Você está na página 1de 4

UJI KUALITATIF Uji Kelarutan Merupakan uji untuk mengetahui ada atau tidaknya noda dan larut atau

tidaknya suatu sampel untuk mngetahui termasuk larutan non polar atupun polar (Samosir, 2010). Tujuannya adalah Pengujian kepolaran Lipid. Parameter Lipid bersifat polar ( larut dalam air dan alkohol ) Lipid bersifat nonpolar ( larut dalam kloroform dan eter Percobaan uji kelarutan, sebanyak 2 ml pereaksi atau pelarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih, kemudian dibubuhkan sedikit bahan percobaan lalu dikocok kuat-kuat dan diamati kelarutannya. Pelarut yang digunakan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali dan asam encer (Rismaka, 2009). Pada uji kelarutan lipid, hampir semua jenis lipid, yaitu lemak dan minyak tidak larut dalam pelarut polar seperti air, namun larut dalam pelarut non polar sepertio kloroform, eter, dan benzena. Asam oleat dan gliserol larut dalam air maupun alkohol. Hal ini disebabkan karena pada gliserol dan asam oleat mempunyai kepala polar berupa gugus -OH yang dapat berikatan hidrogen dengan molekul air ataupun alkohol. Lemak hewan dan minyak kelapa tengik dapat terdispersi menjadi misel yang megubah asam-asam lemak penyusunnya menjadi sabun (Rismaka, 2009).

Uji Ketidakjenuhan Merupakan uji untuk mengetahui apakah sampel-sampel ini termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh (Samosir, 2010. Percobaan uji ketidakjenuhan, sebanyak 1 ml bahan percobaan dimasukkan dalam tabung bersih, lalu ditambahkan kloroform sama banyak, dikocok sampai semua bahan larut. Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi iod Hubs sambil dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Lakukan uji ini terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, asam palmitat, asam oleat (Rismaka, 2009). Parameter pengujian Adanya reaksi positif ( berupa timbulnya warna merah saat ditetesi ion Hubs ) Asam lemak tidak jenuh adanya timbul warna merah yang semakin lama pudar. Asam lemak jenuh timbul warna merah tetapi tidak pudar Uji Akrolein Merupakan uji untuk menentukan ada tidaknya gliserol. Dari hasil pengamatan diperoleh minyak curah, minyak kemasan, gliserol murni keseluruhannya mengandung gliserol karena terdapat asap putih (Samosir, 2010). Percobaan uji akrolein, kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3-4 tetes bahan percobaan. Selanjutnya dipanaskan diatas api kecil lalu api diperbesar, diperhatikan bau akrolein yang terbentuk dibandingkan bau

SO2 yang berasal dari karbohidrat. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat dan asam stearat. Parameternya adalah Bau akrolein ( seperti abu alkohol) (Rismaka, 2009). Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji memberikan bau yang tajam yang diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam-asam lemak tidak. Dalam percobaan ini asam lemak seperti asam oleat dan stearat memberikan hasil uji positif untuk akrolein. Penyebab kesalahan ini adalah kesalahan praktikan dalam mengidentifikasi bau akrolein (Rismaka, 2009). Uji Ketengikan LIPID Parameter pengujian Adanya reaksi positif ( berupa timbulnya warna merah saat ditetesi ion Hubs ) Asam lemak tidak jenuh adanya timbul warna merah yang semakin lama pudar. Asam lemak jenuh timbul warna merah tetapi tidak pudar

