Você está na página 1de 7

AKIDAH KELOMPOK 4 PENGERTIAN AD DINUL ISLAM

DINUL ISLAM Dinul berasal dari bahasa Arab "addin" yang berarti agama, sedangkan islam itu sangat luas pengertiannya dan secara istilah disebutkan bahwa islam itu adalah keselamatan, perdamaian yang meliputi :

1. Islam itu keselamatan, yang artinya seseorang yang memeluk agama islam akan selamat di dunia dan akhirat
selama dia menjalankan apa yang terdapat dalam al-Qur'an dan Hadist sebagai pedoman hidup agama Islam. 2. Islam itu perdamaian, yang artinya bahwa islam itu adalah damai dan cinta perdamaian dan sebaliknya benci terhadap permusuhan. Secara keseluruhan bahwa Dinul Islam itu adalah agama pembawa keselamatan kepada umat manusia sepanjang hamba Allah tersebut menjalankan syari'at dinul Islam itu sendiri yang berlandaskan al-Qur'an dan Hadist. Dalam al-Qur'an disebutkan dalam surah Ali Imran: 19 Sesungguhnya agama yang di ridhoi Allah di sisi-Nya ialah Islam. Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman dalam QS. Ali Imran: 85 "Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. Orang yang akan memeluk agama Islam harus dan waib hukumnya mengetahui dab melaksanakan Rukun Islam yang terdiri dari lima Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah: 1. Mengucap dua kalimat syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Allah saja dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul Allah. 2. Mendirikan Shalat wajib lima kali sehari. 3. Membaya Zakat 4. Puada pada bulan Ramadhan 5. Ibadah Haji bagi mereka yang mampu. Agama islam mempunyai Rukun Iman yang terdiri dari 6 yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Iman kepada Allah Iman kepada Malaikat Allah Iman kepada kitab-kitab Allah Iman kepada Nabi dan Rasul Allah Iman kepada Hari Kiamat kepada Qoda dan Qadar (Ketentuan yang baik dan ketentuan yang jelek.

Tujuan Dinul Islam Dinul Islam yang utama adalah bertauhid kepada Allah. asal makna tauhid adalah berkeyakinan bahwa Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa risalah Dinul Islam dengan tujuan memurnikan tauhid, yaitu mempercayai dan meyakini bahwa hanya terdapat satu Tuhan yang wajib disembah, dimohonkan petunjuk dan pertologan-Nya. Nabi Muhammad SAW, membawa dinul islam berupa wahyu Allah yaitu Al-Qur'an yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia yang pertama disamping Sunnah Nabi Muhammad SAW yang kedua sebagai pedoman hidup manusia. Konsep islam sebagai agama tauhid adalah ajaran sepanjang sejarah manusi dari tiap-tiap Rasul, Mulai Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Daud, Musa dan Isa sampai Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir. ini terdapat dalam Firman Allah Q.S Al-Anbiya : 25 yang artinya : "Dan kami tidak mengirim seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku (Allah), maka sembahlah olehmu sekalian Aku (Allah)". Secara tegasnya Tauhid itu urat nadi segala rupa ibadah dan muamalah. Syiar Tauhid adalah kalimat Thayyiba "Laa Ilaaha Illallaah" dialah sendi utama Dinul Islam. Tingkatan-tingkatan Dinul Islam A. Definisi Tingkatan Dien

Dien adalah ketaatan. Dien juga disebut millah, dilihat dari segi ketaatan dan kepatuhan kepada syariat. Allah Subhannahu wa Taala berfirman: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Sedangkan tingkatan dien itu adalah: 1. Islam Menurut bahasa, Islam berarti masuk dalam kedamaian. Sedangkan menurut syara Islam berarti pasrah kepada Allah, bertauhid dan tunduk kepadaNya, taat dan membebaskan diri dari syirik dan para pengikutnya. 2. Iman Menurut bahasa, iman berarti membenarkan disertai percaya dan amanah. Sedangkan menurut syara, berarti pernyataan dengan lisan, keyakinan dalam hati dan perbuatan dengan anggota badan. 3. Ihsan Menurut bahasa, ihsan berarti berbuat kebaikan, yakni segala sesuatu yang menyenangkan dan terpuji. Dan kata-kata ihsan mempunyai dua sisi:

Pertama, Memberikan kebaikan kepada orang lain. Kedua, Memperbaiki perbuatannya dengan menyempurnakan dan membaikkannya.

