Você está na página 1de 14

PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN Pengertian lahan Lahan (land) atau sumberdaya lahan (land resources) adalah lingkungan fisik

yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah. Sering kali terjadinya kerancuan penggunaan istilah lahan (land) dengan tanah (soil), karena sering penggunaan istilah ini dianggap memiliki arti yang sama. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi anatara iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu benda induk (b) yang dipengaruhi oleh relif tempatnya terbentuk (r) ditambah waktu (w). A. Pengelolaan Lahan Pertanian Pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat produktivitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban, sistem pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover (Djaenuddin , 2006). Pengelolaan lahan sebagai salah satu komponen pengelolaan teknologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah pada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang. Tujuan pengelolaan lahan adalah : a. b. Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal Mendapatkan hasil maksimal

c. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan

Sistem pengelolaan lahan dan permasalahannya Sistem pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam, pengolahan lahan, pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman dan konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut. a. Pola tanam Pola tanam tanaman pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas: padi-padi-palawija; padi-palawija-palawija; dan padi-palawija-bera. Berikut ini adalah contoh pola tanam berdasarkan sebaran hujan di wilayah Kabupaten Trenggalek : Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Basah kering Tanaman Semusim padi Gogo palawija bera Tanaman Tahunan masa pertumbuhan masa pemeliharaan (penyiraman) Sumber : Soemarno, 2009 b. Sistem tanam Beberapa jenis sistem tanam yang sering diterapkan : Nop Des Basah Padi Tanam

a. Kebun Pekarangan Merupakan kebun campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan (buah-buahan) dan tanaman semusim di sekitar pekarangan dengan fungsi penyediaan karbohidrat, vitamin dan mineral, serta obat-obatan sepanjang tahun b. Sistem perkebunan/ mokokultur Merupakan penanaman satu jenis komoditas tanaman dengan maksud untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam usaha tani. Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman pohon, yang mempunyai sistem perakaran yang dalam, seperti tanaman buah-buahan, disamping juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi Biasanya menggunakan input sarana produksi yang tinggi (intensifikasi). c. Talun-kebun Merupakan pertanian-hutan tradisional dimana berbagai macam tanaman ditanam secara spatial dan urutan temporal. Lokasinya jauh dari pekarangan, dengan fungsi (1) penyediaan subsisten karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, (2) produksi komoditas komersial, (3) konservasi tanah dan genetic, (4) sosial (penyediaan kayu baker bagi desa, (5) peningkatan ekonomi masyarakat dari hasil komoditas komersial. Pertanian talon-kebun ini telah berhasil dikembangkan di daerah Jawa Barat. d. Tumpang sari Tumpang sari bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan Pertanian, pemanfaatan sumber daya secara optimal, serta menyelamatkan sumber daya lahan dan air, serta mengurangi resiko kegagalan panen. Prinsip tumpang sari adalah keanekaragaman vegetasi, dengan penanaman bermacam-macam tanaman, berupa tanaman keras/ kayu-kayuan dan buahbuahan, dengan intercrop tanaman semusim seperti tanaman pangan, tanaman obat-obatan, tanaman penutup dll. e. Rumput-hutan

Merupakan usahatani campuran antara kehutanan dan peternakan (sylvopasture), dimana rumput ditanam di bawah pohon damar, pinus dan Albisia sp. Pengembangan system ini dapat berhasil di daerah yang petaninya mempunyai ternak, tapi tidak ada ladang untuk penggembalaan. Selain sebagai pakan ternak, rumput berfungsi sebagai pencegah erosi yang ditanam sebagai penutup tanah, penguat teras dan guludan serta penguat tebing-tebing pada tanah yang miring. Dalam usaha Pertanian, rumput dapat dimanfaatkan sebagai mulsa dan pupuk kompos. f. Pertanaman lorong Merupakan penanaman tanaman semusim atau tanaman pangan di lorong antara barisan pagar tanaman pohon. Tanaman pagar dijaga agar tetap rendah agar tanaman semusim tidak ternaungi, kecuali jika tidak ada tanaman semusim maka tanaman pagar dibiarkan tumbuh bebas. Pada tanah yang berlereng, tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam mengikuti kontur agar erosi dapat tercegah dengan baik.
c. Pengolahan lahan

Pengolahan tanah menurut kontur/ memotong lereng Pengolahan tanah yang dilakukan menurut kontur atau sabuk

gunung, baik dengan pembajakan, pencangkulan atau perataan, sehingga terbentuk alur-alur dan jalur-jalur tumpukan tanah yang searah dengan kontur. Alur tanah tersebut akan merupakan penghambat erosi. Pengolahan tanah menurut kontur ini sebainya diikuti dengan penanaman dalam barisbaris memotong lereng.

