Você está na página 1de 47

A.

Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antara manusia dengan manusia. Dengan demikian semakin kompleksnya kehidupan di Indonesia, maka bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang semakin cepat sesuai dengan derapnya kemajuan teknologi dan pembangunan serta peningkatan mutu pendidikan. Seiring dengan perkembangan jaman, bahasa Indonesia juga ikut berkembang sesuai dengan perkembangan penutur bahasa, itu membuktikan bahwa bahasa bersifat dinamis. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa dapat dikatakan sebagai kebutuhan yang sifatnya mendasar atau pokok untuk mencapai tujuan tertentu, sebab tanpa bahasa kemungkinan besar seseorang akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi, sebagai mahkluk sosial tidak mampu hidup sendiri, melainkan hidup bersama, hidup berkelompok dalam masyarakat dengan menggunakan alat komunikasi yang utama yaitu bahasa. Pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi berkaitan dengan empat keterampilan berbahasa yaitu : (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis, (Tarigan, 1981:1). Salah satu dari keempat keterampilan diatas yaitu keterampilan menyimak merupakan kesanggupan untuk mendengar dengan baik dan kreatif. Untuk dapat menyimak dengan baik tentunya perlu konsentrasi penuh bagi orang yang menyimak sehingga mengerti yang dimaksud pembicara atau hal yang dibicarakan sehingga tidak lepas dari kemampuan seseorang dalam menyampaikan berita maupun cerita. Nantinya diharapkan

adanya umpan balik dari orang yang menyimak tersebut yang disebut kemampuan menginterpretasi. Dengan melihat peranan bahasa yang begitu penting dalam kehidupan kita, ada kecenderungan seseorang untuk mempelajari suatu bahasa, dan berharap dapat mempergunakan bahasa itu dengan baik dan benar dalam kehidupan bermasyarakat yang harus membiasakan sejak dini atau sejak awal kehidupan anak. Karena perkembangan kecerdasan anak berkembang sangat cepat pada saat ia masih balita. Menyimak cerita adalah untuk melatih imajinasi dan cara berpikir anak baik secara eksternal maupun internal yang akan memproses pikirannya untuk membantu perkembangan kelenturan imajinasi sebagai sumber pengalaman belajar serta untuk mengembangkan nilai dan sikap anak yang memungkinkan terbentuknya perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi kemampuan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis. Bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka ia juga terlatih untuk mendengar hal-hal yang kreatif, mampu menemukan ketidaksesuain antara yang didengar dengan yang dipahami. Bila menurut anggapannya yang didengar itu salah, maka ia berani menyatakan adanya kesalahan-kesalahan tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa anak kecil mempunyai jenis pilihan dalam menyimak. Oleh karena itu metode bercerita merupakan pemberian pengalaman belajar bagi anak kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya dengan membacakan riwayat atau cerita anak-anak akan

menyimak secara apresiasi dan kreatif dengan respons mental dan emosional sejati, yang matang, karena cerita benar-benar memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan. Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan di SDN Warugunung II/449 Surabaya (arsip nilai yang dimiliki guru) juga menunjukkan bahwa, dari 30 siswa-siswi yang mendapatkan nilai diatas 70 hanya satu anak (3,33%), sebagaian besar dari mereka memperoleh nilai di bawah 50 (40%). Ketercapaian kompetensi siswa dalam pembelajaran menyimak cerita belum begitu tampak. Oleh karena itu, guru masih perlu bekerja keras agar dapat menerapkan pembelajaran menyimak cerita agar siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar. Hasil observasi terhadap praktik pembelajaran yang selama ini

dilakukan (guru kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya) ketika mengajarkan pelajaran menyimak cerita masih menggunakan cara lama yaitu dengan lebih banyak ceramah, tanya jawab, dan penugasan, sehingga cara pembelajaran gaya lama tersebut kurang bermakna bagi siswa. Situasi pembelajaran terkesan sangat formal dan kurang menyenangkan siswa. Permasalahan lain yang muncul di kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya adalah kurangnya pengembangan wawasan dan kemampuan sekolah atau guru dalam pengelolaan sarana dan prasarana untuk pembelajaran. Guru kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya masih cenderung menggunakan media gambar, buku pelajaran, dan lembar kerja siswa (LKS).

Kemampuan pengembangan media oleh guru juga masih sangat rendah. Pola interaksi yang terjadi dan dalam praktik pembelajaran siswa kurang dapat kurang

mengaktifkan

kurang

menarik

bagi

sehingga

berkonsentrasi dan kurang memahami yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan uraian tersebut penulis menemukan beberapa hal yang dialami oleh siswa kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya terutama pada kemampuan menyimak cerita. Siswa cenderung menghafal materi atau cerita yang telah diberikan guru namun kurang memahami isi materi atau cerita, sehingga anak kurang tertarik untuk mendengarkan cerita. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penulis memilih untuk meneliti kemampuan menyimak cerita pada siswa kelasVI SDN Warugunung II/449 Surabaya dengan menggunakan media rekaman audio tape. Karena dengan menggunakan media rekaman audio tape recorder siswa lebih terpusat perhatiannya, volume bisa diatur besar kecilnya, lebih mengasyikan karena ada ilustrasi musiknya, anak lebih bisa berimajinasi dan cerita bisa diulang-ulang. Dengan demikian anak akan lebih muda bercerita menurut imajinasinya setelah mendengarkan rekaman.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan judul yang penulis ajukan perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti. Penegasan masalah tersebut menggambarkan fokus yang diikuti dalam proses penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

- Bagaimanakah meningkatan kemampuan menyimak cerita pada siswa kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya dalam proses pembelajaran setelah menggunakan media tape recorder?

