Você está na página 1de 5

Apakah hepatitis B?

Hepatitis B adalah penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus yang dapat ditularkan melalui darah orang yang terinfeksi atau dari ibu ke anak pada waktu kelahiran. Virus ini juga dapat ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik berulang, pembuatan tato atau tindik badan. Virus ini dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah (sirosis hepatis) dan kanker hati. Apakah hepatitis B dapat dicegah? Hepatitis B dapat dicegah salah satunya dengan imunisasi hepatitis B. imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. siapa saja yang perlu imunisasi? Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak. Imunisasi Pasif Imunitas pasif yang didapat melalui anti-HBs dapat melindungi individu dari infeksi Hepatitis B akut dan kronik bila diberikan segera setelah paparan, dengan menggunakan imunoglobulin yang mengandung titer anti-HBs yang tinggi. Profilaksis pasca paparan diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Hepatitis B, paparan membran mukosa atau kulit terhadap darah yang terinfeksi virus Hepatitis B, dan kontak seksual pada pasien yang HBsAg positif. Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) juga digunakan untuk melindungi pasien dari infeksi Hepatitis B rekuren setelah transplantasi hati. Efektivitas imunoglobulin Hepatitis B adalah 75% untuk mencegah Hepatitis B yang bermanifestasi klinis atau keadaan karier bila digunakan segera setelah paparan. Proteksi yang dihasilkan oleh HBIG hanya bertahan selama beberapa bulan. Salah satu penggunaan utama HBIG adalah sebagai ajuvan vaksin Hepatitis B dalam mencegah transmisi Hepatitis B perinatal. Data penelitian menyebutkan bahwa terapi kombinasi HBIG dan vaksin Hepatitis B dapat meningkatkan efektivitas pencegahan infeksi perinatal sebesar 85-95% dan memberikan efek proteksi jangka panjang. Imunoglobulin Hepatitis B juga diindikasikan untuk profilaksis pasca paparan jarum suntik atau luka kulit lainnya, yang terpapar dengan cairan tubuh pasien dengan ininfeksi virus Hepatitis B. Profilaksis vaksin Hepatitis B sebelum paparan mengurangi kebutuhan terhadap HBIG. Sebuah studi menyatakan bahwa bila tidak diterapi, 30% individu yang tertusuk jarum yang terinfeksi virus Hepatitis B akan mengalami infeksi klinis dan penggunaan HBIG mempunyai efektivitas 75% dalam mencegah penyakit yang bermanifestasi klinis. Efikasi HBIG dalam pencegahan

Hepatitis B klinis dan Hepatitis B kronik adalah 75% bula diberikan dalam waktu 7 hari setelah paparan. Imunisasi Aktif Perkembangan Vaksin Vaksin Hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah dipasarkan sejak tahun 1982. Vaksin Hepatitis B mengandung HBsAg ayng dimurnikan. Vaksin dapat diperoleh dari hasil kultur HBsAg dari plasma pasien infeksi Hepatitis B kronik (plasma-derived vaccine) atau dengan memasukkan plasmid yang mengandung gen S virus dan pada beberapa kasus pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi atau sel mamalia. Insersi ini akan menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang berkumpul menjadi partikel imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut mengalami inaktivasi, dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium hidroksida, dan diawetkan dengan thimerosal. Contoh produk vaksin Hepatitis B yang beredar di pasaran adalah Recombivax HB (Merck) dan Engerix-B (Glaxo Smith Kline). Kedua vaksin tersebut mempunyai efektivitas yang serupa. Vaksin tersebut termasuk vaksin DNA rekombinan, dimana vaksin menginduksi sel T yang spesifik terhadap HBsAg dan sel B yang dependen terhadap sel T untuk menghasilkan antibodi anti-HBs secepatnya 2 minggu setelah vaksin dosis pertama. Sebagian pabrik vaksin memproduksi vaksin kombinasi yang mengandung komponen Hepatitis B. Vaksin kombinasi yang sudah ada diantaranya adalah: difteri, tetanus, pertusis Hepatitis B (DTP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler Hepatitis B (DTaP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler Hepatitis B Haemophilus influenza tipe b (DTaP-Hep B-Hib); dan difteri, tetanus, difteri aseluler Hepatitis B - Haemophilus influenza tipe b polio inaktif (DTaP-Hep B-Hib-IPV). Selain itu juga terdapan kombinasi vaksin Hepatitis B dengan Hepatitis A. Tidak ada peningkatan efek samping maupun interverensi antara pemberian vaksin Hepatitis B dengan vaksin lain. Vaksin Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin yang mengalami pembekuan akan mengurangi efektivitas vaksin. Vaksin Hepatitis B tersmasuk vaksin yang termostabil. Pemanasan pada suhu 45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1 bulan tidak mengubah imunogenisitas dan reaktivitas vaksin. Indikasi Vaksin Hepatitis B Vaksin Hepatitis B diberikan kepada kelompok individu dengan risiko tinggi tertular Hepatitis B, diantaranya adalah: Pekerja di bidang kesehatan Petugas keamanan yang rentan terhadap paparan darah Pekerja di panti sosial Pasien hemodialisis Pasien yang membutuhkan transfusi darah maupun komponen darah Kontak atau hubungan seks dengan karier Hepatitis B atau Hepatitis B akut