Pembuatan guludan, teras, dan saluran/ pembuangan air. Beberapa cara dikenal guludan biasa, teras (teras guludan, teras

kredit/sederhana dan teras bangku). Sedangkan saluran air berupa saluranpembuangan dan got buntu/rorak. o dibawah Guludan biasa Guludan biasa dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 6%, dimaksudkan untuk aliran permukaan yang mengalir menurut arah lereng. Dibuat menurut kontur, sedikit miring yang menuju saluran pembuangan. Pada guludan sebaiknya ditanami rumput penguat guludan dan tanaman tahuan penguat teras seperti lamtoro. o Teras guludan dan teras kredit Teras guludan dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 615%, arah memanjang sejajar kontur dan menuju ke saluran. Teras kredit o merupakan penyempurnaan dari teras guludan yang memungkinkan daya tampung lumpur lebih besar lagi. Teras bangku Teras bangku dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 830%. Teras bangku memiliki bentuk khas, antar bidang olah teras dibatasi oleh terjunan. Teras bangku terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bidang olah, talut, guludan atau galengan dan saluran pembuangan air.

d. Pengairan atau irigasi Air sangat di perlukan bagi tanaman. Kekurangan air dalam pemeliharaan turgor sel tanaman dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman karena penurunan turgor sel dapat mengakibatkan menutupnya stomata sehigga segingga proses fotosintesis terhambat (Arifin, 2002). Pengelolaan air dibedakan dalam: 1. Pengelolaan air makro yaitu penguasaan air di tingkat kawasan reklamasi. Pengelolaan air makro ini bertujuan untuk membuat lebih berfungsi yaitu dengan : o Jaringan drainase - irigasi: navigasi, primer, sekunder. o Kawasan retarder, kawasan sempadan, dan saluran intersepsi. o Kawasan tampung hujan. 2. Pengelolaan air mikro yaitu pengaturan tata air di tingkat petani. e. Pemberantasan hama penyakit tanaman Pemberantasan hama penyakit tanaman dilakukan melalua PHT (pengendalian Hama Terpadu). PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi OPT dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan 4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel semua teknik atau metoda pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.
f.

Konservasi tanah dan air Konservasi tanah dan air merupakan upaya pengawetan dan

pemeliharaan tanah dan air yang diterapkan pada suatu lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan diantaranya pembuatan teras, penerapan multi cropping pada suatu lahan, penanaman tanaman rumput

sebagai penguat teras dan disekitar aliran sungai sebagi filter, pembuatan saluran pembuangan air. (Kartasapoetra,2005)

B. Rekomendasi sitem pengelolaan lahan berkelanjutan 1. Evaluasi kesesuaian lahan Dalam sistem ini menyesuaikan antara karakteristik lahan, kondisi sosial ekonomi dan jenis tanaman. Kesesauaian ini sangat penting untuk menentukan kelas kemapuan lahan yang nantinya akan disesuaikan dengan tanaman atau vegetasi yang tumbuh diatasnya agar tetap dapat berproduksi optimal. Tentang metode yang digunakan sangat bervariasi. Teknik manual yang mengacu pada Djaenuddin, dkk (2003), selai itu juga dapat menggunakan sistem ALES. 2. Penerapan teknik konservasi tanah dan air Dalam hal ini penerapan teknik konservasi tanah dan air lebih mengacu pada cara penanggulangan erosi karena jika erosi sermakin besar dan tidak ditanggulangi maka kesuburan tanah akan berkurang dan meyebabkan degradsai lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan dapat melalui dua cara yaitu secara vegetatif dan mekanik. a. Secara vegetatif Tanaman dapat menurunkan energi kinetik air hujan yang sampai permukaan tanah melalui intersepsi mahkota daun pada saat yang sama dengan meningkatnya kekasaran permukaan oleh sisa tanaman yang menutup tanah atau rumput penutup tanah maka limpasan permukaan akan berkurang. Terciptanya ruang pori oleh akar tanaman dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi dan perkolasi tanah. Sehingga jumlah

