Você está na página 1de 6

1.

Ciri-ciri pemerintahan demokratis


Istilah demokrasi diperkenalkan kali pertama oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan banyak orang (rakyat) Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh Negara di dunia Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut. 1.Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan). 2.Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. 3.Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. 4.Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. 2. Pengertian sistem pemerintahan demokrasi Isitilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke -5 SM Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke- 8, bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi di banyak negara. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif ) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas( independen ) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks balances. Sejarah Perkembangan Demokrasi Indonesia Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan Partai Demokrasi Perjuangan sebagai pemenang Pemilu.

Diskursus demokrasi di Indonesia tak dapat dipungkiri, telah melewati perjalanan sejarah yang demikian panjangnya. Berbagai ide dan cara telah coba dilontarkan dan dilakukan guna memenuhi tuntutan demokratisasi di negara kepulauan ini. Usaha untuk memenuhi tuntutan mewujudkan pemerintahan yang demokratis tersebut misalnya dapat dilihat dari hadirnya rumusan model demokrasi Indonesia di dua zaman pemerintahan Indonesia, yakni Orde Lama dan Orde Baru. Di zaman pemerintahan Soekarno dikenal yang dinamakan model Demokrasi Terpimpin, lalu berikutnya di zaman pemerintahan Soeharto model demokrasi yang dijalankan adalah model Demokrasi Pancasila. Namun, alih-alih mempunyai suatu pemerintahan yang demokratis, model demokrasi yang ditawarkan di dua rezim awal pemerintahan Indonesia tersebut malah memunculkan pemerintahan yang otoritarian, yang membelenggu kebebasan politikwarganya. 3.SISTEM PEMERINTAHAN OTORITER Dalam masyarakat Barat, ada perbedaan yang jelas antara pemerintah dan negara. penolakan Umum pemerintah tertentu (disajikan, misalnya, dengan tidak memilih kembali suatu incumbent) tidak selalu mewakili penolakan negara itu sendiri (yaitu kerangka tertentu pemerintah). Namun, beberapa di beberapa rezim totaliter, tidak ada perbedaan yang jelas antara rezim dan negara. Bahkan, pemimpin di rezim tersebut sering sengaja berusaha untuk mengaburkan garis pembatas antara ke dua, untuk conflate kepentingan mereka sendiri egois dengan orang-orang dari pemerintahan yang # Anarkisme - filsafat politik yang menganggap negara menjadi tak perlu, berbahaya, atau tidak diinginkan, dan nikmat bukan masyarakat yang berkewarganegaraan # Otoriter - Pemerintahan yang otoriter yang ditandai dengan penekanan pada otoritas negara dalam sebuah republik atau serikat buruh. Ini adalah sistem politik yang dikendalikan oleh penguasa terpilih yang biasanya mengizinkan beberapa derajat kebebasan individu. # Konstitusi monarki - Sebuah pemerintah yang memiliki raja, tetapi satu kekuatan yang dibatasi oleh hukum atau oleh konstitusi formal, seperti United Kingdom [6] [7] # Konstitusi republik - Sebuah kekuasaan pemerintah yang dibatasi oleh hukum atau konstitusi formal, dan dipilih oleh suara antara setidaknya beberapa bagian dari rakyat (Kuno Sparta adalah dalam hal sendiri republik, meskipun sebagian besar penduduk disenfranchised; The United awal Amerika adalah sebuah republik, tetapi sejumlah besar orang kulit hitam dan perempuan tidak memiliki suara). Republik yang mengecualikan bagian dari rakyat dari partisipasi biasanya akan mengklaim mewakili semua warga negara (dengan mendefinisikan orang tanpa suara sebagai "non-warga negara"). # Demokrasi - Rule oleh pemerintah (biasanya Republik Konstitusi atau Konstitusi Kerajaan) dipilih melalui pemilihan umum di mana sebagian besar rakyat adalah hak pilih. Perbedaan utama antara demokrasi dan bentuk-bentuk pemerintahan konstitusional biasanya dianggap bahwa hak untuk memilih tidak dibatasi oleh kekayaan seseorang atau ras (kualifikasi utama untuk pembebasan biasanya setelah mencapai usia tertentu). Sebuah pemerintahan Demokrat Oleh karena itu, satu didukung (setidaknya pada saat pemilu) oleh mayoritas rakyat (asalkan pemilu diselenggarakan cukup). Sebuah "mayoritas" dapat didefinisikan dengan cara yang berbeda. Ada banyak "pembagian kekuasaan" (biasanya di negara-negara di mana orang terutama mengidentifikasi diri dengan ras atau agama) atau "pemilihan-kuliah" atau "konstituen" sistem di mana pemerintah tidak dipilih oleh headcount satu-suara-per-orang sederhana . # Kediktatoran - Aturan oleh seorang individu yang memiliki kekuasaan penuh atas negeri. Istilah ini dapat merujuk kepada sistem dimana diktator berkuasa, dan memegang itu, murni

