Você está na página 1de 20

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi dan kecakapan, serta sebagai salah satu modal untuk mencapai kemajuan bangsa yang sekaligus meningkatkan harkat martabat manusia. Keberhasilan pendidikan terutama pendidikan formal salah satunya ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu dengan cara menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Karena anak yang percaya diri memiliki modal penting untuk masa dewasanya kelak, rasa percaya diri yang tinggi terbentuk karena anak punya gambaran tentang diri dan lingkungan yang positif. Mengingat begitu pentingnya membangun kemampuan percaya diri pada perkembangan siswa sebagai sumber energi (kekuatan) diri anak untuk dapat mengaktualisasikan diri siswa secara utuh, maka siswa membutuhkan bantuan orang tua (saat siswa di rumah) dan guru (saat siswa di sekolah). Guru BK memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru BK/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada peserta didik maka para pendidik atau guru BK perlu memahami masalahmasalah yang berhubungan dengan bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri siswa dan mampu mengidentifikasikan masalah krisis percaya diri siswa tersebut. Alasan penulis memilih konseli JM (Nama Inisial) yang seorang mahasiswa semester 5 jurusan PG PAUD Universitas Negeri Semarang dikarenakan konseli adalah teman penulis sendiri dan juga karena konseli sendiri yang telah menyadari bahwa ia memiliki masalah krisis percaya diri lalu menyampaikan permasalahannya kepada penulis. Diharapkan penulis

dapat berlatih menelaah kasus permasalahan pribadi JM lebih dalam sekaligus dapat membuat rencana penetapan treatmentnya sebelum penulis berprofesi sebagai konselor yang sesungguhnya di lapangan.

B. Tujuan Salah satu tujuan bimbingan dan konseling ini adalah sebagai pembelajaran bagi kami, mahasiswa yang khususnya telah mempelajari mata kuliah studi kasus. Hal ini dilakukan agar mahasiswa mengetahui secara langsung kasus-kasus yang dialami siswa dengan melakukan praktek secara langsung melakukan bimbingan dan konseling dengan menentukan langkah penanganan yang tepat dengan kondisi anak yang mengalami kesulitan atau permasalahan tersebut.

C. Manfaat 1. Bagi Penulis Studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat mengaplikasikan dalam

penanganan kasus krisis percaya diri seseorang. 2. Bagi Institusi Pendidikan Studi kasus ini diharapkan mampu menjadikan acuan dan berguna untuk memberikan informasi, pengetahuan dan ilmu baru bagi kemajuan di bidang bimbingan dan konseling sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. bahan referensi guna

BAB II PEMBAHASAN A. Identitas Masalah a. Identitas Klien Nama NIM Alamat TTL : JM (Inisial) : 1601409016 : Jl. Sido Mukti 12 No. 11, Pekalongan : Pekalongan, 23 Januari 1992

b. Identitas Masalah. Masalah yang dialami oleh JM adalah masalah kurang percaya diri, khususnya saat berbicara di depan umum dan di lingkungan baru. Hal ini lebih dikarenakan faktor internal dari diri konseli yang selalu merasa takut salah/ditertawakan saat berbicara di depan umum dan di lingkungan baru. Dia merasa sangat ingin berbicara, tetapi saat dia mulai ingin berbicara pikirannya sering buyar dan tiba-tiba saja perkataan menjadi terbata-bata. Oleh karena itu konseli sering memilih untuk diam daripada berbicara. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan kenyataan bahwa teman-teman konseli kebanyakan termasuk orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Hal itu semakin membuat konseli merasa minder untuk dapat berbicara di depan umum dan/lingkungan baru karena mental konseli sendiri sudah down terlebih dahulu. Masalah yang dialami klien termasuk masalah yang agak berat karena apabila kondisi tersebut terus berlanjut maka

konseli berpotensi menjadi seorang yang introvert (tertutup dari lingkungan sosialnya. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dirumuskan: 1. Nama kasus 2. Jenis kasus 3. Tingkatan kasus 4. Pendekatan : Kurang Percaya Diri : Kasus Pribadi : Sedang : Behavior