Teknik analisis berdasarkan ketiga karakter di atas diklasifikasikan menjadi : (i) ekstraksi solven (ii) ekstraksi non-solven (iii) metode instrumental Macam-macam Ekstraksi Solven : a.Batch Solvent Extraction Metode ini dilakukan dengan mencampur sampel dan solven dalam wadah yang sesuai (misalnya corong pisah). Wadah dikocok kuat, solven organik dan fase air dipisahkan (oleh gravitasi atau dengan sentrifugasi). Fase air dihilangkan, dan konsentrasi lemak ditentukan dengan menguapkan solven dan mengukur massa lemak yang tersisa (Rina, 2011). % lemak = 100 x (berat lemak / berat sampel) Prosedur ini harus diulang beberapa kali untuk meningkatkan efisiensi proses ekstraksi. Fase air diekstraksi kembali dengan solven baru, kemudian semua fraksi solven dikumpulkan dan kadar lemak ditentukan dengan penimbangan setelah solven diuapkan (Rina, 2011).. b. Semi-Continuous Solvent Extraction Alat yang paling sering digunakan dalam metode ini adalah soxhlet, dimana efisiensi ekstraksi lebih baik dari pada metode Batch Solvent Extraction. Sampel dikeringkan, dihaluskan dan diletakkan dalam thimble berpori. Thimble diletakkan dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan kondensor. Labu soxhlet dipanaskan, solven menguap, terkondensasi dan masuk ke bejana ekstraksi yang berisi sampel, dan mengesktraksi sampel. Lemak tertinggal di labu karena perbedaan titik didih.

Pada akhir ekstraksi, solven diupakan dan massa lemak yang tersisa ditimbang (Rina, 2011). Prosedur : 1. Timbang kurang lebih 2 g sampel, masukkan dalam timble ekstraksi. 2. Timbang labu ekstraksi yang telah dikeringkan. 3. Masukkan eter anhidrat dalam labu didih (labu ekstraksi). 4. Rangkai alat : labu didih, labu soxhlet, kondensor. 5. Lakukan ekstraksi dengan kecepatan tetesan solven dari kondensor 5-6 tetes per detik selama 4 jam. 6. Keringkan labu didih yang berisi ekstrak lemak di oven pada 100?C selama 30 min, dinginkan di desikator dan timbang. % lemak = 100 x (berat lemak / berat sampel) c. Accelerated Solvent Extraction Efisiensi ekstraksi solven dapat ditingkatkan dengan melakukannya pada suhu dan tekanan tinggi. Efektivitas solven untuk ekstraksi lemak dari sampel makanan meningkat dengan peningkatan temperatur, namun tekanan juga harus ditingkatkan untuk menjaga solven tetap dalam keadaan cair. Hal ini akan mengurangi jumlah pelarut yang dibutuhkan sehingga menguntungan dari sisi lingkungan. Sudah tersedia instrumen untuk ekstraksi lemak pada suhu dan tekanan tinggi (Rina, 2011). Metode Ekstraksi Cair Nonsolven Metode deterjen Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol Babcock. Surfaktan akan menggantikan membran yang menyelubungi droplet emulsi dalam sampel susu, menyebabkan lemak terpisah. Sampel disentrifugasi sehingga lemak akan berada di leher botol sehingga kadar bisa ditentukan (Rina, 2011). Metode Instrumentasi Ada banyak metode instrumen tersedia untuk penentuan kadar lemak total dalam makanan. Berdasarkan prinsip fisikokimianya, metode-metode ini dikategorikan berdasarkan 3 prinsip yaitu : (i) penentuan sifat fisik, (ii) pengukuran kemampuan absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik, dan (iii) pengukuran kemampuan memantulkan radiasi gelombang elektromagnetik. Masing-masing metode mempunyai keuntungan dan kerugian, serta kelompok sampel makanan yang memungkinkan untuk diuji (Rina, 2011). Referensi Herowati, Rina. 2011. Analisis Makanan. http://rinaherowati.files.wordpress.com/2011/11/3-analisis-lemak.pdf diakses pada 10 maret 2012 pukul 11.52. Samosir, Jerisco. 2010. Uji Kelarutan, Uji Ketidakjenuhan , Uji Akrolein, Uji Kolesterol. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2089454-uji-

kelarutan-uji-ketidakjenuhan-uji/#ixzz1og5sNr3K diakses pada 10 maret 2012 pukul 11.52. Rismaka. 2009. Uji Lipid. http://www.rismaka.net/2009/06/uji-lipid.html diakses pada 10 Maret 2012 pukul 11. 56.

Você também pode gostar