Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sejarah Kebun Binatang Bandung Kebun Binatang Bandung ini pada awalnya dikenal dengan nama Derenten (dalam bahasa sunda, dierentuin) yang artinya kebun binatang. Kebun Binatang Bandung didirikan pada tahun 1930 oleh Bandung Zoological Park (BZP), yang dipelopori oleh Direktur Bank Dennis, Hoogland. Pengesahan pendirian Kebun Binatang ini diwenangi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pengesahannya dituangkan pada keputusan 12 April 1933 No.32. Pada saat Jepang menguasai daerah ini, tempat wisata ini kurang terkelola, hingga pada tahun 1948, dilakukan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi tempat wisata ini. Pada tahun 1956, atas inisiatif dari R. Ema Bratakoesoema, Bandung Zoological Park dibubarkan dan berganti menjadi Yayasan Marga Satwa Tamansari pada tahun 1957. Logo, Visi dan Misi Kebun Binatang Bandung 1) Logo Kebun Binatang Bandung
2) Visi Kebun Binatang Bandung (1) Mewujudkan terpeliharanya kelestarian keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan dari kepunahan; (2) Mewujudkan terpeliharanya kemurnian genetik jenis satwa dan tumbuhan; dan (3) Mewujudkan terpeliharanya keseimbangan ekosistem yang ada. 3) Misi Kebun Binatang Bandung (1) Melaksanakan upaya pengelolaan satwa liar sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi dan teknologi yang benar; (2) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kedokteran, biologi, lingkungan dan disiplin ilmu terkait dalam mensejahterakan dan mengembangbiakan satwa liar, terutama satwa langka dan terancam punah; (3) Melaksanakan prosedur rehabilitasi dan pelatihan satwa liar dalam upaya pelepasan kembali ke habitatnya (in-situ) (4) Melaksanakan peragaan satwa koleksi dengan benar dan beretika dengan tujuan pendidikan dan penyuluhan tentang konservasi serta menyediakan sarana rekreasi edukatif yang sehat untuk masyarakat; dan (5) Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga konservasi, baik dalam skala lokal maupun nasional, baik regional maupun internasional dalam bentuk alih ilmu pengetahuan dan teknologi, tukar menukar satwa, serta bantuan-bantuan teknis dan finansial. Pengelolaan Koleksi Satwa Pengelolaan koleksi satwa di Kebun Binatang Bandung meliputi: 1) Pemilihan Jenis Jenis satwa yang dipilih untuk diperagakan di Kebun Binatang Bandung harus memenuhi syarat, yaitu memiliki: a) Nilai konservasi b) Nilai penelitian c) Nilai pendidikan d) Nilai daya tarik peragaan.
2) Penambahan Jumlah Penambahan jumlah dan jenis satwa koleksi dilakukan dengan: a) Kelharian prositif dari koleksi (hasil pengembangbiakan) b) Tukar menukar c) Penangkapan resmi jenis satwa dari habitatnya d) Sumbangan e) Titipan hasil sitaan instansi berwenang. 3) Pengendalian populasi Kelebihan populasi diatasi dengan: a) Menukar satwa dengan yang diperlukan dari kebun binatang / taman satwa lain b) Re-introduksi satwa ke alam (dikembalikan ke habitat, in-situ) c) Cara lain yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. 4) Pengangkutan satwa Pengangkutan dari dan ke Kebun Binatang Bandung harus memenuhi syarat: a) Dokumen perizinan dan karantina sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b) Kandang, jenis transportasi dan alat perlengkapan disesuaikan dengan jenis dan perilaku satwanya; c) Pelaksanaan karantina d) Catatan lengkap tentang masing-masing individu satwanya. 5) Kematian satwa
a) Setiap kematian satwa harus dilakukan pemeriksaan dan pelaporan atas penyebab kematian dan perilakuan; dan b) Satwa yang mati, bangkainya dapat dimanfaatkan dan atau diawetkan untuk tujuan penelitian dan pendidikan. 1.3. Struktur Organisasi Kebun Binatang Bandung Gambar 1.2. Struktur divisi utama Kebun Binatang Bandung Sumber : Sekretariat Kebun Binatang Bandung
Penjelasan: Yayasan Margasatwa Tamansari sebagai atasan dari Direktur Kebun Binatang sekaligus Unit Usaha Yayasan. Direktur Kebun Binatang Bandung yang sekaligus ketua dewan pengurus, selanjutnya membawahi empat seksi / divisi (dewan pengurus), yaitu: 1) Seksi Satwa; 2) Seksi Bendahara; 3) Seksi Sekretaris (dikembangkan pada Gambar 1.3); dan 4) Seksi Kepegawaian.
