Você está na página 1de 7

Nokia: Jurus Penurunan Harga dan Peningkatan Brand

HL | 19 July 2011 | 09:11 Dibaca: 847 aktual

Komentar: 42

2 dari 3 Kompasianer menilai

Nokia, sumber: bgr.com Nokia, vendor ponsel terbesar di dunia yang kini sedang dalam masa persiapan untuk meluncurkan smartphone berbasis Windows Phone dikabarkan beberapa waktu ke depan (tepatnya bulan September nanti) akan menurunkan harga ponsel mereka di semua lini produk. Kabar ini dihembuskan melalui tweet oleh Eldar Murtazin. Sebagaimana banyak diketahui Eldar Murtazin adalah orang yang sering sekali mengabarkan kabar dari dalam tubuh Nokia. Terakhir ia mengabarkan bahwa Nokia kemungkinan akan dibeli oleh Microsoft. Namun kabar ini belum menunjukkan kenyataan sampai sekarang. Eldar Murtazin mengatakan Nokia akan menurunkan harga di semua lini produknya sekitar 10%. Penurunan harga ini dilakukan karena masalah penjualan yang tengah dialami Nokia hampir di seluruh Nokia. Sebenarnya bila kita lihat, langkah ini sepertinya cukup terlambat mengingat BlackBerry dari RIM sudah beberapa waktu yang lalu menurunkan harganya, terutama di Indonesia. Demikian juga dengan Android. Beberapa smartphone terbaru produksi Samsung dan

LG, bahkan vendor China yang berkolaborasi dengan operator lokal berbasis Android memberikan harga yang cukup menawan bagi kantong konsumen di Indonesia. Di awal bulan Juli ini juga, Nokia juga telah memutuskan untuk menurunkan harga smartphone mereka. theinquirer.net melaporkan beberapa smartphone Nokia, yaitu N8, C7 dan E6 akan diturunkan harganya sebesar 15%. Keputusan ini bisa saja menimbulkan perang harga. Keputusan Nokia ini didasari oleh kenyataan kurang lakunya smartphone Nokia berbasis Symbian dibandingkan Android, iPhone dan BlackBerry. Bahkan karena tidak mampu lagi bersaing Nokia akhirnya melepas Symbian dan bekerja sama dengan Microsoft untuk menghasilkan smartphone berbasis Windows Phone. Di pasar Indonesia sendiri beberapa waktu yang lalu Nokia meluncurkan smartphone berbasis Symbian Anna terbaru, yaitu E6 dan X7. Harga yang dipatok sewaktu peluncuran untuk E6 adalah Rp3.500.00 dan X7 Rp4.250.000. Bila dibandingkan dengan harga beberapa smartphone berbasis Android seperti Samsung Galaxy Pro dan LG Optimus bahkan dengan BlackBerry Curve harga ini cukup jauh. Ini membuktikan bahwa harga smartphone Nokia masih lebih mahal dibandingkan dengan beberapa vendor lainnya. Dengan posisi Symbian yang tidak bagus di mata konsumen, penetapan harga di atas harga-harga vendor lainnya membuat smartphone tersebut terancam tidak laku. Pihak Nokia sewaktu dikonfirmasi oleh theinquirer.net mengatakan tidak ada masalah dengan strategi penurunan harga tersebut. Nokia mengatakan perubahan harga adalah bagian normal bisnis mereka yang sedang berlangsung dan dari waktu ke waktu, mereka mungkin akan menyesuaikan harga untuk produk tertentu di lokasi tertentu. Nokia menyebutnya, All business as usual. Seorang analis Gartner mengatakan kepada theinquirer.net bahwa Nokia perlu melakukan langkah agar konsumen tidak pergi dari Nokia dengan memberikan kombinasi harga yang menarik dengan fitur perangkat yang bagus. Hal ini telah berhasil dilakukan oleh Android. Tidak dipungkiri, Android memberikan kombinasi antara harga dan fitur yang terbaik sehingga tidak butuh waktu yang lama untuk menggusur Nokia. Kombinasi yang ditawarkan oleh Android

