiatan menciptakan struktur/ bangunan dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh life-cycle bangunan dari penentuan tapak untuk mendesain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi dan dekonstruksi. Kegiatan ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik dengan memperhatikan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan. Green building juga dikenal sebagai bangunan berkelanjutan atau berkinerja tinggi (a sustainable or high performance building). Sebagai contoh, bangunan hijau dapat menyertakan bahan-bahan yang berkelanjutan dalam pembangunan (misalnya, digunakan kembali, didaur ulang, atau terbuat dari sumber daya terbarukan); menciptakan lingkungan yang sehat di dalam ruangan dengan sedikit polutan (misalnya, mengurangi emisi produk), dan/ atau segi pemandangan yang mengurangi penggunaan air (misalnya, dengan menggunakan tanaman asli yang bertahan hidup tanpa tambahan air).

1.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja yang cukup pesat menuntut para lulusan sarjana untuk lebih menguasai bidangnya. Penguasaan ini diharapkan tidak hanya secara teori tetapi juga mampu mengaplikasikannya di lapangan. Perguruan tinggi adalah sebuah sarana untuk mencari ilmu. Di tempat tersebut umumnya memiliki aturan yang pada dasarnya bertujuan agar mahasiswa menjadi mandiri dan kreatif, untuk itu mahasiswa harus memiliki visi dan misi ke depan karena ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berkembang seiring dengan perjalanan waktu, sehingga untuk dapat

Bangunan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap lingkungan, kesehatan manusia, dan ekonomi. Energi yang digunakan untuk bangunan kita mengarah pada konsumsi energi dalam jumlah besar, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batu bara ) yang menghasilkan sejumlah besar karbon dioksida (CO2), yang paling banyak menyebabkan gas rumah kaca. Bangunan di Amerika Serikat menyumbang 38,1% dari total emisi CO2. Mengurangi penggunaan energi dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh bangunan oleh karena itu penting upaya untuk memperlambat laju perubahan iklim global. Bangunan dapat dikaitkan dengan pelepasan gas rumah kaca dengan cara lain, misalnya, konstruksi dan pembongkaran puing-puing yang mendegradasi di landfill dapat menghasilkan metana, dan ekstraksi dan manufaktur material bangunan juga dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca. Di Amerika Serikat, bangunan-bangunan membutuhkan/ menghasilkan : 39 % dari total penggunaan energi 12 % dari total konsumsi air 68 % dari total konsumsi listrik 38 % dari emisi karbon dioksida Gerakan Green building kontemporer muncul dari kebutuhan dan keinginan untuk lebih hemat energi dan bangunan ramah lingkungan. Kenaikan harga minyak tahun 1970-an mendorong riset dan kegiatan yang signifikan untuk meningkatkan efisiensi energi dan menemukan sumber energi terbarukan. Hal ini, dikombinasikan dengan gerakan lingkungan hidup tahun 1960-an dan 1970-an, mengarah ke percobaan awal dengan bangunan hijau kontemporer. Green building mulai datang secara lebih formal pada 1990an. Beberapa tonggak awal di AS meliputi : American Institute of Architects (AIA) formed the Committee on the Environment (1989) Environmental Resource Guide published by AIA, funded by EPA (1992) EPA and the U.S. Department of Energy launched the Energy Star program (1992) First local green building program introduced in Austin, TX (1992) U.S. Green building Council (USGBC) founded (1993) "Greening of the White House" initiative launched (Clinton Administration 1993) USGBC launched their Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) version 1.0 pilot program (1998) Green building berkaitan dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan dan pertumbuhan yang cerdas ( smart growth and sustainable development ). Smart growth adalah pembangunan yang melayani ekonomi, masyarakat, dan lingkungan dengan didukung masyarakat sehat sekaligus menciptakan pembangunan ekonomi dan pekerjaan. Berkelanjutan atau pembangunan berkelanjutan,

