Você está na página 1de 10

TUGAS UTS KEWARGANEGARAAN RENCANA AMANDEMEN KELIMA UUD 45

Tugas ini dikumpulkan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah kewarganegaraan

NAMA NPM

: ARDIAN HERYADI : 10080004031

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG KAJIAN MANAJEMEN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


2012

PENDAHULUAN
Rumusan usul Perubahan Pasal 22D UUD 1945 disandingkan dengan naskah semula sebagai berikut:
NASKAH SEMULA (1)Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi Daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. (2)Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undangundang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undangundang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. (3)Dewan Perwakilan Daerah dapat Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undangundang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. (4)Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang. USUL PERUBAHAN (1)Dewan Perwakilan Daerah memegang kekuasaan membentuk undang-undang bersama Dewan Perwakilan Rakyat yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. (2)Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja Negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

(3)Dewan Perwakilan Daerah melakukan pengawasan atas pelaksanaan undangundang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah untuk ditindaklanjuti. Tetap

Pertimbangan yang melandasi usul perubahan Pasal 22D UUD 1945 tersebut adalah:
1. Dalam waktu 34 bulan atau lebih dari dua setengah tahun, DPD sesuai

dengan kewenangannya telah menghasilkan 110 (seratus sepuluh) keputusan yang terdiri atas 9 (sembilan) usul RUU, 51 (lima puluh satu) pandangan dan pendapat, 4 (empat) pertimbangan atas berbagai rancangan undangundang, 30 (tiga puluh) hasil pengawasan, dan 16 (enam belas) keputusan yang berkaitan dengan anggaran yang keseluruhannya mengakomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat dan daerah. Hasil kerja tersebut secara resmi telah disampaikan secara periodic kepada DPR RI, namun sampai saat ini DPD tidak mengetahui sejauh mana keputusan-keputusan itu ditindaklanjuti. Tentunya hal ini berangkat dari lemahnya acuan normatif fungsi dan wewenang DPD dalam UUD 1945.
2. Kewenangan DPD dalam Pasal 22D Ayat (1) UUD 1945 dibatasi hanya

dapat mengajukan rancangan undang-undang tertentu kepada DPR, DPD tidak memiliki kewenangan memutuskan suatu rancangan undang-undang, bahkan yang terkait langsung dengan daerah, sehingga DPD tidak dapat secara optimal mengawal aspirasi masyarakat dan daerah dalam pembentukan legislasi nasional. Dengan tugas dan wewenang yang sangat terbatas, mustahil bagi DPD dapat mewujudkan maksud dan tujuan pembentukannya. Sangat disayangkan besarnya anggaran negara yang digunakan dalam proses penyusunan usul rancangan undang-undang, pertimbangan, dan pengawasan DPD tidak membawa manfaat bagi rakyat. Selain itu, sulit bagi Anggota DPD untuk mempertanggungjawabkan secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya.
3. Pada dasarnya, sistem perwakilan yang efektif berpegang pada prinsip

perimbangan (checks and balances) antara dua lembaga perwakilan (DPR dan DPD) dalam pembentukan undang-undang, anggaran, dan pengawasan. DPD memiliki kewenangan yang sangat terbatas, meskipun mempunyai legitimasi yang sangat tinggi karena dipilih secara langsung oleh rakyat, selayaknya DPD memiliki kewenangan formal yang memiliki jaminan yang tinggi dalam memenuhi harapan rakyat sesuai legitimasi yang tinggi dalam pemilihan Anggota DPD tersebut. Pada prinsipnya kewenangan DPD di bidang legislasi tidak harus sepenuhnya setara atau sama luasnya dengan DPR RI. Kewenangan legislatif DPD dapat dibatasi pada bidang-bidang yang sekarang sudah tercantum dalam Undang-Undang Dasar, dan itupun tetap bersama (share) dengan DPR RI (DPD tidak mengambil alih kewenangan DPR RI). DPR-RI dan DPD-RI bisa bersinergi. Apabila DPR RI yang anggotanya dipilih berdasar jumlah penduduk dan melalui partaipartai, maka Anggota DPD dipilih berdasar keterwakilan daerah dan secara perseorangan. Kedua sistem ini bisa saling mengisi, mengimbangi, dan menjaga (checks and balances) antar lembaga perwakilan, sekaligus akan memperkuat kualitas produk dan artikulasi agregasi aspirasi rakyat.
4. Dengan penguatan kewenangan DPD diharapkan dapat memaksimalkan