C.

Tujuan Penelitian Dalam setiap kegiatan tentunya memiliki tujuan tertentu. Apalagi suatu penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan umumnya serta memperkaya pengetahuan khususnya. Dari uraian tersebut maka penulis mempunyai tujuan tertentu yang tidak lepas dari obyek penelitian. Dalam penelitian ini tujuan penelitiannya ialah: 1) Untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada siswa kelasVI SDN Warugunung II/449 Surabaya melalui media rekaman audio tape recorder. 2) Meningkatkan aktivitas siswa kelas VI SDN Warugunung II / 449 Surabaya dalam kegiatan belajar.

D.

Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dibidang pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menyimak cerita melalui rekaman audio tape recorder. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan suatu masukan mengenai

media rekaman audio tape recorder dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, tentu saja disesuaikan dengan akar permasalahan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Guru Membantu meningkatkan mutu pengajaran bahasa Indonesia khususnya dalam mengembangkan keterampilan berbahasa bagi siswa kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya meningkatkan Sumber Daya Manusia yaitu guru bagi dunia pendidikan. 2. Bagi Siswa a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbahasa Indonesia terutama kemampuan menyimak cerita. b. Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran. 3. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan Bagi pihak sekolah mengenai media rekaman audio tape recorder pada Kegiatan belajar mengajar.

4. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam penelitian selanjutnya.

E.

Kajian Pustaka 1.Pengertian Menyimak Menyimak adalah suatu proses kegiatan dalam mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh suatu informasi dengan menangkap isi atau pesan atau memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Bahasa Russel (Anderson, 1972:69) berpendapat bahwa menyimak adalah mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Dari uraian tersebut menyimak mempunyai arti mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian. Menyimak pada anak-anak sangat terampil terutama dalam menyimak cerita menggunakan media rekaman audio tape, mereka dapat mengingat pesan dalam cerita apabila cerita sangat menarik, terutama cerita tentang pengalaman sejati yang dibacakan dengan nyaring. Macam-macam menyimak adalah :

a.

Menyimak Sosial Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional

(conversasional) atau menyimak sopan (courteous listening), biasanya berlangsung dalam situasi sosial, tempat orang-orang mengobrol atau

membicarakan tentang hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir saling mendengarkan satu sama lain, Untuk membuat responsiresponsi yang wajar dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan oleh seseorang. Dengan demikian menyimak sosial ini dapat digolongkan menyimak secara sopan dengan penuh perhatian terhadap percakapan juga dan timbal balik antara pembicara dan menyimak dalam komunikasi.

b. Menyimak Sekunder Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif Missal: pada saat menyimak acara di radio kita sedang mengerjakan rumah atau sedang menulis surat untuk teman.

c.

Menyimak Pasif Cara yang seolah-olah tidak memerlukan upaya bagi anak-anak dan

sejumlah penduduk pribumi mempelajari bahasa asing yang tanpa upaya sadar dengan kurang teliti dan tergesa-gesa.

d.

Menyimak Intensif Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan lebih bebas dan

lebih umum serta tidak perlu dibawah langsung bimbingan guru.

e.

Menyimak Kritis Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak untuk mencari

kesalahan dari ujaran seorang pembicara yang diterima oleh akal sehat.

f.

Menyimak Konsentratif Menyimak yang merupakan sejenis telaah yang kegiatannya

mencakup, memperoleh pemahaman, mencari dan mencatat fakta-fakta penting. Dari uraian tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kemampuan menyimak di kelas VI adalah : 1) Menyimak pada teman-teman sebaya dengan kelompok-kelompok bermain. 2) Mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap cerita. 3) Dapat menyimak petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang sederhana. Keterampilan anak dalam berbahasa khususnya kemampuan menyimak. menurut Tarigan (Anderson, 1972:20) bahwa anak-anak pendidikan dasar di kelas VI ditekankan pada mampu menyimak dengan baik, apabila suatu cerita dibacakan dengan nyaring, serta menyimak menurut petunjukpetunjuk lisan yang disampaikan dengan jelas, disamping itu anak-anak mampu dan senang menyimak ritme-ritme dan rima-rima dalam suatu pembacaan puisi dan drama, anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik bila seorang pembicara menceritakan suatu pengalaman sejati.

Guru dapat menceritakan berbagai macam cerita sesuai dengan kreativitasnya seperti yang telah dikemukakan, guru kelas VI harus mempunyai kemampuan bercerita yang baik. Cerita yang baik

memerlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang penting antara lain penguasaan isi cerita secara tuntas secara keterampilan menceritakan cukup baik dan lancar, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang terkait dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berikut ini empat macam rancangan kegiatan bercerita menurut Brewer dalam Moeslichatoen (1992:206) antara lain : 1) Menentukan tujuan dan tema yang dipilih. Sebagaimana telah dikemukakan tujuan penggunaan metode bercerita terutama dalam rangka memberi pengalaman belajar melalui media rekaman audio tape untuk mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran bercerita ada dua yaitu memberi informasi dan menanamkan nilai-nilai. Dalam menetapkan tujuan pengajaran harus dikaitkan dengan tema yang akan kita pilih. Tema itu harus ada kedekatan hubungan dengan kehidupan anak didalam keluarga, sekolah, atau luar sekolah. Tema itu harus menarik dan memikat perhatian anak dan menantang anak untuk menanggapi, menggetarkan perasaan serta menyentu nuraninya. Setelah guru menetapkan cerita yang dipilih, ia harus mempelajari isi cerita yang akan dituturkan itu. Bila guru sudah menguasai isi cerita, maka langkah selanjutnya urutan cerita yang akan dituturkan harus sesuai dan