B. Kajian Teori 1. Pengertian Percaya Diri Supriyo (2008:44) menjelaskan pengertian percaya diri adalah perasaan yang mendalam pada batin seseorang, bahwa ia mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, keluarganya, masyarakatnya, umatnya, dan agamanya, yang memotivasi untuk optimis, kreatif, dan dinamis yang positif. W.H.Miskell (1939) menjelaskan pengertian percaya diri adalah percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Mashlow mengartikan percaya diri sebagai berikut: Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain". Supriyo menjelaskan pengertian krisis percaya diri (minder) (2008:45) adalah sebagai berikut: Perasaan diri tidak mampu dan menganggap orang lain selalu baik dari dirinya. Orang yang merasa minder cenderung bersikap egosentris, memposisikan dirinya sebagai korban, merasa tidak puas dengan dirinya, mengasihi diri sendiri dan mudah menyerah. Orang yang mempunyai rasa minder akan merasa lemah, kekurangan, memiliki rasa bersalah yang berlebihan, takut kepada orang lain, menarik diri dari lingkungan/pergaulan, cemas menghadapi sesuatu yang baru, tidak berani menghadapi kenyataan, sukar mengambil keputusan, takut akan kegagalan. Dalam http://agusria.wordpress.com/2011/03/07/sikapdisebutkan bahwa pengertian

pemalu-dan-kurang-percaya-diri/

kurang percaya diri (minder) adalah keadaan dalam diri seseorang

dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik dirinya.

2. Ciri-Ciri Kurang Percaya Diri/Minder Tanda-tanda seseorang yang kurang percaya pada diri sendiri dalam Supriyo (2008:45) antara lain sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Perasaan takut atau gemetar disaat berbicara dihadapan orang banyak, Sikap pasrah pada kegagalan, memandang masa depan suram, Perasaan kurang dicintai/kurang dihargai oleh lingkungan sekitarnya, Selalu berusaha menghindari tugas/tanggung jawab/pengorbanan, Kurang senang dengan keberhasilan orang lain, terutama rekan sebaya/seangkatan, 6. Sensitivitas batin yang berlebihan, mudah tersinggung, cepat marah, pendendam, 7. 8. Suka menyendiri dan cenderung bersikap egosentris, Terlalu berhati-hati ketika berhadapan dengan orang lain sehingga perilakunya terlihat kaku, 9. Pergerakan agak terbatas, seolah-olah sadar jika dirinya memang mempunyai banyak kekurangan, 10. Sering menolak jika diajak ke tempat-tempat yang ramai. Menurut Swallow (2000) dalam http://agusria.wordpress.com/2011 /03/07/sikap-pemalu-dan-kurang-percaya-diri/#comment-10 menyebutkan

ciri-ciri seseorang yang pemalu dan kurang percaya diri adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Menghindari kontak mata; Tidak mau melakukan apa-apa; Terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrums (dilakukan untuk melepaskan kecemasannya); 4. Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja seperti ya, tidak, tidak tahu, halo;

5. 6.

Tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas; Tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal;

7.

Mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir terasa kering) di saat-saat tertentu;

8.

Menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain (misalnya agat tidak perlu pergi ke sekolah);

9.

Mengalami psikosomatis;

10. Merasa tidak ada yang menyukainya.

3. Faktor Penyebab Kurang Percaya Diri Supriyo (2008:46) menjelaskan faktor penyebab kurang percaya diri dapat berasal dari diri sendiri dan dari luar dirinya (lingkungan), yang meliputi antara lain: 1. 2. 3. Perasaan tidak mampu untuk berbuat lebih baik, dalam segala hal, Tidak percaya bahwa diirnya mempunyai kelebihan, Merasa curiga terhadap orang lain dan memposisikan diri sebagau korban, 4. 5. Beranggapan bahwa orang lainlah yang harus berubah, Menolak tanggung jawab hidup untuk mengubah diri menjadi lebih baik, 6. Lingkungan yang kurang memberi kasih sayang/penghargaan, terutama pada masa kanak-kanak dan masa remaja, 7. Lingkungan yang menerapkan kedisiplinan yang otoriter, tidak memberi kebebasan berpikir, memilih dan berbuat, 8. Kegagalan/kekecewaan yang berulang kali tanpa diimbangai dengan optimisme yang memadai, 9. Keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal (idealisme yang tidak realistis), dan 10. Sikap orang tua yang memberikan pendapat dan evaluasi yang negative terhadap perilaku dan kelemahan anak.