air yang masuk ke dalam tanah lebih besar dari pada run off berkurangnya kecepatan dan volume limpasan permukaan akan menurunkan tingkat erosi suatu lahan. Berikut ini merupakan tanaman-tanaman yang dapat ditanam untuk melindungi tanah dari erosi, meningkatkan bahan organik tanah serta produktivitas lahan. Berdasarkan habitus pertumbuhannya tanaman penutup tanah dapat digolongkan menjadi 3 yaitu: 1) Tanaman penutup tanah rendah, meliputi Centrocema pubersens Bth (Kacangan), Poeraria lobata (Kudzu), Mimosa invisa (Baret/Putri Malu Besar), Ageratum conyzoides (Bandotan/Wedusan), Panicum maximum jachi (Rumput Lempuyangan), Pennisentum purpureum Sch (Rumput Gajah). Yang ditanam pada pola yang rapat pada barisan, untuk memperkuar tebing saluran air dan teras. 2). Tanaman penutup tanah sedang meliputi Clibadium surinamense (Kiangsrat), Lantana camara (Tahi Ayam/Telekan), Leucaena glauca (Petai Cina), Tithonia tagetiflora Dsp (Tithonia), Gliricidae sepium (Glirisida) yang ditanam pada barisan tanah utama, sebagai pagar dan sumber bahan organik. 3). Tanaman penutup tanah tinggi Selain itu pada lahan pertanian perlu dilakukan teknik pengelolaan lahan untuk pengendalian erosi antara lain: 1. Pengolahan tanah yaitu diolah seperlunya pada saat kandungan air yang tepat, dilakukan sejajar dengan garis kontur dan dilakukan pemberian mulsa, dan pembuatan guludan sejajar dengan garis tinggi (menyabuk gunung). 2. Penanaman dalam strip adalah cara bercocok tanam dengan beberapa tanaman yang ditanam dalam setrip secara berselang seling pada sebidang tanah dengan memotong arah lereng. 3. Multiple cropping atau pola tanam ganda selain dapat menekan laju erosi juga dapat meningkatkan produktivitas lahan yang

dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pergiliran tanaman dan tumpang sari. 4. 5. 6. b. Pengelolaan tanaman dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yang tepat. Alley Cropping merupakan metode strip cropping namun Mulsa dalam hal ini sisa-sisa tanaman yang dikembalikan dengan menggunakan tanaman pohon seperti lamtoro dan Gliricidae. lagi ketanah. Secara Mekanik 1. Saluran pemisah, berfungsi sebagai penahan limpasan permukaan dari lahan atasnya. 2. Teras, berfungsi untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng sehingga mempercil limpasan permukaan. Teras dibagi menjadi 4 bentuk yaitu teras gulud, teras saluran, teras bangku, teras irigasi. 3. Jalan air, berfungsi untuk menghidari agar aliran permukaan tidak terkumpul pada sembarang tempat. Bangunan ini juga disebut sebagai saluran pembuangan air (SPA) 4. Bangunan terjunan, berfungsi untuk menghindari kerusakan dasar saluran air karena adanya lereng curam. Pada bangunan ini perlu dibuat penguat yang berasal dari bambu atau batu. 5. Dam penghambat, berfungsi menghambat kecepatan aliran dan tempat pengendapan tanah yang terbawah oleh aliran air. 6. Rorak, berfungsi untuk menangkap air permukaan serta air yang tererosi. 3. Pemupukan organik dengan memanfaatkan Pengembalian bahan organik dari residu tanaman akhir-akhir ini telah menjadi suatu keharusan dalam suatu praktek usah tani. Alternatif teknik produksi dengan masukan bahan organic atau pupuk organik, yang sering disebut pertanian organik, mengandalkan hara tanaman sepenuhnya dari bahan organic. Teknik produksi yang menganjurkan penggunaan pupuk sistem reuse,reduse, dan recycle

