Você está na página 1de 4

TUGAS ANALISA TEKS Mariana Kurniawati - 51407014

Gandhi dan Roda Pintal

Pada tahun 1946, Margaret Bourke-White berhasil mengambil sebuah portrait yang menjadi hasil karya fenomenal di masa sekarang. Jurnalis foto majalah Life ini memotret tokoh kemerdekaan India, Mohandas Karamchand Gandhi atau biasa dikenal dengan nama Mahatma Gandhi. White merupakan satu dari sekian banyak jurnalis foto dunia yang memiliki karya foto tentang Gandhi. Namun foto Gandhi dengan alat pintal berbentuk roda ini menjadi yang paling bersejarah karena hanya White yang memiliki kesempatan untuk memotret Gandhi dengan situasi seperti tergambar di atas. Foto ini diambil ketika Gandhi berada di Poona, India yang merupakan daerah di mana ia dan para pengikutinya tinggal. Sebelum dapat mengambil foto ini, White harus belajar menenun dengan alat pintal tersebut. Setelah itu, ia hanya boleh mengambil tiga foto dan tidak diperbolehkan berbicara dengan Gandhi karena hari itu ia sedang menjalankan dharma silensium. Hal lain yang membuat foto ini menjadi fenomenal karena White menjadi satu-satunya jurnalis yang dapat mewawancarai Gandhi tepat beberapa jam sebelum dia dibunuh pada tahun 1948. Dan foto di atas merupakan portrait terakhir Gandhi sebelum meninggalnya.

Analisa Foto ini diberi judul, Gandhi and Spinning Wheel sebagai gambaran bahwa yang penekanan foto ini terletak pada dua subjek yaitu Gandhi dan alat pintalnya yang berbentuk roda. Dalam kesehariannya, Gandhi merupakan sosok yang mempraktikkan kesederhanaan dan dharma-dharma agama Hindu. Alat pintal yang berada di area pribadi Gandhi, menjadi lambang bahwa Gandhi selalu menggunakan pakaian yang ia pintal sendiri sebagai bentuk salah satu filosofinya yaitu Swadeshi. Swadeshi merupakan filosofi yang Gandhi cetuskan dan lakukan dalam bentuk tidak menggunakan barang yang dibuat oleh industri. Menurut Gandhi, barang hasil industrialisasi merupakan produk hasil keringat para buruh yang diperbudak. Oleh karena itu lebih baik menggunakan barang hasil buatan sendiri atau masyarakat sekitar. Sekaligus pula untuk mensejahterakan lingkungan tempat ia hidup. Bentuk eksplisit Swadeshi juga tampak pada pakaian Gandhi dalam foto ini. Ia menggunakan kain putih yang diikat menyerupai cawat dan tanpa penutup tubuh lain. Gandhi menampakkan bahwa Swadeshi juga berarti kesederhaan hidup. Ia tidak memiliki hasrat untuk memiliki barang-barang yang hanya berfungsi untuk memegahkan diri menempel pada tubuhnya. Gandhi memegang cara hidup yang tidak memuaskan keinginan melainkan hanya memenuhi kebutuhan saja. Bentuk alat pintal yang serupa roda juga menjadi simbol reinkarnasi dalam ajaran agama Hindu yang dianut Gandhi. Bahwa manusia yang tidak menjalankan dharma, artha, dan kama dengan sempurna akan terus hidup di dunia dengan wujud yang berbeda-beda melalui proses reinkarnasi. Namun bila manusia menjalankan ajaran-ajaran Hindu tersebut dengan taat maka ia tidak perlu lagi menjalani reinkarnasi melainkan menuju moksha atau nirwana dan bertemu dengan Sang Pencipta. Foto ini diambil ketika Gandhi sedang menjalankan ritual silensium yaitu tidak berbicara pada siapa pun dan bertekun dalam suasana diam. Ia menjalankan silensium sebagai bentuk kontrol diri. Gandhi hanya melakukan aktivitas pribadi dan tidak melakukan kontak dengan orang luar. Oleh karena itu, foto ini menampakkan Gadhi yang sedang membaca tanpa mempedulikan White. Gandhi juga seorang pelaku yoga. Hal ini tampak pada posisi duduk Gandhi yang merupakan posisi yoga yang disebut pranayama. Posisi ini menyilangkan dua kaki seperti duduk bersila. Yoga sangat memiliki korelasi yang kuat dengan ajaran-ajaran Gandhi lainnya namun terutama Ahimsa. Ahimsa merupakan ajaran tentang menolak segala bentuk kekerasan. Dan yoga merupakan kegiatan olah tubuh yang memiliki dasar untuk menyelaraskan manusia dengan jiwa dan alam di sekitarnya. Ahimsa dan yoga mencoba menyebarkan kasih baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun alam. Melalui posisi duduk yang merupakan bagian dari yoga, Gandhi memberikan gambaran tentang ajarannya. Selain dua fokus utama, foto ini juga mengikutsertakan elemen lain yaitu situasi tempat pribadi Gandhi yang lagi-lagi mencerminkan ajaran-ajarannya tentang kehidupan. Sebagai tokoh yang dihormati, Gandhi tidak hidup dalam kelimpahan materi melainkan kesederhanaan. Ia hanya duduk di atas alas karpet, dengan