Dijelaskan dalam http://agusria.wordpress.com/2011 /03/07/sikappemalu-dan-kurang-percaya-diri/#comment-10 bahwa penyebab seseorang yang kurang percaya diri adalah sebagai berikut: 1. Kurang mengenal diri Setelah mengenal diri dengan baik maka langkah selanjutnya adalah menerima diri apa adanya. menerima diri apa adanya bukan berarti pasrah atau pesimis dengan keadaan diri, tetapi sebaliknya menerima dengan positif apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan diri kita. 2. Kecemasan Kita tidak bisa membangun rasa percaya diri sebelum berhasil mengatasi kecemasan. kunci sukses adalah dapat membangun rasa percaya diri dengan cara menghilangkan rasa cemas. rasa cemas berbahaya dan bisa mempengaruhi semua orang di sekitarnya. untuk mengalahkan rasa cemas perlu membangun antuasisme

(semangat/minat besar). 3. Kurangnya wawasan Kita perlu membekali diri dengan berbagi ilmu pengetahuan.semakin banyak dapat ilmu maka semakin luaslah wawasan kita serta semakin percaya diri sebaliknya bila kurang membenahi diri dan tidak mempunyai wawasan luas bisa mengakibatkan kurang percaya diri didalam bersosialisasi.

Disebutkan

secara

singkat

dalam

http://www.scribd.com/doc/

62883245/MAKALAH-PERCAYA-DIRI bahwa penyebab tidak percaya diri adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Pengaruh kurang perhatian dari orang tua Konsep diri Kemandirian belajar terhadap prestasi Pengaruh lingkungan

4. Dampak Krisis Percaya Diri Dampak yang ditimbulkan dari krisis kepercayaan diri, apabila tidak segera diatasi antara lain dalam Supriyo (2008:47) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak dapat bergaul dengan teman-teman yang lain secara wajar, Proses belajar menjadi terhambat, Kesulitan berkomunikasi, Pencapaian tugas perkembangan menjadi terhambat, Terkucil dari lingkungan sosial, Mengalami depresi, Tidak berani melakukan perubahan di dalam hidupnya. Dalam http://www.scribd.com/doc/62883245/MAKALAH-

PERCAYA-DIRI disebutkan dampak-dampak negatif tidak percaya diri yaitu sebagai berikut: 1. Mengalami kegagalan seseorang yang tidak memiliki rasa percaya diri biasanya akan mengalami kegagalan karena tidak yakin akan dirinya dalam melakukan suatu tindakan dan mengambil keputusan dalam suatu masalah. 2. Selalu mengeluh seseorang yang tidak memiliki rasa percaya diri akan selalumengeluh dan merasa tidak nyaman setiap kali diminta untuk melakukan suatu pekerjaan. 3. Mudah putus asa karena tidak memiliki tekad yang kuat dan tidak memiliki solusi, lembek, dan apatis diberbagai situasi serta menjadi sembrono dan tidak teratur. 4. Selalu merasa gelisah ketika seseorang yang tidak percaya diri setiap kali menghadapi suatu masalah ia akan merasa gelisah karena dia tidak yakin tentang apa yang akan dilakukannya. 5. Menyesal dikemudian hari menyesal kemudian tidak ada gunanya tapi itulah yang terjadi dalam kehidupan. Karena kebanyakan orang tidak menyadari bahwa kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya, sehingga rasa tidak percaya diri menutupi mata hatinya.

