Você está na página 1de 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI Uterus myomatosus adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos , jaringan fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk uterus myomatosus adalah leiomioma, fibroid dan fibromioma.

2.2 PATOGENESIS Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer dan De Snoo mengemukakan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor 1 (IGF 1), connexsin 43 Gap junction protein dan marker proliferasi. Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa, dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 (del 7) (q 21)/ q 21 q 32). Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma uteri sangat tergantung apakah telah terjadi perubahan pada kromosom atau tidak.

2.3 PATOLOGI ANATOMI Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain : 1. Mioma submukosa 2. Mioma intramural 3. Mioma subserosa

4. Mioma intraligamenter Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%), submukosa (6,1%.) dan jenis intraligamenter (4,4%). 1. Mioma submukosa Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma . Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, di kenal sebagai Currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas. 2. Mioma intramural Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi. 3. Mioma subserosa Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering / parasisic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan ( whorle like pattern ) dengan psoudo kapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri 2.4 GAMBARAN MIKROSKOPIK Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai se-sel otot polos panjang, yang membentuk bangunan yang khas sebagai kumparan ( whorle like pattern). Inti sel juga panjang dan bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel memanjang, dan ditemukan adanya mast cells diantara serabut miometrium sering diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa ( giant cells ).

2.5 PERUBAHAN SEKUNDER a. Atrofi sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi kecil. b. Degenerasi hialin, perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. c. Degenerasi kistik, dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. d. Degenerasi membatu ( calcireous degeneration ), terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen. e. Degenerasi merah ( carneous degeneration ), perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai emesis dan haus, sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada perabaan.Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma bertangkai. f. Degenerasi lemak, keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.

2.7 KOMPLIKASI

1. Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0.32 0.6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. 2. Torsi ( putaran tangkai ) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.

2.8 GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS 1. Gejala klinis Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung pada lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20 50 % saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenoroe, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari gejala mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65 % wanita dengan mioma mengeluh dismeneroe, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri ( 14 % ), keluhan obstipasi (13 % ). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2 10 % kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis dari tuba fallopi. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus didalam panggul. Mekanisme perdarahan abnormal pada myoma uteri : 1. 2. 3. 4. peningkatan ukuran permukaan endometrium peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus gangguan kontraktilitas uterus ulserasi endometrium pada myoma submukosa

5. kompresi pada plexus venosus di dalam myometrium 2. Pemeriksaan fisik Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.

3. Temuan laboratorium Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal. 4. Pemeriksaan penunjang a. Ultrasonografi Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik 4. Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. 5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan. 2.9 PENATALAKSANAAN Secara umum penatalaksaaan myoma uteri dibagi atas 2 metode : 1. Terapi medisinal (hormonal) saat ini pemakaian Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh myoma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran myoma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari suatu penelitian didapati data pada pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien dengan myoma uteri didapati adanya pengurangan volume myoma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan.

Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormona lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesterone akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari myoma. 1. Terapi pembedahan Terapi pembedahan pada myoma uteri dilakukan terhadap myoma yang menimbulkan gejala.MenurutAmericanCollegeof Obstetricians and gynecologist (ACOG) dan American society for Reproductive Medicine (ASMR) indikasi pembedahan pada pasien dengan myoma uteri adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif Sangkaan adanya keganasan Pertumbuhan myoma pada masa menopause Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba Nyeri dan nyeri tekan yang sangat mengganggu Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius Anemia akibat perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi 1. Miomektomi Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari myoma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi histeroskopi maupun dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat myoma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi factor fertilitas pada pasien. Disamping itu masa penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4-6 minggu. Pada miomektomi secara histeroskopi, dilakukan terhadap myoma submukosa yang terletak pada cavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini ahli bedah memasukkan alat histeroskop melalui serviks dan mengisi cavum uteri dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar cavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Myoma subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat secara laparoskopi. Resiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk perlengketan, trauma terhadaporgan sekitar seperti usus, ovarium, rectum serta perdarahan. Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan standart bagi wanita dengan myoma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.

1. Histerektomi Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dnegan 3 cara yaitu : dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal dan beberapa kasus dengan laparoskopi. Tindakan histerektomi pada pasien dengan myoma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu. Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Subtotal abdominal histerektomi (STAH) dilakukan untuk mneghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang lebih banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rectum. Namun dengan melakukan STAH, kita meninggalkan serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat trejadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya secret vagina dan perdarahan paska operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Pasien Ny. M, usia 54 th, datang dengan keluhan perut membesar sejak 5 tahun yang lalu, awalnya terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah menstruasi lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (+), muntah (-). Pasien juga mengeluh nyeri pinggang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Palpasi pembesaran organ (+), nyeri tekan (+), teraba massa abnormal (+), Perkusi : pekak didaerah yang terdapat massa. Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi pusat, teraba keras, mobile, besar massa nampak seperti usia kehamilan 18-20 mgg Pemeriksaan obstetric dalam : Corpus uteri dan Adnexa parametrium : teraba massa solid keras. Dengan diagnose sementara tumor ovarium. Post pembedahan TAH-BSO ditemukan massa setinggi pusat, uk 25x23x20 cm, konsistensi keras padat, mobile. Diagnose post pembedahan Uterus Myomatosus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agdi M., and Tulandi T. Endoscopic management of uterine fibroids. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 2008

