Você está na página 1de 14

DEFINISI ABORSI

Cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Kata aborsi adalah diambil dari bahasa Inggris yaitu kata abortion yang artinya pengguguran kandungan, kluron, abortus. (Echols dan Shadily, 1984 : 2), Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1998 : 2) kata aborsi berarti (1) menggugurkan kandungan, (2) abortus yaitu diartikan terpecahnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan. Sedangkan dalam literatur fiqh islam, aborsi dikenal dengan sebutan al-jahdhu atau al-ijhadh dan isqat al-haml, yang berarti wanita yang melahirkan kandungannya secara paksa yang belum sempurna penciptaannya, atau lahirnya janin karena dipaksa atau dengan sendirinya sebelum waktunya.(Jurnalis, (et al) 2007 : 130, Dahlan (et al), 2006 : 8). Dari beberapa uraian tentang pengertian aborsi diatas maka menurut penulis aborsi adalah pengeluaran janin dari rahim seorang ibu, baik yang disengaja atau yang terjadi secara spontanitas sebelum usia kehamilan sempurna.. http://aborsi.net/ Berer M. 2000, Bulletin of the World Health Organization, Paris. Departemen Pendidikan Nasional. 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi:


1. Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan 2. Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Misalnya dengan bantuan obat aborsi. 3. Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. Dilihat dari sisi peniupan ruh kedalam janin manusia yang ada di rahim ibunya, maka aborsi atau pengguguran kandungan ini juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) aborsi yang dilakukan sebelum peniupan ruh dan (2) aborsi yang dilakukan setelah peniupan ruh.(Syaltut, 1966 : 211, Dahlan, 2006 : 9) Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:

1.Aborsi dilakukan sendiri. Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin. 2.Aborsi dilakukan orang lain. Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam. Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu: 1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan 2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan 3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan 4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa 5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu. http://aborsi.net/ http://www.aborsi.org/JENIS.htm

ABORSI DARI SUDUT PANDANG AGAMA DAN BUDAYA


Pendapat Paling Kuat: Pendapat yang paling kuat di antara dua pendapat di atas adalah menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan untuk menyelamatkan nyawa sang ibu dari ancaman kematian. Hal tersebut berdasarkan kepada beberapa hal: 1. Kehidupan sang ibu setelah aborsi dapat dipastikan oleh dokter, dan membiarkan janin hidup dalam rahim ibunya yang dalam bahaya merupakan praduga. Karena itu, kehidupan yang pasti lebih diutamakan daripada kehidupan yang masih praduga. Jika janin itu dibiarkan dalam kandungan ibunya yang sangat lemah dan berbahaya, besar kemungkinan janin akan meninggal juga sepeninggal ibunya. 2. Kemudharatan yang khusus harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kemudharatan yang lebih besar. Menggugurkan janin merupakan kemudharatan