C. Data Kasus Untuk memperoleh data kasus ini, praktikan memperoleh data dari hasil wawancara yang dilakukan dengan konseli. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui gejala-gejala apa saja yang muncul dari konseli ketika konseli mulai merasakan malas untuk belajar. Analisis dari Hasil Wawancara Konseli adalah seorang mahasiswa semester 5 Unnes jurusan PG PAUD yang terlihat ceria, gampang bergaul, dan penuh semangat. Namun dibalik itu semua sebenarnya ia merupakan pribadi yang sedikit tertutup dan selalu merasa kurang percaya diri terutama apabila saat harus

berbicara/menyampaikan pendapatnya di depan umum. Ia juga orang yang sulit/lama dalam beradaptasi dengan suasana (lingkungan) baru dan masih belum dapat terlalu terbuka dalam bercerita mengenai siapa dirinya dan apa masalah yang ia resahkan, walaupun ia sudah mengenal seseorang dalam waktu yang cukup lama. Apalagi konseli pernah mempunyai pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan yaitu sewaktu di bangku sekolah menengah pertama, ia sering ditertawakan oleh hampir seluruh isi kelas karena konseli salah berbicara saat tampil di depan kelas. Misal saat membaca puisi, berpidato, presentasi kelompok, dsb. Dengan kondisi yang seperti itu, maka konseli merasa susah untuk harus berbicara di depan umum dan/lingkungan baru dan akhirnya konseli lebih memilih untuk diam. Kondisi konseli yang kurang percaya diri tersebut semakin menjadi-jadi ketika konseli sedang berada diantara teman-teman konseli yang kebanyakan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi sehingga konseli justru semakin merasa tertekan dengan kondisi tesebut. Konseli merasa malu apabila ia nantinya akan melakukan/mengatakan sesuatu yang mungkin dianggap bodoh oleh teman-temannya dan untuk menghindari kemungkinan hal tersebut dapat terjadi akhirnya konseli lebih memilih untuk diam atau sedapat mungkin menghindari harus tampil di depan umum.

D. Analisis, Diagnosis, dan Prognosis 1. Analisis Kasus a) Analisis logic Konseli merasa kurang percaya diri karena sudah mempunyai bayangan-bayangan (prasangka) negatif tentang apa yang akan orang lain pikirkan/nilai dari segala hal yang ia katakan/lakukan. Sehingga ia lebih memilih untuk tidak mengatakan/melakukan segala sesuatu yang ia pikir dapat memancing orang lain untuk menertawakan perilaku konseli. Rasa kurang percaya diri konseli sering ditunjukkan dengan perilaku diam atau sedapat mungkin menghindari harus tampil di depan umum. b) Analisis content Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya konseli memiliki rasa percaya diri yang rendah karena konseli telah memiliki prasangka atau bayangan-bayangan negatif mengenai kemungkinan-kemungkinan hal buruk yang akan ia alami yaitu ditertawakan banyak orang atau takut dianggap bodoh oleh orang lain (terutama oleh teman-teman dekatnya yang kebanyakan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi). Sehingga konseli lebih memilih untuk diam atau menghindari harus tampil di depan umum. Prasangka konseli tersebut mulai muncul setelah konseli

mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu ditertawakan teman seisi kelas saat konseli harus tampil di depan kelas ketika SMP karena ia salah mengucapkan kata, salah member respon, atau salah tingkah karena konseli terlalu grogi untuk dapat tampil di depan kelas. c) Analisis komparatif Berdasarkan hasil wawancara dengan konseli, konseli memang sudah sadar bahwa perilakunya yang sering berdiam diri atau menghindari kontak sosial adalah perilaku yang tidak baik apabila terus berlanjut. Konseli sudah berkeinginan untuk berubah, tetapi konseli tidak mampu berbuat banyak untuk mengatasi kondisi tersebut karena konseli

10

sudah mempunyai prasangka atau bayangan-bayangan negatif mengenai apa yang akan orang lain katakan/nilai/lakukan tentang perilaku konseli. Karena itu dia sejauh ini yang sudah dapat konseli lakukan hanyalah berdiam diri atau menghindarkan diri ketika harus tampil di depan umum.

