Você está na página 1de 44

Kamis, 29 maret 2012 indah_hesti

Selasa, 13 Januari 2009


TEORI HAROLD LASWELL
Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal ilmu komunikasi di Amerika adalah Harold Lasswell. Diktum Lasswell akan selalu diingat oleh mereka yang pernah sedikit belajar ilmu politik atau ilmu komunikasi karena sesungguhnya Harold Lasswell adalah ilmuwan politik-; Who says what, to whom, to which channel and with what effect. Inilah diktum yang akan selalu diingat sebagai suatu model teori komunikasi yang linier, yang ia temukan dari hasil pengamatan dan praktek yang ia lakukan sepanjang masa perang dunia pertama dan kedua. Pada tahun 1926, Harold Lasswell menulis disertasinya yang berjudul Propaganda Technique in the World War yang menyebutkan sejumlah program propaganda yang bervariasi mulai dari konsep sebagai strategi komunikasi politik, psikologi audiens, dan manipulasi symbol yang diambil dari teknis propaganda yang dilakukan oleh Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika. Sebenarnya kata propaganda sendiri merupakan istilah yang netral. Kata yang berasal dari bahasa Latin to sow yang secara etymology berarti: menyebarluaskan atau mengusulkan suatu ide (to disseminate or propagate an idea). Namun dalam perkembangannya kata ini berubah dan mengandung konotasi negatif yaitu pesan propaganda dianggap tidak jujur, manipulatif, dan juga mencuci otak . Pada perkembangan awal ilmu komunikasi, propaganda menjadi topik yang paling penting dibahas pada masa itu, namun anehnya setelah tahun 1940-an, analisis propaganda ini menghilang dari khasanah ilmu-ilmu social di Amerika. Sebagai penggantinya muncullah istilah seperti komunikasi massa (mass communication) atau penelitian komunikasi (communication research), menggantikan istilah propaganda atau opini publik untuk menjelaskan pekerjaan peneliti komunikasi.

Lasswell sendiri memberikan definisi atas propaganda sebagai manajemen dari tingkah laku kolektif dengan cara memanipulasi sejumlah symbol signifikan. Untuknya definisi ini tidak mengandung nilai baik atau buruk, dan penilaiannya sangat bergantung pada sudut pandang orang yang menggunakannya. Sementara itu ahli lain (Petty & Cacioppo 1981) menyebut propaganda sebagai usaha untuk mengubah pandangan orang lain sesuai yang diinginkan seseorang atau juga dengan merusak pandangan yang bertentangan dengannya. Dalam pengertian ilmu komunikasi, baik propaganda maupun persuasi adalah kegiatan komunikasi yang memiliki tujuan tertentu (intentional communication), dimana si sumber menghendaki ada perilaku yang berubah dari orang lain untuk kepentingan si sumber, tapi belum tentu menguntungkan kepada orang yang dipengaruhi tersebut. Jadi propaganda lebih menunjuk pada kegiatan komunikasi yang satu arah, sementara persuasi lebih merupakan kegiatan komunikasi interpersonal (antar individu), dan untuk itu mengandalkan adanya tatap muka berhadap-hadapan secara langsung. Dengan demikian sebenarnya propaganda adalah persuasi yang dilakukan secara massal. Lasswell juga terlibat dalam proyek perang dunia II dengan melakukan analisa isi terhadap pesan-pesan propaganda yang dilakukan oleh pihak sekutu. Dengan analisa tersebut Lasswell bermaksud hendak meningkatkan kemampuan dan metodologi propaganda yang dilakukan pada masa itu. Dengan kata lain, Lasswell tak cuma menganalisa propaganda tapi ia juga menciptakan propaganda lain, menghasilkan para murid yang ahli propaganda untuk membantu pemerintah Amerika dalam mengembangkan propaganda dan program intelejen dari pemerintah. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka kita dapat mengutip model komunikasi dari Harold Lasswell dalam karyanya The Structure And Function Of Communication In Society menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa).

Berdasarkan paradigma Laswell di atas, maka komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seorang komunikan melaui media komunikasi tertentu untuk menghasilkan efek tertentu. Dewasa ini sangat beragam jenis media komunikasi yang beredar di

masyarakat,

yang

dapat

dipergunakan

dalam

kegiatan

berkomunikasi.

Teori-teori komunikasi massa yang berelasi dengan hasil kebudayaan (theories of cultural outcomes) banyak tumbuh dan berkembang dalam kajian komunikasi massa yang ada di Amerika Serikat. Secara garis besar teori-teori yang ada di ranah ini dibagi menjadi dua bagian yaitu yang berfokus pada hasil-hasil kebudayaan umum dan yang berfokus pada pengaruh terhadap inidividu. Untuk mengawalinya, kita akan masuk dari dari kajian mengenai model dan fungsi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Harold Laswell.

Selama ini teori media berkonsentrasi pada bagaimana media bekerja dan pengaruh media terhadap khalayak. Dasar dari perspektif ini adalah pendekatan fungsionalis yang memfokuskan pada sistem komunikasi massa, cara kerja sistem komunikasi massa, dan apa yang dilakukan oleh komunikasi massa.

Salah seorang teoritisi yang mengungkapkan teori yang paling terkenal dan paling awal dalam kajian ini adalah Harold Lasswell. Dalam sebuah artikel klasik yang ditulisnya pada tahun 1948 yang berjudul The Structure and Function of Communication in Society, Lasswell menyajikan suatu model komunikasi yang berbentuk sederhana. Model ini sering diajarkan kepada mahasiswa yang baru belajar ilmu komunikasi. Model yang diutarakan Lasswell ini secara jelas mengelompokkan elemen-elemen mendasar dari komunikasi ke dalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya (Laswell dalam Littlejohn, 1996:334). Model yang dikembangkan oleh Laswell ini sangat populer di kalangan ilmuan komunikasi, dan kebanyakan mahasiswa komunikasi ketika pertama kali belajar ilmu komunikasi, akan diperkenalkan dengan model di atas.

Sumbangan pemikiran Lasswel dalam kajian teori komunikasi massa adalah identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama adalah kemampuan kemampuan media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di sekitar kita, yang dinamakannya sebagai surveillance. Kedua, adalah kemampuan media massa memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat, yang dinamakanya sebagai fungsi correlation. Ketiga adalah fungsi media massa

dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat, yang dalam terminologi Laswell dinamakan sebagai transmission. Dalam perkembangannya, Charles Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment, di mana komunikasi massa dipercaya dapat memberi pemenuhan hiburan bagi para konsumen dengan dikontrol oleh para produsen.

Model Lasswell telah menjadi model komunikasi massa yang melegenda dalam kajian teori komunikasi massa. Maksudnya model Laswell telah banyak digunakan sebagai kerangka analisis dalam kajian komunikasi massa. Karakteristik model Laswell adalah kemampuannya mencatat bagian-bagian yang membentuk sistem komunikasi massa dan serempak pula dapat menggambarkan hasil-hasil yang hendak dicapai oleh komunikasi massa melalui ketiga fungsi yang telah dijelaskan di atas. Sejak awal buku ini, banyak fungsi dari komunikasi massa yang telah singgung. Agar lebih jelas kita akan melihat pada beberapa di antara fungsi komunikasi massa secara lebih mendalam melalui berbagai teori dalam pembahasan berikut. Kita mengawalinya dari bagian tentang teori mengenai difusi informasi dan pengaruh.

Diposkan oleh indah_hesti di 23:42 3 komentar:

Hitam Putih mengatakan... Thank's ya Mbak untuk infonya, help me a lot!! Saya numpang copy ya... 19 Maret 2009 20:46 DATU mengatakan... mba/ibu indah blog-nya saya kutip ke blog saya ga apa-apa kan...? klo ga apa-apa trims buanyyak ya..?

18 Juni 2009 11:34 tjeng ing mengatakan... mak indah hesti. ringkas dan mudah di mengerti .sy juga mau numpang copy ya.. thanks 13 Agustus 2011 07:18 Poskan Komentar Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2009 (1) o Januari (1) TEORI HAROLD LASWELL 2008 (2)

Mengenai Saya
indah_hesti Lihat profil lengkapku
.