menimbulkan kesan bahwa sistem operasi Nokia, yaitu Symbian tertinggal cukup jauh. Belum lagi serangan dari iPhone dan BlackBerry yang juga sangat berperan dalam kemunduran Nokia. Kemajuan smartphone berbasis Android ternyata berkorelasi positif dengan peningkatan brand vendor penghasilnya. Hal ini terbukti dengan makin meningkatnya brand Samsung di mata konsumen. Perlu diketahui, Samsung mereka vendor penghasil smartphone berbasis Android yang cukup berhasil. Prestasi terakhir yang mereka torehkan adalah jumlah penjualan Samsung Galaxy S 2 yang mencapai 3 juta unit dalam hanya 55 hari. Padahal harga Samsung Galaxy S 2 ini tidaklah murah. Di awal peluncurannya harga Samsung Galaxy S 2 sekitar 8 juta lebih. Dengan harga sedemikian besar, tentu saja nilai brand merupakan hal yang paling menjadi alasan konsumen. Sementara Nokia karena kemunduran dalam Symbian mengalami koreksi brand yang cukup tajam. Hal ini diakui oleh Nokia sendiri dan pernah juga disebutkan oleh Steve Wozniack dalam wawancaranya dengan the telegraph beberapa waktu yang lalu. Pengakuan Nokia datang beberapa hari yang lalu dengan menganggarkan tidak kurang dari 80 juta poundsterling untuk usaha-usaha pemasaran guna kembali meningkatkan citra brand Nokia di mata konsumen. theinquirer.net dan bgr.com melaporkan Nokia menganggarkan dana 80 juta poudsterling untuk iklan sebagai bagian dari upaya besar untuk mengubah brand Nokia. Nokia akan meluncurkan kampanye peningkatan brand selama enam bulan di beberapa negara yang melibatkan banyak lembaga pemasaran. Di Inggris Nokia bekerja sama dengan Wieden & Kennedy, Fallon, R/GA dan banyak agensi lainnya dengan harapan dapat kembali menarik minat konsumen seperti beberapa tahun sebelumnya. Langkah Nokia ini merupakan langkah berikutnya setelah di bulan Februari yang lalu mereka bersepakat dengan Microsoft untuk menghasilkan smartphone berbasis Windows Phone. Langkah peningkatan kembali brand Nokia ini sangat penting untuk dilakukan oleh Nokia. Hal ini karena Nokia sudah tertinggal dibandingkan vendor lain seperti HTC dan Samsung yang mengusung, baik Android maupun Windows Phone khususnya dalam pasar smartphone. Meskipun dalam pasar feature phone, Nokia masih bisa memegang kendali, namun pasar smartphone diperlukan untuk kesuksesan jangka panjang dan kelangsungan hidup. Masalah

Nokia memang cukup berat. Laporan di akhir tahun 2010 yang lalu menyebutkan keuntungan Nokia turun 23%. Nokia juga melakukan pemutusan hubungan kerja sebanyak 7.000 orang. Jurus Nokia ini tampaknya akan mendapat tantangan yang sangat keras dari para pesaingnya. Kabar terakhir menyebutkan Apple Inc. akan segera merilis iPhone murah tahun 2011 ini. Hal ini ditambah oleh BlackBerry yang sebelumnya mengumumkan akan membuat BalckBerry murah, namun meskipun belum resmi akan meluncurkan di tahun ini, harga BlackBerry versi sebelumnya sudah turun cukup besar dibandingkan harga pada tahun 2010 yang lalu. Sumber: theinquirer.net, bgr.com http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2011/07/19/nokia-jurus-penurunan-harga-danpeningkatan-brand/ http://www.jakartaconsulting.com/art-01.htm

SOCIAL MEDIA DAN CITRA PERUSAHAAN Friday, 01 July 2011 Social Media semakin berkibar di tahun 2011 sebagai media alternatif bagi perusahaan yang akan membangun merek produk atau citra perusahaan yang kuat. Kemampuannya dalam menyebarkan informasi yang sangat cepat karena proses viral sangat mencengangkan. Ini jelas membawa tantangan baru bagi setiap perusahaan. Pimpinan puncak memerlukan mind-set yang baru menghadapi hal ini. Hasil survei Corporate Image Index tahun 2011 dari Frontier Consulting Group menunjukkan fenomena ini. Masyarakat semakin memiliki banyak informasi. Mereka semakin mudah mendapatkan informasi, terutama melalui media digital seperti facebook, youtube dan twitter. Sepanjang tahun 2010 hingga kuartal pertama tahun 2011 ini, masyarakat mulai terlihat memiliki persepsi yang berbeda terhadap citra perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Survei Corporate Image Index mengukur citra perusahaan berdasarkan 4 dimensi yaitu dimensi Quality, Performance, Responsibilitydan Attractiveness. Dimensi Quality berhubungan dengan kualitas produk atau jasa perusahaan, kemampuannya untuk berinovasi dan seberapa besar tingkat kepercayaan terhadap perusahaan tersebut. DimensiPerformance berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan dan kemampuan bisnisnya untuk bertumbuh.