beberapa benda yang ia butuhkan. Hidupnya tidak ia penuhi dengan pemenuhan kepuasan, melainkan ajaran Hindu yang ketat. Foto hasil karya White ini termasuk dalam kategori foto jurnalistik atau foto dokumenter. White menggunakan warna monokrom karena pada tahun 1946 belum ditemukan film berwarna. Foto yang dibuat White ini berhasil membentuk opini publik internasional mengenai siapa itu Gandhi dan ajarannya untuk mencapai kedamaian tanpa kekerasan. Selain itu, foto ini juga menjadi salah satu pemicu munculnya pergerakan-pergerakan kesetaraan hak antarsuku, ras, maupun agama di negara-negara lain. White sendiri merupakan seorang jurnalis foto yang memiliki perhatian khusus pada isu-isu kesetaraan hak. Ia mendukung dihilangkannya berbagai hak-hak khusus warga kulit putih yang menindas warga kulit berwarna. White juga mendukung gerakan anti-kolonialisme. Dan salah satu cara White menyampaikan aspirasinya adalah dengan memberitakan pada dunia bahwa di belahan dunia lain ada seorang tokoh bernama Gandhi dengan gerakan yang sesuai dengan aspirasinya. Foto ini diambil ketika Gandhi berada di daerah basisnya yaitu Poona, India. Di mana ia dan para pengikut setianya membangun kamp yang menjadi pusat penyebaran ajaran-ajaran Gandhi dan pergerakannya untuk memerdekaan India dari jajahan Inggris. White memilih untuk memotret Gandhi sebagaimana adanya ia sehari-hari ketika dekat dengan lingkungannya. Bukan ketika Gandhi sedang berada di depan banyak orang dan menjadi citra yang memimpin. White ingin menunjukkan sisi kesederhanaan Gandhi melalui setting tempat yang ia pilih. Komposisi yang digunakan dalam foto ini adalah golden mean atau umum disebut rule of third. Komposisi ini membagi bidang persegi panjang menjadi sembilan bagian dan titik-titik pertemuan garis yang membagi bidang persegi itu merupakan titik yang paling menarik perhatian mata manusia. Sehingga subjek penting dalam foto lebih baik ditempatkan di titik-titik tersebut.

Foto portrait atau foto yang menggambarkan pribadi seseorang, yang dalam hal ini adalah Gandhi menempatkan Gandhi dalam posisi titik golden mean. Sehingga mata manusia akan tertuju pada sosok Gandhi. Namun, degnan sengaja, sebuah alat pintal berbentuk lingkaran ditempatkan menjadi foreground yang memakan 2/3 area foto. Belum lagi, alat pintal itu menjadi satu-satunya objek berwarna hitam pekat terbesar dalam foto di atas. Sesuatu yang gelap di antara yang terang akan mata manusia. Oleh karena itu alat pintal ini akan lebih menarik perhatian mata manusia dibandingkan pada keberadaan Gandhi.

Dari penempatan yang disengaja ini, White seperti ingin menyampaikan bahwa hidup Gandhi dianalogikan seperti alat pintal yang ia gunakan. Alat pintal itu seperti menggambarkan ajaran-ajaran Gandhi. Sehingga White merasa wajib memasukkan elemen alat pintal itu sebagai bagian yang justru memakan porsi lebih besar dibanding dengan sosok manusia dalam foto portrait ini. Atau, dapat juga diartikan White ingin mengungkapkan bahwa sosok Gandhi dalam foto ini tidaklah lebih besar dibandingkan dengan ajaran-ajarannya. Unsur utama yang menarik dari Gandhi bukanlah sosoknya, melainkan ajaran-ajaran yang mengilhami kehidupannya dan banyak orang di dunia. Foto ini bukan lagi menjadi foto portrait yang hanya menonjolkan atau ingin memperkenalkan sosok atau profil seorang Mahatma Gandhi. Melainkan lebih kepada ajaran-ajarannya yang berhasil membawa India menjadi masyarakat modern seperti sekarang. Dan juga ajaran-ajaran yang terus mendukung terciptanya kedamaian di dunia ini.

Você também pode gostar