Komunikasi Massa
Monday, June 27, 2005
Teori Hasil Kebudayaan

Oleh : Fajar Junaedi S.Sos, M.Si (Staf Pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, e-mail/friendster di my_fajarjun@plasa.com) Teori-teori komunikasi massa yang berelasi dengan hasil kebudayaan (theories of cultural outcomes) banyak tumbuh dan berkembang dalam kajian komunikasi massa yang ada di Amerika Serikat. Secara garis besar teori-teori yang ada di ranah ini dibagi menjadi dua bagian yaitu yang berfokus pada hasil-hasil kebudayaan umum dan yang berfokus pada pengaruh terhadap inidividu. Untuk mengawalinya, kita akan masuk dari dari kajian mengenai model dan fungsi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Harold Laswell. Selama ini teori media berkonsentrasi pada bagaimana media bekerja dan pengaruh media terhadap khalayak. Dasar dari perspektif ini adalah pendekatan fungsionalis yang memfokuskan pada sistem komunikasi massa, cara kerja sistem komunikasi massa, dan apa yang dilakukan oleh komunikasi massa. Salah seorang teoritisi yang mengungkapkan teori yang paling terkenal dan paling awal dalam kajian ini adalah Harold Lasswell. Dalam sebuah artikel klasik yang ditulisnya pada tahun 1948 yang berjudul The Structure and Function of Communication in Society, Lasswell menyajikan suatu model komunikasi yang berbentuk sederhana. Model ini sering diajarkan kepada mahasiswa yang baru belajar ilmu komunikasi. Menurut Lasswell komunikasi dapat didefinisikan sebagai : Siapa (who) Bicara apa (says what) Pada saluran mana (in which channel) Kepada siapa (to whom) Dengan pengaruh apa (with what effect) Model yang diutarakan Lasswell ini secara jelas mengelompokkan elemen-elemen mendasar dari komunikasi ke dalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya (Laswell dalam Littlejohn, 1996:334). Model yang dikembangkan oleh Laswell ini sangat populer di kalangan ilmuan komunikasi, dan kebanyakan mahasiswa komunikasi ketika pertama kali belajar ilmu komunikasi, akan diperkenalkan dengan model di atas. Sumbangan pemikiran Lasswel dalam kajian teori komunikasi massa adalah identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama adalah kemampuan kemampuan media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di sekitar kita, yang dinamakannya sebagai surveillance. Kedua, adalah kemampuan media massa memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah yang dihadapi

masyarakat, yang dinamakanya sebagai fungsi correlation. Ketiga adalah fungsi media massa dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat, yang dalam terminologi Laswell dinamakan sebagai transmission (Shoemaker dan Resse, 1991 : 28-29). Dalam perkembangannya, Charles Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment, di mana komunikasi massa dipercaya dapat memberi pemenuhan hiburan bagi para konsumen dengan dikontrol oleh para produsen (Shoemaker dan Resse, 1991 : 28). Model Lasswell telah menjadi model komunikasi massa yang melegenda dalam kajian teori komunikasi massa. Maksudnya model Laswell telah banyak digunakan sebagai kerangka analisis dalam kajian komunikasi massa. Karakteristik model Laswell adalah kemampuannya mencatat bagian-bagian yang membentuk sistem komunikasi massa dan serempak pula dapat menggambarkan hasil-hasil yang hendak dicapai oleh komunikasi massa melalui ketiga fungsi yang telah dijelaskan di atas. Sejak awal buku ini, banyak fungsi dari komunikasi massa yang telah singgung. Agar lebih jelas kita akan melihat pada beberapa di antara fungsi komunikasi massa secara lebih mendalam melalui berbagai teori dalam pembahasan berikut. Kita mengawalinya dari bagian tentang teori mengenai difusi informasi dan pengaruh. Difusi Informasi dan Pengaruh Riset yang melahirkan teori difusi dan pengaruh dilakukan pada tahun 1940 oleh Paul Lazarsfeld terhadap masyarakat kota New York. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lazarsfeld menunjukan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh komunikasi massa dipengaruhi juga oleh faktor lain yaitu oleh komunikasi antar personal. Lazarsfeld menamainya sebagai two-step flow hipotesis. Teori ini masih mempunyai pengaruh yang sangat besar mengenai studi komunikasi massa, terutama terhadap studi mengenai khalayak. Pada studi awalnya Lazarsfeld menemukan bahwa informasi dan pengaruh dari media massa disebarluaskan oleh para penentu opini kepada khalayak luas, setelah mereka menerima informasi dari media, sehingga isi pesan media tidak serta merta tersebar dan apalagi menjadi opini publik di dalam khalayak luas. Teori two-step flow terangkum dalam karya Elihu Katz dan Paul Lazarsfeld Personal Influence. Mereka berdua menyatakan bahwa individu tertentu yang disebut sebagai penentu opini (opinion leader) menerima informasi dari media dan menyalurkannya kepada teman mereka. Penentu opini adalah dalam semua kelompok : pekerjaan, sosial, masyarakat dan lainnya. Individual ini sulit dibedakan dari anggota kelompok lain karena kepemimpinan opini bukan merupakan pemberian namun merupakan peran yang diambil oleh beberapa individu dalam keadaan tertentu. Kepemimpinan pendapat berubah dari waktu ke waktu dari isu ke isu. Penentu opini dalam pandangan mereka dapat terdiri dari dua bentuk yaitu penentu opini yang hanya memiliki pengaruh pada satu topik saja, atau monomorhism, dan mereka yang berpengaruh pada bermacam topik atau polymorhism. Monomorphism menjadi lebih dominan ketika sistem komunikasi yang berlaku sifatnya menjadi lebih modern. Seorang kepala desa tentu memiliki pengaruh terhadap beragam topik, sedangkan seorang sarjana pertanian akan memiliki pengarh terhadap isu yang berkaitan dengan pertanian, seperti penyakit tanaman, hama tanaman, cara pemupukan yang benar dan sebagainya.

Riset lanjutan yang dikerjakan oleh Lazarsfeld telah memperlihatkan bahwa penyebaran ide adalah bukan merupakan proses dua langkah yang sederhana. Suatu model multi-langkah (multistep flow) sekarang lebih banyak diterima secara umum. Model ini serupa dengan model hipotesis dua-langkah (two step flow), tapi memberi lebih banyak kemungkinan daripada hipotesis dua langkah. Penelitian yang telah dilakukan telah memperlihatkan bahwa jumlah yang terbesar dari penyaluran antara media dan penerima terakhir adalah suatu variabel. Dalam adopsi inovasi ini, misalnya, individu tertentu akan mendengar tentangnya langsung dari sumber media, sedangkan lainnya mungkin akan berkurang banyak tahapan. Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensikonsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama. Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336). Opini Publik dan Gelombang Kebisuan (Public Opinion and the Spiral of Silence) Ketika Susilo Bambang Yudhoyono meletakan jabatan di penghujung kekuasaan Presiden Megawati, media massa ramai-ramai memberitakan mengenai peristiwa tersebut. Banyak media massa yang juga mengekspos perseteruan Susilo Bambang Yudhoyono dan Taufik Kiemas, suami presiden. Media menggambarkan Susilo Bambang Yodhoyono sebagai orang teraniaya, dan timbulah opini publik yang menyudutkan Megawati. Opini ini semakin meluas karena media massa mem-blow up secara besar-besaran. Suara pendukung Megawati yang membela kebijakannya semakin lama semakin tenggelam karena porsi yang diberikan media massa kepada mereka juga semakin mengecil. Dari realitas di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa memiliki banyak hubungan dengan pembentukan opini publik. Wacana mengenai opini publik telah menjadi pertimbangan yang besar dalam pengambilan keputusan politik yang diambil oleh para elit politik. Teori yang dikemukakan oleh Elisabeth Noelle-Newman mengenai gelombang kebisuan merupakan pengembangan dari teori mengenai opini publik dengan melanjutkan analisis yang mampu menunjukan bagaimana komunikasi antar personal dan media bekerja bersama-sama dalam membangun opini publik. Asumsi dasar yang dikemukakan oleh Noelle-Newman adalah bahwa orang-orang pada umumnya secara alamiah memiliki rasa takut terkucil. Dan dalam pengungkapan opini, mereka berusaha menyatu dengan mengikuti opini mayoritas atau konsensus. Sumber konsensus utama adalah media massa, dan akibatnya para jurnalis yang mungkin memiliki pengaruh cukup besar untuk melakukan penetapan mengenai apa yang dipandang sebagai iklim opini yang berlaku pada saat tertentu dalam isu tertentu atau yang lebih luas.

