Você está na página 1de 17

ANIMAL HOMOSEKSUALITY (Homo Seksualitas pada Hewan) Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Pertanyaan paling membingungkan para ahli di seluruh dunia adalah apakah hewan bisa menjadi homoseksual? Berdasarkan teori Darwin, dorongan seksual pada hewan didesain untuk tindakan reproduksi, oleh karena itu seharusnya merupakan heteroseksual. Namun, beberapa peneliti menunjukkan bahwa hewan yang homoseksual mungkin saja lebih banyak dari apa yang diperkirakan. Homoseksual sering kali ditolak para peneliti sebagai pengecualian pada dunia binatang. Studi pada koloni albatros oleh University of Hawaii mengungkapkan bahwa sepertiga dari pasangan yang berkomitmen untuk bersama satu sama lain, terdiri dari 2 jenis betina. Setelah melakukan perkawinan dengan albatros jantan, pasangan betina membuat sarang bersama istri mereka dan menginkubasi telur bersama-sama. Kecenderungan luar biasa ini awalnya tidak disadari karena albatros jantan dan betina hampir tidak bisa dibedakan satu sama lain. Beberapa ahli biologi mengklaim perilaku hewan ini telah tampak pada 1500 spesies yang berbeda dan dipercaya tercatat di sepertiga kasus-kasus ini. Berdasarkan penelitian, sekitar seperlima dari pinguin raja yang berada di penangkaran adalah gay, di mana secara umum angsa hitam jantan memiliki pasangan dengan betina, maka bisa jadi ini dilakukan untuk meningkatkan penjagaan. Lalat kotoran jantan, memiliki hubungan dengan pejantan lain dengan tujuan untuk melelahkan pasangannya guna mengurangi kompetisi mendapatkan betina. Perilaku yang menunjukkan gay juga telah diobservasi pada jerapah, kupu-kupu, koala, lumba-lumba, gurita, domba, serta hewan lain. Petter Bockman, ahli homoseksual pada hewan dari University of Oslo mengatakan pada Daiily Mail bahwa hewan dapat juga homoseksual. Seksualitas tidak hanya soal menghasilkan bayi, tetapi juga membuat kawanan pekerja. Bagi beberapa hewan, homoseksual adalah perilaku kawanan yang normal. Para peneliti telah terbagi menyangkut penemuan itu. Bruce Bahemill, ahli biologi soal gay di University of Wisconsin, mengatakan asumsi para peneliti bahwa hewan tidak gay adalah karena bisa heteroseksual. Beberapa berargumentasi bahwa hewan telah terprogram untuk menjadi heteroseksual sebagai cara bertahan

hidup. Dr. Antonio Pardo, profesor bioetik di University of Navarre, Spanyol, mengatakan, Homoseksual tidak hadir di kehidupan hewan. Namun demikian, interaksi merupakan naluri lain, seperti dominasi yang dapat memberi kesimpulan perilaku yang menggambarkan homoseksual.

1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Apa definisi dari homoseksualitas pada hewan ? Apa saja faktor penyebab terjadinya homoseksualitas pada hewan ? Bagaimana dampak dari homoseksualitas pada hewan ? Bagaimana contoh perilaku hewan homoseksualitas ?

1.3 Tujuan Untuk mengetahui dan memahami homoseksualitas pada hewan serta dampak prilaku terhadap hewan tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Homoseksualitas Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan seksual atau perilaku seksual antara individu yang sama. Homoseksualitas mengacu kepada pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama,

Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu. Gejala homoseksual lebih dulu terjadi pada binatang dibandingkan manusia. Namun karena tak banyak pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, sehingga kasus binatang yang homoseksual ini tidak terlalu terlihat. Padahal perilaku homoseksual pada binatang ini lebih awal muncul dibandingkan perilaku homoseksual pada manusia yang tercatat di sejarah dan beberapa kitab suci agama. Berdasarkan data, gejala homoseksualitas telah didokumentasikan pada hampir 500 spesies binatang. Menurut para ahli, fakta ini menjadi indikasi bahwa pilihan seksualitas pada dasarnya adalah sebuah kodrat yang harus diterima dan dijalani. Yang lebih menarik, kecenderungan homoseksualitas tak hanya terjadi pada hewan-hewan menyusui (mamalia) atau yang memiliki hubungan kekerabatan (menurut cara pandang Teori Evolusi Darwin) dekat dengan manusia, tapi juga terjadi pada hewan vertebrata yang kekerabatannya jauh dengan manusia. Secara keseluruhan, ada 1.500 spesies yang diketahui menunjukkan aktivitas homoseksual. Hewan-hewan tersebut beragam dari primata hingga cacing Acanthocephala. Tidak hanya itu, Manusia sudah bisa melakukan rekayasa