keterwakilan (representation) dan membangun sistem checks and balances

dalam lembaga perwakilan, serta membuka peluang pembahasan berlapis (redundancy) untuk memperluas dan memperdalam proses pengambilan keputusan-keputusan politik yang berdampak besar bagi masyarakat dan daerah. 5. Usul Perubahan Pasal 22D Ayat (2) terkait dengan usul perubahan Pasal 22D Ayat (1) di atas. Oleh sebab itu, keikutsertaan DPD dalam pembahasan dan pertimbangan terhadap rancangan undangundang hanya meliputi rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. Selain itu, untuk dapat mengetahui lebih jauh perkembangan pembahasan, dan mendiskusikan substansi rancangan undangundang, serta untuk menjamin keberpihakan kepada kepentingan daerah bagi subjek penting persoalan daerah yang mencakup RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama, maka DPD perlu dilibatkan dalam pembahasan rancangan undangundang bidang tersebut di samping memberikan pertimbangan secara tertulis. 6. Keikutsertaan DPD dalam pembahasan rancangan undang-undang dipandang penting agar DPD secara optimal dapat menindaklanjuti aspirasi dan kepentingan masyarakat dan daerah. 7. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang yang dilakukan DPD sebagaimana ketentuan Pasal 22D ayat (3) tidak efektif karena hasil pengawasan DPD tidak secara langsung disampaikan kepada Pemerintah tetapi disampaikan kepada DPR RI sebagai bahan pertimbangan. 8. Agar pengawasan dapat efektif, DPD perlu memiliki kekuatan hukum yang sama dengan DPR RI dan hasil pengawasannya tidak hanya disampaikan kepada DPR RI tetapi juga kepada Pemerintah untuk ditindaklanjuti. Untuk menghindari terjadinya duplikasi pengawasan yang dilakukan oleh DPR RI dan DPD, dapat diatur pembagian kewenangan dan tanggung jawab pengawasan antara kedua lembaga tersebut. Misalnya, pengawasan DPD lebih terfokus di daerah dan DPR RI di pusat.

Konstitusi hidup di tiap zaman dengan mengikuti perkembangan masyarakat. Karena itu, UUD 1945 harus diamandemen bila tidak lagi relevan dengan perkembangan masyarakat. Dalam satu bulan terakhir ini sebenarnya, ada momentum-momentum yang tidak terjangkau oleh wewenang konstitusi. Yang paling mencolok adalah kasus bencana alam. Seperti dalam bantuan bencana alam yang ditangani secara terus menerus, karena bencana di tanah air akan terus berulang, sebab negara ini memang memiliki potensi bencana yang beragam, sehingga perlu diatur dalam UUD dan UU lainnya.

Sedangkan penanganannya, bukan tanggung jawab negara saja, tapi juga tanggung jawab rakyat semuanya dan itu perlu dipertegas dalam konstitusi negara, selain dari melanjutkan agenda reformasi. Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil. Pada UUD 1945 pertama, sebelum diamandemen, bencana adalah persoalan yang dimarjinalkan, tapi dalam konsteks modern, persoalan bencana bukan lagi domain privat, tapi sudah masuk menjadi domain yang harus diatur oleh negara. Perubahan amandemen UUD 1945 menaruh harapan yang begitu besar akan perubahan kehidupan bernegara kearah yang lebih baik, agaknya tidak begitu banyak masyarakat Indonesia yang memahami betul apa substansi dan konsekuensi atas amandemen terhadap UUD 1945. Masalah yang ada sekarang ini, negara tidak mempunyai kekuatan memaksa orang untuk meninggalkan suatu lokasi yang rawan bencana alam ketika bencana mengancam. Selain memaksa orang untuk meninggalkan lokasi bencana, konstitusi juga harus mencegah pejabat negara untuk meninggalkan Indonesia saat terjadi bencana. Agar kasus yang terjadi saat ini, sejumlah anggota DPR berpelesiran ke luar negeri saat terjadi bencana tidak terulang. Dari seluruh penduduk Indonesia, berapa persenkah yang memahami dengan baik amanden UUD 1945. Disisi lain, berapa persen pula dari penduduk