Noelle-Newman sebenarnya adalah peneliti politik Jerman. Ia mengadakan observasi dalam pemilihan umum yang memperlihatkan adanya beberapa pandangan nampaknya lebih berjalan baik daripada pandangan yang lainnya. Kadang-kadang sebagian publik lebih memilih untuk diam saja atau membisu mengenai opini yang ada dalam pikiran mereka daripada memperbincangkannya. Jika opini umum dari media massa semakin tersebar dan meluas di masyarakat, maka semakin senyap suara perseorangan yang berlawanan dengan pendapat umum yang lebih dominan. Noelle-Newmann kemudian menyebut proses ini sebagai gelombang kebisuan. Penelitian yang dilakukannya berkaitan dengan kondisi di Jerman di tahun 1960 sampai dengan 1970-an, di mana Partai Demokrasi Sosial berkuasa pada saat itu. Kekuasaan partai ini tidak lepas dari peran media massa yang cenderung kekiri-kirian di masa itu, sejalan dengan ideologi Partai Demokrasi Sosial. Peran media massa yang seperti ini mampu menciptakan gelombang kebisuan di dalam khalayak yang tidak menyukai Partai Demokrasi Sosial. Yang tersisa hanyalah suara publik yang mendukung kebijakan Partai Sosial Demokrat (McQuail, 1996 : 252). Cultivation Analysis Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum. Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan simbolik kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254). Ada beberapa tahap riset yang dilakukan untuk meneliti mengenai agresi sebagai efek komunikasi massa. Di Amerika Serikat semenjak tahun 1950-an telah ada usaha untuk dilakukan untuk meneliti hubungan antara adegan kekerasan yang ditonton oleh khalayak dengan perilaku agresi. Riset yang dilakuakn ini mayoritas lahir disebabkan oleh karena ada kecemasan akibat semakin meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam televisi. Sebagai bukti tingginya tayangan kekerasan di televisi diperlihatkan dengan hasil riset analisis isi yang dilakukan George Gerbner di tahun 1978 yang menunjukan 80 sampai dengan 90 persen adegan yang ada dalam program televisi di Amerika Serikat berisi adegan kekerasan (Rakhmat, 1999 : 234).

Menurut Baron dan Byrne terdapat tiga fase riset mengenai kultivasi. Pertama adalah fase Bobo Doll, kedua adalah fase penelitian laboratorium dan ketiga adalah fase riset lapangan (Baron dan Byrne dalam Rakhmat, 1999 : 234). Fase pertama dirintis oleh Bandura dan kawan-kawannya yang mencoba meneliti apakah anak-anak yang melihat orang dewas melakukan tindakan agresi juga akan melakukan agresi sebagaimana yang mereka lihat. Seratus anak-anak setingkat taman kanak-kanak dibagi ke dalam empat kelompok, dengan treatment yang berbeda. Satu kelompok pertama melihat seorang dewasa menyerang boneka balon Bobo Doll sambil berteriak garang, Hantam! Sikat hidungnya!. Kelompok kedua dari anak-anak tersebut melihat tindakan yang sama dalam film berwarna pada pesawat televisi. Kelompok ketiga juga melihat adegan film televisi, namun yang tidak menampilkan adegan kekerasan. kelompok terakhir, sama sekali tidak diberi akses menonton adegan kekerasan sama sekali. Setelah treatment tersebut setiap anak diberikan waktu untuk bermain selama 20 menit sembari diamati melalui kaca yang tembus pandang. Di ruangan bermain disediakan Bobo Doll dan alat-alat permainan lainnya, dan terbukti kelompok pertama dan kedua melakukan tindakan agresif, sebanayk 80 90 persen dari jumlah kelompok tersebut. Fase kedua penelitian kultivasi yang mencoba mengganti obyek perilaku agresif secara lebih realitis, yaitu bukan lagi boneka plastik melainkan manusia. Adegan kekerasan diambilkan dari film-film yang dilihat para remaja yaitu film serial televisi The Untouchtables. Liebert dan Baron, yang melakukan penelitian generasi kedua ini di tahun 1972, membagi para remaja menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama melihat film The Untouchtables yang berisi beragam adegan kekerasan, dan yang kedua melihat adegan menarik dari televisi tapi tidak dibumbui adegan kekersan sama sekali. Kemudian mereka diberi kesempatan untuk menekan tombol merah yang dikatakan dapat menyakiti remaja yang berada di ruangan lain. ternyata kelompok pertama lebih banyak dan lebih lama menekana tombol merah daripada kelompok kedua. Fase ketiga dilakukan Layens dan kawan-kawan di Belgia tahun 1975. Perilaku agresif diamati pada situasi ilmiah bukan di laboratorium dan dengan jangka waktu yang lama. kegiatan obyek yang diteliti juga tidak diganggu sama sekali. Mereka dibagi kedalam dua kelompok, di mana kelompok pertama menonton lima film berisi adegan kekerasan selama seminggu dan kelompok kedua menonton lima film tanpa adegan kekerasan. Selama seminggu itu pula perilaku mereka diamati secara intens, dan ternyata kelompok pertama lebih sering melakukan adegan kekerasan (Rakhmat, 1999 : 243 245). Agenda Setting Masyarakat yang terpelajar telah lama mengetahui bahwa media mempunyai potensi untuk membangun wacana untuk publik. Salah satu dari penulis pertama yang memformulasi ide ini adalah Walter Lippman, seorang wartawan Amerika yang memiliki reputasi tinggi. Lippmann dikenal untuk penulisan jurnalistiknya, pidatonya, dan komentar sosialnya. Lippman menyatakan pandangan bahwa respon publik tidak kepada kejadian yang sebenarnya dalam lingkungan, melainkan menggambarkan di dalam kepala, yang dia sebut sebagai pseudoenvironment (Lippman dalam Littlejohn., 1996 : 341). Fungsi agenda setting dikemukakan oleh Donald Shaw, Maxwell McCombs, dan teman-teman mereka. Menurut mereka:

Bukti-bukti yang penting telah terakumulasi bahwa editor dan penyiar memegang peran yang sangat penting dalam membentuk kenyataan sosial kita ketika mereka menjalani tugas seharihari dalam memilih dan menampilkan berita. Pengaruh media massa ini kemampuan untuk memberi pengaruh perubahan secara kognitif, untuk membentuk pemikiran mereka- telah diberi label sebagai fungsi penetapan agenda dari komunikasi massa. Di sini mungkin terletak pengaruh yang paling penting dari komunikasi massa, kemampuannya untuk secara mental mengurutkan dan mengorganisir dunia untuk kita. Sigkatnya, media massa mungkin tidak akan berhasil dalam menceritakan kepada kita apa pikiran kita, namun mereka secara besar-besaran berhasil dalam memberi tahu kita apa pikirkan (Shaw dan McCombs dalam Littlejohn, 1996 : 341). Agenda setting yang kedua adalah proses linier tiga-bagian. Pertama, prioritas dari isu yang akan dibahas dalam media, atau yang dikenal sebagai agenda media, harus ditetapkan. Kedua, agenda media dalam beberapa cara mempengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang publik pikirkan, atau agenda publik. Akhirnya ketiga, agenda publik mempengaruhi atau berinteraksi dalam beberapa cara dengan para pembuat keputusan politik yang dianggap penting, atau agenda politik. Dalam teori yang paling sederhana dan paling langsung, kemudian, agenda media mempengaruhi agenda publik, dan agenda publik mempengaruhi agenda politik. Kejadian di sepanjang akhir kekuasan Orde Baru menjadi bukti yang nyata dari fungsi ini. Tatkala hargaharga kebutuhan pokok semakin melejit dan nilai tukar rupiah merosot, media massa ramairamai memberitakan kejadian ini. Sebagai akibatnya, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah saat itu juga semakin menipis dan mengakibatkan pemerintahan jatuh. Meskipun sejumlah studi memperlihatkan bahwa media dapat secara kuat mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi agenda publik, namun ternyata masih belum jelas apakah agenda publik sendiri tidak mempengaruhi agenda media. Hubungan ini bisa jadi dikarenakan lebih sebagai salah satu dari hubungan sebab akibat timbal balik daripada hubungan sebab akibat linier (searah). Lebih jauh lagi, sepertinya kejadian aktual mempunyai pengaruh kepada keduanya, baik agenda media dan agenda publik. Setidaknya terdapat tiga macam pengaruh penetapan agenda. Pertama adalah derajat seberapa media merefleksikan agenda publik, disebut sebagai representasi. Dalam agenda representasi, publik mempengaruhi media. Kedua, adalah dipertahankannya agenda yang sama oleh publik di semua waktu, yang disebut persistence. Dalam agenda publik persisten, media mungkin memiliki pengaruh yang kecil. Ketiga, terjadi ketika agenda media mempengaruhi agenda publik, disebut sebagai persuasi. Pengaruh jenis yang ketiga di mana media mempengaruhi publik adalah tepat seperti yang diprediksi oleh teori agenda setting (McQuail, 2002 : 456). Ada sebuah pertanyaan mendasar yang menarik untuk dijawab, yaitu siapa yang pada mulanya mempengaruhi agenda media? posted by Fajar Junaedi @ 10:12 PM 0 Comments: Post a Comment Links to this post:

Create a Link << Home Bahan kuliah Komunikasi Massa di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diijinkan untuk mengutip sebagai referensi, tetapi harus menghormati karya intelektual, dengan menulis asal referensi sesuai dengan kaidah ilmiah.Jika tidak,maka dianggap sebagai plagiatisme !!

About Me

Name: Fajar Junaedi Location: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jogjakarta, Indonesia Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dosen tamu di program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Islam Indonesia. Penulis lepas di media massa.

Digital Collections

Digital Collections
2

of 10

Quality

Digital Collections
3

of 10

Quality

Digital Collections
4

of 10 of 10

Quality Digital Collections Quality

Digital Collections
5

of 10

Quality

Digital Collections
6

of 10

Quality

Digital Collections of 10 Digital Collections


8
7

Quality

of 10

Quality

Digital Collections
8

of 10

Quality

Digital Collections
9

of 10

Quality

Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia


Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell
Sat, 10/11/2007 - 6:54pm Rejals Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960). Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960): 1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator. 2. Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan. 3. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll). 4. To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber.Disebut tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik(decoder). 5. With What Effect? (dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan, dll.

Contoh: Komunikasi antara guru dengan muridnya. Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau komunikan.Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media).Setelah itu guru harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan umur si komunikan,juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan. Kesimpulan: Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator.Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect. . (Source: alecbayonet) Jun 10. 13602 Notes. Terkadang sesuatu yg di cintai itu adalah sesuatu yg tidak dimiliki.. #garila haha from @arieiei. mungkin bener kata ei sesuatu yang dicintai itu adalah sesuatu yang tidak kita miliki. Bertepuk sebelah tangan. aku menyukainya tapi dia tidak, aku mengenalnya tapi kau tak mengenalku. melihatmu dari kejauhan adalah keindahan, melihatmu bersama orang lain adalah kebahagiaan, meski orang itu adalah orang yang ku benci, namun semua indah jika kau merasa bahagia. Radar selalu cepet tanggep, kalo udah liat dia, langsung tersambung, kadang suka blahbloh kalo ada dia, halo bangun nona, bangun jangan hidup di dunia mimpi, its just dream, wake up,kagumi lah dia dengan cara yang wajar, kagumi dia layaknya seorang inspirator yang akan selalu mendukungmu dan memotivasimu, jangan cari dia, biarkan dia datang dengan cara yang tuhan inginkan, pikirkan dia, jika kau mau memikirkannya, jangan paksa ia untuk hadir, jangan paksa ia untuk melihatmu, biarkan dia melihat keindahannmu dengan cara tuhan. tuhan selalu punya cara indah untuk memberimu cobaan, cobaan terberat adalah ketika kau melihat dan kau tak mau berpaling dari wajahnya. aku memang tak memiliki jiwa dan hatimu, namun aku memiliki perasaan yang aku anggap tulus terhadapmu, bukan hayalan tapi sebuah kenyataan. selama ini kau hadir dengan cara-cara indah tuhan tanpa aku sadari, aku mencintaimu karena kecintaan tuhan terhadapku, kehadiranmu adalah keindahan yang tuhan berikan, meski indah, tapi aku tak tahu apakah kau layak ada di sampingku dan begitupula sebaliknya. tuhan akan mempertemukan kita kelak, jika semuanya telah jelas, aku akan mengenalmu, jika tuhan

berkehendak, atau aku akan melupakanmu karena tuhan mau aku mengingat orang lain yang lebih baik dari dirimu. aku wanita biasa yang terkadang ingin menjadi orang lain, ingin semua impianku menjadi kenyataan tanpa aku harus berbuat apapun. tuhan begitu dekat dengan aku, tuhan selalu mendengar apa yang aku katakan, termasuk ketika hatiku bercerita tentang kamu. kau menoleh ke arahku, dan menatap aku meski hanya sesaat itu adalah keindahan, aku melihatmu dan aku juga merasa kau melihatku, aku merindukanmu, dan aku tahu tuhan sampaikan rinduku pada mu. terimakasih telah menjadi sesuatu yang membuat aku merasa bahagia, mendambamu, dan berharap mendapatkan cinta darimu. indah tetap indah takan hilang jika memang indah, merah, hitam, kacamata, karisma, kemeja kotak-kotak, boots, sepedah, baju garis-garis, kamera, senyum, tatapan, tawa memang indah. mengingatmu membuatku merasa malu :) Jun 10. 0 Notes. May 06. 7772 Notes.

its my think
jika mereka tak peduli padaku, maka hanya aku yang peduli pada diriku sendiri takada lagi selain aku, jika tak ada orang yang berbesar hati unuk menghiburku maka akulah yang akan menghibur diriku sendiri. jika kalian tak mau tau urusanku maka aku ingin tahu urusanku sendiri, jika tak ada yang meminjamkan bahunya untuk ku maka aku akan memakai bahuku sendiri. jika tak ada yang mampu menasihatiku maka aku akan mensihati diriku sendiri, jika tak ada yang dapat menenangkanku maka aku akan menenangkan hatiku sendiri. hanya itu yang dapat aku lakukan, berdiri karena diriku sendiri, jika semua menilaiku buruk maka diriku sendiri yang menilaiku baik, karena aku mau mendengarakan apa yang orang lain katakan tanpa ada penolakan aku tidak begitu. jika ada sesorang yang sanggup berada di sampingku aku ucapkan terimakasih. terimaksih telah mendampingiku hingga kini, telah kuat menghadapi aku yang keras, mengalahkan egomu hanya untuk aku, karena aku tau kau bertahan di sini karena kau mau menerimaku dan menurunkan egomu untuk aku, dan mungkin hanya sedikit orang yang mampu begitu, rata-rata dari mereka lari dari aku karena aku selalu tak mau kalah, aku hanya mementingkan egoku, namun ketahuilah banyak yang aku korbankan, aku tak mau sesumbar apapun, karena aku tak mau orang lain tau, saat itu hanya hatiku yang berkata, ia menenangkanku, ia membesarkanku. jika ada orang yang mengerti aku pasti bukan kamu, dia atau mereka, melainkan hatiku sendiri karena ia telah mampu mendamaikan hatiku ketika mereka berontak, ia selalu menasehati aku ketika aku tak mampu berfikir jernih, aku satu tubuh namun aku memiliki dua fikiran, ketika tak ada orang yang mendengarkan aku maka aku akan bercerita dengan diriku sendiri, ia selalu

berkata bijak, ia tak pernah mengatakan apa yang ingin aku dengar, namun ia selalu memberikan ketenangan, selebihnya aku akan berfikir untuk memikirkan solusi terbaik. jadi ketika aku ingin bertanya pada diriku untuk menilai aku, aku akan menilai diriku sendiri dan nilaiku adalah 6,5 itu tandanya aku haris memperbaiki nilai ku apa yang aku anggap buruk, maka itu pula yang akan orang lain katakan. semua bermula dari dirikita, jika kita menilai bagus maka kita akan di nilai bagus oleh orang, tak ada yang bisa menjadi penghibur terbaik selain dirimu sendiri :) Apr 13. 0 Notes.