yang khusus bagi janin saja, sedangkan kematian sang ibu merupakan kemudharatan yang dapat berpengaruh kepada banyak orang, baik bagi suami, anak, keluarga maupun bagi masyarakat. Karena itu, aborsi dibolehkan demi keselamatan sang ibu. Hal ini diqiyaskan kepada kebolehan melakukan penyerangan terhadap musuh dalam peperangan, ketika mereka menjadikan kaum dalam peperangan, ketika mereka menjadikan kaum muslimin sebagai tameng, meskipun hal tersebut mungkin berdampak kepada kematian kaum muslimin itu sendiri. 3. Kedudukan sang ibu sangat mulia dan suci di hadapan anaknya, sebagaimana yang dapat kita temukan dalam nash-nash al-Quran antara lain: firman Allah Swt: Maka, janganlah sekali-kali kamu mengatakan ah kepada keduanya dan janganlah kamu menghardik mereka. (QS. Al-Isra: 23) Islam sangat melarang seorang anak untuk mengatakan kalimat yang dapat menyinggung perasaan ibunya, terlebih lagi jika anak tersebut menjadi sebab kematiannya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Khathab Ra., Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, Seorang bapak dihukum karena anaknya.[46] Demikian itu disebabkan karena orang tua adalah sebab adanya anak, maka seorang anak tidak boleh menjadi sebab hilangnya nyawa orang tuanya. Oleh karena itu, tidak diperkenankan mengorbankan nyawa orang tua untuk mempertahankan hidup sang anak. Meskipun dalam hadis tersebut menggunakan kata bapak, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dianalogikan kepada ibu, karena kedudukan keduanya adalah sama. 4. Fatwa yang dikeluarkan oleh para ulama fiqh klasik mengenai diharamkannya aborsi disebabkan karena jika kehamilan itu dipertahankan akan menyebabkan kematian sang ibu merupakan pendapat yang benar serta akan mendapat ganjaran di sisi Allah Swt. Namun alasan mereka yang menyatakan bahwa kematian sang ibu yang masih dalam perkiraan para dokter tidaklah akurat, karena alat-alat kedokteran pada saat itu masih sangat terbatas perlu dikaji kembali. Alasan di atas tidak dapat dijadikan landasan untuk menentukan keselamatan nyawa sang ibu. Berbeda dengan zaman modern saat ini, teknologi yang serba canggih serta keilmuan dan materi yang melimpah ruah akan dengan mudah menentukan kemungkinan yang akan terjadi sehingga kecil kemungkinan terjadi keputusan yang salah. 5. Melakukan aborsi demi menyelamatkan nyawa sang ibu ataupun untuk menjaga kesehatannya adalah dibolehkan. Akan tetapi pemahaman dharurat ini harus dijelaskan, agar jangan sampai tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab menjadikannya sebagai alasan untuk melegetimasi tindakan aborsi yang mereka lakukan 6. Berdasarkan hal di atas, para ulama kontemporer berpendapat bahwa menjaga keselamatan nyawa sang ibu bukan termasuk satu-satunya keadaan

darurat yang dapat melegalkan tindakan aborsi, karena masih banyak alternatif lain yang bisa digunakan untuk menyelamatkan keduanya. Terlebih lagi zaman sekarang yang telah dilengkapi dengan peralatan yang serba canggih dan teknologi yang mutakhir. Semua itu bisa dilalui dengan penuh kesabaran sesuai dengan tuntunan dalam ajaran Islam. Kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kaidah-kaidah fiqh dan fatawa-fatwa mengenai aborsi. 7. Aborsi tidak boleh dilakukan kecuali setelah melakukan berbagai macam upaya medis maupun non medis yang dibolehkan oleh agama atau melalui keputusan dokter bahwa kondisinya berbahaya. Dalam kondisi seperti ini, seorang wanita yang sedang hamil diperbolehkan melakukan demi untuk menyelamatkan hidupnya atau untuk menjaga kesehatannya. 8. Kajian aborsi di atas juga mencakup aborsi akibat pemerkosaan. Dalam menyoroti seorang wanita yang hamil akibat pemerkosaan oleh seorang atau sekelompok orang seperti yang terjadi di Bosnia, Irak dan lain sebagainya. Penulis memiliki dua pendapat: pertama; aborsi diperbolehkan jika janin yang dikandung belum memiliki ruh. Alasannya, pertama; merujuk kepada sekelompok ulama yang membolehkan aborsi sebelum janin tersebut memiliki ruh. Kedua; jika wanita itu tidak rela menerima perlakuan tersebut. Ketiga; untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya sebagai wanita. Kedua; dilarang sesudah ada ruh. Alasannya, pertama; jika kehamilan akibat pemerkosaan tidak dapat dielakkan lagi. Kedua; anak yang lahir diluar nikah belum tentu lebih hina dari anak yang dilahirkan melalui pernikahan. Demikian itu tergantung kepada pendidikan serta pengasuhan yang diberikan oleh ibunya. 9. Aborsi akibat zina saat janin belum memiliki ruh maupun sesudahnya sangat dilarang, baik secara agama maupun moral. Alasannya, resiko zina harus ditanggung oleh para pelaku. Adapun pendidikan serta pengasuhan anak hasil zina tersebut menjadi tanggung jawab ibunya. Al-Quran & Aborsi Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan. Pertama: Manusia mulia. - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang

Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-

ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.(QS 17:70) Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (QS 5:32) Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (QS 17:31) Keempat: Aborsi adalah terhadap perintah Allah. membunuh. Membunuh berarti melawan

Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah abortus provokatus kriminalis yang merupakan tindakan kriminal tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36) Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. AlQuran menyatakan:Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi. Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.

Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup selama umur kandungan. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa! Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Mais. Demi Allah, aku telah hamil. Nabi berkata,Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir. Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,Inilah anak yang kulahirkan. Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji. Alkitab & Aborsi Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk mengerti dengan jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi. Pertama : Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa. Kedua : Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras. Ketiga : Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan. Keempat : Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan. Kelima: Tuhan tidak pernah dikorbankan. Apapun alasannya. memperkenankan anak manusia

Keenam : Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya. http://www.aborsi.org/agama-aborsi.htm

FAKTOR-FAKTOR YG MEMPERBOLEHKAN

Sementara kasus dilapangan yang banyak kita jumpai saat ini indikasi-indikasi pengguguran kandungan adalah dapat disebabkan beberapa faktor, dan ditolerir oleh kalangan ulama kontemporer, diantaranya sebagai berikut : 1) Karena faktor ekonomi, yaitu vaktor yang timbul karena rasa kehawatiran terhadap kemiskinan, sehingga tidak ingin mempunyai keluarga yang besar karena penghasilan yang diperoleh tidak mencukupi. 2) Karena faktor fisik, maksudnya karena si ibu seorang wanita karier yang senantiasa dipenuhi kesibukan, yang apabila dia hamil maka akan menyita waktu dan perhatiannya. 3) Karena ada faktor psikologis, misalnya seorang ibu mempunyai penyakit kelainan jiwa baik akibat trauma pada kehamilan sebelumnya, atau karena kehamilan itu akibat dari perkosaan, atau karena kehamilan itu hasil dari hubungan gelap, atau incest, yang apabila kehamilannya diteruskan akan menambah berat beban kejiwaan yang telah dideritanya. 4) Karena faktor usia, baik karena terlalu tua atau terlalu muda untuk melahirkan, sehingga apabila kehamilannya dilanjutkan akan mengancam keselamatannya pada saat melahirkan. 5) Faktor kesehatan, seperti adanya prediksi medis bahwa janin yang dikandungnya tidak sempurna, sehingga akan lahir dalam keadaan cacat. Atau karena siibu menderita suatu penyakit berat seperti darah tinggi, kanker, sakit jantung, cacat genetik dan sebagainya. 6) Faktor lingkungan, yaitu karena adanya kemudahan fasilitas dan penolong, seperti dokter, bidan dan dukun serta obat-obatan lainnya. WHO, 2003, Safe Abortion : Technical and Policy guidance for health System, WHO, Geneva. Imam Al-Nawawi, t.t. Matan al-arbain,Dar al-Kutub, Beirut. Imam Muslim, t.t. Shohih Muslim , (Terj.) Dahlan, Bandung. Jurnalis Uddin, Prof., Dr, (et all), 2007 Reinterprestasi Hukum Islam tentang Aborsi, Universitas Yasri, Jakarta.

DAMPAK ABORSI
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 2. Resiko gangguan psikologis Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: 1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat 2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya 6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 9. Kanker hati (Liver Cancer) 10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) Resiko kesehatan mental Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kehilangan harga diri (82%) Berteriak-teriak histeris (51%) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) Ingin melakukan bunuh diri (28%) Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. http://www.aborsi.org/resiko.htm

HUKUM TENTANG ABORSI


Perempuan yang memerlukan aborsi karena kehamilannya membahayakan jiwanya dan hal ini sejalan dengan hukum yang berlaku di Indonesia seharusnya dapat mendapatkan prosedur aborsi yang aman. Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan tersedianya aborsi yang aman yang terjamin ketersediannya dan diperbolehkan oleh hukum yang berlaku. Indonesia memiliki 3 aturan aborsi yang berlaku hingga saat ini yaitu: 1. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan apa pun aborsi adalah tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan. 2. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. 3. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menuliskan dalam kondisi tertentu bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi). Upaya menekan angka aborsi tanpa indikasi medis menjadi tanggung jawab kita bersama baik pemerintah dan masyarakat luas. Karena sebuah nyawa juga memiliki hak untuk hidup didunia. f Inggar Ratna Kusuma S.ST Dosen Prodi Kebibdanan Universitas Purwokerto http://www.wawasandigital.com/index.php? option=com_content&task=view&id=41918&Itemid=62 Aborsi dipandanng dari sudut hukum terjadi suatu kontradiksi dalam Undang-undang No. 23/1992 tentang Kesehatan pasal 15 ayat 1 sebagai berikut :

"Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya* dapat dilakukan tindakan medis tertentu**." Dari hal di atas yang dapat dijelasakan dari isi Undang-Undang tersebut adalah - Bahwa kalimat untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya merupakan pernyataan cacat hukum karena kalimat tersebut sepertinya menjelaskan bahwa pengguguran kandungan diartikan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janinnya. Padahal, selama ini yang terjadi seseorang melakukan pengguguran kandungan tidak pernah diartikan sebagai upaya untuk menyelamatkan janin yang dikandungnya, tetapi yang dalam pemahaman masyarakat yang terjadi adalah malah sebaliknya. - Bahwa selanjutnya "Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi yang cacat hukum dan tidak jelas itu menjadikan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan aborsi rentan di mata hukum. - Bahwa dalam kenyataaan secara hukum ada aborsi yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima". Yang dapat diterima antara lain jika kehamilan membahayakan jiwa si ibu. Ini berarti ada aborsi yang secara hukum boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Pembedaaan antara yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan itulah yang perlu diatur melalui sistem hukum. Artinya diperlukan undang-undang yang mengatur aborsi sehingga dapat menolong perempuan yang mengalami KDRT dari bahaya menjadi korban praktik yang membahayakan kesehatan bahkan jiwanya (Hartono 2005 : Issue Abortus dalam RUU Kesehatan, Kompas) http://suarakomunitas.net/?lang=id&rid=7&id=6682 Menurut Sumapraja dalam Simposium Masalah Aborsi di Indonesia yang diadakan di Jakarta pada tanggal 1 April 2000 menyatakan adanya terjadinya kontradiksi dari isi Undang-undang No. 23/1992 pasal 15 ayat 1 sebagai berikut. "Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya* dapat dilakukan tindakan medis tertentu**." Hal yang dapat dijelaskan dari isi Undang-undang tersebut adalah: *) kalimat untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya merupakan pernyataan cacat hukum karena kalimat tersebut sepertinya menjelaskan bahwa pengguguran kandungan diartikan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janinnya. Padahal, pengguguran kandungan tidak pernah diartikan sebagai upaya untuk menyelamatkan janin, malah

sebaliknya. **) penjelasan Pasal 15: "Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi yang cacat hukum dan tidak jelas itu menjadikan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan aborsi rentan di mata hukum. Katjasungkana, N. Aborsi: Hukum dan Hak Perempuan. Simposium Masalah Aborsi di Indonesia, Jakarta 1 April 2000. http://www.kesrepro.info/?q=node/203 Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi, maka diputuskan bahwa hukum aborsi adalah sebagai berikut : 1. Haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi). 2. Mubah apabila ada uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.

a. Uzur yang bersifat darurat adalah meliputi : 1). Perempuan hamil yang menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh tim dokter (Tim Ahli) 2). Kehamilan tersebut mengancam nyawa si ibu hamil. b. Uzur yang bersifat hajat adalah meliputi : 1). Janin yang dikandung itu dideteksi menderita cacat genetic yang kalau dilahirkan kelak penyakit tersebut sulit disembuhkan. 2). Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang terdapat didalamnya antara lain keluarga kurban, dokter dan ulama. Dan kebolehan aborsi pada kedua jenis kehamilan tersebut diatas adalah sebelum janin berusia 40 hari. 3. Haram hukumnya aborsi yang dilakukan terhadap kehamilan akibat zina. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa hukum melakukan aborsi boleh selama belum ditiupkan ruh dan memang benarbenar ada uzur atau alasan yang kuat yang mengharuskan untuk menggugurkan kandungan tersebut. Seperti telah diketahui oleh Tim Ahli bahwa kehamilan tersebut akan mengakibatkan kematian bagi siibu hamil, atau telah diketahui bahwa bayi yang dikandung akan lahir dalam keadaan cacat genetic, maka tidak ada jalan lain kecuali menggugurkan kandungan tersebut.