terhadap orientasi seksual beberapa hewan. Hasil penelitian yang dipimpin oleh Profesor Chankyu Park menunjukkan bahwa dengan mematikan gen FucM, tikus betina akan tumbuh seperti tikus jantan, dan akhirnya menjadi homoseksual. (Bagemihl, 1999). Dikutip dari tempointeraktif.com nama burung yang berperilaku atau mempunyai kelainan yaitu menyukai sesama jenis ini bernama Burung Zebra Finch. Burung Zebra Finch yang mempunyai tingkah laku yang unik ini memiki suara tinggi namun dengan kelebihannya itulah dia juga menyukai sesama jenis.

Dari sebuah penelitian Burung Zebra Finch ini akan bersolek dan berkicau bukan hanya untuk memikat lawan jenis saja namun juga burung unik ini juga untuk memikat sesama jenis (alias Homo). Dari Penelitian inilah yang dapat membuktikan bahwa hewan juga mempunyai hubungan yang kompleks antara burung jantan dan burung betina. Zebra finch yang mempunyai kemampuan sosial tinggi. Burung jantan, contohnya: berkicau, saling memperlihatkan keindahan tubuh dan warna, serta hidup dalam satu sarang. Burung yang bertengger bersebelahan, punya satu sarang, dan saling menyapa dengan menyentuhkan paruhnya. Zebra finch atau Taeniopygia guttata adalah jenis burung yang ditemui di Australia, Timor Leste, dan Indonesia. Burung ini biasanya hidup di dekat sumber air. Burung ini terkenal dengan kicauannya yang merdu. Ukuran tubuh rata-rata burung ini adalah 10 cm. Di Indonesia, burung ini juga dikenal dengan nama zebra finch. Contoh tentang pasangan burung sejenis kelamin juga ditemukan pada burung camar dan elang laut. Adapun di kebun binatang New York, Amerika Serikat, juga ada hewan yang berpasangan sesama jenis. Mereka adalah pasangan penguin, Roy dan Silo. Hubungan mereka terikat satu sama lain dan keduanya tidak memberikan perhatian kepada penguin betina. Roy dan Silo membangun sarang bersama dan melakukan inkubasi serta mengerami satu telur. 2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Homoseksualitas Salah satu penyebab terjadinya homoseksualitas pada hewan yaitu orientasi seks kepada sesama (homoseks), disinyalir dipengaruhi kadar hormon serotonin di otak. Para ilmuwan di Peking University dan National Institute of Biological Sciences di Beijing menemukan kaitan hormon dan preferensi seksual ini pada mamalia tikus. Hormon serotonin berperan mengatur perilaku seksual, seperti ereksi, ejakulasi dan orgasme, baik pada tikus dan maupun pada pria. Ahli saraf Yi dari Rao Peking University dan National Institute of Biological Sciences di Beijing bersama timnya menunjukkan bahwa serotonin juga mendasari keputusan pria memilih wanita atau sesama pria. Rao dan timnya merekayasa genetika tikus jantan yang kurang baik produksi serotoninnya atau merekaya zat protein yang berpengaruh pada produksi serotonin dalam otak.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature edisi 24 Maret ini menyebut, tikus yang kekurangan serotonin menunjukkan kecenderungan seksual tidak tertarik pada tikus betina dan lebih menerima tikus jantan. Tikus-tikus itu juga tidak suka bau kelamin betina. Sebaliknya, mereka lebih suka tikus jantan dan memunculkan suarasuara yang menunjukkan birahi. Tikus jantan biasanya memunculkan suara-suara ini saat bertemu tikus betina untuk membuat mereka lebih terbuka untuk dikawini. Sedangkan yang memiliki serotonin cukup, lebih tertarik pada tikus betina. Diketahui beberapa hormon dan enzim tertentu serta melakukan pengebirian bisa menyebabkan binatang memiliki pasangan seksnya sesama jenis. Selain itu menyuntikkan binatang betina dengan hormon tertentu bisa sangat meningkatkan peluang seekor betina melahirkan keturunan yang homoseksual. Burung ibis putih jantan berpasangan dengan sesama jantan ketika mereka keracunan merkuri. Inilah polutan pertama yang didapati mampu mengubah orientasi seksual pada hewan. Banyak bahan kimia yang membuat jantan lebih feminim atau kurang subur. Merkuri merupakan bahan kimia yang sangat beracun, apalagi bila dalam bentuk metil merkuri. Para ilmuwan sebelumnya sudah mendapati kalau hewan, yang terpapar merkuri, memiliki pola asuh yang buruk. Itulah yang membuat perkembangbiakan berkurang. Peter Frederick dari University of Florida, Amerika Serikat bekerja sama dengan Nilmini Jayasena dari University of Peradeniya, Srilanka, mencoba meneliti perilaku seksual. Mereka mengumpulkan 160 burung ibis putih muda yang berasal dari Florida Selatan. Mereka membagi 160 burung tersebut ke dalam empat grup. Tiga grup diberi makan yang sudah mengandung metilmerkuri dengan tingkat yang berbeda. Satu grup lagi tidak dipaparkan kepada metal merkuri. Ketiga grup yang diberi metil merkuri menunjukkan perubahan orientasi seksual. Dalam grup itu, jantan saling merayu, membangun sarang bersama, dan berpasangan selama beberapa minggu. Pada grup yang menerima dosis metilmerkuri paling besar, sebanyak 55 persen berubah orientasi seksualnya. Kombinasi antara pola asuh yang buruk dan homoseksual, seperti diungkapkan peneliti, bisa berbahaya. "Yang paling buruk adalah penurunan reproduksi sekitar 50 persen. Burung lain juga mungkin memiliki perubahan yang sama ketika terpapar merkuri, tapi Frederick dan rekannya belum bisa menjelaskan dengan detail. Sampai saat ini, belum ada bukti kalau keracunan merkuri juga mengubah orientasi seksual pada manusia.