aku dan tulisanku


adakah yang dapat mengajariku menulis, menulis tentang sebuah kisah cinta, cinta tentang dia, dia yang aku fikirkan. aku ingin menulis tentang dia, tentang hidupku, tentang mereka, dan semua yang aku fikirkan dan segala ingatan indah tentang mereka. ku lihat ia menulis dengan indah, membuat aku ingin menulis, tapi aku tak mampu menuangkan kalimat indah yang ada di dalam sini. aku ingin semua mengerti aku karena tulisanku, aku ingin semua melihat, bukan melihat aku tapi melihat tulisanku, bintang tak mampu menguraikan kata, namun dengan sinarnya ia menguraikan keindahan, keindahan yang tak mampu di sajikan oleh sang mentari, jikalaupun bisa mungkin rasanya bebeda. aku dan kamu memang berbeda, jika tulisan kita sama, tapi rasanya berbeda, tulisanmu dengan gayamu dan tulisanku dengan gayaku, meski ceritanya sama, namun tetap berbeda, jika aku mencintai kamu dan dia juga mencintaimu namun kami berbeda, aku dan dia memang mencintaimu namun kami punya cara yang berbeda untuk mengungkapkan rasa cinta kami. aku dan dia memang kembar, sama, namun hati kami berbeda jangan kau samakan aku dengan kembaranku, hanya fisik kami yang sama namun jiwa kami berbeda, jika ia ingin menjadi dokter maka aku ingin menjadi pelukis. kadang aku berfikir aku bukanlah seorang pujangga yang mampu merangkai kata-kata dengan indah, namun aku selalu ingin menjadi pujangga dengan mencoba menrangkai walau hasilnya tak memuaskan. ku tulis sebuah cerita tentang dia, dia yang kurasa layak untukku tulis. aku tak perlu menulis dengan pena, aku ingin melukis dengan air, udara, tanah, tinta, dan warna, atau mungkin akan aku tuliskan dia dengan situasi-situasi tertentu, apa kau bilang ini ukan menulis, hay nona taukah kau menulis merupakan sebuah kegiatan komunikasi, aku sedang berkomunikasi, dengan segala cara dan ku katakan aku menulis yang intinya aku memberitahumu tentang rasa, cinta, dan karunia, tak perlu kau uraikan kata-kata namun hanya perlu kau ulaskan sedikit senyum jika kau memang benar-benar menyukainnya, jika kau tidak menyukainya tinggalkan saja dan cari apa yang menurut hatimu indah, sesimple itu nona, aku diam bukan karena aku bisu, aku hanya ingin orang memahamiku bukan karena aku menjelaskan panjang lebar apa yang aku mau, aku ingin kau mengerti aku dengan tulisan sederhanaku, meski rumit inilah aku dengan goresan penaku Apr 13. 0 Notes.

geek-art: Geek-Art.net : John Martz Trexels Star Trek and pixels fans, here comes your daily orgasm with no less than 235 pixelized characters ! Awesome work by John Martz ! via Howtocarveroastunicorn Apr 07. 8555 Notes. c. Teori Social Category (DeFleur) Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu/sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, ekonomi, agama dsb. Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya special atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu. Sebagai contoh: Majalah Bobo misalnya diperuntukan untuk anak-anak, majalah Bola, Soccer, diperuntukan bagi mereka yang senang olahraga. Begitu juga di media elektronik disajikan acara-acara tertentu yang memang diperuntukan bagi kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan waktu dan segmen khalayaknya. (pepyteknokra, 2010 http://pepyteknokra.wordpress.com/2010/01/10/teori-komunikasi-massa/, 6 april 2010) Teori kategori sosial teori kategori sosial beranggapan bahwa terdapat kategori sosial yang luas dalam masyarakat kota industri yang kurang lebih memiliki prilaku sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Kategori sosial tersebut di dasarkan pada usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota) ataupun agama. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa dapat di gambarkan bahwa majalah mode jarang di beli oleh pria, sedangkan majalah olahraga jarang dibaca oleh wanita. variabel-variabel seperti jenis kelamin, umur, pendidikan tampaknya turut menentukan slektivitas seseorang terhadap media yang ada. asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang berhubungan dengan kemajemukan masyarakat modern, di mana di nyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifatsifat tertentu yang sama akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan dalam orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi. masyarakat yang memiliki orientasi sama, lebih

kurang akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara yang sama. perbedaan yang pokok antara teori perbedaan-perbedaan individu dengan teori kategori sosial adalah pada latar belakang dasar ilmu yang mendukungnya serta pada objeknya. teori perbedaan-perbedaan individu berdasarkan pada perkembangan teori psikologi umum, sedangkan teori ketegori sosial berdasarkan pada teori sosiologi umum. Objek dari teori perbedaan-perbedaan individu, dan objek teori kategori sosial adalah pada kelompok yang memilikii persamaan status sosial tertentu. pada 1948, Harold D. Laswell merumuskan penggabungan teori-teori serta variabel yang erat hubungannya. ketika ia menyatakan bahwa cara paling tepat untuk menggambarkan kegiatan komunikasi adalah mnjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: - siapa? - mengatakan apa? - Dengan saluran yang mana? - kepada siapa? - dengan pengaruh bagaimana? teori ini tetap kontemporer dan senantiasa dimanfaatkan dalam penelitian komunikasi massa. hanya beberapa variabel di modifikasi antara lain rangsangan media dan tanggapan audience. Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar teori dan manajemen komunikasi. MedPress. Yogyakarta. Apr 06. 0 Notes.

Kompersos
Nama Teori Pencetus dan sejarah Asumsi dasar Kekuatan kelemahan keterangan Social Categories Theory (Teori Kategori Sosial) Melvin L. Defleur : Bahwa teori kategori sosial kadang tumpang tindih dengan teori perbedaan individual, tetapi berasal dari sumber secara disipliner amat berbeda. Teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki beberapa ciri yamg sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang

sama. Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan dengan suatu gejala seperi dalam suatu media massa dalam perilaku dan seragam. Anggota anggota dari suatu kategori tertentu akan memilih pesan komunikasi yang kira-kira sama, dan menanggapinya dengan cara yang hampir sama pula. Teori kategori sosial merupakan formula yang lebih bersifat penjelasan dari pembahasan, tetapi sejauh dapat digunakan sebagai landasan untuk prediksi kasar dan sebagai pedoman untuk penelitian, teori tersebut dapat berfungsi sebagai teori sederhana untuk media massa.

Anggota anggota dari suatu kategori tertentu akan memilih pesan komunikasi yang kirakira sama. dan menanggapinya dengan cara yang hampir sama pula. Bersifat penjelasan dari pada pembahasan. Dapat dikaitkan dengan Teori Perbedaan Individual Berasal dari sosiologi umum mengenai massa. Jika keduanya dikaitkan akan membawa teori kontemporer mengenai komunikasi massa. Keduanya mewakili modifikasi teori Respon Stimulus yang bersifat mekanistis.

Amri Zami (2010) from http://mantanresidivis.wordpress.com/2010/05/07/314/ http://books.google.co.id/books?id=xtHs4pLWdqAC&pg=PA23&dq=teori+kategori+sosial&hl= id&ei=H7uSTfv0EIKmvQO3nY29CA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CC 0Q6AEwAQ#v=onepage&q=teori%20kategori%20sosial&f=false 3. Social Categories Theory ( teori kategori social ) Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menempilkan teori ini mengatakan bahwa teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan perkumpulan, kategori sosial pada masyarakat urbanindustrial yang perikakunya ketika diterpa perangsang- perangsang tertentu hampir seragam. Asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri ciri yang sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama. Persamaan gaya, orientasi dan perilakuakan berkaitan pada suatu gejala seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam. bagus boedhi (2009) from http://bagusboedhi.blogspot.com/2009/06/teori-teori-dalamkomunikasi-massa.html . SOCIAL CATEGORIES THEORY ( TEORI KATEGORI SOSIAL ) Melvin L. DeFleur mengatakan bahwa teori ini kadang kadang tumpang tindih dengan Teori Perbedaan Individual, tetapi berasal dari sumber yang secara disipliner amat berbeda. Teori ini menyatakan adanya perkumpulan perkumpulan, kebersamaan kebersamaan atau kategori kategori social pada masyarakat urban industrial yang perilakunya ketika diterpa perangsang perangsang tertentu hamper seragam. Ciri cirinya : usia, seks,pendapatan, pendidikan, permukiman atau pertalian yang bersifat religius.