dengan kekuatan - tetapi juga termasuk sistem dimana diktator yang pertama berkuasa secara sah tetapi kemudian bisa mengamandemen konstitusi sehingga, berlaku, mengumpulkan semua kekuasaan untuk diri mereka sendiri. [8] Lihat juga Otokrasi dan diktatur militer. # Monarki -. Aturan oleh seorang individu yang telah mewarisi peran dan berharap dapat mewariskan kepada ahli waris mereka [9] # Oligarki -. Aturan oleh sekelompok kecil orang yang berbagi minat yang sama atau hubungan keluarga [10] # Plutokrasi - Suatu pemerintah yang terdiri dari kelas kaya. Setiap bentuk pemerintahan yang tercantum di sini bisa plutokrasi. Misalnya, jika semua suara perwakilan di republik yang kaya, maka itu adalah sebuah republik dan plutokrasi. # Teokrasi -. Aturan oleh elit agama [11] # Totalitarian - Totalitarian pemerintah mengatur hampir setiap aspek kehidupan publik dan swasta I. PENDAHULUAN Ilmu kalam di ajarkan oleh 25 nabi yang mana dari nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW untuk meyakinkan bahwa yang menjadikan alam atau pencipta alam semesta ini adalah Allah SWI. Demikian pula pada zaman sesudah nabi yaitu zaman Khulafaurrasyidin hingga sekarang, ilmu kalam di ajarkan kepada umat islam, tetapi dalam perkembangan ilmu kalam mengalami pengembangan seiring pemikiran ilmu kalam yang semakin beraneka ragam. Kejadian ini terjadi setelah zaman Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar serta Umar bin Khattab. Dan dalam hal ini yang akan penulis paparkan adalah mengenai sejarah faktor timbulnya aliran kalam dalam islam yang mana seperti di ketahui bahwa Nabi SAW pernah mengatakan bahwa umat islam kelak akan terbagi menjadi 73 golongan. II. PERMASALAHAN A. Sejarah Timbulnya Aliran Kalam Dalam Islam B. Faktor-faktor Timbulnya Aliran Kalam Dalam Islam III. PEMBAHASAN A. Sejarah Timbulnya Aliran Islam Dalam Islam Pada masa Nabi SAW, dan para Khulafaurrasyidin, umat islam bersatu, mereka satu akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat dapat diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka. Awal mula adanya perselisihan di picu oleh Abdullah bin Saba (seorang yahudi) pada pemerintahan khalifah Utsman bin Affan dan berlanjut pada masa khalifah Ali. Dan awal mula adanya gejala timbulnya aliran-aliran adalah sejak kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah ke-3 setelah wafatnya Rasulullah). Pada masa itu di latar belakangi oleh kepentingan kelompok, yang mengarah terjadinya perselisihan sampai terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Kemudian digantikan oleh Ali bin Abi Thalib, pada masa itu perpecahan di tubuh umat islam terus berlanjut. Umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang menamakan dirinya kelompok syiah, dan yang kontra yang menamakan dirinya kelompok Khawarij. Akhirnya perpecahan memuncak kemudian terjadilah perang jamal yaitu perang antara Ali dengan Aisyah dan perang Siffin yaitu perang antara Ali dengan muawiyah. Bermula dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran di kalangan umat islam, masing-masing kelompok juga terpecah belah, akhirnya jumlah aliran di kalangan umat islam menjadi banyak, seperti aliran syiah, khawarij, murjiah, jabariyah,