Sedangkan ihsan menurut syara adalah sebagaimana yang di-jelaskan oleh baginda Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam dalam sabdanya: Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya. Jika engkau tidak bisa melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Umar) Agama Islam mencakup ketiga istilah ini, yaitu: Islam, iman dan ihsan. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits Jibril ketika datang kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam di hadapan para sahabatnya dan bertanya tentang Islam, kemudian tentang iman dan ihsan. Lalu Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menjelaskan setiap dari pertanyaan tersebut. Kemudian beliau bersabda: Inilah Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan dien kalian. Jadi Rasulullah menjadikan dien itu adalah Islam, iman dan ihsan. Maka jelaslah agama kita ini mencakup ketiga-tiganya. Dengan demikian Islam mempunyai tiga tingkatan: Pertama ada- lah Islam, kedua iman dan ketiga adalah ihsan.* (Lihat Majmu Fatawa, 8/10 dan 622 ) B. Keumuman dan Kekhususan dari Ketiga Tingkatan Tersebut Islam dan iman apabila disebut salah satunya secara terpisah maka yang lain termasuk di dalamnya. Tidak ada perbedaan antara keduanya ketika itu. Tetapi jika disebut keduanya secara bersamaan, maka masing-masing mempunyai pengertian sendiri-sendiri, sebagaimana yang ada dalam hadits Jibril. Di mana Islam ditafsiri dengan amalan-amalan lahiriah atau amalan-amalan badan seperti shalat dan zakat. Sedangkan iman ditafsiri dengan amalan-amalan hati atau amalan-amalan batin seperti membenarkan dengan lisan, percaya dan marifat kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya dan seterusnya. Adapun keumuman dan kekhususan antara ketiganya ini telah dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah sebagai berikut: Ihsan itu lebih umum dari sisi dirinya sendiri dan lebih khusus dari segi orang-orangnya daripada iman. Iman itu lebih umum dari segi dirinya sendiri dan lebih khusus dari segi orang-orangnya daripada Islam. Ihsan mencakup iman, dan iman mencakup Islam. Para muhsinin lebih khusus daripada mukminin, dan para mukmin lebih khusus dari para muslimin. (Lihat Majmu Fatawa, 7/10 ) Oleh karena itu para ulama muhaqqiq mengatakan, Setiap mukmin adalah muslim, karena sesungguhnya siapa yang telah mewujudkan iman dan ia tertancap di dalam sanubarinya maka dia pasti melaksanakan amalan-amalan Islam sebagaimana yang telah disabda-kan baginda Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam : Ingatalah sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal darah, jika ia baik maka menjadi baiklah jasad itu semuanya, dan jika ia rusak maka rusaklah jasad itu semuanya. Ingatlah, dia itu adalah hati. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Dan tidak setiap muslim itu mukmin, karena bisa jadi imannya sangat lemah, sehingga tidak bisa mewujudkan iman dengan bentuk yang sempurna, tetapi ia tetap menjalankan amalan-amalan Islam, maka menjadilah ia seorang muslim, bukan mukmin yang sempurna imannya. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Taala : Orang-orang Arab Badwi itu berkata: Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka): Kamu belum beriman, tetapi kata-kanlah: Kami telah tunduk, (Al-Hujurat: 14) Mereka bukanlah orang munafik secara keseluruhan, demikian menurut yang paling benar dari dua penafsiran yang ada, yakni perkataan Ibnu Abbas dan lainnya, tetapi iman mereka lemah. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah

Subhannahu wa Taala : dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; .. (Al-Hujurat: 14) Maksudnya tidaklah pahala mereka dikurangi berdasarkan iman yang ada pada diri mereka yang cukup sebagai syarat untuk diterimanya amalam mereka dan diberi balasan pahala. Seandainya mereka tidak memiliki iman, tentu mereka tidak akan diberi pahala apa-apa.*(Syarah Arbain, Ibnu Rajab, hal. 25-26.) Maka jelaslah bahwa dien itu bertingkat, dan sebagian tingkatan-nya lebih tinggi dari yang lain. Pertama adalah Islam, kemudian naik lagi menjadi iman, dan yang paling tinggi adalah ihsan. Tujuan Dinul Islam - ialah yang utama untuk bertauhid kepada Allah. Asal dan makna tauhid ialah berkeyakinan bahya Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagiNya. Sebenarnya hampir seluruh manusia mengaku adanya Tuhan yang menjadikan alam ini ada. Namun akan tetapi yang terjadi ialah perselisihan dan perbedaan pendapat dalam cara melaksanakan pengakuan itu. Mereka banyak yang berbeda dalam menetapkan Tuhan yang diimani, sebagian berketuhankan matahari, api, roh-roh dan masih banyak lagi yang liannya. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa risalah Dinul Islam dengan tujuan memurnikan tauhid, yaitu mempercayai dan menyakini bahwa hanya terdapat satu Tuhan yang wajib di sembah, agar mendapatkan petunjuk dan pertolonganNya. Bahwa Tuhan itu adalah zat yang Maha Luhur, sumber dari segala kebaikan dan kebenarannya. Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang Maha Adil dan Maha Suci. Dia hidup dan berdiri sendiri, tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Kepunyaan-Nya ialah segala apa yang ada di alam raya ini. Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT membawa Dinul Islam berupa Wahyu Allah yaitu Al-Qur'an. Menjadikan petunjuk bagi segenap manusia dalam beriman kepada Allah, dan menjadi rahmat dalam urusan-urusan dunia dan akhirat. Tauhid bisa di ibaratkan sebagai sebuah jiwa agama. Sendi yang paling penting dan utama ialah pokok dan tujuan dalam Dinul Islam. Kebenaran ini telah tertukis indah di dalam Al-Qur'an sebagai berikut : 1. Katakanlah "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa". 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. 4. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlash 1-4) Konsep Islam sebagai Agama Tauhid adalah ajaran sepanjang sejarah manusia dari tiap-tiap Nabi dan Rasul. Maka mulailah dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. Sesuai Firman Allah berikut : Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (Al-Anbiyaa 25) Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di gadpan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Baqarah 255) Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah ayat 256) Tegasnya tauhid itu urat nadi yang segala rupa ibadahnya dan muamalahnya. Syiar tauhid ialah kalimat thayibah "Laa Ilaha Illallah". Dialah sendi dan Tujuan utama Dinul Islam.

Pengertian Dinul Islam Sebelumnya telah dibahasa judul Dinul Islam, Bukan Agama Islam, disini dijelaskan Sistematika Dinul Islam, dengan judul Pengertian Dinul Islam dan turunannya. Pilar-Pilar Islam : Islam sebagai din (tatanan hidup) sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Syaltout terdiri dari dua pilar yakni Aqidah dan Syariah.