DeFleur juga menegaskan bahwa teori ini konsisten dengan dan tampaknya berasal dari sosiologi umum mengenai massa. Ia juga mengutip formula Lasswell, menurutnya perpaduan dari kedua teori dengan variable variable situasional terkait. Menurut Lasswell cara tepat menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What In Which To Whom With What Effect atau Siapa Mengatakan Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa. fatur (2010) from http://fatur24.wordpress.com/2010/10/05/teori-%E2%80%93-teorikomunikasi-pada-tahap-selanjutnya-1950an/ 7. Melvin L. DeFleur . Konsep komunikasi yang digunakan oleh Melvin L. DeFleur. Melvin L. DeFleur menggambarkan model komunikasi massa alih-alih komunikasi anatrpribadi. Seperti diakui DeFleur, modelnya merupakan perluasan dari model-model yang dikemukankan para ahli lain, khususnya Shannon dan Weaver, dengan memasukan perangkat mediamassa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback device). Ia menggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter) penerima ( receiver) dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa, serupa dengan fase-fase yang digambarkan Schramm (source, encoder, signal, decoder, destination) dalam prose komunikasi massa. Transmitter dan receiver dalam model DeFleur, seperti juga Transmitter dan receiver dalam model Shannon dan Weaver, parallel dengan encoder dan decoder dalam model Schramm. Source dan transmitter adalah dua fase / fungsi yang berbeda yang dilakukan seseroang. Fungsi receiver dalam model DeFleur adalah menerima informasi dan menyandi-baliknya mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan (system symbol yang signifikan). Dalam percakapan biasa, receiver ini merujuk kepada alat pendengan manusia, yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi implus saraf, sehingga menjadi symbol verbal yang dapat dikenal. Dalam komunikasi tertulis, mekanisme visual mempunyai fungsi sejajar. Menurut DeFleur komunikasi bukanlah pemindahan makna. Alih-laih, komunikasi terjadi lewat suatu operasi seperangkat komponen dalam suatu system teoritis, yang keonsekuensinya adalah isomorfisme (isomorphism) diantara respons internal (makna) terhadap seperangkat symbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima. Isomorfisme makna merujuk pada upya membauta makna terkoordinasikan antara pengirim dan khalayak. (Okie (2007) from: http://okisukirman.blogspot.com/2007/02/tokoh-yang-paling-berjasa-dalam-dunia.html,06April 2010) Lawrence Melvin DeFleur (lahir April 27, 1923 di Portland, Oregon ) adalah seorang profesor dan sarjana di bidang komunikasi . His initial field of study was social sciences . bidang studi awal Nya adalah ilmu-ilmu sosial . Biografi DeFleur menerima gelar Ph.D. dalam psikologi sosial dari University of Washington pada tahun 1954. DeFleur menerima Gelar Ph.D. dalam psikologi sisial bahasa Dari Universitas Washington PADA Tahun 1954. Tesisnya, studi Eksperimental hubungan stimulus respon dalam komunikasi leaflet, menarik dari sosiologi, psikologi, dan komunikasi, untuk mempelajari bagaimana informasi disebarkan melalui | masyarakat Amerika. Tesisnya, Eksperimental studi menjabarkan hubungan stimulus respon dalam KOMUNIKASI leaflet, menarik bahasa Dari sosiologi, psikologi, Dan KOMUNIKASI, untuk mempelajari bagaimana Informasi disebarkan Canada produksi | Masyarakat amerika.

Dia telah mengajar di Indiana University (1954-1963), University of Kentucky (1963-1967), Washington State University (1967-1976), University of New Mexico (1976-1980), University of Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-1994) dan University of Washington sebelum mengambil posisinya saat ini sebagai profesor komunikasi di Departemen Boston University Komunikasi Massa, Periklanan dan Hubungan Masyarakat. Dia telah mengajar di Indiana University (1954-1963), Maka Universitas Kentucky (1963-1967), Washington State University (1967-1976), di University of New Mexico (1976-1980), di Universitas Miami (1981-1985 ), Syracuse University (1987-1994) Dan Universitas Washington sebelum mengambil inisial Posisi saat sebagai Profesor di Universitas Boston KOMUNIKASI menurut Departemen KOMUNIKASI Massa, Periklanan Dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, dia adalah seorang Profesor Fulbright ke Argentina dua kali: dan berafiliasi dengan Masyarakat Sosiologi Argentina dan Masyarakat Ibero-Interamerican sosiologis, di mana dia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Selain ITU, AGLOCO adalah seorang Profesor Fulbright untuk Argentina doa Kali: Dan berafiliasi Mencari Google Artikel sosiologis Argentina Dan Ibero-Interamerican Sociological Society, dimana AGLOCO menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. DeFleur menikah dengan Margaret DeFleur, Dekan Graduate Studi dan Penelitian, [1] DeFleur menikah Mencari Google Artikel Margaret DeFleur, Associate Dean untuk Penelitian Dan Pascasarjana, [1] bekerja Akademik Awal ia berutang budi kepada Stuart C. Dodd dan George A. Lundberg, sosiolog dan psikolog. Karya Mutasi-Nya berutang untuk Stuart C. Dodd Dan George A. Lundberg, sosiolog Dan psikolog. Kelompok ini diterapkan ukuran kuantitatif, analisis data statistik, dan model matematika deskriptif digunakan dalam ilmu fisika untuk pengembangan sosiologi (DeFleur & Larsen, 1987). Kelompok Suami diterapkan ukuran data kuantitatif yang disajikan, analisis Data Statistik, Dan Model matematis deskriptif Yang digunakan dalam Ilmu FISIKA untuk pengembangan sosiologi (DeFleur & Larsen, 1987). Kekuatan lain terpengaruh karyanya: Dia memulai karirnya ketika kenangan Perang Dunia II segar, dan masuk ke dalam dunia akademis ketika Perang Dingin memainkan peran penting dalam membentuk atmosfer Amerika Serikat 'politik, ekonomi dan sosial. Angkatan Lain terpengaruh karyanya: Beliau memulai karirnya ketika Perang Dunia II Kenangan Masih Segar, Dan masuk Ke Dunia akademis ketika Perang Dingin memainkan peran penting dalam membentuk Serikat Serikat Politik, Dan sisial suasana Ekonomi. Penelitian psikologi sosial ditambahkan pada pengetahuan bahwa pemerintah Amerika Serikat dan militer merasa mereka diperlukan untuk beroperasi di dinamis dunia baru (Timur v Barat). penelitian psikologi sisial ditambahkan Ke Pengetahuan bahwa pemerintah amerika Serikat Dan militer merasa mereka dibutuhkan untuk beroperasi di Dinamika Dunia Baru (ay. Timur Barat). Sebagai contoh, proses leafleting dipelajari oleh Proyek Revere adalah cara yang jelas untuk menyampaikan informasi kepada penduduk yang terlantar, penangkaran, atau terisolasi. Sebagai contoh, proses pengambilan leafleting dipelajari Dibuat Proyek Revere adalah suatu Cara Yang jelas untuk menyampaikan Informasi kepada populasi pengungsi, tawanan, atau terisolasi. Dia mempertahankan fokus sosiologis selama awal tahun 1970, co-menulis sebuah buku teks sosiologi pengantar yang masuk ke beberapa edisi. Dia mempertahankan Fokus sosiologis PADA Mutasi 1970-an, rekan menulis sebuah Buku CARI sosiologi pengantar Yang masuk Ke beberapa Edisi. Dia ikut menulis studi tentang diskriminasi dalam praktek mempekerjakan universitas, terutama di departemen sosiologi (Wolfe et al, 1973.), Sekali lagi dengan penekanan kuat pada statistik dan metode survei. Dia co-menulis sebuah studi menjabarkan tentang