2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam : Endokrinologi ginekologi edisi kedua.Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2006:; 151 156 3. Benda JA. Pathology of Smooth Muscle tumors of the uterine corpus. Clin Obstet & Gynecol 2008;44:350-63 4. HurstBS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic myomectomy for symptomatic uterine myomas. Fertile sterile 2005: (83)1: 1-22 5. Memarzadeh S, Broder MS,WexlerAS, Pernol ML. Leimyoma of the uterus. In : Current Obstetric & Gynecologic diagnostic & treatmen, Decherney AH, Nathan L, editors Ninth edition. Lange Medical Book,New York, 2007, p: 693-701 6. Nierth-Simpson, E.; Martin, M.; Chiang, T.; Melnik, L.; Rhodes, L.; Muir, S.; Burow, M.; McLachlan, J. Human uterine smooth muscle and leiomyoma cells differ in their rapid 17beta-estradiol signaling: implications for proliferation. Endocrinology, 2009. 150 (5): 24362445. 7. Okolo, S. Incidence, aetiology and epidemiology of uterine fibroids. Best practice & research. Clinical obstetrics & gynaecology, 2008. 22 (4): 571588 8. Polena, V., et al. Long-term results of hysteroscopic myomectomy in 235 patients. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 130 (2007): 232237. 9. Sankaran, S.; Manyonda, I.Medical management of fibroids. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 2008. 22 (4): 655. 10. Stewart, E.A., et al., Clinical outcomes of focused ultrasound surgery for the treatment of uterine fibroids. Fertil Steril, 2006. 85(1): p. 22-9. BAB I CASE

Laporan Kasus Pasien 1.1 Identitas Pasien :


Nama Umur Alamat Kelamin Pekerjaan Status Pendidikan

: Ny. M : 54 tahun : Pagelaran kepanjen : Perempuan : IRT :M : SD

1.1.1

ANAMNESA : 28 Februari 2011 : Poli OBG

1. Masuk rumah sakit tanggal 2. Datang dikirim oleh

3. Keluhan utama 4. Keluhan penyerta

: Perut membesar :

Pasien datang dengan keluhan perut membesar sejak 5 tahun yang lalu, awalnya terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah menstruasi lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-), muntah (-), flek-flek perdarahan (+). Pasien juga mengeluh nyeri pinggang. 5. Riwayat menstruasi

: = usia 12 tahun = 21 februari 2011 : Menikah 1x, usia 25 tahun, lama 34 tahun : Anak 1 =perempuan, persalinan normal, di dukun

Menarche HPHT

6. Riwayat perkawinan 7. Riwayat persalinan sebelumnya

Anak 2 = perempuan, persalinan normal, di dukun Anak 3 = laki-laki, persalinan normal, di dukun 8. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi IUD, lama 2 tahun 9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami RSUD 10. Riwayat penyakit keluarga 11. Riwayat kebiasaan 12. Riwayat pengobatan :::: solid ovarian mass 2010 MRS di : pil KB, lama 3 tahun

1.1.2 1. a.

PEMERIKSAAN FISIK Status present : cukup : 130/80 mmHg, nadi : 62 x/mnt, suhu : 36,5C : 20 x/mnt

Keadaan umum Tekanan darah RR 1. b.

Pemeriksaan umum

Kulit Kepala Mata Wajah Mulut Leher Thorax Paru /-

: cianosis (-), ikterik (-), turgor menurun (-) : : anemi +/+, ikterik -/-, edema palpebra -/: simetris : stomatitis (-), hiperemi pharing (-), pembesaran tonsil (-) : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tonsil (-) : : Inspeksi : pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan normal, retraksi costae -

Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kel. Axilla -/Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/Auskultasi : vesikuler +/+, suara nafas menurun -/-, Wh -/-, Rh -/Jantung : inspeksi : iktus cordis tak teraba

Palpasi : thrill -/Perkusi : batas jantung normal Auskultasi : denyut jantung regular Abdomen : inspeksi : flat -, distensi -, gambaran pembuluh darah collateral

Palpasi pembesaran uterus +, TFU setinggi pusat, teraba massa solid keras, nyeri tekan +, mobile, ukuran besar massa seperti usia kehamilan 18-20 mgg Perkusi : pekak pada bagian massa Auskultasi : bising usus + normal Ekstremitas : edema -/-

1. c.

