Você está na página 1de 5

ANALISIS AKUNTANSI-ASET

Asset merupakan sumberdaya yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk memperoleh keuntungan. Secara umum asset dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu current asset dan longterm asset. Current asset merupakan sumber daya yang selalu siap digunakan dan diubah menjadi kas dalam satu siklus operasi perusahaan. Contoh dari current asset seperti kas dan setara kas, piutang lancar, inventori, dan beban dibayar dimuka. Long-term asset adalah sumberdaya yang diharapkan member manfaat bagi perusahaan selama beberapa periode akuntansi. Contoh dari long-term asset adalah gedung, tanah, peralatan, aset tidak berwujud, dan investasi. Ada pula yang membagi asset ke dalam dua bagian besar lainnya, yaitu financial asset dan operating asset. Financial asset adalah sekuritas dan investasi lain perusahaan untuk non-operating asset. Asset ini biasanya dinilai dengan harga pasar dan diharapkan memberikan return yang sesuai dengan harga perolehannya. Operating asset merupakan asset yang biasanya dinilai berdasarkan biayanya dan diharapkan memberikan return melebihi harga rata-rata tertimbangnya. KAS DAN SETARA KAS Kas merupakan asset yang paling liquid. Kas terdiri atas berbagai persediaan mata uang dan dana di bank. Sedangkan setara kas adalah asset yang sangat liquid, dimana merupakan investasi jangka pendek yang: 1) Siap untuk dikonversi menjadi kas 2) Dekat dengan usia maturity, sehingga resiko akibat perubahan tingkat bunga terbilang kecil Konsep likuiditas dalam asset menggambarkan jumlah kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan saat itu dan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam jangka pendek. Likuiditas menunjukkan fleksibilitas terhadap persaingan di pasar dan bentuk respon yang baik terhadap strategi pesaing. Likuiditas juga berarti kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya ketika akan jatuh tempo. Berikut adalah persentase kas dan setara kas PT.Telkom terhadap total assetnya (dalam milyar rupiah):

2008 Cash and Cash eq. % of cash growth total asset Cash per Tot.Asset

2009

2010

6,889.9 7,805.5 9,119.8 13.29% 16.84% 91,256 97,814 99,759 7.55% 7.98% 9.14%

Dari data diatas dapat dianalisis bahwa PT.Telkom terus menambah jumlah kas dan setara kasnya sebagai wujud likuiditas untuk merespon persaingan dunia telekomunikasi. Kas tersebut diperoleh dari

aktivitas transaksi dan setara kasnya diperoleh dari penjualan bonds dalam negeri dan pinjaman jangka panjang dari Japan Bank for International Cooperation. Kas tersebut kemudian di off-set dengan kegiatan pembiayaan seperti biaya operasional perusahaan, pembiayaan infrastruktur, pembayaran utang jasa, dan pembayaran tetap pada pihak ketiga. Pada tahun berikutnya PT.Telkom berniat memperoleh kas dan setara kas tambahan dari kegiatan operasional dan pinjaman dari bank. PT. Telkom sendiri tidak berniat memperoleh pendanaan tambahan dari aktivitas lain, namun untuk pendapatan dari operasional, PT.Telkom akan memperhatikan tren menurunnya pendapatan dari sector fix line seperti telepon rumah dan cenderung menambah pendapatan dari segmen industry yang baru.