Aqidah : Secara bahasa, akidah adalah yang mengandung arti, ikatan yang terpatri di dalam hati. Hasan al-Bana di dalam bukunya Al-Aqid menyatakan bahwa akidah adalah sesuatu yang harus diyakini oleh hati dan dipercaya oleh jiwa, sehingga menjadi keyakinan yang tak ada sedikitpun keraguan dan kebimbangan. Jadi akidah itu bukan berisi konsep sistem teologi semata tetapi berisi segala macam persoalan yang berkaitan dengan kepercayaan. Akidah merupakan sejumlah nilai yang diyakini, dengan kekuatan pokok terletak pada tawhid atau dalam istilah lain disebut teologi. Dilihat dari sisi kedudukan dan essensinya, akidah merupakan fundamen agama yang sangat berperan sebagai motivator dan pewarna segala macam aktivitas, baik aktivitas lahir maupun aktivitas batin. Akidah sangat mempengaruhi sikap (attitude) seseorang baik cara berbicara, cara bertindak, cara hidup dan cara mati. Akidah menjadi kekuatan dalam kehidupan di bumi ini. Ia mempunyai fungsi praktis untuk melahirkan perilaku dan keyakinan yang kuat untuk mentrans-formasikan kehidupan sehari-hari dan sistem sosialnya. Oleh karena itu, dalam pandangan Hasan Hanafi, ajaran Islam yang paling inti adalah tauhid. Tauhid adalah basis Islam. Untuk bisa membangun kembali peradaban Islam tak bisa tidak harus dengan membangun kembali semangat Tauhid itu. Karena begitu pentingnya kedudukan dan fungsi tauhid, Akidah merupakan sesuatu yang fundamental dalam din al-Islm, sebagai titik dasar awal seseorang menjadi muslim. Akidah sebagai landasan din al-Islm merupakan ajaran yang universal yang abadi, tidak mengalami perubahan sepanjang masa, sejak adanya misi rislah nabi Allah Adam a.s hingga kerasulan Muhammad saw, yakni membawa misi akidah yang sama yaitu monotheisme atau tauhid (QS. 7 ayat 65, 73 dan 85, surat 11 ayat 26,50,61, 48 surat 21 ayat 25 dan surat 16 ayat 36). Makna tauhid adalah mengesakan Tuhan dalam segala hal, suatu tuntutan keyakinan bahwa Allah adalah ilah (Tuhan) yang mutlak. Kedua surat itu mengandung konklusi pengesaan Allah yang luar biasa, mengandung konsep tauhid yang lengkap dan kokoh. Dengan demikian Al-Quran dibingkai oleh dua surat (awal dan akhir) yang memuat pesan tauhid yang sangat kuat. Munsabah (interrelasi) kedua surat itu menggambarkan secara jelas adanya tiga macam refleksi ketauhidan, yakni Tawhid Rubbubiyah, Tawhid Mulkiyah dan Tawhid Uluhiyah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini. Tauhid Rubbbiyah adalah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Rabb, yang menciptakan, memelihara, memberi rizki, dan mengatur manusia. Oleh karena itu, di tangan Allah-lah kewenangan secara absolut untuk membuat undangundang atau hukum. Apabila manusia mencoba membuat atau memproduksi hukum di luar hukum Al-Quran yang bertentangan dengan al-Quran, maka sama saja dengan memproklamirkan diri sebagai Rabb. Dengan demikian ia termasuk orang yang musyrik. Tauhid Mulkiyah adalah pengakuan seorang hamba bahwa hanya Allah-lah satu-satu mlik (Raja) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, sehingga manusia wajib menaati Allah melebihi segalanya. Ini berdasarkan firman Allah di dalam surat 25 : 2 dan surat 17 : 111 : Lebih menaati, lebih takut dan lebih cinta kepada makhluk daripada Allah SWT adalah syrik Mulkiyah. Tauhid Rubbubiyah adalah: huwa Itiqdu anna Allh wahdah khalaqa al-lam ialah meyakini bahwa sesungguhnya Allah yang Maha Esa-lah yang telah menciptakan segenap alam. Jadi tauhid Rubbubiyah adalah mengesakan Allah sebagai Rabb (Pencipta, Pengurus dan Pengatur) alam ini. Dalam marifah kepada Allah sebagai Rabb, manusia harus memahami asm (nama-nama) dan Shift Allah, termasuk pekerjaan-Nya, qadha dan qadarNya beserta hikmah-hikmahnya, sebagaimana termaktub antara lain pada awal surat al-Hadid, Thah, al-Hasyr, awal surat li Imrn, dan surat al-Ikhlsh. Tauhid Uluhiyah adalah pengesaan Allah sebagai tuhan yang harus disembah (Uluhiyah) dan oleh karena itu melahirkan pengabdian hanya kepada Allah (Ubudiyah) sebagai simbol monoloyalitas. Seseorang yang memiliki tauhid Uluhiyah dan Ubudiyah adalah mereka yang meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah, tidak beribadah kecuali kepada-Nya, tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya, tiada memilih Wali (pelindung) kecuali Dia, tidak beramal kecuali untuk keagungan-Nya, sebagaimana termaktub antara lain dalam surat al-Kfirun, surat al-Mumin, awal surat al-Arf, dan surat al-Anm. Walaupun sebenarnya semua ayat al-Quran memuat ajaran tauhid. Demikian juga Abu Bakar al-Jaziry membagi tauhid kepada empat macam yakni (1). Tawhid Rubbubiyah, (2). Tawhid Uluhiyah (3). Tawhid Asm wa ash-shifat dan (4). Tawhid Ubudiyah yang penjelasannya kurang lebih sama dengan penjelasan di atas. Pembagian tauhid yang dikemukakan oleh dua nara sumber di atas tidak mencantumkan adanya tawhid Mulkiyyah , hal itu sebenarnya tak jadi masalah sebab sebenarnya taksonomi tauhid bukanlah teks Al-Quran atau hadits tetapi merupakan kesimpulan hasil analisis para ulama. Dalam hal ini, rujukan tentang tawhid Mulkiyah yang dikemukakan di atas, memiliki rujukan ayat-ayat al-Quran yang sangat banyak jumlahnya sebagaimana telah diterangkan. Bahkan bisa penulis tambahkan di sini, bahwa di dalam Al-Quran terdapat tidak kurang dari 50 kata mlik, mulkiyyah atau malakt yang menunjukkan bahwa Allah adalah Raja. Baik akidah maupun syariah kedua-duanya adalah aturan Allah, bedanya akidah merupakan aturan tentang keyakinan (sistema credo) sedangkan syariah ibadah merupakan aturan tentang tata beramal (sistema ritus). Dari sisi fungsi, akidah sebagai fondasi sedangkan syari'ah adalah bangunannya Supaya bangun-an syariah ibadah bisa tegak berdiri, maka fondasi akidah harus benar-benar kokoh. Sangat mustahil seseorang mau melaksanakan ibadah dengan sepenuh hati kalau fondasi akidahnya lemah.