Turis yang bepergian ke daerah endemik Hepatitis B. Pengguna obat-obatan suntik Pria biseksual dan homoseksual Orang yang melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan Pasien penyakit hati kronik Pasien yang berpotensi menjalankan transplantasi organ.

Pemberian Imunisasi dan Dosis Vaksin Hepatitis B harus diberikan secara intramuskular di otot deltoid pada orang dewasa. Pada orang dewasa, imunogenisitas vaksin akan berkurang bila vaksin disuntikkan pada gluteus. Panjang jarum yang digunakan sebaikya 1-1,5 inci untuk memastikan vaksin masuk ke jaringan otot. Penyuntikan vaksin secara intradermal tidak dianjurkan karena imunogenisitas pada usia muda lebih rendah, respons antibodi yang tidak konsisten pada orang tua, kurangnya pengalaman tenaga kesehatan dalam melakukan suntikan intradermal, dan kurangnya data tentang efektivitas jangka panjang. Vaksin Hepatitis B diberikan dalam 3 dosis pada bulan ke-0, 1, dan 6. Dua dosis pertama merupakan dosis yang penting untuk membentuk antibodi. Dosis ketiga diberikan untuk mencapai kadar antibodi anti-HBs yang tinggi. Tabel 1. Rekomendasi Dosis Vaksin Hepatitis B Keadaan
*

Recombivax HB

Engerix B

(10 g/ml) (20 g/ml) Bayi dan anak < 11 tahun 2,5 g/ml 10 g/ml Anak / remaja (11-19 tahun) 5 g/ml 20 g/ml Dewasa (> 20 tahun) 10 g/ml 20 g/ml Pasien hemodialisis 40 g/ml (1 ml)# 40 g/ml (2 ml) ## Pasien imunokompromais 10 g/ml (1 ml)# 40 g/ml (2 ml) ## Jadwal yang dianjurkan bulan ke-0, 1, 6 *Bayi yang lahir dengan ibu yang HBsAg (-) # Formulasi khusus ## 2 dosis 1 ml disuntikkan di satu sisi dalam 4 dosis (bulan ke-0, 1, 2, 6) Tabel 2. Rekomendasi Profilaksis Hepatitis B Setelah Paparan Perkutan Status imun pasien yang terpapar Belum divaksinasi Rekomendasi bila sumber HBsAg (+) HBIG 0,06 mg/kg + vaksin Hepatitis B Rekomendasi bila sumber HBsAg (-) Inisiasi vaksin Hepatitis B Rekomendasi bila status HBsAg sumber tidak diketahui Inisiasi vaksin Hepatitis B

Sebelumnya sudah vaksinasi Individu responder

Terapi (-) atau Terapi (-) pertimbangkan booster Terapi (-) Terapi (-)

Terapi (-)

2 x HBIG atau Non responder 1 x HBIG + vaksinasi Hepatitis B Respon tidak diketahui

Bila sumber risiko tinggi: terapi seolaholah HBsAg (+) Tes anti-HBs individu yang terpapar Bila inadekuat : booster vaksin Hepatitis B Bila adekuat: terapi-

Tes anti-HBs individu Terapi (-) yang terpapar Bila inadekuat : 1 x HBIG + booster vaksin Hepatitis B Bila adekuat: terapi -