10

urut. Suasana perasaan apa yang menyertainya, apakah, gembira, lucu atau persaan gundah. 2) Menetapkan Rancangan Bentuk Bercerita yang Dipilih. Bila kita menetapkan rancangan tujuan dan tema yakni peka dan tanggap terhadap penderitaan orang lain, suka menolong dan cinta terhadap orang lain. Dengan tema seperti dongeng sikancil atau binatang lainya, maka guru harus mamilih salah satu bentuk-bentuk bercerita. Karena bentuk bercerita yang dipakai adalah rekaman audio tape maka guru harus merekam suaranya terlebih dahulu pada kaset. Setelah terekam barulah

diperdengarkan kepada anak didik melalui tape. Selain suara guru, bisa juga orang lain atau siapa yang dianggap mampu atau bagus dalam bercerita. Semakin menarik suara dan gaya bahasa yang dibuat, semakin menarik minat dan perhatian siswa dalam menyimak cerita tersebut sampai selesai. 3) Menetapkan Rancangan Langkah-langkah Bercerita Pemberian pengalaman belajar melalui rekaman audio tape harus melalui tahap-tahap yang urut. Rancangan dan tema ditetapkan sebagai berikut : a) Mengkomunikasikan tujuan dalam tema kegiatan bercerira kepada anak, tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mampu menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita yang telah didengar melalui rekaman audio tape recorder b) Mengatur tempat duduk anak. Guru harus mengatur tempat duduk anak agar semua dapat atau mampu mendengar tape recorder dengan

11

jelas. Jangan sampai suara atau volume tape tidak terdengar. Pengaturan duduk bisa dibuat melingkar atau berkelompok. Sebaiknya duduk dilantai atau diberi alas tikar atau karpet. Setelah anak merasa nyaman di tempat duduknya masing-masing, guru mengatur alat dan bahan yang akan digunakan dalam bercerita. c) Guru melakukan pembukaan dengan melakukan apersepsi. Guru bisa melakukan tanya jawab dengan tebak-tebakan tentang cerita apa yang nantinya akan diperdengarkan pada audio tape. d) Setelah anak berkonsentrasi dengan pertanyaan guru, tape mulai dibunyikan. Usahakan jangan sampai ada siswa yang ramai atau berbicara sendiri. e) Langkah penutup bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan tentang isi dari cerita yang telah diperdengarkan melalui rekaman audio tape recorder.

4)

Menetapkan Langkah-langkah Bercerita Kualitas keberhasilan dengan menggunakan media pembelajaran

rekaman audio tape banyak dipengaruhi oleh rancangan pelaksanaan kegiatan dan tujuan pembelajaran bercerita. Sesuai dengan tujuan dan tema cerita yang dipilih maka dapat dirancang penilaian kegiatan bercerita dengan menggunakan media rekaman audio tape. Dengan metode tersebut memberi petunjuk seberapa

12

besar perhatian dan tanggapan anak terhadap isi cerita. Kemampuan berbahasa anak sekolah dasar kelas VI yang akan dinilai adalah: a) Mengidentifikasi tokoh, watak, latar tema atau amanat dari cerita anak yang diperdengarkan. b) Menyebutkan tokoh-tokoh cerita yang didengarnya. c) Menjelaskan watak dari tokoh cerita yang didengarnya. d) Menjawab dengan kalimat lengkap. e) Menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang mendukung. f) Menemukan amanat yang terkandung dalam cerita. g) Menceritakan kembali cerita dengan bahasanya sendiri 2. Pengertian Cerita Cerita yang dimaksud disini adalah cerita anak yaitu karya sastra atau sastra anak, yang dibicarakan adalah sastra tulis yang wujud sastra pertama-tama dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Bahasa dalam sastra oleh masyarakat Indonesia dipakai untuk menyebut satu system yang tertangkap pada ciptaan manusia, pada umumnya disebut karya dalam proses produksi dan konsumsinya menuntut unsur keindahan. Keindahan bukan satu-satunya unsur yang dipertahankan, ada fungsi lain yang selalu hadir bersamanya yaitu fungsi sebagai utile dan dulce yaitu memberikan manfaat dan nikmat. Dengan memberikan cerita menggunakan media pembelajaran, anakanak akan menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan response mental dan emosional sejati yang matang, karena cerita benar-benar memberikan

13

perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan. Disini cerita yang dimaksud berupa fabel yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dipakai kiasan kehidupan manusia untuk mendidik masyarakat (anak-anak khususnya). Adapun fabel yang digunakan adalah si kacil yang cerdik.

3.

Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa Latin dengan bentuk jamak medium yang berarti perantara, maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk disampaikan pada penerima pesan. Media adalah manusia, materi, atau yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Ada juga yang mengatakan media adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada pembelajar

(Pringgadagda, 2002:145). Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran, yang terdiri antara lain buku, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

14

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan. Media pembelajaran adalah merupakan alat bantu mengajar yang sangat kita perlukan disaat kegiatan belajar mengajar berlangsung, karena dengan menggunakan media pembelajaran ini akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan, lebih-lebih dalam era perkembangan dunia yang semakin dinamis dan globalisasi informasi yang sangat deras. Media adalah sarana komunikasi seperti koran, radio, televisi, poster, spanduk. Kamus besar Poerwodarminto (1989) dalam dunia pendidikan sarana / media pembelajaran sangat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh, atau hambatan jarak geografi dan lain-lain (Sadiman, 2007:14). Berdasarkan beberapa asumsi tersebut, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima. Selain itu media dapat merangsang pikiran, perhatian, dan minat siswa, sehingga proses belajar terjadi dan tidak terjadi salah konsep dalam pembelajaran.