Supaya ibadah seorang hamba dapat diterima oleh al-Mabud (Yang disembah), ada salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu yakni memahami siapa itu al-mabud. Ini artinya seorang hamba harus terlebih dahulu mengenal Allah, baik sebagai Rabb, sebagai Mlik maupun sebagai Ilh. Selanjutnya, secara garis besar, aktivitas ibadah ini terbagi dua katagori yakni ibadah mahdloh dan ibadah gair mahdloh. Ibadah mahdloh (mihadl = bersih), adalah rangkaian ibadah yang bersih tidak bercampur dengan aturan dari luar. Termasuk ke dalam ibadah mahdloh ini adalah salat, saum, zakat dan haji. PENGERTIAN AGAMA, TUJUAN AGAMA DAN MACAM-MACAM AGAMA, BAB I PEMBAHASAN 1.Pengertian Dinul Islam (Agama) Kata Dinul Islam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu Addinu dan Al islam. Addinu atau Din artinya batasan atau aturan yang tidakboleh dilanggar. Addinu juga dapat diartikan dengan agama, keyakinan atau adat istiadat. Sedangkan Al Islam artinya suatu sikap tunduk dan patuh pada aturan tertentu untuk memperoleh keselmatan atau sejarah. Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 19 Artinya Sesungguhanya agama (yang diridhai) disisi Allah Hanyalah Islam. Jadi Dinul Islam menurut istilah agama Islam berarti sikap tunduk dan patuh kepada tata aturan yang berasal dari Allah Swt yang diperuntukan untuk segenap manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw untuk memperoleh kesejahteraan dan keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Firman Allah dalam surat AlAnam ayat 153. 1.2 Tujuan Dinul Islam Menurut konsep Islam, Allah Swt menurunkan agama Islam sebagai agama yang sempurna kepada utusannya yang terakhir yaitu kepada Nabi Muhammad Saw mempunyai tujuan di turunkannya agama Islam ke muka bumi ini adalah: Mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya Hubungan manusia ini dengan Allah ini dapat dikatakan sebagai hubungan antara makhluk dengan khaliknya, atau hubungan antara yang diciptakan dengan penciptanya. Bentuk hubungan ini dapat dilihat dari firman Allah Swt dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56: Dari ayat diatas dapatlah dipastikan manusia diciptakan hanyalah berbakti kepada Allah. Untuk memberi petunjuk kepada manusia mengenai cara-cara mengabdi yang diperintahkan oleh Allah Swt maka ia mengutus nabi nabi untuk menjelaskan tentang masalah pengabdian itu. Mengatur hubungan manusia dengan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial sudah barang tentu hidup bersama dengan anggota lainnya ia bisa mempengaruhi dan bisa juga dipengaruhi, iya bentuk sesuatu untuk bisa hidup dan berkembang, tetapi kehidupan dan berkembang lebih baik tanpa uluran tangan orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut diatas ajaran Islam memberikan pedoman hidup bagi manusia, antara lain berupa suruhan atau anjuran agar sesama manusia saling hidup tolong menolong, manusia yang mampu harus menolong yang miskin, yang kuat harus menolong yang lemah, dan yang pandai meberikan pelajaran kepada yang bodoh dan seterusnya. Baik diminta maupun tidak, selama yang diberi pertolongan itu mau menerimanya. Firman Allah Swt dalam surat Al-Maidah ayat 2. Mengatur Hubungan Manusia Dengan Makhluk Lain Sebagaimana diketahui bahwa alam diciptakan Allah Swt dan segala isinya adalah diperuntukan kepada manusia. Sepertii dalam surat An-Nahl ayat 12 Artinya Dan Dia menundukan malam dan siang matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang itu ditundukan (untukmu) dengan perintahNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahaminya. Dalam memanfaatkan alam ini manusia tidak terlepas dari peraturan-peraturan yang mengikat mereka. Dunia ini diperuntukan bukan untuk kepentingan manusia semata-mata. Alam ini akan rusak karena ulah tangan manusia, jadi marilah kita sadari pentingnya syariat agama dengan pemanfaatan serta pelestarian alam demi untuk kepentingan manusia bersama. 2. Aspek-Aspek Agama Aspek-aspek agama itu ada tiga yaitu 2.1 Aqidah Aqidah adalah merupakan pokok kepercayaan terhadap Allah Swt tanpa aqidah semua pelaksanaan amalan tidak ada gunanya. Aqidah itu dasar iman yang tetanam dalam jiwa manusia yang mengarahkan kepada satu kepercayaan bahwa Allah Swt yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini, dan sebagai konsekwensinya maka Allah Swt lah yang wajib kita sembah, memohon petunjuk dan pertolongannya (tauhid ululhiqah). Firman Allah Swt dalam surat AlMaidah ayat 36. 36 ) ): Artinya Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul hendaklah kalian menyembah Allah