Status obstetri

Pemeriksaan luar TFU setinggi pusat, teraba massa solid keras, nyeri tekan +, mobile, ukuran besar massa seperti usia kehamilan 18-20 mgg

Pemeriksaan dalam Pengeluaran pervaginam Fluxus Fluor Corpus uteri OUE Adnexa parametrium Ukuran massa Cavum douglass :: teraba massa solid keras : menutup : teraba massa solid keras : sulit menentukan ukuran besarnya massa : penonjolan (-) : flek-flek perdarahan :-

1.2 RINGKASAN Anamnesa : Pasien datang dengan keluhan perut membesar sejak 5 tahun yang lalu, awalnya terasa terdapat benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar disertai nyeri perut yang hilang timbul seperti ditusuk tusuk. 5 bulan terakhir keluarnya darah menstruasi lebih banyak dan disertai rasa nyeri. Perut terasa penuh, mual (-), muntah (-), perdarahan dari jalan lahir (+), Pasien juga mengeluh nyeri pinggang Pemeriksaan fisik : Abdomen : Palpasi pembesaran uterus +, TFU setinggi pusat, teraba massa solid keras, nyeri tekan +, mobile, ukuran besar massa seperti usia kehamilan 18-20 mgg Perkusi : redup di abdomen kuadran bawah Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi pusat, teraba massa solid keras, nyeri tekan +, mobile, Ukuran massa ukuran besar massa seperti usia kehamilan 18-20 mgg Pemeriksaan obstetric dalam : Corpus uteri dan adnexa parametrium teraba massa solid keras Hasil USG tgl 29/11/2010 Uterus : Terdesak massa,ukuran dan bentuk dalam batas normal Tak tampak massa/GS Endometrium baik. Tampak massa solid inhomogen, batas tegas ukuran > 13,2 x 11, 7 x 13 cm.

Kesimpulan

: Solid Ovarial Mass

Hasil lab. Tgl 22 februari 2011 Hb Leukosit Trombosit 7,8 gr/dL 6500 /ul 200.000/ul

Masa perdarahn 200 Masa pembekuan 1100 GD DIAGNOSIS Tumor Ovarium 117 mg/dL

1.3 RENCANA TINDAKAN Infuse Transfusi PRC Antibiotic Operasi Follow up tgl 28 Feb. 2011 S O = nyeri perut (+) = vital sign : T = 140/80 mmHg, N = 82, S = 36C

Status obstetric : palpasi = TFU setinggi pusat, VT pembukaan (-),Corpus uteri dan adnexa parametrium teraba massa solid keras, PPV (+) Lab. Hb 7,3 gr/dL A P Simm R/ transfuse PRC = tumor ovarium = R/ Infus RL fl No. II

Simm R/ inj. ceftazidim fl No. II Simm Follow up tgl 01 Maret 2011 S O = perut terasa nyeri = vital sign : T = 140/80 mmHg, N = 88, S = 36C

Status obstetric : palpasi TFU setinggi pusat, Corpus uteri dan adnexa parametrium teraba massa solid keras, PPV (+) Lab. Cek Hb A P Simm R/ inj. Ceftazidim fl No. II Simm Follow up tgl 02 Maret 2011 S O = perut nyeri (+) = vital sign : T = 140/90 mmHg, N = 82, S = 36C = tumor ovarium = R/ transfuse PRC

Status obstetric : palpasi TFU setinggi pusat, Corpus uteri dan adnexa parametrium teraba massa solid keras, PPV (+) Lab. Hb 10,6 gr/dL A P Simm Follow up tgl 03 Maret 2011 S O = operasi = vital sign : T = 160/80 mmHg, N = 86, S = 36C = tumor ovarium = R/ infuse RL fl No. II

Status obstetric : palpasi TFU setinggi pusat, eksplorasi uterus uk massa 25x23x20 cm, konsistensi keras padat, mobile, adnexa parametrium massa (-). A P Simm Follow up tgl 04 maret 2011 S = nyeri post operasi total abdominal hysterectomy + bisalpingooforokistektomi (uterine and adnexal procedure) O = vital sign : T = 150/90 mmHg, N = 78, S = 36C = uterus myomatosus = R/ infuse RL fl No. II

Status obstetric : palpasi TFU (-), massa konsistensi keras padat(-), PPV (-) Lab. Cek Hb A P Simm R/ Inj. Kalnex fl No. III Simm R/ Inj. Teranol fl No. III Simm R/ Transfusi WB 2 labu Simm Follow up tgl 05 maret 2011 S O = nyeri post operasi = vital sign : T = 140/80 mmHg, N = 78, S = 36C = uterus myomatosus (post TAH+BSO) = R/ Inj. Ceftazidim Fl No. III

Status obstetric : palpasi TFU (-), massa konsistensi keras padat(-), PPV (-) Lab. Hb 11 gr/dL A = uterus myomatosus (post TAH+BSO)

P Simm

= R/ Inj. Ceftazidim Fl No. III

R/ Inj. Kalnex fl No. III Simm R/ Inj. Teranol fl No. III Simm

1.4 LAPORAN KELUAR RUMAH SAKIT KRS tanggal : 07 Maret 2011 : keadaan umum cukup, T = 150/90 mmHg, N = 78, S

Keadaan pasien waktu pulang = 36C


Hb : 11 gr/dL Fundus uteri : TFU (-) PPV :Massakonsistensi keras padat : Diagnose saat pulang : uterus myomatosus (post TAH-BSO)

Você também pode gostar