Indonesia yang merasa berkepentingan dengan amandemen UUD 1945? Berapa persenkah dari penduduk Indonesia yang merasa memerlukan dan atau mendapat suatu pemenuhan atas harapan hidup mereka sebagai warga dan rakyat Indonesia? Banyak masyarakat berpendapat bahwa amandemen UUD 1945 bisa hanya menjadi kepentingan para elit politik dan bukan merupakan kebutuhan rakyat secara keseluruhan. Masalah ini tentu akan menjadi kontradiktif dengan para pengajur perubahan, namun ketika dihadapan pada sejauh mana perubahan yang membuahkan kebahagian bagi rakyat atas perubahan UUD 1945 di luar nikmat yang dirasakan para elit dan mungkin termasuk para intelektual.

LATAR BELAKANG
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, secara resmi telah menyerahkan naskah usulan Amandemen kelima UUD 45 kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI pada Selasa, 29 Maret 2011 dikutip dari JPNN.COM.

Disebutkan juga bahwa wacana perubahan UUD ini sebenarnya telah mencuat empat tahun silam, namun melihat situasi dan kondisi waktunya, baru sekarang draf naskah usulan perubahan UUD 1945yang komprehensif diajukan kepada MPR RI untuk dijadikan bahan kajian dan diskusi. Di dalam usulan amandemen UUD 1945 tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Contohnya adalah peluang dapat dipilihnya calon presiden yang berasal dari luar partai politik. Selain itu, di dalam Draf Amendemen Kelima UUD 1945 tersebut juga diatur bahwa Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI mempunyai kewenangan yang setara dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Sehingga nantinya apabila usulan ini disetujui dan diputuskan oleh MPR, maka hak mengajukan rancangan undang-undang, hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat juga dimiliki DPD karena fungsi-fungsi yang dimiliki DPR juga dimiliki oleh DPD. Selanjutnya, menurut UUD 1945 yang berlaku sekarang, perubahan hanya dapat dilakukan jika diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kemudian untuk mengubah pasal-pasal Undang Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dan Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (bukan separuh lebih dari yang hadir).

PEMBAHASAN
Undang-undang dasar 45 sejak Indonesia merdeka telah mengalami beberapa perubahan, terutama sejak perpindahan dari masa orde baru ke masa reformasi. Perubahan tersebut dapat dikatakan mempengaruhi sistem

kepemerintahan Indonesia, mulai dari hal kepemimpinan, sampai hal-hal yang menyangkut hidup orang banyak. UUD 45 telah mengalami perubahan sebanyak 4 kali sejak reformasi. Dalam kurun waktu 1999-2002, perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR: Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945 Amandemen yang di usulkan oleh anggota DPD-RI ini banyak menimbulkan pendapat yang pro dan kontra. Pro nya adalah, dengan amandemen tersebut, DPD-RI memiliki wewenang lebih dalam mengatur daerahnya masingmasing tanpa harus menunggu keputusan dari DPR, dimana usulan awalnya adalah datangnya dari DPD daerah itu sendiri. Sedangkan yang menjadi kontra adalah, timbul ketakutan dari sebagian masyarakat atau politisi akan munculnya wacana federasi atau Negara federal dimana NKRI menjadi tidak utuh atau berpencarpencar. Terlepas dari pro dan kontra tersebut, saya ingin berpendapat bahwa benar menurut ketua partai Hanura, bahwa usulan pembahasan amandemen kelima UUD 45 tersebut sebaiknya di bahas oleh para arsitek undang-undang yang tidak memiliki kepentingan politik di dalamnya. Karena jika perubahan amandemen tersebut terdapat agenda politik tersembunyi, maka akan berakibat sistem pemerintahan Indonesia ini berjalan kurang baik. Di dalam dunia politik istilah konstitusi biasanya sekurang-kurangnya dipergunakan untuk melukiskan seluruh sistem pemerintahan suatu negara, yaitu kumpulan ketentuan-ketentuan tentang menetapkan dan yang mengatur pemerintahan. Ketentuan-ketentuan ini sebagian bersifat aturan hukum dan sebagian bersifat non legal atau ektra legal. Dengan demikian tidak heran apabila kemudian dinyatakan banyak ahli, bahwa sebuah konstitusi atau UUD merupakan