b.Fungsi Media Pembelajaran

15

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, yakni berupa saran yang dapat memberikan pengalaman visual kedapa siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sempurna, konkrit serta dipahami (Usman, 2002:20). Media tidak hanya memberikan pengalaman-pengalaman konkret tetapi juga membantu siswa mengintegrasikan pengalaman-pengalaman sebelumnya (Soekamto, 1993). Dengan demikian diharapkan media akan dapat memperlancar proses belajar siswa serta pemahaman dan retensinya. Di samping itu, media dapat menarik perhatian serta membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi siswa. Dengan demikian pemakaian media akan sangat mempengaruhi keefektifan system intruksional yang diberikan. Menurut Sudjana dan Rivai (2002), nilai dan manfaat media dapat mempertinggi proses hasil belajar siswa, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil yang dicapainya. Secara garis besar, fungsi media menurut (Degeng, 1998) dapat dikemukakan sebagai berikut: a) menghindari terjadinya verbalisme, b) membangkitkan minat / motivasi, c) menarik perhatian siswa, d) mengatasi keterbatasan: ruang, waktu, dan ukuran, e) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar, serta f) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

16

c.

Ciri Ciri Media Pendidikan Berikut ini adalah tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa sajayang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya. 1) Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya dengan kamera dengan mudah dapat

diproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransformasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali (dalam satu dekade atau abad) dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran.

2)

Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Transformasi suatu kejadian atau objek dapat dimungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berharihari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan

17

teknik pengambilan gambar time lapse recording. Pada rekaman gambar hidup kejadian dapat diputar mundur. Media (rekaman audio atau video) dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan bagian-bagian penting / utama dari ceramah, pidato, atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu. Proses penanaman dan panen gandum, pengolahan gandum menjadi tepung, dan penggunaan tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat waktunya dalam suatu rekaman video atau film yang mampu menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk mengetahui asal usul dan proses dari penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti

3) Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian terseut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Skala informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kalipun ia siap digunakan secara bersamaan di

18

berbagai tepat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.

d. Media Rekaman Audio Tape Recorder Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan. Pesan dan isi pelajaran itu dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sebagai upaya mendukung terjadinya proses belajar. Materi rekaman audio tape adalah cara ekonomis untuk menyiapkan isi pelajaran atau jenis informasi tertentu. Rekaman dapat disiapkan untuk sekelompok siswa, dan sekarang ini sudah lumrah rekaman dipersiapkan untuk penggunaan perorangan. Sudjana dan Rivai (1991:130) mengemukakan hubungan media audio dengan pengembangan keterampilan yang berkaitan dengan aspekaspek keterampilan mendengarkan. Keterampilan yang dapat dicapai dengan penggunaan keterampilan yang dapat dicapai dengan penggunaan media audio meliputi : 1) Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian. Misalnya, siswa mengidentifikasi kejadian tertentu dari rekaman yang di dengarnya. 2) Mengikuti pengarahan. Misalnya, sambil mendengarkan pernyataan atau kalimat singkat, siswa menandai salah satu pilihan pernyataan yang mengandung arti yang sama.

19

3) Melatih daya analisis. Misalnya, siswa menentukan urut-urutan kejadian aau suatu peristiwa, atau menentukan ungkapan mana yang menjadi sebab dan akibat dari pernyataan-pernyataan atau kalimat-kalimat rekaman yang di dengarnya. 4) Menentukan arti dari konteks. Misalnya, siswa mendnegarkan pernyataan yang belum lengkap sambil berusaha menyempurnakannya dengan memilih kata yang disiapkan. Kata-kata yang disiapkan itu berbunyi sangat mirip dan hanya dapat dibedakan apabila sudah dalam konteks kalimat. 5) Memilah-milah informasi atau gagasan yang relevan dan informasi yang tidak relevan. Misalnya rekaman yang diperdengarkan mengandung dua sisi formasi yang berbeda dangan mengelompokkan informasi kedalam dua kelompok itu. 6) Merangkum, mengemukakan kembali atau mengingat kembali informasi. Misalnya: setelah mendengarkan rekaman suatu peristiwa atau cerita, siswa diminta untuk mengungkapkan kembali dengan kalimat-kalimat mereka sendiri.

e.

Keuntungan Rekaman Audio Alat perekam pita magnetic atau lazimnya orang menyebut tape

recorder adalah salah satu pendidikan yang tak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi,karena mudah menggunakannya. Beberapa

kelebihan alat perekam sebagai media pendidikan diuraikan di bawah ini.

20

1)

Radio tape (tape recorder) telah menjadi peralatan yang sangat lumrah dalam rumah tangga, sekolah, mobil, bahkan kantongan (walkman). Karena harga yang cenderung terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, ketersediaannya dapat diandalkan.

2)

Rekaman dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga pesan dan isi pelajaran dapat berada di beberapa tempat pada waktu yang bersamaan.

3)

Merekam peristiwa dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga pesan dan isi pelajaran dapat berada di beberapa tempat pada waktu yang bersamaan.

4)

Pita rekaman tape recorder dapat digunakan sesuai jadwal yang ada. Guru dapat secara langsung mengontrolnya.

5)

Pogram kaset dapat menyajikan kegiatan-kegiatan / hal-hal di luar sekolah. (Hasil wawancara atau rekaman-rekaman kegiatan).

6)

Pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume.

7) 8)

Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya biasa dipakai lagi Progam kaset memberikan efisiensi dalam pengajaran bahasa (Laboratorium bahasa).

9)

Tape recorder sangat mudah cara pengoprasianya.