adalah kemampuan untuk mencapai kemakmuran ekonomi yang berkelanjutan sekaligus melindungi sistem-sistem alamiah planet dan memberikan kualitas hidup yang tinggi bagi manusia. Green building yang baik sesuai dengan konsep-konsep ini, karena bangunan mempromosikan praktek-praktek yang menghemat energi dan sumber daya air, melestarikan ruang terbuka melalui pengembangan Brownfield, dan dapat diakses transportasi umum. Green building dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan lingkungan bangunan pada kesehatan manusia dan lingkungan alam dengan: a. Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya. b. Melindungi kesehatan penghuni /karyawan dan meningkatkan produktivitas. c. Mengurangi pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan . 2.2 Manfaat Green Building Green Building rendah biaya operasi dan pemeliharaan, dan ini merupakan manfaat finansial yang dapat diwujudkan dengan cara cara sebagai berikut : Mengurangi biaya energi Pengurangan penggunaan air Pengurangan konsumsi sumber daya Pengurangan emisi gas rumah kaca Potensi manfaat green building meliputi: 1. Manfaat lingkungan : Meningkatkan dan melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem Meningkatkan kualitas air dan udara Mengurangi limbah Melestarikan dan memulihkan sumber daya alam 2. Manfaat ekonomi Mengurangi biaya operasional Membuat, memperluas, dan bentuk pasar untuk produk dan layanan hijau Meningkatkan produktivitas penghuni Optimalkan siklus-hidup kinerja ekonomi 3. Manfaat sosial Meningkatkan kenyamanan dan kesehatan penghuni Meningkatkan kualitas estetika Minimalkan tekanan pada infrastruktur lokal Meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. 2.3 Perancangan Gedung Green Building Bangunan gedung sebagai salah satu objek yang membutuhkan energi dalam operasional sehari-hari, mulai saat sekarang ini seyogyanya memiliki rencana penghematan energi yang lebih modern. Beberapa sudut pandang dapat dipertimbangkan dalam perencanaan tersebut, diantaranya adalah aspek Passive Design, Active Design, Kondisi udara ruangan, Management, serta Service and Maintenance.

Passive and Active Design dapat mulai ditentukan pada tahap perencanaan awal, namun jika bangunan sudah terlanjur berdiri maka yang dapat dilakukan adalah suatu proses retro-fit pada bagian - bagian tertentu. Sedangkan aspek lain seperti kondisi udara ruangan, Management serta Service and Maintenance ditentukan pada saat gedung sudah beroperasi. 1. Passive Design Merupakan desain yang dilakukan pada bagian gedung yang tidak berfungsi aktif atau pasif pada saat gedung beroperasi. Contoh misalnya : a. Bentuk bangunan yang meminimalkan masuknya sinar matahari. Jika sinar matahari yang masuk secara langsung dapat diatur minimal maka dapat mengurangi penggunaan beban Air Conditioner (AC). b. Pemilihan warna dan bahan selubung bangunan atau facade yang berfungsi semaksimal mungkin menolak sinar matahari atau memiliki nilai penyerapan panas yang rendah. c. Tanaman hias dan taman yang proporsional dengan luasan lahan. d. Kolam air mancur di halaman yang berfungsi menyejukkan udara di sekitar bangunan. e. Beberapa cara lain yang intinya adalah mengurangi masuknya sinar matahari secara langsung. Salah satu indikator penting dari konsep design pasif ini adalah nilai OTTV (Overall Transfer Thermal Value), yang diperoleh dari penentuan jenis dan kombinasi material selubung bangunan. Semakin kecil nilai OTTV ini maka semakin kecil pula penyerapan sinar matahari yang masuk ke ruangan melalui material selubung bangunan. 2. Active Design Merupakan desain yang dilakukan pada bagian bagian gedung yang aktif saat gedung beroperasi, beberapa contoh misalnya sebagai berikut : a. Design Air Conditioner, yang diperhitungkan dengan seksama antara kapasitas dinginnya (Cooling Capacity) dan Luas Ruangan ditambah penghuninya. b. Sistem penerangan (Lighting System) yang optimal dengan tingkat pencahayaan yang baik dan lampu hemat energi. c. Peralatan utilitas lainnya yang diperhitungkan terhadap beban listrik yang dipakai dan penggunaan sel surya (solar cell) untuk mengganti energi listrik. Active Design ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap konsumsi energi, karena semua peralatannya aktif menggunakan energi listrik maupun air. 3. Kondisi udara ruangan Aspek ini berpengaruh terhadap daya yang dipakai oleh mesin pendingin, karena semakin rendah pengaturan (setting) suhu ruangan maka semakin besar juga energi listrik yang terpakai. Menurut penelitian,