Induk burung yang mencurahkan lebih sedikit waktu bagi anak-anak mereka memperbesar kemungkinan terjadinya perilaku seks antar sesama. Burung yang menghabiskan lebih sedikit waktu pengasuhan lebih sering menyebabkan perilaku homoseksual, demikian hasil sebuah penelitian yang dipublikasikan pekan ini di jurnal Animal Behaviour. Menurut Neo-Darwinisme lama, menduga bahwa perilaku homoseksual

terutama hasil dari frustrasi seksual hewan atau mengungkapkan perilaku abnormal. Bahkan, teori evolusi memprediksi bahwa terjadinya non-adaptif perilaku (perilaku yaitu tanpa efek reproduksi) harus menurunkan dalam suatu populasi tetapi homoseksualitas ditemukan sebagai kegiatan santai di banyak spesies. Dengan demikian, teori-teori baru mencoba menjelaskan perilaku seperti: 1. Hipotesis agresi berpendapat bahwa interaksi homoseksual akibat frustrasi. 2. Sesama jenis interaksi bisa memiliki peran seksual sosial di dominasi. 3. Homoseksualitas dapat terjadi akibat kelangkaan pasangan seksual 4. Homoseksualitas dianggap sebagai fungsi pelatihan memulai pertunjukan seks masa 5. depan (hipotesis pelatihan) homoseksual harus dianggap sebagai koperasi baik dengan

Perilaku

mempertahankan ikatan pasangan pada burung dominasi hirarki / kerjasama 6. Peraturan dinamika populasi 7. Menurut teori pria licik, jantan mungkin mendapatkan beberapa akses ke betina dengan ditoleransi oleh jantan-jantan lain yang dominan 8. Homoseksualitas mungkin akibat dari rasio jenis kelamin yang biasa Perilaku homoseksual (seperti sesama jenis pemasangan dan lintas jenis kelamin mimikri) adalah efek samping non-fungsional tapi tidak terlalu berbahaya dari perilaku adaptif. Homoseksualitas demikian tidak disengaja (artinya hewan tidak memiliki drive untuk sesama jenis sanggama). Homoseksualitas adalah adaptif, memperkuat kemampuan organisme untuk meneruskan gen-gennya.

