Você está na página 1de 21

TG6034 Geostatistic

A Geostatistical Approach For Two-Dimensional Seismic Velocity Modelling


Okto Ivansyah 22311008

Teknik Geofisika FTTM ITB, Bandung 2012

Outline
INTRODUCTION DATA SETS METHODOLOGY RESULTS DISCUSSION CONCLUSIONS

INTRODUCTION
two-dimensional (2-D) seismic velocity

INTRODUCTION
Kriging with External Drift (KED) Cokriging (CK) Seismic Line 2674 1. Melintasi sebagian besar semenanjung secara N-S 2. Terdapat tiga sumur yang dibor sepanjang line dengan kedalaman (5408-5450 m).

INTRODUCTION
The Sabine Peninsula
Figure 1. Distribution of seismic and well data coverage in the Canadian western Arctic. The inset of Sabine Peninsula indicates location of seismic line and wells used in this study.

DATA SETS
Seismic Line 2674

Figure 2. 0 to 3.5 s time-window of original stack section 2674. The horizon picks, the projected subsurface location of the wells and the RMS velocities calculated from well logs for each horizon interval are plotted on the section. The dashed-line rectangle shows location of figure 9.

METHODOLOGY
Simple Kriging
Kriging adalah pendekatan deterministik geostatistik untuk memberikan solusi objektif dengan meminimalkan estimation vairance

dimana Z adalah variable pada setiap point yang diketahui xi ; mZ adalah mean dari variable Z ; i adalah bobot kriging untuk estimate; and Zuk adalah variable untuk estimate pada points x0 (Doyen, 2007)

METHODOLOGY
Kriging with external drift (KED) Skema KED telah dirancang untuk aplikasi seismik, khususnya untuk konversi waktu ke kedalaman (Dubrule, 2003). KED mudah diadaptasi dari single kriging dengan mengganti mean mZ dari persamaan (1) dengan fungsi (external drift Tx) menyatakan variasi spasial dari horizon seismic sebagai mZ = a + bTX. Dalam studi ini, time-depth dari interval seismic diperkirakan dari picks seismic pada semua CMPs digunakan sebagai external drift untuk mewakili variasi dalam interval ketebalan sepanjang 5 horizon. Proses kriging memastikan bahwa interval ketebalan dibatasi oleh horizon yang diukur pada tiga sumur adalah sangat cocok.

METHODOLOGY
Cokriging CK menggunakan hubungan antara variable primer (interval ketebalan) dan variable sekunder (time-intervals berasal dari horizon seismik) untuk meningkatkan estimasi.

dimana Y(xj) adalah variable sekunder yang diketahui pada poin j, mY adalah mean dari variable ZY ; j adalah bobot cokriging untuk estimasi. Proses cokriging mengasumsikan bahwa hubungan linear yang diketahui antara variable primer dan sekunder, hubungan yang diperhitungkan dengan menggunakan cross-covarians antara dua variable dalam skema kriging.

METHODOLOGY
Cokriging

Figure 3. Experimental (blue crosses) and modeled (red curve) variograms computed from the timedepths of (a) the shallowest to (e) the deepest horizons.

METHODOLOGY
Seismic velocity calculation
Setelah interval ketebalan dibatasi oleh horizon yang berbeda setelah kriged, kedalaman pada setiap horizon dihitung. Tiga bidang kecepatan seismik yang berbeda (interval kecepatan (Vint), kecepatan RMS (Vrms), dan kecepatan rata-rata (vave)) dihitung dari persamaan berikut:

Dimana z adalah interval kedalaman pada setiap horizon i, adalah interval timedistance dari setiap horizon, N adalah jumlah total horizons, dan 0 = adalah =1 jumlah interval time-depth (Yilmaz, 2001).

RESULTS
Velocity Field from Kriging with External Drift
Figure 4. (a) Seismic horizons picked in time-depth on the original stack section 2674, (b) Kriged depth to horizon estimated by KED. For each horizon, time-depth pairs obtained from check shot surveys made at the 3 wells are illustrated by open circles. Notice that the kriged horizons in depth precisely honours the depth measured at all three CMPs. The horizon variations in depth along distance follow the time-depth variations interpreted by horizon picking.