Efektivitas Vaksin Pemberian 3 dosis vaksin Hepatitis B secara intramuskluar menginduksi respon antibodi protektif pada lebih dari 90% dewasa sehat yang berusia kurang dari 40 tahun. Setelah berusia 40 tahun, imunitas berkurang dibawah 90%, dan saat berusia 60 tahun hanya 65-76% vaksin yang mempunyai efek proteksi terhadap infeksi virus Hepatitis B. Meskipun faktor pejamu lainnya seperti merokok, obesitas, infeksi HIV, dan penyakit kronik menyebabkan imunogenisitas vaksin yang rendah, tetapi usia merupakan factor determinan terpenting. Efek Samping dan Kontraindikasi Vaksin Hepatitis B merupakan vaksin yang termasuk aman. Efek yang ditimbulkan berupa nyeri di tempat injeksi, demam, reaksi anafilaksis, dan Sindrom Guillan-Barre. Reaksi alergi terhadap komponen vaksin termasuk thimerosal merupakan kontraindikasi pemberian vaksin. Perkembangan Terkini Imunogenisistas vaksin Hepatitis B dapat ditingkatkan dengan menggunakan ajuvan yang lebih poten. Vaksin HBVsAg/AS04 mengandung 3-deacylated monophosphoryl lipid A (MPL) dan ajuvan MF59 mengandung antigen permukaan dan pre-S2. Keduanya mempunyai efek yang lebih baik. Penggunaan granulocyte colony stimulating factor juga dapat meningkatkan antibodi anti-HBs. Imunisasi menggunakan HBV DNA encoding untuk antigen permukaan Hepatitis B dan nukleoprotein menarik untuk diteliti sebagai profilaksis maupun untuk terapi. Vaksin yang berbasis DNA ini menghasilkan imunitas humoral dan seluler, juga respon sel CD4+ dan CD 8+.

Terkait dengan issue, pengawet hepatitis B dikatakan mengandung Ag, apa benar kadar Ag pada imunisasi itu membahayakan kesehatan? Kadar mercury yang tinggi dapat menyebabkan matinya sel-sel otak, sedangkan kadar yang rendah mengakibatkan efek yang lambat yang mempengaruhi sistem imun di tingkat sel, seperti ketidakmampuan untuk mengusir flu, bronchitis, infersi jamur atau bahkan kanker. Bila vaksin diberikan kepada bayi yang belum bisa membuang mercury dengan benar, mercury akan memasuki otak dan melekat pada serebelum (otak kecil) yang mempengaruhi ketrampilan motorik termasuk penglihatan dan keseimbangan, pada hipokampus yang menyerang saraf, dan pada amygdala yang mempengaruhi fungsi emosional dan mental, termasuk sikap pemalu dan halusinasi ( gejala ini mirip dengan autisme). Pada bayi yang sedang mengalami perkembangan otak yang cepat, mercury bisa merusak sel otak secara menetap. Untuk mendeteksi kadar mercury dan logam beracun lainnya, dapat dilakukan dengan memeriksa contoh darah dan rambut. Untuk menghilangkannya, dilakukan terapi dengan pemberian DMSA (asam 2,3 dimerkaptosuksinik), dimana mercury dikeluarkan bersama urine. Pada saat detoksifikasi ini, anak dipantau fungsi ginjal dan hatinya, dan ditambahkan gizi (vit. B,A, mineral dan asam amino) ke dalam diet anak. Gangguan autisme melibatkan otak, sistem imun dan saluran pencernaan. Berarti selain gangguan psikiatrik, hiperaktif, disleksia, masalah bicara dan bahasa, ketidak normalan sensorik, kesulitan kognisi dan perilaku yang tidak biasa, penderita autis juga memiliki masalah sistem imun yang berakibat alergi, asma dan infeksi, dan dalam saluran usus mereka ditemukan kelebihan virus, jamur dan organism penyebab penyakit lainnya - yang menyebabkan masalah diare dan masalah penyerapan bahan gizi. Vaksin Hepatitis B biasanya diberika segera setelah bayi lahir, padahal vaksin ini mengandung 12.5 mikogram mercury yang lebih dari 25 kali batas aman yaitu 0.1 mikogram per kg berat tubuh per hari, Lagipula vaksin ini dilanjutkan dengan dua dosis tambahan . Selain hepatitis B, bayi juga mendapat 4 dosis vaksin HIB dan 4 dosis vaksin DPT yang semuanya mengandung mercury, padahal fungsi empedu yang mengeluarkan racun dari tubuh belum berkembang pada bayi dibawah usia 4 sampai 6 bulan.

Você também pode gostar