Homoseksualitas demikian disengaja (artinya hewan memiliki drive khusus untuk sesama jenis sanggama).

Sejumlah penelitian mengenai homoseksualitas pada manusia maupun hewan masih banyak dilihat perbedaan sisi biologisnya namun jarang dipelajari

penyebabnya. Sampai sekarang bahkan masih diperdebatkan apakah homoseksual merupakan bawaan lahir atau sifat yang dapat diubah. Penelitian terbaru

menunjukkan bahwa obat atau manipulasi genetika mungkin dapat mengaktifkan atau menonaftifkan sifat homoseksual. Setidaknya hal tersebut telah terbukti pada lalat buah, jenis hewan yang sering dipakai di laboratorium karena memiliki gen-gen yang juga dimiliki manusia. Kecenderungan menyukai sesama jenis pada lalat buah sepertinya dikendalikan dari bagaimana setiap individu menilai bau hewan lainnya. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil yang sama pada manusia. Dalam penelitiannya, David Featherstone dari Universitas Illionis, Chicago, AS menemukan sebuah gen di lalat buah yang disebut genderbuta atau GB. Gen ini berfungsi mengirimkan glutamate sebagai neurotransmitter ke sel-sel otak. Jika otak kekurangan glutamate, kekuatan sambungan sel-sel syaraf, yang disebut synaps, menurun. Hal tersebut akan mempengaruhi perilaku. Peneliti lainnya, Yael Grosjean, menemukan bahwa seluruh lalat buah jantan yang mengalami mutasi pada gen GB menjadi suka dengan sesama jenis. Mutasi GB menyebabkan lalat buah menyukai lawan jenis maupun sesama jenis alias biseksual. Untuk mengujinya, para peneliti mengubah kekuatan synaps secara genetik dan memberikan obat yang menguatkan synaps. Mereka menggunakan feromon, zat kimia yang diketahui meningkatkan gairah seks, baik pada hewan maupun manusia. Hasilnya, sifat homoseksual pada lalat buah muncul dan pergi dalam hitungan jam. Belum dapat dipastikan apakah pengaruh yang sama juga bekerja pada manusia. Dalam beberapa spesies hampir 1/3 dari semua upaya seksual adalah betinabetina dan sampai 2/3 jantan-jantan. Tapi secara keseluruhan aktivitas homoseksual terhitung kurang dari 5% dalam pertemuan seksual pada spesies yang mereka pelajari. Spesies pada burung menunjukkan berbagai strategi orangtua dari pengasuhan yang didominasi jantan dan pengasuhan yang didominasi betina. Tim peneliti mencetak setiap spesies sesuai dengan kontribusi relatif dari laki-laki dan perempuan dalam tugas-tugas orangtua, seperti membangun sarang, makan dan perlindungan. Anak perempuan yang mendapat banyak pengasuhan tidak menunjukkan perilaku homoseksual. Sebaliknya, perempuan yang kurang

pengasuhan menunjukkan tingkat homoseksual yang lebih tinggi. Demikian pula terjadi pada jantan.

Para penulis menunjukkan bahwa tugas orangtua berpengaruh pada kemungkinan yang lebih besar pada individu untuk berinteraksi secara seksual dengan beberapa

pasangan, termasuk jenis kelamin yang sama. Tetapi analisis tidak dapat menentukan penyebab dari homoseksualitas. Burung mungkin terlibat dalam perilaku homoseksual dalam berlatih mencari pasangan, mengurangi ketegangan sosial atau memperkuat dominasi. Ataukah perilaku tersebut membantu mereka dalam membentuk aliansi yaitu berbagi tanggung jawab atau mendapatkan akses sumber daya.

Tidak jelas apakah homoseksualitas adalah produk evolusi fungsi adaptif ataukah bukan. Penelitian ini menunjukkan bahwa homoseksualitas menetap dan tidak sama dengan usaha adaptif. Juga tidak jelas apakah temuan ini dapat diekstrapolasi untuk kelas-kelas hewan lain seperti ikan dan mamalia. Namun, tim MacFarlane menemukan hasil yang serupa pada primata bahwa beberapa pasangan yang terlibat dalam aktivitas homoseksual menguatkan hipotesis bahwa poligami memungkinkan homoseksualitas terjadi tanpa mempengaruhi keberhasilan

reproduksi. Langkah logis berikutnya adalah melihat apakah pola serupa terjadi di seluruh spesies vertebrata lain.