Dimensi Responsibilityberhubungan dengan kepedulian terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial. Dimensi yang keempat, yaitu dimensi Attractiveness mencakup citra perusahaan yang dibangun oleh karyawannya yang berkualitas dan seberapa jauh menjadi tempat pilihan untuk bekerja. Responden terdiri dari 4 kelompok yaitu dari para pelaku bisnis dengan jabatan minimal manajer, investor, jurnalis dan publik atau masyarakat. Pada tahun 2010, hasil survei menunjukkan bahwa rata-ratacorporate index yang tertinggi adalah penilaian dari investor kemudian disusul oleh pelaku bisnis, masyarakat dan jurnalis. Bagaimana di tahun 2011? Ternyata, corporate index yang tertinggi adalah dari persepsi masyarakat. Kelompok ini menjadi lebih terinformasi mengenai aktifitas dan kinerja perusahaan. Karena banyak berita positif sepanjang akhir tahun 2010 dan semester pertama 2011, tidak mengherankan bila terjadi peningkatan corporate image index.

Tentunya, bila dilihat indeks setiap perusahaan, sudah pasti tidak semua perusahaan mengalami kenaikan indeks. Bank Citibank misalnya, yang dirundung dengan beberapa kasus, tentu akan mengalami penurunan indeks.

Perbandingan Corporate Image Index 2010 & 2011 Berdasarkan Panel Responden

Peningkatan Corporate Image Index dari panel masyarakat ini juga mendorong peningkatan skor Corporate Image secara keseluruhan. Indeks di tahun 2010 adalah sebesar 3.69 dan indeks di tahun 2011 sebesar 3.72.

Social Media Di masa mendatang, peran social media akan semakin besar. Informasi seputar perusahaan dan merek, akan mudah diperoleh melaluisocial media. Indonesia yang memiliki

jumlah facebook sebesar 36 juta dan twitter sekitar 6 juta, tidak pelak lagi bila social media benar benar akan mempercepat perubahan corporate image index. Perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan corporate image dengan cara yang lebih cepat atau mengalami sentimen negatif secara cepat pula. Di masa lalu, perusahaan banyak menggantungkan proses komunikasi melalui media yang harus mereka bayar. Tidak mengherankan bila proses pembentukan citra perusahaan relatif lambat dan sangat tergantung dengan besarnya bujet komunikasi. Dengan adanya social media, perusahaan mulai melangkah dari proses komunikasi yang menggunakan paid media menjadi owned media. Perusahaaan secara individu memiliki media sendiri. Mereka memiliki alamat situs maupun akun facebook mereka sendiri. Kehebatan Social Media adalah kemampuan pelanggan yang terlibat aktif dalam

membuat content. Proses seperti ini, biasanya disebut dengancustomer generated content. Pada tahapan ini, perusahaan mulai kehilangan kendali terhadap media. Kehilangan kendali di satu sisi tetapi di sisi lain, perusahaan memiliki kesempatan untuk lebih melibatkan pelanggan dan menggunakan pelanggan menjadi endorser yang positif. Bagi para CEO, pesannya jelas. Perusahaan harus membangun budaya untuk semakin terbuka dan semakin dekat dengan para pelanggannya. Social Media akan membuat perusahaan semakin transparan dan mudah dimonitor. Perusahaan-perusahaan global dunia sudah mulai menyadari

kekuatan social media dan malakukan perencanaan detil untuk menggunakan kekuatan social media guna membangun citra perusahaan http://www.handiirawan.com/articles/uncategorized/social_media_dan_citra_perusahaan.html

Você também pode gostar