jika suhu udara ruangan turun 1oC maka biaya listrik akan naik sebesar 6%, demikian pula sebaliknya. Sesuai SNI , kondisi kenyamanan thermal adalah : - Temperature : 25C +/- 1 C. - RH : 55 % +/- 5% - Met : 1 1.2 - CLO : 0.5 - 0.6 - Air Velocity : < 0.2 m/s Untuk setiap kenaikan kelembaban relatif ruangan sebesar 5 %, maka temperatur udara ruangan harus diturunkan 1C - 1.5 C agar kondisi kenyamanan tetap terjaga. Untuk mengatur (setting) suhu ruangan dapat dilakukan sebagai berikut : a. Bagi area umum atau Common Area, suhu dapat dikendalikan secara terpusat melalui ruang kontrol atau BAS (Building Automation System). b. Bagi area yang digunakan oleh penghuni, maka dapat dilakukan pembagian secara zona (jika memakai Central Air Conditioner) atau secara sendiri-sendiri (seperti apartemen) dengan KWh meter terpisah. Dalam hal ini kesadaran pemakai mutlak diperlukan, namun masih dapat diatur dengan pemberlakuan batasan antara luas ruangan dan BTU AC yang dipakai (misalnya 12 m2 dibatasi maksimal 9,000 BTU/hour) atau penggunaan AC dengan teknologi inverter. 4. Management Bangunan yang menerapkan strategi energi yang baik harus dimulai dari manajemen pengelolaan itu sendiri. Manajemen energi dapat dijalankan dengan membentuk tim energi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan energi pada bangunan. Agar tim energi ini dapat bekerja dengan baik maka diperlukan komitmen bersama, mulai top level manajemen sampai dengan staf yang paling bawah. Sistem dan desain sebaik apapun jika tidak didukung dengan komitmen yang baik, maka akan sulit untuk mencapai target penghematan energi yang dikehendaki. Beberapa langkah program penghematan energi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Membuat inventaris atau daftar semua peralatan yang mengunakan energi. 2. Menyusun neraca energi. 3. Melakukan audit awal terhadap pemakaian energi. 4. Identifikasikan potensi penghematan dari hasil pre-audit. 5. Menentukan target penghematan. 6. Membuat rekomendasi sistem penghematan energi. 7. Melaksanakan atau Implementasi sistem sesuai rekomendasi. 8. Monitor implementasi secara konsisten. 9. Melakukan audit energi lanjutan. 10. Melakukan evaluasi target pencapaian. 5. Service and Maintenance

Program perawatan yang dilakukan dengan teratur dan proses perbaikan sesuai dengan keperluan, dapat memberikan kontribusi yang positif pada penghematan energi.Perawatan yang dilakukan sesuai dengan jadwal dapat juga menghindari terjadinya bagian-bagian peralatan yang macet misalnya karena pelumasan (greasing) yang terlambat dan semacamnya. Logikanya, peralatan yang berjalan lancar tentunya membutuhkan energi lebih sedikit, selain juga bisa menjaga umur / masa pakai. 6. Proteksi Lingkungan Dikembangkan sebagai kawasan mixed-use dan lifestyle center, menyediakan sarana yang mendukung terlaksananya berbagai macam kegiatan interaktif dalam suatu lingkungan yang ramah dan nyaman. Pengurangan limbah (atau pencegahan timbulnya limbah) merupakan pendekatan yang digunakan dalam program pengelolaan limbahnya. Pendekatan semacam ini dipilih karena dengan tidak adanya limbah berarti tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk mengolahnya. Pengurangan limbah membantu melestarikan sumber daya alam demi kehidupan masa depan, dan tentu saja menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Hal ini dapat dilakukan, antara lain dengan: a. Daur ulang material; material bangunan, seperti kayu, kusen pintu dan jendela dapat dipakai kembali jika mengadakan renovasi. b. Mengurangi dampak dan pengelolaan limbah cair. Daur ulang terhadap limbah cair dan air hujan merupakan perhatian utama. c. Menciptakan komunitas pejalan kaki; pembangunan fasilitas umum secara tertata agar mudah dijangkau tanpa kendaraan dan menyediakan zona pedestrian yang nyaman bagi pejalan kaki. Desain streetscape, jalanjalan pemukiman yang lebar dan penghijauan di sepanjang jalan menciptakan lingkungan yang teduh dan nyaman untuk pejalan kaki sehingga mendorong penghuni untuk meninggalkan kendaraan mereka di rumah dan berjalan kaki ke tempat tujuan, seperti toko, taman, atau fasilitas lainnya di dalam lingkungan. d. Transit oriented development, menciptakan sebuah destinasi yang menyeimbangkan kebutuhan akan mobilitas, mengatasi kepadatan lalu lintas dan menciptakan komunitas pejalan kaki, dibuat akses langsung dengan sarana transportasi umum yang memadai ke pusat-pusat kota lainnya. Shuttle bus dalam lingkungan tersedia dengan titik-titik persinggahan di sepanjang jalan utama. 2.4 Komponen Pendukung Green Building Pembangunan yang berkelanjutan ini mendukung suatu komitmen yang kuat untuk menjaga dan