F.

Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

21

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, (Suyanto, 1997:1). Upaya perbaikan dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam kegiatan seharihari di kelas. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan porosedur (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan atau implementasi, (3) observasi, (4) refleksi. Rencana tindakan yakni langkah-langkah yang direncanakan untuk menguji secara empirik dari ketetapan masalah. Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan penelitian didalam kelas yang dilakukan oleh guru. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data sedangkan refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pelaksanaan tindakan, (Suyanto, 1997:16). Dalam penelitian tindakan kelas keempat kegiatan tersebut berlangsung secara berulang-ulang. Pada penelitian ini peneliti melaksanakan dua siklus yaitu siklus I (pertama) sebagai uji coba sejauh mana kemampuan menyimak cerita tanpa menggunakan media rekaman audio tape, siklus II (Kedua) penelitian merencanakan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media rekaman audio tape. Kedua siklus tersebut dilaksanakan sebagai usaha untuk

merencanakan cara paling efektif dari suatu bentuk penerapan media rekaman audio tape dalam pembelajaran menyimak cerita.

22

Penelitian ini akan merencanakan aktivitas pada siklus I yang tahapannya terdiri atas: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

2.

Latar dan Subyek Penelitian . Siswa kelas VI merupakan kelas tinggi yang memahami cerita

narasi.Namun pada kenyataannya mereka hanya mengetahui dan belum mampu untuk menyampaikan cerita secara langsung dengan bahasa yang urut dan komunikatif. Oleh sebab itu penulis lebih menekankan pada tingkat kemampuan siswa dalam menyimak cerita dengan menggunakan metode audio tape recorder Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya, dimana siswa kelas VI SDN Warugunung II terdiri dari dua kelas, namun peneliti menggunakan subjek yang dibatasi satu kelas yaitu siswa kelas VI A. Jumlah keseluruhan siswa kelas VI-A adalah 25 siswa, dengan rincian 13 jumlah siswa laki-laki dan 12 jumlah siswa perempuan.

3. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini adalah 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi dalam setiap siklus. Prosedur penelitia tindakan kelas dalam setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

23

a) Perencanaan Siklus I. Tahap perencanaan, dimulai pada saat penyusunan proposal. Melakukan identifikasi masalah-masalah pembelajaran menyimak. Peneliti melakukan observasi di kelas. Setelah masalah pembelajaran di kelas VI teridentifikasi, peneliti membuat perangkat pembelajaran dengan tema menyimak cerita. Perangkat pembelajaran yang disusun adalah : 1) Pengembangan silabus 2) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP) 3) Mengembangkan media pembelajaran 4) Menyusun instrumen penilaian 5) Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan

b)Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menerapkan RPP dalam pembelajaran di kelas. Praktik pembelajaran ini dilakukan yang tahapannya sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP. Pertemuan I a) Siswa menyimak sebuah cerita yang di bacakan guru. b) Siswa menyimpulkan pokok cerita yang didengarkannya. c) Siswa mendapatkan lembar LKS. d) Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok.

24

Pertemuan II a) Siswa melanjutkan kegiatan pada pertemuan berikutnya. b) Siswa diberi kesempatan untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. c) Siswa lainnya menanggapi pekerjaan kelompok temannya.

c)Tahap Observasi Pada tahap ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran, mencatat gejala-gejala yang tampak dalam proses pembejaran, merekam jalannya proses pembelajaran dan akibat-akibat yang tampak dalam proses pembelajaran. Fokus pengamatan adalah persiapan yang dilakukan guru, penerapan persiapan tersebut, penggunaan sumber belajar, penghargaan guru kepada siswa, proses penilaian, latar kelas, interaksi sosial siswa dalam proses pembelajaran, aktivitas siswa, kreativitas siswa, rasa senang siswa, dan pencapaian kemampuan siswa. Agar tidak ada yang terlewatkan dalam proses pembeljaran yang tertinggal maka pada saat melakukan observasi, peneliti melakukan proses dokumentasi (perekaman).

Perekaman ini penting agar tidak ada peristiwa pembelajaran yang terlewatkan. Dengan menelaah hasil rekaman tersebut, peneliti dapat melihat kembali kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan masalah-masalah yang perlu diatasi. d)Tahap Refleksi Refleksi dilakukan secara terus-menerus. Tahap refleksi dilakukan bersamaan dengan jalannya observasi dan setelah observasi. Refleksi ini

25

dilakukan dalam rangka menemukan kelemahan dan kekurangan pada praktik pembelajaran yang dilakukan dan untuk mencari pemecahan maupun penguatan-penguatan terhadap pembelajaran-pembelajaran yang masih dipandang kurang optimal. Tujuannya adalah untuk menemukan perbaikan-perbaikan apa yang perlu dilakukan pada proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Refleksi dilakukan dengan cara mengkaji pembelajaran yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, dan mengapa terjadi demikian. Pengalaman empirik dalam praktik pembelajaran yang terjadi pada siklus 1 yang dilakukan guru sebagai dasar refleksi. Seperti kualitas RPP yang dibuat, langkah-lngkah pembelajarannya, situasi pembelajarannya, aktivitas belajar siswanya, efektivitas pencapaian tujuan pembelajarannya, rasa senang siswa yang tampak, dan memperoleh gagasan-gagasan perbaikan praktik pembelajaran pada siklus berikutnya.

Siklus II a) Perencanaan Pada tahap ini dipersiapkan instrument atau perangkat

pembelajaran dengan melandaskan pada hasil pembelajaran siklus sebelumnya sebagai bentuk upaya perbaikan. Penyiapan perangkat itu

26

antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan integrative, lembar observasi, media pembelajaran, serta alat evaluasi atau instrument penilaian dengan melibatkan setiap aspek penilaian dalam menggunakan media audio tape recorder.

