Você está na página 1de 3

RAMA MOKSAH DI PKB

Pergelaran PKB tahun 2011 yang telah ditutup secara resmi oleh pemerintah Provinsi Bali kembali disuguhkan dengan pementasan sendratari kolosal yang dipersembahkan oleh siswa dari SMKN 3 Sukawati Gianyar. Suguhan tari yang menceritakan tentang kembalinya Bhatara Wisnu dalam wujudnya sebagai Sang Rama disuguhkan dengan bantuan berbagai ragam properti dan efek dramatis guna menciptakan pergelaran yang spektakuler dan mengesankan. Selain itu, keberadaan 200 orang penari dan penabuh yang menjadi aktor utama dalam sendratari ini semakin membuatacara penutupan semakin meriah dan menarik. Pementasan yang dipenuhi oleh para penonton ini tentu bukan sekedar pementasan yang hanya bersifat hiburan. Pementasan ini mempunyai beberapa makna, seperti diantaranya adalah diplomasi budaya. Diplomasi budaya disini diartikan sebagai kegiatan untuk mengawal sebuah peradaban dan budaya Bali dalam menghadapi arus kemajuan global. Dalam aspek diplomasi ini, seni diibaratkan sebagai sebuah media, dimana sebuah seni yang mempunyai pemaknaan universal dapat membantu penalaran sebuah pesan-pesan kehidupan yang terkandung dalam sebuah seni. Seni walapun banyak mempunyai ragam jenis dan bentuk, pada dasarnya mempunyai sifat yang sama, yaitu sebagai media penyampaian nilainilai kehidupan, yang jika disampaikan secara langsung tidak akan dapat diterima secara baik oleh masyarakat. Selain itu, seni yang juga mengadung sebuah unsur keindahan, estetika, dan rasa membuat keberadaan sebuah seni mutlak adanya demi tersalurnya berbagai macam nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam menghadapi berbagai perubahan. Keberadaan sebuah seni dalam salah satu wujudnya berupa pementasan Tari kolosal Rama Moksah ini dapat diibaratkan sebagai konduktor, dimana pementasan yang sangat meriah ini tidak hanya menampilkan sebuah suguhan yang mengesankan, tetapi juga sebuah

penalaran nilai yang sangat penting guna menjalani kehidupan di masa sekarang. Dalam alur cerita Rama Moksah ini, terlihat bagaimana seorang awatara Wisnu yang telah usai menjalankan tugasnya di dunia. Perjalanan sang awatara Wisnu menuju surga dilalui dengan tidak mudah. Sempat terjadi pertikaian antara pasukan Surga dan Neraka. Hal itu disebabkan oleh adanya anggapan bahwa Sang Rama saat di dunia telah melakukan pembunuhan terhadap sesama manusia. Tapi, kemudian datanglah dewa Brahma yang kemudian menjemput dewa Wisnu untuk kemudian diantar kembali ke Surga. Seperti itulah kiranya cerita singkat dari sendratari tersebut. Jika kita melakukan sebuah pemaknaan dalam sendratari tersebut, maka dapat diambil sebuah nilai, yaitu tentang arti dari sebuah kebenaran. Kita hendaknya sebagai manusia dalam hidup hendaknya selalu melakukan kewajiban kita sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk lainnya. Kebenaran yang dimaksud tidaklah sebuah kebenaran mutlak mengenai kebenaran abadi. Seperti Sang Rama yang membunuh atas dasar pemusnahan terhadap sebuah kezaliman. Rama yang mempunyai sikap dominan satwam (sifat mulia dalam agama Hindu) sebenarnya tidaklah menginginkan adanya sebuah pertempuran. Tetapi, demi menghadapi kezaliman yang terus dilakukan oleh raksasa Rahwana membuat Rama tidak lagi mempunyai pilihan selain membunuhnya agar tidak ada lagi kejahatan di muka bumi. Kebenaran tidak harus membuat kita menjadi sosok yang lemah dan tidak berdaya ketika harus menghadapi sebuah masalah. Kebenaran akan dapat diwujudkan melalui sebuah tindakan yang benar dan didasari atas paham kebaikan. Dengan mewujudkan segala pemaknaan yang telah diulas tadfi, maka niscaya kita sebagai manusia akan dapat melalui hidup dalam perubahan peradaban dan perkembangan jaman. Refleksi tersebut apabila kita kaji lebih jauh lagi, maka terdapat makin banyak lagi pemaknaan yang didapatkan dari adanya sendratari tersebut. dalam pementasan Rama Moksah di PKB 2011 ini, sangat jelas terdapat pesan-pesan implisit maupun eksplisit yang terkandung dalam tarian ini. Secara konseptual, tari ini merupakan tarian kolosal yang lebih

bersifat pada tari semi kontemporer namun tetap bernuansa tradisonal. Tarian kolosal ini seolah mengingatkan kita pada rasa kebersamaan yang harus dijaga sebagai bentuk ciri khas budaya Bali. Adanya konsep semi kontemporer juga mengemukakan bahwa budaya Bali tidak kaku terhadap adanya arus globalisasi maupun perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Selain itu, pementasan ini secara penampilan juga menyampaikan pesan bahwa kita perlu mengingat adanya sebuah sejarah yang harus tetap kita refleksikan ke dalam kehidupan kita saat ini agar senantiasa kita dapat menikmati kehidupan yang sesuai dengan ajaran dharma dan dapat menempuh moksah (kebahagiaan abadi).

Você também pode gostar