melestarikan lingkungan sehingga berdampak pada keseimbangan yang optimal dalam aspek-aspek biaya, lingkungan hidup, sosial dan kepentingan masyarakat, tanpa mengabaikan misi dan fungsi fasilitas serta optimasi infrastruktur yang direncanakan. Sebagian besar strategi desain secara berkelanjutan yang diterapkan dalam proyek ini mengkombinasikan teknik-teknik tradisional dengan teknologi modern yang berfokus pada penghematan energi. Penggunaan energi secara efektif dapat tercapai melalui penerapan suatu proses atau teknologi secara tepat guna. Green Building mensyaratkan layout desain bangunan (10%), konsumsi dan pengelolaan air bersih (10 %), pemenuhan energi listrik (30 %), bahan bangunan (15 %), kualitas udara dalam (20 %), dan terobosan inovasi (teknologi, operasional) sebesar 15 %. Berikut adalah beberapa pendekatan desain secara berkelanjutan yang diterapkan dalam pembangunan sebuah pemukiman yang hijau, baik dalam segi infrastruktur maupun fasilitasnya. Dan ini adalah salah satu komponen komponen pendukung dari green building : 1. Pengenalan Alat Sistem Kontrol pencahayaan berfungsi untuk mengatur nyala lampu berdasarkan input dari sensor yaitu lux sensor dan motion sensor. Dengan menggunakan system ini konsumsi energy listrik untuk pencahayaan buatan dapat dihemat. Sistem ini akan terkoneksi dengan panel penerangan sehingga dari main control panel dapat mengendalikan zone pencahayaan gedung. Pada Proyek Pembangunan Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum ini menggunakan system MESL ( Multi Energy Save Load ). Penggunaan system ini dengan dikombinasikan bentuk sun shading diharapkan dapat menghemat konsumsi energy listrik untuk pencahayaan buatan dan memaksimalkan penggunaan cahaya alami. Adapun Untuk Metode Pengendali : 1. ON-OFF Selector yang handal, mudah dioperasikan lengkap dengan LED Monitoring posisi beban. 2. INPUT berbagai sensor maupun interfacing , keseluruhan pengendali beban - beban bisa diprogram menjadi: Individu-Group atau Pattern pada Beban2, atau All Off/All On, disamping control secara Individu. Kesemuanya dengan mudah akan memenuhi kebutuhan suatu Inteligent control dengan baik, handal dan mudah dalam Pengunaannya. Transmission Unit / Master Unit Unit control untuk keseluruhan fungsi-fungsi yang dimiliki MESL. dilengkapi dengan fungsi timer / time schedule , bisa di Off delay. Spesifikasi Master Unit Kapasitas : 512 circuit independent, Power : 220vac/ 500mA Kabel signal ( AWG #18 1 PAIR ) dan bisa expand dengan repeater yang menjamin fungsi dan kemampuan .

Gambar 2.1 Transmission Unit / Master Unit

Main Operation panel Unit berbentuk Elegance berukuran : 35 cm x 29cm x 14cm,cocok ditempatkan dimana saja dari R.Kontrol sampai dengan ke ruangan ruangan lain. Cocok ke segala Jenis dan bentuk dinding. Panel ini bisa mengendalikan keseluruhan beban dan Juga memonitor keseluruhan beban.