kristalisasi dari berbagai pemikiran politik ketika negara akan didirikan atau ketika konstitusi itu disusun. Setelah itu konstitusi mempunya kedudukan sangat penting karena ia harus menjadi landasan penyelenggaraan negara dari berbagai segi sehingga setiap tingkah laku atau kebijaksanaan politik dari setiap pemimpin negara akan senantiasa terlihat relevansinya dengan ketentuan undang-undang dasar (Moh.Mahfud MD:2000;40). Memang benar, Negara ini bukanlah hanya Jakarta, bahwa tidak mungkin Negara sebesar Indonesia ini hanya dikelola oleh 1 daerah pusat saja. Seperti yang dialami saat ini, perubahan (amandemen) 1-4 hanyalah bersifat parsial saja, atau sarat kepentingan politik, tanpa mengindahkan kepentingan rakyat Indonesia. Amandemen ke-5 ini merupakan usul yg bagus, agar daerah memiliki otoritas lebih dalam memanajemen daerahnya sendiri, sekaligus lebih bersuara di tingkat pusat. Buruknya adalah dengan semakin banyaknya usulan dari daerah, prioritas pembangunan nasional semakin kabur. yg paling buruk adalah semakin memperbesar peluang Korupsi Kolusi & Nepotisme di tingkat daerah. DPD bisa dianggap benar-benar mewakili aspirasi rakyat karena pemilihan anggota DPD juga tanpa melalui proses pemilihan dengan menggunakan kendaraan partai politik. Seperti halnya adalam pemilihan presiden, pada amandemen kelima ini di usulkan pemilihan presiden yang bisa berasal dari luar partai atau independen. Negara ini seluas eropa barat. Tapi dieropa barat ada berapa puluh negara. artinya negara ini terlalu berat kalau diurusi pusat semua. Tetap bersatu dalam NKRI, tapi beri kewenangan DPD supaya tidak "nganggur" jangan dilihat sisi buruknya saja. kita benahi buruknya, sisi baiknya ditingkatkan. lelah liat negara ini kondisi didaerahnya tertinggal jauh dengan negara negara tetangga. ada daerah gelap gulita tapi panas hati melihat kerlap kerlip Negara tetangga diseberang lautan Apa gunanya besar tambun tapi kosong melompong kurang pembangunan. Untuk itu, amandemen kelima ini sangat diperlukan oleh Negara ini dikarenakan pada UUD sebelumnya Negara ini justru semakin berantakan sistem pemerintahannya. Dengan adanya amandemen tersebut, diharapkan mampu menjawab segala permasalahan sosial yang terjadi di masayarakat, karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya, bahwa Indonesia bukanlah hanya Jakarta, melainkan kesatuan dari banyak adat, bahasa, tingkat, pendidikan, dan agama yang

berbeda. Berbeda budaya di setiap daerah, berbeda pula cara mengatasinya, karena tidak mungkin permasalahan yang terjadi di daerah Madura, penyelesaiannya disamakan dengan cara yang dilakukan di Jakarta.

Você também pode gostar