4.

Teknik Pengumpulan Data Teknik adalah alat bantu yang bergabung dalam suatu metode untuk memperoleh dan menganalisis data, (Surahmad, 1982:139). Dalam penelitian, peneliti dapat menggunakan, angket, observasi, dengan teknik tes. Pemilihan alat-alat tersebut harus disesuaikan dengan tujuan agar

dapat memperoleh hasil data yang benar, hal ini juga diungkapkan oleh Ali (1982:82) Setiap jenis dapat hanya dapat dikumpulkan melalui alat yang cocok atau sesuai. Suatu alat mempunyai ciri ketepatgunaan (efisien), kehasilgunaan (efektifitas) untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Menurut Arikunto (1986:138) tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan dalam kaitan meningkatkan keterampilan berpikir, kreativitas atau kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing anak. Teknik ini mempunyai ciri ketepatgunaan untuk mengukur atau mengambil data kemampuan menyimak cerita dan menceritakan kembali cerita siswa kelas VI SDN Warugunung II/449 Surabaya melalui media rekamana audio tape.

27

Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah atau menolak rumusan masalah. Penggunaan teknik tes dalam penelitian ini dianggap tepat karena merupakan jenis ujian atau prosedur untuk mengadakan penelitian. Dengan tes diharapkan dapat memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

5. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan instrument yang berupa: LKS, lembar uji kompetensi berupa tes, rubik penyekoran tes esay, lembar observasi siswa, format penilaian performansi, format penilaian kerja kelompok.
Contoh; LKS

LEMBAR KEGIATAN SISWA Nama Kelompok Kelas Hari / tanggal Ketua Kelompok Anggota :. : :..................... :..................... : 1.........................

28

2. 3. 1. Simaklah dengan baik cerita yang diputar dari kaset, kemudian tuliskan pokok-pokok ceritanya 2. Gunakan pedoman daftar pertanyaan berikut. No. 1 2 Pertanyaan Apa judul ceritanya? Siapa nama tokoh dalam cerita itu? 3 Bagaimana watak setiap tokoh dalam cerita itu? 4 5 6 Dimana dan kapan terjadinya? Bagaimana akhir ceritanya? Apa pendapatmu tentang cerita itu? Jawaban

Instrumen Penilaian Proses Menyimak Kelompok : No Nama Siswa ASPEK YANG DINILAI
kedisiplinan perhatian mencatat Tidak mengganggu teman 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

N A

29

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penilaian NA = Jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimal

Instrumen Penilaian Proses Diskusi Kelompok Kelompok :


No Nama ASPEK YANG DINILAI NA

30

siswa

Disiplin

Jujur

Kerjasama

Tanggung jawab

Partisipasi

1 2 1 2 3 4 5 6 7 8

2 3 1

Penilaian NA = Jumlah skor yang diperoleh Jumlah skor maksimal

x 100%

6. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dengan teknik tes berupa data mentah, yang perlu diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan jawaban tentang

31

kemampuan dan ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan peneliti. Dalam penelitian ini jenis data dikelompokkan menjadi data kuantitatif (data yang berhubungan dengan angka-angka) dan data kualitatif (data yang berhubungan dengan mutu). Adapun data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang berhasil dikumpulkan dengan metode pengumpulan data kemudian diolah agar dapat mendapatkan hasil penelitian yang tepat. Dari setiap aktivitas siswa dijumlah dan diprosentasikan dengan menggunakan rumus: P= P N P
F x100% N

= Frekuensi yang sedang dicari persentasenya = Jumlah frekuensi atau banyaknya individu = Angka persentase Mean (rata-rata) dapat diperoleh dengan cara membagi hasil kali

frekuensi dengan skor / nilai jumlah siswa dengan rumus:


M X N

Keterangan : M = Mean (rata-rata)

X = Skor / nilai N = Jumlah siswa satu kelas

32

Menentukan taraf kemampuan siswa dengan skala penilaian sebagai berikut: Nilai 85 100 Nilai 70 84 Nilai 60 69 Nilai 40 59 Nilai 0 39 : Baik sekali : Baik : Cukup : Kurang : Kurang sekali = A = B = C = D = E

DAFTAR RUJUKAN

Departemen P dan K, ____, Menyimak dan Pengajarannya, Jakarta : PN Balai Pustaka.

33

Hadi, Sutrisno 1987, Statistik Jilid II, Yogyakarta : UGM. Poerwodarminto, 1976, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka. Suyanto, 1997,

Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta : Depdikbud

Suyitno, 1986.

Teknik Pengajaran Apresiasi Sastra dan Kemampuan Bahasa. Yogyakarta : PT Hanindita

Tarigan, Henry Guntur, 1994, Keterampilan Membaca, Bandung : Angkasa Arsyad, Azhar, 2007, Media Pembelajaran, PT Raja Grafindo Persada. Sadiman, Arief S, dkk. 2008, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

dan

34

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

A.

Analisis Data Siklus I Siklus ini dilaksanakan pada tanggal 20 Pebruari 2009 pada jam pelajaran pertama dan kedua. Pada bagian ini dikemukakan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa pada siklus I. Aktivitas siswa yang di amati meliputi : (1) memperhatikan penjelasan

guru, (2) aktivitas siswa (aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas menyimak, dan menceritakan kembali), dan, (4)

merefleksikan materi pelajaran. 1. Perencanaan Dalam tahap ini dilakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan penelitian, antara

lain : disediakan lembar observasi, satuan pembelajaran, rencana pembelajaran, dan penyusunan soal. Adapun kegiatan yang dilakukan sebelum masuk pada tahap implementasi guru melakukan aktivitas : 1. Guru melakukan apersepsi selama 10 menit tentang pembelajaran menyimak cerita.