diskriminasi di Universitas praktik perekrutan, khususnya EVALUASI sosiologi (Wolfe et al 1973.,), Sekali Lagi Mencari Google Artikel penekanan KUAT PADA Statistik Dan menggunakan metoda Survei. Namun, fokusnya bergeser. Namun, fokusnya bergeser. Dengan penyebaran televisi, ia mulai belajar media massa. Mencari Google Artikel penyebaran Televisi, AGLOCO MULAI mempelajari Media massa. Secara khusus, ia meneliti pengaruh televisi pada pengetahuan anak-anak peran pekerjaan, dan pada faktor-faktor yang mempengaruhi isi dan output dari sistem penyiaran Amerika. Secara KHUSUS, dialog meneliti pengaruh Televisi PADA Anak-anak itu Pengetahuan peran Kerja, Dan faktor-faktor PADA Yang mempengaruhi isi Dan keluaran bahasa Dari Amerika SISTEM Penyiaran. Dia dan orang lain membentuk definisi formal dari teori harapan sosial, diterapkan pada model untuk memprediksi bahwa menonton televisi menyesuaikan diri penampil dengan pola organisasi sosial dari berbagai kelompok, bahkan jika mereka "tidak pernah menjadi anggota atau tidak pernah akan" (DeFleur & Ball- Rokeach, 1989). Dia Dan Lain orangutan mendirikan definisi resmi bahasa Dari Teori harapan sisial, diterapkan PADA Model untuk memprediksi bahwa menonton Televisi menyesuaikan Diri penampil untuk Pola Organisasi sisial berbagai Kelompok, bahkan jika mereka "MEDIA NUSANTARA pernah menjadi anggota atau MEDIA NUSANTARA Akan pernah" (DeFleur & Ball-Rokeach, 1989). Karya-karya lain meneliti hubungan potensial ditempa oleh media massa antara persepsi masalah sosial dan penggambaran mereka oleh media (Hubbard et al., 1975). Karya-karya Lain meneliti hubungan potensial ditempa Oleh Media massa ANTARA PERSEPSI masalah sisial Dan penggambaran mereka Dibuat media (Hubbard et al, 1975.). Dia menulis tentang sarannya teori norma budaya pada tahun 1970, sebuah ide yang, pada estimasinya, "memberikan dasar bagi teori harapan yang lebih komprehensif sosial" (DeFleur & Ball-Rokeach, 1989). Dia menulis Saran nya bahasa Dari Teori norma-norma sector PADA Tahun 1970, sebuah ide bahwa, dalam estimasi-nya, "menjadi Tertimbang * Bagi Teori ekspektasi sisial Yang lebih menyeluruh" (DeFleur & Ball-Rokeach, 1989). Pada 1970-an dan 1980-an ia melanjutkan studi pada difusi berita. PADA Tahun 1970-an Dan 1980-sebuah AGLOCO melanjutkan studi menjabarkan PADA difusi berita. Dalam meninjau beberapa studi utama (DeFleur, 1988), ia menemukan bahwa meskipun teknologi baru, dari mulut ke mulut masih penting, dan peristiwa besar yang menyangkut populasi yang lebih luas akan perjalanan lebih jauh dan lebih cepat. Dalam meninjau beberapa studi menjabarkan Utama (DeFleur, 1988), AGLOCO menemukan bahwa meskipun Teknologi Baru, Dari mulut Ke mulut Masih penting, Dan Tanggung Besar Yang menyangkut populasi Yang lebih Luas Akan perjalanan lebih JAUH lebih Cepat Dan. DeFleur mengutip idenya (dibentuk dengan Timothy Plax) dari bahasa-membentuk fungsi media sebagai salah satu dari empat teori tentang bagaimana pesan bentuk media, dan apa artinya bagi perilaku sosial (DeFleur & Ball-Rokeach, 1989). DeFleur mengutip idenya (dibentuk Mencari Google Artikel Timotius Plax) bahasa Dari bahasa membentuk fungsi-media sebagai salat Satu bahasa Dari Empat Teori tentang bagaimana media massa bentuk PESAN, Dan APA artinya * Bagi therapy terapi sisial (DeFleur & Ball-Rokeach, 1989). Tiga lainnya adalah fungsi artikonstruksi pers (Lippmann, 1920); budidaya teori (Gerbner); pengaturan agenda fungsi pers (Shaw dan McCombs). Tiga Lainnya adalah fungsi-Konstruksi makna pers (Lippmann, 1920); Teori BUDIDAYA (Gerbner); agenda pengaturan fungsi pers (Shaw Dan McCombs). TransisiNya dari psikologi "murni" sosial untuk komunikasi massa mencerminkan pertumbuhan bidang ini. Nya Transisi bahasa Dari psikologi "murni" sisial untuk cermin KOMUNIKASI massa pertumbuhan Kepemilikan Modal inisial. Teori-teorinya, yang banyak dikutip dalam studi komunikasi massa dan dalam survei teoritis umum. Teori-teorinya, secara Luas dikutip dalam

studi menjabarkan KOMUNIKASI massa Dan dalam Survei teoritis Umum. Dia berada di Dewan Eksekutif Pusat Studi Media Global di Washington State University, sebuah organisasi yang moto, "Cover Global Media Dunia ... Kami Tutup Global Media," menghubungkan dengan fokus pekerjaan baru-baru belajar keakuratan ingat penonton media berita di pembuluh darah lintas budaya (Faccoro & DeFleur, 1993). Dia berada di Dewan Eksekutif Pusat Studi Global Media di Washington State University, sebuah Organisasi Yang moto, Global Media Sampul Dunia ... Media Penutup Kami Global, "menghubungkan" Mencari Google Artikel Fokus Kerja Baru-baru Suami mempelajari ketepatan penonton mengingat Media berita di sebuah vena Lintas- sector (Faccoro & DeFleur, 1993). Bibliografi DeFleur di Pekerjaan DeFleur, ML (1983). DeFleur, ML (1983). Sosial Masalah dalam Masyarakat Amerika. Masalah Sosial dalam Masyarakat amerika. Prentice Hall. Prentice Hall. DeFleur, ML (1987). DeFleur, ML (1987). Pertumbuhan dan penurunan penelitian tentang difusi berita: 1945-1985. Pertumbuhan Dan penurunan penelitian tentang difusi berita: 19451985. Komunikasi Penelitian, 14 (1) ,109-130. KOMUNIKASI Penelitian, 14 (1) ,109-130. DeFleur, ML (1988). DeFleur, ML (1988). Menyebarkan informasi. Menyebarkan Informasi. Masyarakat, 2, 72-81. Masyarakat, 2, 72-81. DeFleur, ML & Ball-Rokeach, S. (1989). DeFleur, ML & Ball-Rokeach, S. (1989). Teori komunikasi massa (ed 5.). Teori KOMUNIKASI massa (5 ed.). White Plains, NY: Longman. White Plains, NY: Longman. DeFleur, ML & Cronin, MM (1991). DeFleur, ML & Cronin, MM (1991). Kelengkapan dan akurasi recall dalam difusi berita dari sebuah koran vs sumber televisi. Kelengkapan Dan akurasi mengingat dalam bahasa Dari difusi berita koran vs Sumber Televisi. Kirim sosiologis, 61 (2), 148-166. Kirim sosiologis, 61 (2), 148-166. DeFleur, ML & Dennis, E. (1998). DeFleur, ML & Dennis, E. (1998). Memahami komunikasi massa. Memahami KOMUNIKASI massa. (6th ed.). (6 ed.). Boston: Houghton Mifflin. Boston: Houghton Mifflin. DeFleur, ML dkk. DeFleur, ML dkk. (1992). (1992). Pemirsa penarikan kembali berita-berita yang disajikan oleh surat kabar, televisi komputer, dan radio. Audiensi ingat cerita berita Yang disajikan Oleh surat Kabar, Televisi gedung kantor, Dan radio. Jurnalisme Triwulanan, 69: 10101022. Jurnalisme Triwulanan, 69: 1010-1022. DeFleur, ML, Kearney, P. & Plax, TG (1993). DeFleur, ML, Kearney, P. & Plax, TG (1993). Menguasai komunikasi dalam kontemporer Amerika: Teori, penelitian, dan praktek. Menguasai KOMUNIKASI di amerika kontemporer: Teori, penelitian, Dan praktek. Mountain View, CA: Mayfield Publishing Company. Mountain View, CA: Mayfield Publishing Company. DeFleur, ML, Kearney, P. & Plax, TG (1997). DeFleur, ML, Kearney, P. & Plax, TG (1997). Dasar-dasar Komunikasi Manusia. Ditempatkan-Tertimbang KOMUNIKASI Manusia. (2nd ed.). (2nd ed.). Mountain View, CA: Mayfield Publishing. Mountain View, CA: Mayfield Publishing. DeFleur, ML & Larsen, ON (1987). DeFleur, ML & Larsen, ON (1987). Aliran komunikasi. Arus KOMUNIKASI. (2nd ed.). (2nd ed.). New Brunswick, NJ: Transaksi, Inc (pekerjaan Asli diterbitkan 1958). New Brunswick, NJ: Transaksi, Inc (Asli Karya Yang diterbitkan 1958). DeFleur, ML & Plax, TG (1980). DeFleur, ML & Plax, TG (1980). Manusia Komunikasi sebagai Proses Bio-Sosial. Manusia KOMUNIKASI sebagai Lippo dan Bio-Sosial. Makalah disampaikan pada International Komunikasi Asosiasi, Acapulco, Meksiko. Kertas disampaikan kepada Asosiasi Internasional KOMUNIKASI, Acapulco, Meksiko.