Subhanahu wataala dan menjauhi thoghut. 2.2 Syariah Syariah adalah ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam hukum Allah yang harus dilaksanakan dan dipengaruhi oleh manusia yang bertauhid kepadaNya, sebagai manifestasi dari aqidah seseorang. Pelaksanaan dan kepatuhan seseorang kepada syariah ini disebut ibadah. Adapun syariah berhubungan dengan urusan urusan ibadah qhair muhdah atau ibadah aam(umum) yang menyangkut urusan keduniaan baik hukum, cara peradilan, politik pengaturan negara pertahanan keamanan dll dipersilahkan kepada manusia selama tidak bertentangan dengan pokok-pokok syariah. 2.3 Akhlaq Akhlaq itu ialah perbuatan, sikap maupun tingkah laku yang terpuji sebagai manifestasi dari kadar keimanan dan kepatuhan terhadap syariah Islam. Ajaran akhlaq sangat terpengaruh terhadap hidup dan kehidupan manusia, maka pantaslah kalau Dinul Islam mengutamakan pengajaran akhlaq ini. Akhlaq akan menjadi penentu semangat atau tidaknya seseorang dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat. 1. Dari segi bahasa dinul Islam terdiri atas dua kata : Pengertian ad-din dapat dilihat seperti ini : a. Addin berarti peraturan, undang-undang, pedoman, agama, tata cara dan adat istiadat. Firman Allah SWT : Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. (QS. Al-Kafirun : 6) b. Addin yang berarti pembalasan dan kiamat. Firman Allah SWT : Penguasa hari pembalasan (kiamat) (QS. Al-Fatihah : 4) c. Addin yang berarti nasihat. Bersabda Rasulullah SAW : Dia itu nasihat. (Al-Hadist) Sementara pengertian Islam itu sendiri mempunyai (memiliki) empat arti dalam bahasa Arab. a. Islam berasal dari kata : Artinya : Selamat, keselamatan atau kesejahteraan. b. Islam berasal dari kata : Artinya : Tunduk, menyerah dan pasrah. c. Islam berasal dari kata : Artinya : Jenjang atau tangga. 2. Dari segi istilah, dinul Islam diartikan seperti berikut ini : Addin atau Din ialah peraturan tau undang-undang yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah (khalik) dan hubungannya dengan sesama umat manusia (makhluk) agar tidak mengalami kekacauan dan hambatan. Tujuan Dinul Islam : Berupaya mengetahui tujuan dinul Islam merupakan suatu keharusan bagi seorang hamba muslim karena dapat menimbulkan gairah mengamalkannya. Tujuan dinul Islam dapat disimpulkan menjadi empat macam, yaitu seperti berikut : 1. Dinul islam bertujuan agar setiap muslim mentaati peraturan Allah dan RasulNya serta peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Peraturan harus ditaati dan dilaksanakan. Hanya dengan mentaati dan melaksanakan peraturan tersebut hidup kita akan selamat di dunia sampai akhiriat. 2. Dinul Islam bertujuan agar setiap muslim beriman kepada Allah dan berakidah secara benar, menghindari kemusyrikan, kekhurafatan dan ketahayulan. Tunduk dan pasrah kepada-Nya untuk memperoleh hidayah dari Allah dengan disertai ikhtiar merupakan wewenang yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap manusia. 3. Dinul Islam bertujuan agar setiap muslim bertakwa, beribadah sesuai dengan tuntunan syariat yang didasarkan atas kemampuannya sebagai muslim. Dinul Islam tidak merupakan beban berat jika dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, kesadaran dan pemahaman yang tinggi apalagi pengamalan ibadah mengenai jenjang kesanggupan. Mengenai kewajiban seorang mukmin didalam menjalankan ibadah dijelaskan oleh Allah dalam Friman-Nya sebagai berikut : Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekalikali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.... (QS. Al-Hajj : 78)

