Você está na página 1de 6

Faizal Rizaldy 230110090084 Perikanan B

Analisis DPSR ( Driving force, Pressure, State, Respon ) Kelangkaan Mamalia Pesut di Sungai Mahakam

Driving force: Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air paling langka di Indonesia dan hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan ikan paus, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat di daerah tropis dan subtropis. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris sub-populasi sungai Mahakam) hidup di sungai Mahakam pada daerah sekitar 180 km dari muara sungai hingga 600 km dari daerah hulu. Lokasi yang diduga didiami mamalia air tawar ini antara lain Kedang Kepala, Kedang Rantau, Belayan, Kedang Pahu, dan anak sungai Ratah, serta sebagai danau Semayang dan Melintang (Kreb 1999, 2004). Populasi Pesut Mahakam diperkirakan antara 67 hingga 70 ekor (2005). Rendahnya populasi ini membuat lumba-lumba air tawar ini menjadi salah satu binatang paling langka di Indonesia. Sehingga tidak berlebihan jika kemudian IUCN Redlist menyatakan status konservasi Pesut Mahakam sebagaiCritically Endangered (Kitis) yaitu tingkat keterancaman tertinggi. Di

Indonesia sendiri, pesut Mahakam di tetapkan sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Penurunan populasi dan persebaran pesut dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang diduga sangat berpengaruh pada hilangnya fungsi danau sebagai habitat pesut, sehingga pesut tidak lagi ditemukan di perairan danau adalah: 1. Pendangkalan danau, akibat tingginya proses sidementasi . Danau Semayang musim kering, hanya berkedalaman 0.5-1,0 meter dan Danau Melintang hampir terisolir dari sungaii Mahakam. 2. Pertumbuhan gulma yang relatif cepat sehingga saat ini hampir 75% telah tertutupi oleh gulma sehingga mempersempit ruang gerak pesut. 3. Perubahan kualitas air yang mengarah pada ekosistem rawa dengan warna air coklat kehitaman akibat surutnya air selama musim kemarau sehingga tidak ada input air baru yang dapat menetralisir perubahan tersebut. 4. Tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. 5. Terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam. 6. Ancaman tertinggi kelangkaan populasi Pesut Mahakam diakibatkan oleh belitan jaring nelayan. 7. Selain itu juga akibat terganggunya habitat baik oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam maupun tingginya tingkat pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya 8. Perubahan pembentuk iklim yang banyak dipengaruhi oleh kerusakan lingkungan

Pressure : Kurangnya perhatian para insane manusia di Indonesia ini terhadap keberadaan mamalia pesut membuat Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) populasi satwa ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan

berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam. Di Sungai Mahakam, sampai awal tahun 1980-an, pesut masih dapat di jumpai di Samarinda. Tidak diketahui secara pasti apakah individu-individu tersebut adalah populasi pesisir yang masuk jauh ke pedalaman sungai atau memang individu-individu dari populasi pedalaman. Tetapi yang jelas tidak ada informasi terkini mengenai keberadaan pesut di sekitar Samarinda, bahkan hingga ke hulu Tenggarong.Informasi terakhir yang didapat Tim Survey BKSDA Kalimantan Timur tahun 2003 menyebutkan bahwa ada pesut terlihat di sekitar Desa Benua Puhun di hilir Muara Kaman (BKSDA Kaltim,2003) Sekarang populasi pesut di sepanjang alur utama Sungai Mahakam dianggap tersebar mulai Muara Kaman, di hilir hingga ke hulu sejauh Riam Udang di dekat Long Bagun. Selai di alur utama Sungai Mahakam tersebut , sebaran pesut juga meliputi anak-anak sungai dan danaudanau Mahakam. Anak-anak sungai yang tercatat menjadi daerah sebaran pesut adalah Sungai Kedang Rantau, S. Kedang Kepala, S. Belayan, S Kedang Pahu, dan S. Ratah. Danau-danau yang saat ini menjadi daerah persebaran pesut ialah Danau Semayang dan Danau Melintang. Untuk danau jempang, Yayasan Konservasi RASI( 2005 ) memperkirakan bahwa sekarang tidak ada lagi pesut yang hidup di perairan ini.