PIUTANG Piutang adalah jumlah sumberdaya perusahaan yang muncul akibat transaksi penjualan atau jasa atau peminjaman uang kepada pihak lain diluar perusahaan. Accounts receivable merupakan piutang yang muncul akibat transaksi penjualan dan jasa saja, sedangkan notes receivable merupakan sebuah surat piutang jangka panjang. Piutang yang masuk ke dalam current asset diharapkan dapat dilunasi dalam jangka satu periode operasi. Penilaian terhadap piutang sangat penting karena pengaruhnya terhadap asset dan arus kas perusahaan secara umum. Pada kenyataannya, tidak seluruh piutang dapat ditagih dan hal itu menyebabkan dampak yang cukup besar bagi current asset dan net income perusahaan. Dari sisi praktis, perusahaan menilai piutang yang mereka miliki dengan net-realizable value, yaitu nilai total piutang dikurangi dengan allowance terhadap piutang tak tertagih. Manajemen biasanya memperkirakan jumlah piutang tak tertagih dari pengalaman, kondisi industry dan ekonomi, dan kebijakan perusahaan. Dalam menganalisis jumlah piutang tak tertagih, auditor biasanya memperhitungkan adanya kesalahan pengambilan keputusan manajemen dalam menetapkan estimasi piutang tak tertagih. Auditor biasanya juga berhati-hati terhadap sikap manajemen yang ingin melakukan earnings management dengan menghapus sejumlah besar piutang tak tertagihnya. Berikut adalah kemungkinankemungkinan yang harus diketahui seorang auditor: 1) Collection risk, merupakan resiko yang muncul akibat transaksi piutang perusahaan. Transaksi tersebut diwaspadai tidak akan dilunasi pihak debitur. Berikut adalah cara mengenali kemampuan kolektibilitas perusahaan terhadap piutangnya: a. Membandingkan piutang competitor sebagai persentase penjualan dengan perusahaan sendiri b. Memeriksa apakah terdapat kemungkinan piutang tak tertagih hanya dilakukan oleh pelanggan-pelanggan tertentu saja c. Menghitung tren pada periode rata-rata pemungutan piutang lalu membandingkanya dengan syarat penagihan piutang di level industry d. Memperkirakan jumlah piutang yang diperbaharui dari piutang sebelumnya 2) Authenticity of Receivables, penjelasan mengenai piutang dalam laporan keuangan seringkali tidak memiliki informasi yang cukup mengenai apakah piutang tersebut asli, berjangka dan

dapat dipaksakan penagihannya. Pengetahuan akan industry terkait seharusnya dapat member tambahan ilmu untuk menganalisis piutang tersebut. 3) Securitization of Receivables, merupakan kejadian dimana perusahaan menjual piutang yang dimilikinya kepada pihak ketiga. Piutang dapat dijual ke pihak lain tanpa ada jaminan pembayaran dari pihak debitur terkait, hal ini disebut sales of receivables without recourse. Piutang dapat tidak dilaporkan di balance sheet hanya pada saat perusahaan menjual piutang tanpa harus bertanggungjawab terhadap kemampuan kolektibilitasnya kepada pihak ketiga yang mau membeli piutang tersebut. Artinya, selama perusahaan yang menjual piutang tidak menjamin piutang tersebut dapat dibayar (without recourse) maka perusahaan tersebut masih harus melaporkan asset yang diperoleh dan piutang yang dijualnya ke dalam balance sheetnya. Pada kasus PT.Telkom, perusahaan menggunakan dasar piutang tak tertagih dengan pemahaman manajemen terhadap kolektibilitas industry. Piutang tak tertagih akan dihapus dari akun perusahaan ketika diperkirakan tidak akan dibayar. BEBAN DIBAYAR DIMUKA Merupakan pembayaran atas beban yang manfaatnya belum diterima perusahaan. Contoh dari beban dibayar dimuka adalah sewa, asuransi, utilitas dan pajak bangunan. Beban dibayar dimuka termasuk dalam current asset karena mencerminkan penggunaan asset selama satu periode operasi.

ASET TIDAK BERWUJUD Asset tidak berwujud merupakan hak, hak istimewa dan keuntungan atas kepemilikan tertentu. Sifat umum asset tidak berwujud adalah ketidakpastian akan keuntungan di masa depan dan tidak memiliki bentuk fisik. Berikut adalah contoh dari asset tidak berwujud: a) b) c) d) e) f) Goodwill Hak paten, copyrights, nama dagang dan merek dagang Leases, leaseholds dan leaseholds improvements Biaya hak eksplorasi dan pembangunan sumberdaya alam Formula, proses, teknologi dan desain khusus Lisensi, franchise, memberships, dan daftar pelanggan