Gambar 2.4 Sistem Satu Garis Panel Kontrol

Gambar 2.2 Main Operation panel Wall Swicth Control Unit pengontrol yang handal,semudah mengoperasikan switch biasa. Tersedia individu : 1,2,3,4 ,8 ,12 ,16 Switch yg di set sebagai Grid Switch yang dipasang sebagai pengendali Lighting di pintu masuk kantor,hotel. Mall , caf atau di-tempat2 lain. Setiap switch mempunyai berbagai label nama2 beban ( menghindari kesalahan operasi ) serta mempunyai LED Monitor dari masing2 Beban2 (Feed-back) ON (Merah) atau Off ( Hijau ). Fungsi masing2 Switch bisa diprogram sebagai Group Pattern dll yang diinginkan operator beserta setiap perobahannya.

Gambar 2.5 Cara Pembuatan Alamat Cara Kerja Motion Sensor Suhu badan manusia dideteksi oleh sensor infra red ( motion detector) 2. Sensor mengirimkan sinyal ON ke saklar control sehingga lampu menyala. 3. Saat tidak ada orang, sensor mendeteksi dibawah suhu setting, sehingga timmer dan dimmer mulai bekerja. 4. Dimmer berkerja sehingga lama kelamaan lampu meredup sebelum akhirnya mati sesuai dengan settiing delay time. Penghematan energi mencapai 30 %- 60 % daripada saklar konvensional. 1.

Gambar 2.3 Wall switch control

Gambar 2.6 Visualisasi Cara Kerja Motion Sensor Cara Kerja Lux Sensor 1. 2. Lux sensor mendeteksi intensitas cahaya ruangan (lux) dari pantulan cahaya lantai. Dimmer akan bekerja sesuai dengan tingkat intensitas cahaya. Ada dua kondisi meredupkan atau membesar intensitas cahaya lampu. Setting lux sensor dipengaruhi oleh ketinggian ruangan dan desain penerangan alami. Penghematan energi mencapai 30 %- 60 % karena jumlah lux yang dihasilkan lampu penerangan disesuaikan dengan lux yang dibutuhkan

Gambar 2.8 Sistem Satu Garis Diagram Cara Kerja Sistem Pencahayaan Otomatis Sistem ini akan memberikan indikasi merah dan hijau pada mimic panel di ruang kontrol pada saat di operasikan sehingga maintenace dapat memonitor apakah beban dalam keadaan on/off. Transmition unit (TMUD90NA) yang merupakan CPU mengeluarkan sinyal 24volt dan mentransmisikan data ke setiap komponen terminal unit yang menggerakan contactor di setiap lantai yang mendapat perintah dari mimic display di ruang panel hal ini dapat berfungsi karena komponen terminal unit sudah sudah diberi alamay masing masing yang sama dengan swicth swicth melalui alat program free addresing unit (TMAD02B). System pengontrolan juga dilengkapi satu strip dan pengontrolan waktu (timer system) yang secara otomatis mematikan atau menghidupkan beban untuk jam jam tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pada Sistem Pencahayaan Otomatis yang dikerjakan Proyek Kementerian Pekerjaan Umum ini Menggunakan Software : Software ini berfungsi sebagai alat monitoring, kontrol dan evaluasi data penggunaan lampu penerangan. Dari software ini dapat dilakukan kontrol Lampu ON, Lampu OFF ataupun lampu di dimmer sesuai dengan grup instalasi. Penjadwalan lampu juga dapat dilakukan secara harian , mingguan ataupun bulanan. Jadi dapat di simpulkan fungsi fungsi dari pada komponen lighting control yang merupakan sistem penerangan terkontrol dengan menggunakan sensor untuk mengendalikan tingkat penerangan dan jumlah lampu yang menyala. Komponen SLC antara lain: 1. 2. 3. Main Control panel (MCP) sebagai panel pusat pengontrol peralatan LCS MCS sebagai switch /saklar penghubung MCP dengan Distribution Box (DB). Repeater sebagai penguat sinyal dalam komunikasi data pada sistem LCS.

3.

Gambar 2.7 Visualisasi Cara Kerja Lux Sensor

4.

5.

6.