mutazilah dll. B. Faktor-faktor Timbulnya Aliran Kalam Dalam Islam Faktor yang menyebabkan timbulnya aliran kalam dalam islam dapat di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu: 1. Faktor internal Yaitu faktor yang muncul dari dalam umat islam sendiri yang dikarenakan: a. Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda Perbedaan ini terdapat dalam hal pemahaman ayat Al-Quran, sehingga berbeda dalam menafsirkan pula. Mufasir satu menemukan penafsiranya berdasarkan hadist yang shahih, sementara mufasir yang lain penafsiranya belum menemukan hadist yang shahih. Bahkan ada yang mengeluarkan pendapatnya sendiri atau hanya mengandalkan rasional belaka tanpa merujuk kepada hadist. b. Adanya pemahaman ayat Al-Quran yang berbeda Para pemimpin aliran pada waktu itu dalam mengambil dalil Al-Quran beristinbat menurut pemahaman masing-masing c. Adanya penyerapan tentang hadis yang berbeda Penyerapan hadist berbeda, ketika para sahabat menerima berita dari para perawinya dari aspek matan ada yang disebut hadist riwayah (asli dari Rasul) dan diroyah (redaksinya disusun oleh para sahabat), ada pula yang di pengaruhi oleh hadist (israiliyah), yaitu: hadist yang disusun oleh orang-orang yahudi dalam rangka mengacaukan islam. d. Adanya kepentingan kelompok atau golongan Kepentingan kelompok pada umumnya mendominasi sebab timbulnya suatu aliran, sangat jelas, dimana syiah sangat berlebihan dalam mencintai dan memuji Ali bin Abi Thalib, sedangkan khawarij sebagai kelompok yang sebaliknya. e. Mengedepankan akal Dalam hal ini, akal di gunakan setiap keterkaitan dengan kalam sehingga terkesan berlebihan dalam penggunaan akal, seperti aliran Mutazilah. f. Adanya kepentingan politik Kepentingan ini bermula ketika ada kekacauan politik pada zaman Ustman bin Affan yang menyebabkan wafatnya beliau, kepentingan ini bertujuan sebagai sumber kekuasaan untuk menata kehidupan. g. Adanya beda dalam kebudayaan Orang islam masih mewarisi yang di lakukan oleh bangsa quraish di masa jahiliyah. Seperti menghalalkan kawin kontrak yang hal itu sebenarnya sudah di larang sejak zaman Rasulullah. Kemudian muncul lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib oleh aliran Syiah. 2. Faktor eksternal Faktor ini muncul dari luar umat islam, yaitu : a. Akibat adanya pengaruh dari luar islam. Pengaruh ini terjadi ketika munculnya aliran syiah yang muncul karena propaganda seseorang yahudi yang mengaku islam, yaitu Abdullah bin Saba. b. Akibat terjemahan filsafat yunani Mutazilah Mutazilah sebagai sebuah aliran teologi memiliki akar dan produk pemikiran tersendiri. Yang dimaksud akar pemikiran di sini adalah dasar dan pola pemikiran yang menjadi landasan pemahaman dan pergerakan mereka. Sedangkan yang dimaksud produk pemikiran adalah konsep-konsep yang dihasilkan dari dasar dan pola pemikiran yang mereka yakini tersebut.