Asset tidak berwujud biasanya memiliki cirri khusus sebagai berikut: a) Tidak dapat dipisahkan dari perusahaan yang memproduksinya b) Mempunyai periode keuntungan yang tidak terbatas c) Memiliki daya saing pengalaman terhadap competitor Biaya historis umumnya digunakan sebagai nilai pembelian asset tidak berwujud. Dalam metode akuntansi, nilai asset tidak berwujud tidak dapat dikapitalisasi meskipun dalam jangka panjang biaya perolehan atas asset tidak berwujud tersebut dapat memberikan keuntungan. Contohnya adalah biaya

pemasaran atau biaya pelatihan pegawai. Kedua contoh tersebut memiliki kemungkinan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dalam jangka yang tidak dapat ditentukan, namun tidak dapat dikapitalisasi. Hanya asset tidak berwujud yang dibelilah yang dapat dilaporkan dalam neraca perusahaan. Perlakuan akuntansi semacam ini muncul karena factor konservatis yang dimana terdapat keraguan dalam menilai realisasi peningkatan benefit perusahaan apakah biaya iklan dan biaya pelatihan pegawai dapat betul-betul meningkatkan benefit secara pasti disbanding dengan asset perusahaan lain seperti inventori dan alat-alat perusahaan. Asset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan asset yang dapat dikenali dan dihubungkan dengan serangkaian hak istimewa seperti paten, merek dagang, copyright, dan franchise. Asset tidak berwujud semacam ini dapat dilaporkan sesuai dengan biaya perolehan lalu diamortisasi sesuai dengan periode harapan benefitnya. Penghapusan atas asset tidak berwujud menjadi beban perusahaan sifatnya dilarang. Asset tidak berwujud sebagian sifatnya tidak dapat diidentifikasi jumlahnya. Salah satu contohnya adalah goodwill. Goodwill merupakan nilai yang muncul ketika perusahaan mengakuisisi perusahaan lainnya dengan nilai diatas harga pasar. Nilai selisih positif dengan harga pasar inilah yang disebut dengan goodwill. Pada saat perusahaan berjalan, maka asset tidak berwujud secara periodic akan mengalami amortisasi sesuai dengan periode benefit yang diharapkan. Contohnya, untuk paten memiliki masa ekonomis yang telah ditetapkan oleh pemerintah, copyright dan merk dagang memiliki periode tertentu. Leasehold dan leasehold improvements memiliki umur ekonomis yang secara kontraktual telah diputuskan oleh lessor terkait. Dalam menganalisis asset tidak berwujud, para ahli sering mengaitkannya dengan resiko tertentu. Hal ini muncul karena kemungkinan besar perusahaan dapat salah menilai asset tidak berwujudnya. Kesalahan umumnya muncul pada kasus goodwill. Biasanya goodwill muncul pada saat adanya akuisisi, dan kebanyakan goodwill tidak dicantumkan keberadaannya di neraca. Goodwill pada umumnya menggambarkan kemampuan perusahaan yang diakuisisi di masa depan dapat memberikan benefit lebih, namun jika perusahaan yang diakuisisi tidak demikian, maka goodwill tidak memiliki nilai. Seringkali untuk asset tidak berwujud selain goodwill perusahaan memperpanjang umur ekonomisnya untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Hal ini sebenarnya dapat menciptakan bias dalam pelaporan keuangan. Satu lagi mengenai asset tidak berwujud. Seringkali perusahaan tidak menemukan asset tidak berwujud dan asset kontingensi dilaporkan dalam neraca, padahal secara tidak langsung kedua asset inilah yang pada akhirnya menentukan nilai goodwill suatu perusahaan. Pada kasus PT.Telkom, dapat dilihat bahwa perusahaan mengestimasikan umur dan nilai ekonomis dari asset tak berwujud dengan pengalaman perusahaan mengenai asset sejenis dan diantisipasi oleh perkembangan teknologi terkini dan perubahan lain, sisanya PT.Telkom menggunakan prasyarat yang telah disetujui dalam KSO agreement. Salah satu contoh asset tak berwujud PT.Telkom adalah lisensi

penggunaan 3G yang diperoleh oleh Telkomsel pada tahun 2006. PT.Telkom mengamortisasi biaya perolehan lisensi 3G tersebut selama 10 tahun.

Você também pode gostar