35

2.

Guru memberi contoh cerita dan menyuruh siswa menyimak cerita yang diberikan guru.

3. 4.

Guru melakukan tanya jawab. Guru memberikan latihan kepada siswa untuk

menceritakan kembali isi cerita. 5. Guru menyuruh siswa menceritakan kembali isi cerita ke depan kelas.

2.

Tahap Implementasi dan Observasi Pada tahap ini diterapkan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan seperti yang telah dijelaskan diatas. Langkah awal yaitu guru melakukan aparsepsi selama 10 menit tentang menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita. Guru melakukan tanya jawab tentang menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita.

3.

Tahap Refleksi Berdasarkan data observasi dan data tes yang telah dilaksanakan pada siklus I dapat diketahui bahwa dengan adanya tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan pada tahap implementasi belum menunjukkan adanya aktivitas siswa secara optimal.

36

Data frekuensi siswa kelas II SDN Warugunung II/449 Surabaya dalam pembelajaran menyimak cerita dan

menceritakan kembali isi cerita tanpa menggunakan media audio tape dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Depenelitian Hasil Penilaian Siklus I
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 NAMA BAMBANG PURNOMO M. RIZAL AL ANNISA NUR AL FIEN FACH RYANSYAH ALFIYAH DWI CAHYANI ALIFIA FIERTA DIANI ALIMA DWI PRATIWI AMELYA PRAWATI ANANDA APRILIA ANANDA KRISNA ANANDA LOVINA ANASTAYA MAULID W ANDI FIRMAN AMIRULLAH APRISA KUMALA DEWI ARDITYA FRIDIARAMA ARUM KUMALASARI AWALUDDIN IRKHAM BAYU KRISTANTO DAVID SUGENG RIADI DINA RISKA TRISWANTI DWI SITA RIFKI JUNIATI DYAH AJENG SRI INDAHSARI ELSA OLIVEANA PUTRI ERICHA FEBRIANTI ELIKA RACHMAWATI FADHILAH MAR'ATUS FAHMI FAHRIZKI APRILIA FAIZAL RAMADHANI FATIMATUZ ZAHRO GAITS ACHMAD GIBRAN MAULANA GOHAN PRASETYO HANI ROSALINA HAVITDA MEI WANDA NILAI 60 60 70 60 60 60 50 50 60 70 70 50 60 60 70 60 60 70 70 60 70 70 60 60 60 60 70 70 80 80 70 60 70 60

37

35

M. ARIZ SURYADI Jumlah

60 2230

Distribusi frekuensi hasil koreksi dan nilai frekuensi kemampuan kelas II SDN Warugunung II/449 Surabaya dalam pembelajaran menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita tanpa menggunakan media audio tape tampak di dalam tabel 2 berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisis Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 Nilai < 50 50 60 70 80 90 100 Jumlah N 3 18 12 2 35 x 150 1080 840 160 2230

Dari tabel 2 di atas dapat di ketahui bahwa : Nilai rata-rata =


fx 2230 = = 63,7 N 35

Prosentase kemampuan =

F x100% N

63,7 x100% = 63,7 % 100

38

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Frekuensi kemampuan Surabaya siswa kelas II SDN Warugunung cerita II/449 dan

dalam

pembelajaran

menyimak

menceritakan kembali isi cerita tanpa menggunakan media audio tape adalah 63,7 % dikategorikan cukup.

B.

Analisis Data Siklus II Siklus ini dilaksanakan pada tanggal 27 Pebruari 2009 pada jam pelajaran pertama dan kedua. Pada bagian ini dikemukakan kelanjutan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa pada siklus II. Aktivitas siswa yang di amati meliputi : (1) memperhatikan

penjelasan guru, (2) aktivitas siswa (aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas menyimak, dan menceritakan kembali), dan, (4) merefleksikan materi pelajaran. 1. Perencanaan Dalam tahap ini dilakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan penelitian, antara

lain : disediakan lembar observasi, satuan pembelajaran, rencana pembelajaran, dan penyusunan soal. Adapun kegiatan yang dilakukan sebelum masuk pada tahap implementasi guru melakukan aktivitas :

39

a.

Guru melakukan apersepsi selama 10 menit tentang pembelajaran menyimak cerita.

b.

Guru memberi contoh cerita dan menyuruh siswa menyimak cerita yang diberikan guru.

c.

Guru memberikan contoh media pembelajaran tentang menyimak cerita berupa rekaman audio tape.

d. e.

Guru melakukan tanya jawab. Guru memberikan latihan kepada siswa untuk

menceritakan kembali isi cerita yang telah disimak dari rekaman audio tape yang diberikan oleh guru. 6. Guru menyuruh siswa menceritakan kembali dan

mengembangkan isi cerita ke depan kelas.

2.

Tahap Implementasi dan Observasi Pada tahap ini diterapkan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan seperti yang telah dijelaskan pada siklus I. Langkah awal yaitu guru melakukan aparsepsi selama 10 menit tentang menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita. Guru melakukan tanya jawab tentang menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita.

3.