Dari table di atas, dapat dilihat bahwa risiko paling besar yang dihadapi pada Kematian satwa
2.2Persiapan Penugasan Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengujianaudit yang terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: -Penentuan tujuan dan ruang lingkup audit -Latar belakang informasi -Penentuan tim yang ditugaskan -Komunikasi awal -Audit program pendahuluan -Penyiapan surat tugas Tujuan dari audit ini yaitu menguji kesehatan serta elayakan satwa dan meniali kompetensi petugas yang di miliki kebun binatang bandung untuk merawat atau mengelola satwa satwa yang ada di kebun binatang bandung . Ruanglingkup audit ini adalah pelaksanaan dalam merawat serta menjaga satwa , khususnya professionalism petugas . Latar belakang informasi yang di peroleh berdasarkan kematian satwa yang pernah terjadi di kebun binatang bandung. Tim yang di tugaskan dalam melakukan audit ini terdiri dari 3 orang yaitu : Nama : M. iqbal dewantara Umur : 22 tahun Pendidikan : S1 akuntansi Jenis kelamin : Laki-laki Nama Umur Pendidikan Jenis kelamin Nama Umur Pendidikan Jenis kelamin : Aryo nursyuhada : 24 tahun : S1 Kedokteran hewan : Laki-laki : M . Haris : 28 tahun : S1 Psikolog : Laki-laki
Komunikasi awal yang diakukan bertujuan menghindari kesalahpahaman serta member kejelasan yang berkaitan dengan audit yang akan di lakukan . Berikut merupakan audit program pendahuluan atas auditee yang di pilih :
PROGRAM PENDAHULUAN ATAS AUDITEE Kompenen Kegiatan Tujuan Risiko Control Langkah Pengujian Rencana Realisasi Auditor
Profesionlai Memberika Terjadinya sme petugas n kelalaian penyuluha dalam n terhadap perawatan perawatan satwa satwa
Memberi kan standar pengawas an dan pelatihan terhadap pengawas Evaluasi atas kinerja petugas , seleksi terhadap petugas yang menangan i perawata n satwa Memberik an standar pemeriksa an kesehatan satwa
Alwin
Interview kepada petugas perawat satwa dan perawtan kandang dan inspeksi langsung
M. Gilang
2.3Survei Pendahuluan Survei pendahuluan ini dilakukan auditor untuk m e m p e r o l e h informasi awal yang membuat auditor familiar dengan auditee sehingga audit dapat berjalan lebih lancar. Pada tahap ini auditor melakukan suatu komunikasi dan interaksi langsung dengan auditee untuk membangun kerjasama yang baik antara auditor dengan auditee.Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu: -Opening Conference , yaitu mengadakan suatu pertemuana n t a r a a u d i t e e d e n g a n a u d i t o r u n t u k m e m b a h a s t e n t a n g k e g i a t a n audit yang akan dilakukan nanti. -On-Site Tour , yaitu Auditor melakukan kunjungan terhadap auditee untuk memperoleh gambaran keadaan auditee berdasarkan keadaan auditee yang dikunjungi. -Document Study , y a i t u m e m p e l a j a r i b e b e r a p a d o k u m e n penting yang dimiliki oleh auditee untuk memperoleh keadaan auditee sebenarnya berdasarkan bukti yang ada. -Written Description , y a i t u m e m b u a t d e s k r i p s i t e r t u l i s tentang survei pendahuluan yang dilakukan terhadap auditee. - Analitycal Auditing Procedurs , y a i t u m e l a k u k a n a n a l i s i s berkaitan dengan prosedur audit.
2 . 4
E v a l u a s i
P e n g e n d a l i a n
I n t e r n a l
Perencanaan internal control sudah cukup memadai dalam setiap k e g i a t a n o p e r a s i o n a l n y a , a k a n t e t a p i p e l a k s a n a a n n y a b e l u m b e r j a l a n efektif dan efisien.
2.5Pengujian Lapangan Di dalam tahap ini dilakukan teknik pengujian dari setiap kegiatan yang terkait dengan auditee Kegiatan Auditee Pengawasan terhadap lingkungan satwa Teknik Pengujian Audit Melakuakan interview kepada pengawas , serta melakukan inspeksi saat kegiatan tersebut terjadi Melakukan inspeksi saat keiatann tersebut terjadi , serta memeriksa perlaatan
Auditor internal
2.7 Monitoring Setelah dilakuanya kegiatan audit dan menghasilkan suatu rekomendasi bagi manajemen KEBUN BINATANG BANDUNG , tahap selanjutnya yang dilakukan selaku auditor internal di KEBUN BINATANG BANDUNG adalah melakukan pemantauan ( monitoring ) yaitu menyusun dan menjaga system untuk memantau tindak lanjut hasil penugasaan yang telah di komunkasikan kepada manajemen.
2. 8 Evaluasi audit Pada tahap ini dapat dilihat efektivitas dan efesiensi audit , pendekatan audit yang di gunakan , serta peran penting auditor pada audit yang telah di lakukan. Kejadian Penetuan waktu audit yang terlalu lama jika di bandingkan dengan realisasinya yang menyebabkan infeseinsi waktu audit Review Estimasi waktu audit yang cepat aar kegiatan audit yang akan dilakukan bias lebih efektif dan efesien.