State : Sebenarnya belum ada data pasti tentang kondisi kekinian mengenai keberadaan Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) ini, akan tetapi data-data berikut akan cukup

memngganmbarkan tentang keberadaan pesut saat ini,baik dilihat dari jumlah populasi dan penyebarannya. Jumlah pesut dari tahun ke tahun semakin berkurang, hal dapat dijelaskan dengan melihat tabel dibawah ini. Populasi pesut Mahakam dari tahun 1975-2000. TAHUN POPULASI PENURUNAN PROSENTASE 1975 1980 1985 1990 1000 800 600 400 0 200 200 200 0.00 21.05 21.05 21.05

1995 2000

100 50 2950

300 50 950

31.58 5.26 100.00

Sumber : BKSDA Kaltim:2000 Dari data tersebut dapat kita peroleh informasi bahwa setiap rentang tahun terjadi penurunan yang sangat signifikan. Dari rentang waktu antara 1975-2000 penurunan pesut terjadi sangat besar yaitu 950 ekor. Dimana dari 1975-1985 tiap terjadi pengurangan 200 ekor atau 21,05%. Pada tahun 1980-1985 terjadi penurunan 200 ekor atau 21,05%. Sama seperti rentang tahun sebelumnya, pada rentang tahun 1985-1990 penurunan pesut sebanyak 200 ekor atau 21,05%. Sedangkan pada rentang tahun 1990-1995 penurunan pesut yang sangat besar yaitu 300 ekor atau 31,58%. Tetapi pada rentang tahun 1995-2000 penurunan pesut sedikit berkurang, yaitu 50 ekor atau 5,26%. Semakin menurunnya jumlah polulasi pesut yang kita peroleh dari dari tahun ke tahun di data tersebut, dapat kita simpulkan bahwa populasi pesut akan habis jika hal ini tetap terjadi. Untuk perkembangan persebaran Pesut dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Penyebaran pesut Mahakam dari tahun 1975-2000. TAHUN SEBARAN 1975 1980 1985 1990 1995 2000 590 460 350 250 150 110 1910 PENURUNAN PROSENTASE 0 130 110 100 100 40 480 0.00 13.68 11.58 10.53 10.53 4.21 50.53

Sumber : BKSDA Kaltim:2000 Dari tabel tersebut terlihat penurunan persebaran pesut sejak tahun 1975 hingga 2000, dimana persebaran pesut seluas 590 km pada tahun 1975 menurun hingga 110 km pada tahun 2000. Penurunan persebaran pesut yang tinggi terlihat pada rentang tahun 1980 yaitu sebesar 130 km.

Respons : Adapun arahan kebijakan pemerintah yang ditujukan bagi konservasi untuk tingkat spesies khususnya dalam menangani kelangkaan mamalia Pesut Mahakam . Arahan kebijakan umum bagi konservasi spesies Indonesia dirumuskan dalam 14 tujuan sebagai berikut : 1. Spesies Prioritas 2. Kebijakan Lanjutan 3. Status Perlindungan 4. Perdagangan Komersial 5. Pengamanan Lingkungan 6. Konservasi In-Situ 7. Konservasi Ex-Situ 8. Konservasi Ekosistem 9. Peran Pemerintah Daerah 10. Penangkaran dan Budidaya 11. Perundangan dan Penegakan Hukum 12. Riset 13. Keterlibatan Masyarakat 14. Pendanaan

Rumusan kebijakan tentang konservasi species oleh pemerintah bisa diuraikan dengan singkat atau dijelaskan secara khusus untuk species mamalia pesut mahakam sebagai berikut : 1. Penurunan persebaran dan penurunan populasi pesut di Sungai Mahakam, dapat diatasi dengan:

Diperlukan adanya wilayah konservasi yang secara khusus melindungi pesut Mahakam. Sebagai langkah kongkret untuk perlindungan pesut dari kepunahan, yang secara intregasi khususnya menyangkut pemeliharaan dan peningkatan populasi jenis ikan pakan pesut, perbaikan habitat dan pengaturan pemanfaatannya.

Penyuluhan kepada masyarakat di sekitar habitat pesut Mahakam agar lebih bersahabat dengan pesut. Dengan demikian pencemaran-pencemaran yang dihasilkan mencemari habitat pesut Mahakam lebih ditekan keberadaannya. dapat

2. Iklim yang mengalami kerusakan dapat diatasi dengan beberapa cara diantaranya:

Penghentian penebangan hutan secara liar

Hutan yang berkurang akibat penebangan liar akan mengakibatkan kurangnya gas CO2 yang disintesis kembali menjadi gas oksigen. Jika gas karbondioksida sedikit yang disintesis dan masih berkeliaran di atmosfer bumi tanpa terkendali, maka gas karbondioksida akan terperangkap dan mengakibatkan efek rumah kaca.

Reboisasi hutan

Sebagai langkah lanjutan atas banyaknya hutan yang rusak, maka penanaman kembali hutan adalah langkah kongkret untuk merehabilitasi kondisi hutan yang telah rusak.

Pengurangan penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil dan peralatan yang menghasilkan gas feon( CFC ), karena semakin besar pemakaian akan menyebabkan lubang ozon yang semakin besar.

Perlunya bahan bakar alternative pengganti yang ramah lingkungan.

Bahan bakar fosil yang semakin berkurang akan merupakan suatu problem yang harus dihadapi oleh kita. Oleh karenanya, adanya bahan bakar pengganti sangat diperlukan untuk kemakmuran kita semua.

Você também pode gostar