DeFleur, ML & Bull, F. (Desember 1958) sikap verbal dan tindakan yang jelas: Sebuah eksperimen pada arti-penting dari sikap. DeFleur, ML & Bull, F. (Desember 1958) sikap lisan Dan tindakan terbuka: Sebuah eksperimen PADA arti-penting bahasa Dari sikap. Amerika Sociological Review, 12 (6). Tinjauan sosiologis amerika, 12 (6). Faccoro, LB & DeFleur, ML (1993). Faccoro, LB & DeFleur, ML (1993). Sebuah eksperimen lintas budaya tentang bagaimana khalayak baik ingat berita-berita dari surat kabar, komputer, televisi, dan sumber radio. Sebuah penelitian Lintas-sector PADA seberapa Baik khalayak mengingat berita bahasa Dari Koran, gedung kantor, Televisi, Dan Sumber radio. Jurnalisme Triwulanan, 70, 585-601. Triwulan jurnalisme, 70, 585-601. Hawkins, RP et al. Hawkins, RP et al. Memajukan ilmu komunikasi-massa Penggabungan dan proses interpersonal. Memajukan Ilmu KOMUNIKASI massa-Menggabung Dan proses pengambilan interpersonal. Kirim sosiologis, 60, 434-437. Kirim sosiologis, 60, 434-437. Hubbard, JC, DeFleur, ML & DeFleur, LB (1975). Hubbard, JC, DeFleur, ML & DeFleur, LB (1975). Media massa berpengaruh pada konsepsi publik dari masalah sosial. Media massa pengaruh PADA konsepsi Umum masalah sosial masyarakat. Sosial Masalah, 23 (1), 22-34. Masalah Sosial, 23 (1), 22-34. Lowery, SA & DeFleur, ML (1995). Lowery, SA & DeFleur, ML (1995). Tonggak dalam penelitian komunikasi massa: efek Media. Tonggak dalam penelitian KOMUNIKASI massa: Media Efek. (3rd edition). (3rd edition). White Plains, NY: Longman. White Plains, NY: Longman. Wolfe, JC, DeFleur, ML & Slocum, WL (1973). Wolfe, JC, DeFleur, ML & Slocum, WL (1973). Sex diskriminasi dalam mempekerjakan praktek departemen sosiologi lulusan: Mitos dan realitas. Diskriminasi seks dalam praktek mempekerjakan lulusan EVALUASI sosiologi: Mitos Dan Realitas. Sosiolog Amerika, 8 (4), 159-164. Sosiolog Amerika, 8 (4), 159-164. New! Click the words above to view alternate translations. Dismiss Google Translate for Business:Translator ToolkitWebsite TranslatorGlobal Market Finder 6 april 2010

Kategori Sosial dan Golongan Sosial


Berangkat dari pendapat Koentjaraningrat yang menjelaskan bahwa kategori sosial dan golongan sosial merupakan konsep dual hal yang berbeda walaupun dalam buku pelajaran Antropologi dan Sosiologi dalam bahasa asing biasanya hal tersebut dikenal dengan istilah yang sama, yakni Social Category. Namun, karena adanya terdapat unsur perbedaaan maka dengan itu kita perlu membedakan dua konsep tersebut. Dalam hal itu dapat diibaratkan dua konsep tersebut memiliki makna serupa tapi tak sama, begitulah juga pada konsep tersebut memilki pengertian yang berbeda walaupun terdapat kemiripan. Dalam hal kategori sosial dijelaskan bahwa konsep ini merupakan kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri khas atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri khas tersebut dilakukan dengan maksud untuk memudahkan penggolongan dalam suatu tujuan dan biasanya dikenakan oleh pihak luar tanpa disadari oleh pihak yang bersangkutan. Sebut saja peneliti yang akan melakukan penelitian terhadap kehidupan masyarakat tertentu perlu melakukan penggolongan unuk memudahkan penelitian mereka, walupun pihak yang diteliti tidak menyadari hal tersebut.

Sehubungan dengan itu untuk mempermudah pemahaman kita mengenai kategori sosial tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dimana terdapat kategori orang yang memiliki sepeda motor dan kategori orang tidak memilikinya dengan tujuan untuk menentukan harus menaati peraturan lalu-lintas dan bebas dari peraturan tersebut, terdapat katagori mahasiswa yang memiliki banyak buku bacaan dan kategori Mahasiswa yang sedikit memiliki buku bacaan dengan maksud untuk menentukan minat belajar, dan juga terdapat kategori orang bisa bermain Sepak bola dan kategori tidak bisa bermain dengan maksud untuk mengetahui minat olah raga sepak bola. Dari uraian tersebut dapatlah dikatakan bahwa unsur yang terkait dengan konsep kategori sosial biasanya tidak terikat dengan kesatuan adat, sistem norma, tidak mempunyai lokasi dan mengarah pada pembicaraan kerumunan. Selanjutnya golongan sosial dijelaskan merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan masyarakat sendiri. Dalam konsep ini dapatlah kita umpamakan dimana dalam golongan masyarakat Prasejarah sudah mengenal adanya penggolongan sosial masyarakatnya, diantaranya terdapat golongan pemimpin suku dan adanya pembagian golongan kerja di dalam kehidupan mereka tersebut. Disamping itu juga terdapat penggolongan masyarakat berdasarkan sistem kasta, yakni kasta Brahmana (pemuka agama), Ksatria (bangsawan), Waisya (pedagang), Sudra (rakyat jelata), dan Paria (gelendangan, peminta dan sebagainya). Di dalam konsep golongan sosial tersebut didasarkan terjadi dengan sendirinya dan terjadi dengan sengaja. Terjadi dengan sendirinya dapat dipahami bahwa proses ini berjalan dengan sendirinya dan bentuk dasar penggolongan itu bervariasi menurut lokasi, waktu dan budaya masyarakat dimana sistem itu berlaku. Sedangkan golongan sosial yang terjadi dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama, sistem penggolongan ini dapat kita lihat dalam pemerintahan, parpol, perusahaan besar dan sebagainya. Dengan lain perkataan konsep golongan sosial biasanya terikat dengan kesatuan adat, norma, identitas sosial dan bersifat berkelanjutan. Dengan demikian konsep kategori sosial dan golongan sosial memiliki pengertian konsep yang berbeda, pada konsep kategori sosial mengarah pada suatu kerumunan sebaliknya golongan sosial mempunyai ikatan identitas sosial. Namun, kedua konsep tersebut memiliki perbedaan tapi perlu digaris bawahi konsep tersebut sama-sama tidak memenuhi syarat yang disebut masyarakat seutuhnya. Dikatakan tidak memenuhi syarat sebagai masyarakat karena ada suatu syarat pengikat yang tidak ada pada kedudukannya, yakni prasarana khusus untuk melakukan interaksi sosial. (hamsin (2008) from . http://hamsin.wordpress.com/2008/04/22/kategori-sosial-dangolongan-sosial/) 6 april 2010

Você também pode gostar