2. Diagnosis a) Esensi kasus dan tingkatan kasus Kasus yang dialami oleh konseli adalah kasus yang berkenaan dengan masalah pribadi yaitu masalah kurang percaya diri. bayangan negatif mengenai apa yang akan Hal ini lain

disebabkan karena konseli sudah mempunyai prasangka atau bayanganorang katakan/nilai/lakukan tentang perilaku konseli yaitu takut ditertawakan banyak orang atau takut dianggap bodoh oleh orang banyak. Tingkatan kasus yang dialami oleh konseli termasuk golongan sedang, karena apabila kondisi tersebut terus berlanjut maka konseli berpotensi untuk menjadi orang yang introvert atau sangat tertutup dengan dunia luar (kontak sosial) sehingga konseli menjadi susah untuk mengekspresikan diri atau perasaan ataupun tindakannya dan akhirnya konseli dapat mengalami depresi berat.

b) Latar belakang kasus 1) Latar belakang Intern Konseli mempunyai rasa percaya diri yang rendah dikarenakan konseli sudah mempunyai prasangka negatif mengenai apa yang akan orang lain katakan/nilai/lakukan tentang perilaku konseli yaitu takut ditertawakan banyak orang atau takut dianggap bodoh oleh orang banyak. Prasangka negatif itu muncul karena konseli sudah mempunyai banyak pengalaman ditertawakan di depan kelas terutama saat menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama.

11

2) Latar belakang ekstern Kondisi lingkungan di sekitar konseli yang sangat banyak dipenuhi dengan orang-orang yang aktif dan mempunyai rasa percaya diri yang sangat tinggi justru semakin membuat mental konseli malah down karena konseli takut tidak dapat menyaingi atau bahkan mengimbangi intelektualitas mereka. 3) Sebab pencetus masalah Penyebab utama rasa percaya diri konseli yang rendah adalah dikarenakan konseli sudah mempunyai prasangka yang negatif terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu hal. Prasangka negatif itu adalah konseli terlalu khawatir dengan apa yang akan orang lain katakan/nilai/lakukan tentang perilaku konseli dengan kemungkinan respon terburuk yaitu ditertawakan banyak orang atau takut dianggap bodoh oleh orang lain.

c) Dinamika psikis 1) Dinamika psikis yang bersifat positif Sesekali konseli masih mempunyai keinginan untuk mau unjuk diri di depan umum Konseli tidak pernah menghindari kontak sosial, tapi hanya menghindari tampil di depan umum Konseli masih punya harapan tinggi untuk dapat merubah sikapnya tersebut 2) Dinamika psikis yang bersifat negatif Terlalu khawatir terhadap penilaian/pandangan orang lain

mengenai dirinya Kurang mau memotivasi/memaksakan diri untuk mau mencoba terlebih dahulu tampil di depan umum Memiliki watak yang sedikit pemalu dan mudah menyerah terhadap keadaan

12

3. Prognosis Prognosis merupakan suatu bentuk prediksi, karenanya sangat diharapkan dalam membuat prognosa dengan menggunakan kata-kata seperti, pasti, niscaya, sudah barang tentu, dan lain-lain. Dalam hal ini apabila siswa tetap seperti itu atau menghadapi masalah yang telah disebutkan diatas terus menerus, maka kemungkinankemungkinan yang tidak baik dapat menjadi dampak dari masalah yang dialami konseli tersebut. Hal-hal yang mungkin akan dialami di masa mendatang sebagai akibat dari masalah konseli ini adalah: Apabila konseli selalu berdiam diri atau selalu menghindari untuk dapat unjuk diri di depan umum, maka konseli dapat menjadi pribadi yang introvert atau pribadi yang bersifat individu dan biasanya lebih pendiam dan tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu kelompok atau lebih suka menyendiri di rumah daripada harus berkumpul dengan orang lain, atau berjam-jam duduk di depan komputer sehingga akhirnya ia tidak mampu mengekspresikan diri atau perasaan ataupun tindakannya dan ujungnya konseli dapat mengalami depresi berat.