organic dan pupuk anorganik secara komplementer dalam agroekoteknologi juga menempatkan pentingnya pengembalian sisa tanaman, termasuk jerami sebagai sumber hara dan pemeliharaan kesuburan tanah. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan akibat menghasilkan bau yang tidak sedap. Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23, 59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman (Ridwan, 2006), seperti terlihat pada Tabel Tabel Kandungan unsur hara pada pupuk kandang yang berasal dari beberapa jenis ternak Unsur Hara (kg/ton) N P K Sapi perah 22,0 2,6 13,7 Sapi potong 26,2 4,5 13,0 Domba 50,6 6,7 39,7 Unggas 65,8 13,7 12,8 Disamping menghasilkan unsur hara mikro, pupuk kandang juga Jenis Ternak menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman. 4. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Pemakaian Pestisida kimia, biasanya digunakan petani untuk memberantas hama dan penyakit tanaman. Reaksinya cepat sehingga petani sering menggunakannya tanpa melihat atau menyesuaikan penyemprotan dengan besarnya jumlah hama. Mereka cenderung mencegah dengan menyemprotkan pestisida sebelum hama dan penyakit itu datang. Akibatnya banyak hama dan penyakit yang tidak lagi terbasmi oleh pestisida tersebut. Semakin banyak konsumsi pestisida maka akan semakin banyak pula biaya produksinya. Dengan demikian ditawarkan sebuah solusi tentang

pengendalian hama terpadu dengan menggunakan musuh alami untuk menuju pertanian yang berkelanjutan. Solusi pengendalian hama jangka panjang dibutuhkan untuk mengembalikan keseimbangan alam di lahan pertanian, perkebunan dan lingkungan alami. Ini tentu saja memerlukan waktu bertahun-tahun, sehingga PHT juga meliputi solusi pengendalian hama jangka pendek, termasuk penggunaan pestisida alami. PHT menggabungkan berbagai macam cara pengendalian hama, untuk: Mencegah kemungkinan terjadinya permasalahan hama Mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah terjadi Menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi Sistem PHT akan membantu untuk: Mengurangi penggunaan sumber daya dan produk yang mahal, karena lahan akan merawat dirinya sendiri secara terus-menerus, serta sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber daya lokal Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan Meningkatkan keanekaragaman dan daya tahan terhadap hama, penyakit dan cuaca ekstrim Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya Pengendalian Hama Terpadu dapat diterapkan di kebun rumah skala kecil, kebun untuk pasar, hingga lahan pertanian skala besar seperti padi, tanaman buah-buahan dan juga untuk keseluruhan sistem.Untuk menjadi sehat dan kuat, tanaman membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh, yang meliputi: Tanah yang subur Air yang cukup Sinar matahari yang cukup

PHT memiliki banyak aspek, yang bermanfaat untuk mencegah permasalahan hama secara alami: 1. Tanah yang sehat dan hidup Memperkuat daya tahan tanaman 2. Predator hama alami Mengontrol jumlah hama 3. Lingkungan yang sehat Menjaga keseimbangan hama dan mendorong pertumbuhan predator hama 4. Penyerbukan terbuka, benih non-hibrida Memperkuat daya tahan terhadap hama

1. DAFTAR PUSTAKA Anynomous. 2005. Pupuk organik tingkatkan produksi pertanian. Available at http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr276057.pdf Sumarno. 2006. Pemanfaatan jerami untuk pupuk kandang. Available at http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/2/file/Bagian-Ketiga.pdf Ariffin. 2002. Cekaman air dan kehidupan tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani, N. Suharta. 2003. Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M. Soetedjo. 2005. Teknologi konservasi tanah dan air. Rineka Cipta. Jakarta Ridwan. 2006. Kotoran ternak sebagai pupuk dan sumber energy. Available at http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/Kotoran%20ternak%20sebagai %20pupuk%20dan%20sumber%20energi.pdf

Tugas Pengantar Ilmu Pertanian MANAJEMEN LAHAN TERHADAP HASIL DAN PENDAPATAN PETANI

Oleh : ARIF FARMA DEWI ADYA PUTRI : 07113065 : 07115029

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

Você também pode gostar