aborsi perspektif islam.htm

FAKTOR PENDORONG
Berbagai upaya telah dicoba untuk dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Forum Kesehatan Perempuan (FKP) yang terdiri dari aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), praktisi hukum, peneliti senior, pengurus/anggota organisasi profesi adalah dengan mengadakan pertemuan intens yang bertujuan akhir untuk mengamandemen Undang-undang Ke-sehatan Nomor 23 tahun 1992 pasal 15. Sementara itu untuk mencapai tujuan akhir tersebut, upaya saat ini difokuskan untuk menyusun Surat Keputusan Menteri Kesehatan (SK Menkes) tentang batasan pelayanan aborsi yang aman dengan memasukkan kriteria, yaitu antara lain: 1) usia kandungan dibawah 12 minggu 2) di rumah sakit yang ditunjuk 3) oleh dokter yang bersertifikat 4) konseling pra dan pasca aborsi 5) biaya yang terjangkau Tujuan khususnya antara lain menghimpun dan menampung pendapat khalayak dari berbagai pihak tentang masalah aborsi, menentukan isi SK Menkes tentang pelayanan aborsi yang aman serta menyusun, menyepakati dan melakukan proses penerbitan SK tersebut. Salah satu upaya FKP dalam menghimpun dan menampung pendapat khalayak dari berbagai pihak mengenai aborsi dilakukan melalui jajak pendapat yang dilakukan sebanyak dua kali oleh instansi yang berbeda selama bulan Desember 2000. Jajak pendapat yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia bekerja sama dengan Mitra Perempuan, Ford Foundation, Fenomena, Universitas Atmajaya dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia pada 600 responden yang ditelepon secara acak berdasarkan buku telepon di lima wilayah di DKI Jakarta, menunjukkan 83,5 persen responden perempuan dan laki-laki setuju jika keputusan secara medis dan psikologis mengenai aborsi ditentukan oleh dokter, melalui proses konseling dengan pasien. Sebesar 85,11 persen dari mereka yang setuju adalah perempuan yang menikah. Jajak pendapat lainnya yang dilakukan Population Council, Yayasan Mitra Inti dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia terhadap 159 responden menemukan sebesar 78 persen responden menyetujui perlunya mengurangi risiko penyebab kematian akibat aborsi yang tidak aman dan 85 persen menyetujui keputusan aborsi ditentukan bersama melalui proses konseling. Kemudian sebesar 55 persen menyatakan perlunya disediakan tempat aborsi yang resmi, aman dengan standar pelayanan berkualitas. Katjasungkana, N. Aborsi: Hukum dan Hak Perempuan. Simposium Masalah Aborsi di Indonesia, Jakarta 1 April 2000.

Sudraji Sumapraja. Aborsi: Akar Permasalahan dan IndikasiSimposium Masalah Aborsi di Indonesia, Jakarta 1 April 2000. Wibisono Wijono. Dampak Kesehatan Aborsi tidak aman. Simposium Masalah Aborsi di Indonesia, Jakarta 1 April 2000. Dixon, P. Source: http://www.postfun.com/pfp/blasphemy.html/18 Januari 2001 Resiko meningkatnya perilaku seks pra nikah dan seks bebas tidak dapat dihindari akibat perkembangan budaya modern dan meningkatnya usia pasangan nikah. Tapi sangat disayangkan apabila pemerintah dan juga kalangan pendidik dan komponen masyarakat tidak memiliki sebuah konsep yang terarah dan jelas untuk menghadap fenomena sosial ini. Peningkatan usia nikah harusnya juga diikuti dengan pembekalan mengenai sex pada kalangan remaja sehingga mereka bisa mengendalikan diri dan menjauhi perilaku sex beresiko tersebut. Akan tetapi budaya sex tabu menempatkan kalangan remaja seperti anak kecil yang dipandang dan dianggap tidak perlu tau masalah sex. Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga http://www.aborsi.org/pelaku.htm Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja) Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah: 1. atau tanggung jawab lain (75%) 2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%) 3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%) Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah

Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam kandungannya adalah boleh dan benar . Semua alasan-alasan ini tidak berdasar. Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita, yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi. http://www.aborsi.org/alasan.htm

Você também pode gostar