E. Penetapan Perlakuan (Treatment) Salah dua dari pendekatan yang dipilih penulis untuk dapat mengurangi/menghilangkan perilaku bermasalah yang dialami oleh konseli tersebut adalah melalui pendekatan Rasional Emotive Behavior Teraphy (REBT) dengan teknik reframing dan pendekatan Behaviorial dengan teknik kontrak perilaku. Berikut penjelasannya: Reframing (pembingkaian kembali) Adalah cara untuk memodifikasi atau menyusun kembali pandangan klien atas suatu permasalahan atau situasi.

13

Penerapan dalam kasus: Mempunyai prasangka negatif terhadap apa Perilaku Maladaptif yang akan orang lain katakan/lakukan mengenai tindakan konseli Mempunyai prasangka positif terhadap apa Perilaku Adaptif yang akan orang lain katakan/lakukan mengenai tindakan konseli Prosedur : 1. Rasional Konselor mengungkapkan tujuan

digunakannya teknik ini dan penjelasan sekilas tentang teknik reframing. 2. Identifikasi Konselor mengidentifikasi pikiran

(prasangka) dan perasaan yang dialami klien atas suatu peristiwa. 3. Menentukan prasangka Konselor mulai menganalisis hasil fitur atau ciri dari

identifikasi dari beberapa prasangka yang muncul. 4. Mengidentifikasi prasangka alternatif Konselor bersama klien mulai mencari alternatif prasangka lain (positif) di samping yang dimiliki oleh klien dan mencari prasangka-prasangka yang

terlupakan atau tidak disadari oleh klien. 5. Modifikasi Konselor mulai memodifikasi atau mempengaruhi pikiran (prasangka) klien dengan prasangka baru yang lebih

14

rasional

dan

sifatnya

positif

dari

prasangka yang telah mereka temukan. 6. Homework assignment dan Follow up Konselor memberi tugas-tugas rumah atau pekerjaan rumah terkait prasangkaprasangka atau sudut pandang yang ditemukan tadi, sedangkan follow up adalah tindak lanjut yang diberikan oleh konselor homework, dilakukan. menyikapi reframing pemberian yang telah

Contingency Contracting (pembuatan kontrak) Adalah mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkankontrak antara konseli dan konselor. Penerapan dalam kasus: Perilaku Maladaptif Perilaku Adaptif Prosedur : Menghindari unjuk diri di depan umum Berani unjuk diri di depan umum 1. Melakukan tingkah laku yang akan diubah dengan melakukan analisi ABC 2. Tentukan data awal (baseline data) tingkah laku yang akan diubah 3. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan 4. Berikan reinforcement setiap tingkah laku yang ditampilkan sesuai jadwal kontrak 5. Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap.

15

Contoh Kontrak KONTRAK TINGKAH LAKU

Tingkah laku yang bermasalah

Menghindari tampil di depan kelas


Tingkah laku yang diinginkan

Bertanya saat proses KBM berlangsung Menjawab pertanyaan dari dosen Menanggapi jawaban teman saat diskusi kelompok
Sanksi

Diharuskan memakan satu sendok teh garam apabila tidak berhasil melakukan salah satu dari target behavior
Hadiah

Mendapat satu buah cokelat setiap melakukan satu macam

target behavior

Tanda tangan Siswa : .. Guru : .. Pihak lain yang terlibat :

16

Secara umum upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa minder/kurang percaya diri dapat dilakukan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Menghadapi rasa takut bukan malah menghindarinya, Melawan rasa takut akan menambah percaya diri, Hargai diri sendiri sebagai ciptaan Tuhan, Perlakukan diri sendiri seolah-olah dirinya adalah sahabat terbaik diri sendiri 5. 6. 7. 8. Mengekspresikan perasaan dengan lebih bebas, Membuat rencana hidup agar lebih terarah, Bersikap optimis dan berani berkata tentang kebenaran, Mencoba cara baru untuk melakukan sesuatu dan jangan menyalahkan diri sendiri, dan 9. Yakin pada diri sendiri, yakin pada kemampuan yang dimiliki.