4. Dinul Islam bertujuan agar setiap muslim berakhlak mulia, beramal shaleh, bergaul dan memelihara hubungan dengan semua mahkluk Allah. Selain itu, setiap muslim harus berusaha memelihara lingkungan dan melestarikannya untuk memperoleh kedamaian dan ketentraman. Perhatikan Hadist Nabi SAW berikut ini : Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok pagi. (HR. Ibnu Asakir) Ruang Lingkup Dinul Islam Ruang lingkup dinul Islam mencakup sarana dan prasarana, amalan ibadah dan batas-batas dinul Islam. Sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan, amalan ibadah yang bagaimana yang harus dikerjakan serta batas-batas mana yang wajib dijauhi oleh setiap muslim, inilah ruang lingkup dinul Islam. Dari kisah tersebut dapat diketahui bahwa ruang lingkup dinul Islam meliputi rukun Islam, rukun iman dan ihsan. Ihsan merupakan masalah pengabdian, ketaatan kepada Allah, Rasul dan sesama makhluk. Ibadah am (umum) atau setiap ibadah termasuk dalam ihsan yang menumbuhkan takwa, keikhlasan dan kesadaran. Peringatan Rasulullah SAW tentang hancurnya lingkungan akibat umat lalai terhadap hari akhir.Adapun yang menjadi batas-batas dinul Islam ialah segala yang berakibat kerusakan, baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat dan lingkungan. Demikian juga yang dilarang dan diharamkan sebab semua itu mendatangkan kerusakan. Ciri Ciri Dinul Islam. Dinul Islam memiliki ciri-ciri khusus yang menunjukkan adanya perbedaan agama Islam dengan agama lainnya di dunia ini. Ciri-cirinya adalah Islam sebagai agama fitrah, penyempurnaan agma lain, pendorong kemajuan dan sebagai pedoman hidup.

Você também pode gostar