Kebanyakan hewan-hewan yang melakukan aktivitas homoseksual dan biseksual disebabkan karena susahnya mencari pasangan seks heteroseksual di musim kawin. Seperti dikutip dari jstor.org, berdasarkan penelitian dari sisi biologis, para ilmuwan telah mulai melakukan pengamatan mengenai alasan biologis terhadap perilaku homoseksual pada binatang dengan menggunakan binatang burung dan juga Dilansir dari Livescience. Salah satu contoh yang menarik adalah jerapah. Berdasarkan pengamatan selama lebih dari satu tahun di Taman Nasional Arusha dan Tarangire di Tanzania, tercatat ada 17 hubungan homoseksual dan satu heteroseksual, sehingga 94% dari hubungan yang diamati sifatnya sesama jenis. (Bagemihl, 1999)

2.3 Dampak Dari Homoseksualitas Pada Hewan Para biolog berpikir bahwa homoseksualitas akan merugikan pada tingkat evolusi karena akan mengalihkan perhatian hewan dari usaha seksual yang mampu menghasilkan keturunan. Lebih dari 130 jenis burung berpartisipasi dalam aktivitas homoseksual. Pada Laysan albatross (Phoebastria immutabilis) misalnya, sampai dengan 31% pasangan perempuan-perempuan dalam beberapa populasi, dan 20%

graylag geese (Anser anser) adalah pasangan sesame jantan. Para ilmuwan berjuang untuk menjelaskan pola evolusi tersebut. Tetapi homoseksualitas mungkin nilai yang tidak mahal bagi burung yang banyak memiliki kesempatan kawin karena tuntutan induk lebih rendah, kata Geoff MacFarlane, ekolog dari University of Newcastle di Callaghan, Australia. Survei literatur menyatakan bahwa rendahnya pengasuhan terhadap anak betina atau jantan menyebabkan semakin tinggi partisipasi dalam perilaku homoseksual.

Vincent Savolainen, biologi dari Imperial College London, mengatakan bahwa perilaku homoseksual kadang-kadang dianggap sebagai Darwinian paradox karena tidak menghasilkan keturunan. Ini adalah salah satu dari beberapa studi yang menjelaskan perilaku homoseksual dari sudut pandang evolusi. Hubungan jangka panjang homoseksual laki-laki dan perempuan-perempuan pada primata seperti kera Jepang (Mehlman & Chapais, 1988), gunung gorila (Yamagiwa, 1992), dan owa (Edwards & Todd , 1991) mengakibatkan stres yang lebih rendah dan ketegangan dan / atau lebih baik perawatan untuk individu yang terlibat, yang semuanya positif akan mempengaruhi kesehatan organisme dan memperpanjang kemungkinan untuk reproduksi. Homoseksualitas juga dapat berfungsi untuk membuat dan mempertahankan aliansi sosial menguntungkan antara individu, seperti primata (kecil, 1993, hal. 147) dan burung camar yang biasanya pasangan untuk hidup tetapi telah kehilangan pasangan dan perlu satu lagi, bahkan dari jenis kelamin yang sama untuk aman membesarkan anak mereka (Davies, 1991). Binatang homoseksual paling terkenal adalah simpanse kerdil, salah satu kerabat manusia (primata). Spesies tersebut seluruhnya biseksual. Seks memegang peranan mencolok dalam semua kegiatan mereka dan mengambil fokus dari kekerasan, yang merupakan metode yang paling khas dari pemecahan konflik di antara primata dan hewan lainnya. 2.4 Contoh Perilaku Hewan Homoseksualitas Gejala homoseksual lebih dulu terjadi pada binatang dibandingkan manusia. Namun karena tak banyak pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, sehingga kasus binatang yang homoseksual ini tidak terlalu terlihat. Hampir 500 spesies vertebrata tercatat melakukan hubungan homoseksual, yang menunjukkan adanya

penyimpangan orientasi seksual secara biologis pada hewan.