17

BAB III PENUTUP A. Simpulan Konseli mempunyai rasa percaya diri yang rendah dikarenakan konseli sudah mempunyai prasangka negatif mengenai apa yang akan orang lain katakan/nilai/lakukan tentang perilaku konseli yaitu takut ditertawakan banyak orang atau takut dianggap bodoh oleh orang banyak. Apabila konseli selalu berdiam diri atau selalu menghindari untuk dapat unjuk diri di depan umum, maka konseli dapat menjadi pribadi yang introvert yaitu pribadi yang bersifat individu dan biasanya lebih pendiam dan tertutup sehingga akhirnya ia tidak mampu mengekspresikan diri atau perasaan ataupun tindakannya dan ujungnya konseli dapat mengalami depresi berat. Untuk dapat mengurangi/menghilangkan perilaku bermasalah yang dialami oleh konseli tersebut maka penulis memilih menggunakan pendekatan Rasional Emotive Behavior Teraphy (REBT) dengan teknik reframing dan pendekatan Behaviorial dengan teknik kontrak perilaku.

B. Pendapat Berdasarkan pembahasan studi kasus di atas penulis berpendapat bahwa perilaku konseli yang berdiam diri ataupun perilaku menghindari untuk dapat unjuk diri di depan umum dikarenakan rasa percaya diri yang kurang. Perilaku konseli tersebut dibentuk karena konseli mempunyai prasangka negatif yang salah, diharapkan dengan dua teknik di atas Dan dapat untuk

mengurangi/menghilangkan

perilaku

bermasalah

tersebut.

memperlancar proses pengubahan perilaku ini adalah konseli harus sadar bahwa perilakunya adalah salah dan harus ada kemauan untuk merubah perilaku bermasalahnya tersebut, karena tanpa adanya kesadaran dan motivasi yang tinggi maka perubahan perilakupun sulit untuk dilakukan.

18

C. Faktor Penghambat dan Pendukung Selama pelaksanaan studi kasus ini, tentu penulis mengalami banyak hal atau kendala-kendala yang bersifat menghambat atau bahkan ada hal-hal yang bersifat mendukung keberhasilan pelaksanaan studi kasus ini. Adapun hal yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan ataupun penulisan studi kasus ini adalah kurangnya pengetahuan penulis tentang teknik-teknik untuk mengurangi atau menghentikan perilaku

maladaptif konseli, untuk itu penulis harus mempelajari lagi lebih dalam mengenai berbagai teknik-teknik khusus konseling yang dapat digunakan untuk mengurangi atau menghentikan perilaku maladaptif konseli tersebut sehingga penulis mampu membuat rencana treatment yang tepat. Sedangkan hal yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan ataupun penulisan studi kasus ini adalah konseli merupakan teman penulis sendiri, sehingga konseli merasa bebas dan terbuka dalam mengungkapkan ceritanya atau mengutarakan segala halnya, jadi tidak ada lagi informasi yang ditutup-tutupi, atau informasi yang disembunyikan. Hal itu semakin memudahkan penulis dalam merencanakan rencana treatment apa yang paling tepat dapat digunakan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan perilaku maladaptif konseli karena sudah ada dasar informasi yang jujur.

19

DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, Gantina. dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks Miskell, W.H. 1939. Mental Hygiene. New York: Pretience. In Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang: Nieuw Setapak Aini, Quanni. dkk. . Makalah Percaya Diri. Online. http://www.scribd.com/doc/ 62883245/MAKALAH-PERCAYA-DIRI. [Diakses pada 17 Desember 2011] H., Agus Ria. 2011. Sikap Pemalu dan Kurang Percaya Diri. Online. http://agusria.wordpress.com/2011/03/07/sikap-pemalu-dan-kurangpercaya-diri/#comment-10. [Diakses pada 17 Desember 2011]

20

Você também pode gostar