RESULTS
Velocity Field from Kriging with External Drift
Figure 5. Time-distance plot of (a) interval, (b) RMS, and (c) average velocity models obtained by kriging with external drift. Color scale is the velocity in m s-1.

RESULTS
Velocity Field from Kriging with External Drift
Figure 6. Time-distance plot of the velocity difference: (a) Vint - Vrms, (b) Vint Vave, and (c) Vrms Vave. Color scale is the velocity difference in m s-1.

RESULTS
Velocity Field from Cokriging
Figure 7. (a) Variations of time-depth with distance for horizon 4. (b) Variations of depth with distance of horizon 4 estimated by KED (blue curve) and CK with a coefficient of correlation of 0.8 (red curve) and 0.9 (green curve) between the primary and secondary variables.

RESULTS
Initial reprocessing results
Figure 8. (a) Constant velocity layer model obtained by averaging RMS velocity calculated from well logs shown in figure 2. (b) RMS velocity model obtained by KED (same as figure 5b). (c) Timedistance plot of the velocity difference between the RMS and constant velocity models. Color scale is the velocity (a,b) and velocity difference (c) in m s-1.

RESULTS
Initial reprocessing results

Figure 9. Enlarged portion of line 2674: (a) original stack, (b) post-stack Kirchhoff time-migration from Kanasewich and Berkes (1988), (c) post-stack Kirchhoff time-migration using the constant velocity layer model of figure 9a and (d) post-stack Kirchhoff time-migration using KED velocity model of figure 8(b). See figures 1 and 3 for location. For comparison data have been muted below the lower limit of the velocity models. Arrows are discussed in the text.

DISCUSSION
Model kecepatan yang diperoleh KED (Gambar 5) mempertimbangkan variasi lateral time-depth dikenakan oleh pick horizon. Juga menunjukkan perubahan kecepatan lateral dalam setiap lapisan yang lebih realistis dibandingkan dengan asumsi tidak ada perubahan lateral. Variasi kecepatan lateral dalam setiap lapisan geologi umumnya diharapkan di bawah permukaan dan diamati pada skala yang berbeda (Rste et al 2006;. Tiwary et al 2009). Selain itu pentingnya perubahan kecepatan lateral dalam lapisan geologi tunggal ini diharapkan akan lebih signifikan untuk jalur seismic yang meliputi jarak yang lebih jauh seperti line 2674. Pernyataan ini didukung oleh perbandingan antara gambar bermigrasi dari garis 2674 menggunakan model lapisan kecepatan konstan dan model kecepatan KED (Gambar 9).

DISCUSSION
Perbandingan lebih lanjut dibuat antara model kecepatan yang dibangun oleh KED dan model kecepatan konstan memiliki layering yang sama (yaitu berasal dari picking horizon) yang dibangun oleh rata-rata kecepatan RMS dari log sonic dari 3 sumur diproyeksikan on line 2674 (Gambar 2 dan 8). Kami jelas mengamati variasi lateral perbedaan antara estimasi KED dan model kecepatan konstan, terutama dalam dua horizon dangkal.

CONCLUSIONS
Lima kesimpulan utama diambil untuk penelitian ini: 1. Horizon seismic picked in time-depth diyakini berhubungan dengan variasi kedalaman unit geologi dan dengan demikian dapat dianggap untuk membangun model kecepatan representatif. 2. Kriging with external drift (KED) lebih akurat daripada cokriging untuk memperkirakan kedalaman horizon ketika tidak mencukupi titik data yang tersedia untuk menghitung statistic yang memadai. 3. Velocity yang diestimasi oleh KED sangat cocok dengan kecepatan yang diestimasi pada 3 sumur dari konversi time-depth yang berasal dari check shot surveys. 4. Model Velocity yang diestimasi oleh KED menunjukkan variasi lateral yang mewakili lebih dari kecepatan bawah permukaan dari lapisan kecepatan konstan digunakan secara tradisional. 5. Reprocessing, dan lebih khusus migrasi, manfaat dari menggunakan model yang mencakup perubahan kecepatan lateral dalam setiap lapisan. Penggunaan Kriging with external drift (KED) dengan demikian dianjurkan untuk mengevaluasi model kecepatan realistis sepanjang garis seismic dimana konversi time-depth diketahui pada CMPs tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini.

Terima Kasih

Você também pode gostar