Masih di dunia mamalia, gajah pun menunjukkan perilaku yang sama. 45% dari persetubuhan gajah Asia di penangkaran merupakan hubungan sesama jenis. (Bagemihl, 1999) Bahkan bonobo menunjukkan tingkat homoseksualitas yang tidak biasa. (Dawkins, 2004) Sekitar enam puluh persen hubungan seksual terjadi antara sesama betina. Menurut Frans de Waal, bercinta merupakan cara bonobo menyelesaikan konflik.

Dalam dunia burung, perilaku homoseksualitas juga tidak langka. Tingkat hubungan seksual antara sesama Anas platyrhynchos jantan cukup tinggi, yaitu hingga 19% dari keseluruhan pasangan. (Bagemihl, 1999) Sepuluh hingga lima belas persen camar barat betina menunjukkan aktivitas homoseksual. (Smith, 2004) Hampir empat puluh persen pejantan burung guianan terlihat dalam hubungan

homoseksual, bahkan sebagian di antaranya tidak pernah berhubungan seks dengan burung guianan betina. (Bagemihl, 1999). Berikut beberapa spesies hewan yang sering terlibat homoseksual dan biseksual:

1. Bonobo (simpanse kerdil)

Dipandang sebagai spesies yang paling dekat dengan manusia, simpanse Bonobo termasuk binatang yang tak malu-malu dalam mencari kesenangan seks. Hampir semua simpanse jenis ini menunjukkan perilaku biseksual. Mereka sangat sering melakukan kopulasi (berhubungan seks) termasuk dengan sejenis, dan suka berteriak-teriak kesenangan saat melakukannya. Hampir semua kera yang cinta damai ini adalah biseksual. Jenis kera ini sering menyelesaikan konflik dengan bercinta bukan berperang. Jenis kera ini sering terlibat dalam aktivitas homoseksual dan sekitar dua pertiga dari kegiatan homoseksual terjadi di kalangan betina. Bonobo termasuk hewan yang memiliki matriarkal masyarakat yang tidak biasa di antara kera. Kera adalah sepenuhnya biseksual spesies jantan dan betina yang terlibat dalam perilaku heteroseksual dan homoseksual, yang terkenal karena perempuan-perempuan homoseksualitas pada khususnya. Sekitar 60% dari semua aktivitas seksual pada spesies ini adalah antara dua atau lebih betina. Sedangkan sistem ikatan homoseksual di Bonobo merupakan frekuensi tertinggi

homoseksualitas dikenal dalam spesies, homoseksualitas telah dilaporkan untuk

semua kera besar (kelompok yang meliputi manusia ), serta sejumlah lainnya primata spesies. Belanda primatologi Frans de Waal pada mengamati dan syuting bonobo mencatat bahwa ada dua alasan untuk percaya aktivitas seksual adalah jawabannya bonobo untuk menghindari konflik. 2. Kera Macaque

Macaque betina membentuk ikatan yang kuat satu sama lain dan monogami, yang berarti hewan ini hanya memiliki satu pasangan seksual pada suatu waktu. Namun, hewan jenis ini memiliki beberapa hubungan selama musim kawin. Macaque betina terlibat dalam kegiatan seksual, seperti rangsangan genital dan menyuarakan kesenangannya dalam bentuk suara. Para pejantan juga cenderung homoseksual, tetapi meninggalkan pasangannya setelah melakukan hubungan seksual atau dalam istilah manusia disebut one night stand.

3. Bison (banteng)

Homoseksual

antara

sesama

pejantan

lebih

umum

terjadi

ketimbangan

heteroseksual pada spesies bison Amerika. Hal ini terutama karena betina hanya kawin dengan pejantan sekitar setahun sekali. Selama musim kawin, bison jantan terlibat dalam kegiatan seks sesama jenis beberapa kali dalam sehari. Lebih dari 55 persen bison jantan muda adalah homoseksual.

4. Lumba-lumba hidung botol

Frekuensi aktivitas homoseksual terjadi hampir sama dengan heteroseksual di kalangan mamalia laut. Hampir semua lumba-lumba jantan adalah biseksual. Mereka kawin dengan betina di musim kawin, lalu jadi pecinta sesama jenis waktu lain. Mamalia laut yang menggemaskan ini menggemari oral seks, menggunakan moncong untuk menyenangkan pasangan gay-nya. Cara lain lewat berenang dan saling menggesekan tubuh ke pasangannya. Lumba-lumba hidung botol jantan biasanya biseksual, tapi dalam beberapa periode jenis lumba-lumba ini secara eksklusif menjadi homoseksual. Lumba-lumba hidung botol jantan juga menggosokgosokkan alat kelamin pada pasangan homoseksualnya.