Mutazilah adalah kelompok yang mengadopsi faham qodariyah, yaitu faham yang mengingkari taqdir Allah; dan menjadikan akal (rasio) sebagai satu-satunya sumber dan metodologi pemikirannya. Dari sinilah Pemikiran mutazilah berakar dan melahirkan berbagai kongklusi teologis yang menjadi ideologi yang mereka yakini. Disebutkan dalam buku al-mausuah al-muyassarah filadyn walmadzhib walahzb almushirah 11bahwa pada awalnya sekte mutazilah ini mengusung dua pemikiran yang menyimpang (mubtadi), yaitu: 1. Pemikiran bahwa manusia punya kekuasaan mutlak dalam memilih apa yang mereka kerjakan dan mereka sendirilah yang menciptakan pekerjaan tersebut. 2. Pemikiran bahwa pelaku dosa besar bukanlah orang mumin tetapi bukan pula orang kafir, melainkan orang fasik yang berkedudukan diantara dua kedudukan mumin dan kafir (manzilatun bainalmanzilataini) Dari dua pemikiran yang menyimpang ini kemudian berkembang dan melahirkan pemikiranpemikiran turunan seiring dengan perkembangan mutazilah sebagai sebuah sekte pemikiran. Sejalan dengan keberagaman akal manusia dalam berfikir maka pemikiran yang dihasilkan oleh Secara ringkas lima dasar pemikiran mutazilah ini dijelaskan dalam mausuah WAMY, berikut kutipannya dengan sedikit perubahan: (1) Al-Tauhd Mereka meyakini bahwa Allah disucikan dari perumpamaan dan permisalan (laisa kamitslihi syai-un) dan tidak ada yang mampu menentang kekuasaan-Nya serta tidak berlaku pada-Nya apa yang berlaku pada manusia. Ini adalah faham yang benar, akan tetapi dari sini mereka menghasilkan konklusi yang batil: kemustahilan melihat Allah sebagai konsekwensi dari penegasian sifat-sifat (yang menyerupai manusia); dan keyakinan bahwa al-Quran adalah makhluk sebagai konsekwensi dari penegasian Allah memiliki sifat kalam. (2) Aladl (keadilan Allah) Maksud mereka dengan keadilan Allah adalah bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan hambahamba-Nya dan tidak menyukai kerusakan. Akan tetapi hamba-hamba-Nyalah yang melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nyadengan kekuatan (qudrah) yang Allah jadikan buat mereka. Dan bahwasanya Allah tidak memerintah kecuali kepada yang diinginkan-Nya dan tidak melarang kecuali dari yang dibenci-Nya. Dan Allah adalah penolong bagi terlaksananya kebaikan yang diperintahkan-Nya dan tidak bertanggungjawab atas terjadinya kemungkaran yang dilarang-Nya. (3) Al-wad walwad (janji dan ancaman Allah) Maksud mereka dengan janji dan ancaman Allah adalah bahwa Allah akan memberi pahala atas kebaikan yang diperbuat manusia dan memberi balasan atas kejelekan yang dilakukannya, dan (secara mutlak) tidak akan mengampuni pendosa besar jika tidak bertobat. (4). Al-manzilatu bainalmanzilataini Maksud mereka adalah bahwa pendosa besar berada di antara dua kedudukan, ia tidak berada dalam kedudukan mumin tidak juga kafir. (5) Al-amru bilmarf wa al-nahyu anilmunkar Mereka menetapkan bahwa hal ini (al-amru bilmarf wa al-nahyu anilmunkar) adalah kewajiban seluruh muminin sebagai bentuk penyebaran dakwah Islam; penyampaian hidayah bagi mereka yang tersesat; dan bimbingan bagi mereka yang menyimpang. Semuanya dilakukan sesuai kemampuan, bagi yang mampu dengan penjelasan maka dengan penjelasan, yang mampu dengan pedang maka dengan pedang.sekte mutazilah ini pun sama beragamnya. Tidak hanya beragam akan tetapi melahirkan sub-sub sekte yang tidak sedikit jumlahnya. Setiap sub sekte

memiliki corak pemikiran tersendiri yang ditentukan oleh corak pemikiran pimpinan sub sekte tersebut. Buku-buku karya filosofi yunani di samping banyak membawa manfaat juga ada sisi negatifnya bila di tangan kalangan yang tidak punya pondasi yang kuat tentang akidah dan syariat islam. Sehingga terdapat keinginan oleh umat islam untuk membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi islam. IV. KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa aliran-aliran dalam islam muncul setelah wafatnya Rasulullah SAW. Dan faktor-faktor yang menyebabkan aliran itu muncul meliputi. a. Faktor internal Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda. Adanya pemahaman Ayat Al-Quran yang berbeda. Adanya penyerapan tentang hadits yang berbeda. Adanya kepentingan kelompok Mengedepankan akal. Adanya kepentingan politik b. Faktor eksternal Akibat adanya pengaruh dari luar islam. Akibat pengaruh terjemahan filsafat yunani. V. PENUTUP Demikian makalah yang penulis buat, makalah ini hanyalah sedikit gambaran tentang sejarah dan faktor timbulnya aliran kalam dalam islam. Dari hasil pemahaman yang sederhana penulis semoga makalah ini dapat menambah wawasan atau ilmu bagi kita. Amien.. DAFTAR PUSTAKA Husein, Ahmad. Gerakan Ingkarusunnah Dan Jawabanya, Jakarta, Media Dawah, 1990. Raji Abdullah, M. Sufyan. Lc, Mengenal Aliran-Aliran Dalam Islam Dan Ciri-Ciri Ajarannya, Jakarta, Pustaka Al-Riyadl, 2006. Abdullah Muin, M. Thalib. Aliran Islam Pada Masa Khalifah, Yogyakarta, Widjaya, 1978. A. Nasir, Sahilun. Pengantar Ilmu Tauhid, Rajawali, Jakarta, 1991. Al Qardhawy, Yusuf. Fiqhul Ikhtilaf, Jakarta, Robani Press, 1990.

Você também pode gostar