Tahap Refleksi

40

Berdasarkan data observasi dan data tes yang telah dilaksanakan pada siklus I dapat diketahui bahwa dengan adanya tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan pada tahap implementasi pada siklus II harus bisa meningkat dibandingkan hasil pada siklus I. Data frekuensi siswa kelas II SDN Warugunung II/449 Surabaya dalam pembelajaran menyimak cerita dan

menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan rekaman media audio tape dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.3 Depenelitian Hasil Penilaian Siklus II


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 NAMA BAMBANG PURNOMO M. RIZAL AL ANNISA NUR AL FIEN FACH RYANSYAH ALFIYAH DWI CAHYANI ALIFIA FIERTA DIANI ALIMA DWI PRATIWI AMELYA PRAWATI ANANDA APRILIA ANANDA KRISNA ANANDA LOVINA ANASTAYA MAULID W ANDI FIRMAN AMIRULLAH APRISA KUMALA DEWI ARDITYA FRIDIARAMA ARUM KUMALASARI AWALUDDIN IRKHAM BAYU KRISTANTO DAVID SUGENG RIADI DINA RISKA TRISWANTI NILAI 90 70 80 70 80 90 80 70 80 80 80 70 90 80 70 70 60 80 80 70

41

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

DWI SITA RIFKI JUNIATI DYAH AJENG SRI INDAHSARI ELSA OLIVEANA PUTRI ERICHA FEBRIANTI ELIKA RACHMAWATI FADHILAH MAR'ATUS FAHMI FAHRIZKI APRILIA FAIZAL RAMADHANI FATIMATUZ ZAHRO GAITS ACHMAD GIBRAN MAULANA GOHAN PRASETYO HANI ROSALINA HAVITDA MEI WANDA M. ARIZ SURYADI Jumlah

70 70 80 60 80 60 80 90 80 80 90 80 90 90 80 2720

Distribusi frekuensi hasil koreksi dan nilai frekuensi pada siklus II tentang kemampuan kelas II SDN Warugunung II/449 Surabaya dalam pembelajaran menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita tanpa menggunakan media audio tape tampak di dalam tabel 2 berikut :

Tabel 4.4 Hasil Analisis Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 Nilai < 50 50 60 70 80 90 100 N 3 9 16 7 x 180 630 1280 630 -

42

Jumlah

35

2720

Dari tabel 2 di atas dapat di ketahui bahwa : Nilai rata-rata =


fx 2720 = = 77,7 35 N F x100% N

Prosentase kemampuan =

77,7 x100% = 77,7 % 100

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Frekuensi pada siklus II tentang kemampuan siswa kelas II SDN Warugunung II/449 Surabaya dalam pembelajaran menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita dengan

menggunakan media audio tape adalah 77,7 % dikategorikan baik.

C.

Interpretasi Berdasarkan pengumpulan data dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak cerita dan menceritakan kembali siswa kelas II SDN Warugunung II/449 Surabaya tahun pelajaran 2009 - 2010 pada siklus I tergolong cukup dengan prosentase 63,7 %, dan pada siklus II tergolong baik dengan prosentase sebesar 77,7 %. Dari rata-rata (mean) tersebut, guru mempunyai kewajiban untuk

43

mengevaluasi

kekurangan-kekurangannya

dari

metode

pengajaran, kelengkapan sarana maupun kendala dari sisi pribadi siswa yang nantinya siswa dapat meningkatkan prestasi

belajarnya. Dari perhitungan masing-masing aspek diharapkan siswa mampu menyimak aktif dengan penuh perhatian dan mudah menangkap cerita.russel memberikan definisi tentang pentingnya menyimak adalah menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Dengan demikian menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan.

Dapat dikatakan pula bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan perhatian, mendengarkan serta lambang-lambang untuk dengan penuh

interprestasi

memperoleh

informasi,

menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembaca atau bahasa lisan. Keterampilan menyimak yang dilengkapi dengan media terutama rekaman audio tape terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita.

44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan Berdasarkan uraian dan analisis pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I tentang kemampuan menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita siswa kelas II SDN Warugunung II/449 Surabaya tahun pelajaran 2009 - 2010 adalah cukup, dengan prosentase 63,7 %, sedangkan pada siklus II tergolong baik dengan prosesntase 77,7 %. Hasil didapat dari evaluasi terhadap pelajaran yang akan digunakan sebagai bahan pelajaran. Keaktifan anak didik untuk menyimak cerita dan menceritakan kembali didukung oleh : alatperaga, nada suara dan cerita yang menarik, maka anak didik selalu ingin tahu dan mencoba untuk mempunyai pengalaman baru. 2. Dengan lengkapnya sarana pembelajaran khususnya metode media audio tape dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak cerita dan menceritakan kembali isi cerita.

45

B.

Saran Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah dasar, maka penuli perlu memberikan saran sebagai berikut : 1. Dalam penggunaan media rekaman audio tape, hendaknya dilengkapi dengan alat pendukung yang baik. Karena tape dan media pembelajaran elektronik lainnya selalu

berhubungan dengan listrik dan sarana yang memadai dan tersedia dengan baik. 2. Anak didik hendaknya diberi kepercayaan bahwa mereka mampu untuk menceritakan kembali isi cerita yang di dengar dari rekaman audio tape, sehingga anak-anak terlatih dalam menyimak cerita.

46

DAFTAR PUSTAKA

Departemen P dan K, ____, Menyimak dan Pengajarannya, Jakarta : PN Balai Pustaka. Hadi, Sutrisno 1987, Statistik Jilid II, Yogyakarta : UGM. Poerwodarminto, 1976, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka. Suyanto, 1997,

Pedoman Pelaksanaan Yogyakarta : Depdikbud

Penelitian

Tindakan

Kelas,

Suyitno, 1986.

Teknik Pengajaran Apresiasi Sastra dan Kemampuan Bahasa. Yogyakarta : PT Hanindita

Tarigan, Henry Guntur, 1994, Keterampilan Membaca, Bandung : Angkasa

47

Você também pode gostar