Motion sensor sebagai sensor pendeteksi gerak pada ruangan untuk menyalakan atau mematikan lampu penerangan. Lux Sensor sebagai sensor untuk mendeteksi tingkat keterangan suatu ruangan, sehinnga jika cahaya dari luar terang , maka lampu otomatis akan meredup karena menyesuaikan dengan cahaya yang masuk Switch Control Group berfungsi untuk pengontrol saklar pada tiap grup lampu penerangan.

6.

7. 8.

Jangan mengganti addres dari komponen terminal unit drive tanpa mendata address nya karena akan menimbulkan system yang tumpah tindih. Jangan melebihi kapasitas system yaitu sebanyak 512 sirkuit atau 128 address. Total kabel sinyal antara komponen yang satu dengan yang lainnya 500 meter dan total keseluruhan kabel 3000 meter apabila melebihi ketentuan tersebut harus di tambah reperter ( TMZF22A ).

2.5 Kesimpulan Nilai Plus Penilaian GBCI pada komponen lighting control yang merupakan sistem penerangan terkontrol dengan menggunakan sensor untuk mengendalikan tingkat penerangan dan jumlah lampu yang menyalapun ada nilai plus material terhadap penilaian GBCI ( Green Building Council Indonesia ) antara lain : 1. Produk bersertifikat ISO 14001 dengan point GBCI : MRC 2 Dimana produk yang pada pembuatannya ramah lingkungan. 4. Menggunakan Motion Sensor dan Lux Sensor dengan point GBCI : EER 3 Dimana zonasi pencahayaan dalam ruang kerja yang di kaitkan dengan sensor gerak dan mendapatkan nilai 1 point dari GBCI. 5. Menggunakan balast elektronik dangan frekuensi tinggi dimana zonasi pencayahaan dalam ruang kerja yang dikaitkan dengan sensor gerak (Motion Sensor ) dan mendapatkan nilai 1 pint dari GBCI. Maintenance Sistem Hal terpenting yang perlu di perhatikan untuk memperpanjang lifetime produk adalah : 1. Dilarang memasukan tegangan 220 volt pada komponen yang bertegangan 24 volt atau pada jalur kabel sinyal. Usahakan kebal sinyal ( data ) tidak berdekatan dengan power apabila tidak dapat di hindari gunakan spiral kabel pada kabel sinyal. Untuk kebutuhan yang monoton ( tetap ) seperti di malam hari turunkalah MCB di panel kontrol system agar tidak terlalu panas. Bedakan kabel 24 volt dengan kabel 220 volt agar tidak terjadi kesalahan ketika pada saat akan maintenant. Hindari semua komponen adri air dan usahakan bersih ( tidak berdebu apalagi karatan ) pada terminalnya agar tidak mengganggu pengiriman sinyal pada ke semua komponen. Green building adalah bangunan yang menggunakan proses bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh life-cycle bangunan dari penentuan tapak untuk mendesain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi dan dekonstruksi. Prinsip dari green building adalah reduce, reuse, dan recycle. Pembangunan bangunan hemat energi dan ramah lingkungan harus murah, mudah, dan berdampak luas. Dalam rangka menciptakan green building maka harus melakukan penghematan energi yaitu dengan efisiensi penggunaan AC dan penerangan. 1. Penggunaan kontrol otomatis jenis motion sensor dan lux sensor sistem dapat mengurangi pemborosan energi listrik sekitar 56,9% dari 0.64kwh energi yang terbuang. 2. Penggunaan motion sensor dan lux sensor yang salah dapat mengakibatkan hasil penghematan energi yang tidak optimal atau malah terjadi pemborosan energi. DAFTAR REFRENSI 1. http://www.epa.gov/greenbuilding/index.htm 2. http://www.greenprof.com 3. SNI 03 - 6196 - 2000 : Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. 4. SNI 03 - 6197 2000 : Konservasi energi pada sistem pencahayaan. 5. SNI 03 - 6390 2000 : Konservasi energi pada sistem tata udara pada bangunan gedung. 6. Nugroho, Agung. Metode Pengaturan Penggunaan Tenaga Listrik dalam Upaya Penghematan bahan bakar Pembangkit dan energi. Transmisi, Vol. 11, No. 1, Juni 2006 : 45 51. Semarang.

2.

3.

4.

5.

Você também pode gostar