5. Jerapah Hubungan sesama jantan juga sering terjadi di mamalia berleher panjang. Seringkali jerapah jantan menjilat-jilat leher (necking) pejantan lain sebelum mulai melakukan aktivitas seksual. Mereka bersenang-senang dengan saling melilit leher dan berujung pada tindih-tindihan. Kegiatan ini bisa memakan waktu hingga satu jam. Menurut sebuah studi, 1 dari 20 jerapah jantan ditemukan melakukan necking dengan sesama pejantan. Dan dalam banyak kasus, aktivitas homoseksual lebih umum ketimbang heteroseksual. 7. Angsa Lebih dari 20 persen angsa merupakan pasangan homoseksual setiap tahunnya. Hampir seperempat dari famili dengan orangtua pasangan homoseksual tinggal bersama selama bertahun-tahun. Suatu waktu, pasangan jantan

berhubungan dengan betina untuk mendapatkan telur.

8. Walrus Walrus jantan tidak mencapai kematangan seksual sampai berusia empat tahun. Selama waktu itu, walrus jantan cenderung hanya melakukan hubungan seks sejenis. Pejantan yang lebih dewasa biasanya biseksual, kawin dengan betina selama musim kawin dan dengan jantan pada musim lainnya. Walrus jantan menggosok tubuhnya bersama-sama, saling berpelukan dan bahkan tidur bersama di dalam air.

9. Paus abu-abu Interaksi homoseksual cukup umum pada spesies paus abu-abu. Melihat hewan raksasa ini menyembur air ke udara, terlihat indah dan menggemaskan. Tapi mungkin saja yang terlihat adalah bagian dari ritual pesta seks mereka. Paus abuabu suka berhubungan seks ramai-ramai, semuanya jantan, dengan bergelut-gelut di bawah permukaan air sehingga alat kelamin mereka saling bergesekan. Lalu menyemburkan air ke udara.Dalam sebuah 'pesta seks', sebanyak lima paus jantan akan berguling-guling, memercikan air dan menggosokkan perut satu sama lain hingga alat kelaminnya bersentuhan. 13. Singa Afrika

Aktivitas yang dilakukan singa jantan yang sesama jenis adalah dengan menyodok dan membelai pasangan sejenisnya yg membuat pasangannya mendesah dan membalas perilaku pasangannya itu

14. Albatross

Albatros dapat hidup sampai mereka berusia 70 tahun dan itu mengatakan mereka membuat komitmen seumur hidup untuk satu burung. Mereka menetaskan telur mereka bersama-sama selama 65 hari, bergantian untuk menemukan makanan. Menurut ahli biologi Lindsay Young, yang menggunakan analisis DNA untuk menguji genetik burung gender, beberapa pasangan perempuan telah bersama selama sampai 19 tahun.

16. Angsa Hitam Hampir seperempat dari keluarga angsa hitam parented adalah pasangan homoseksual. angsa jantan kadang-kadang kimpoi dengan seekor betina hanya untuk punya bayi. Setelah kimpoi dan mempunyai telur yang jantan terus pergi meninggalkan betina begitu saja . kejam, tragis, bombastis, dan spektakuler . 17. Penguins Chinstrap Mereka menampilkan perilaku-perilaku yg aneh seperti mengaitkan leher, bersolek bersama, mengepakkan sirip mereka juga melakukan hubungan seks, sementara mengabaikan pasangan perempuan yang lebih potensial

19. Domba Grouphorn

Kelompok domba jantan Bighorn melakukan hubungan seksualnya dgn cara menjilati dubur pasangan homonya sampai ejakulasi

21. Gajah

Interaksi homoseksual yg dilakukan gajah seperti mencium, melilitkan belalainya (french kiss),dan saling memasukan belalai ke mulut mereka masing-masing.

22. Bison Amerika

Lebih dari 55 persen aktivitas seks bison jantan muda adalah dengan sesama jenis. Aktivitas homoseksual ini disebabkan karena bison betina hanya melakukan hubungan dengan bison jantan, sekitar sekali setahun. Saat musim kimpoi bison jantan juga melakukan aktivitas seks dengan sesama jenis.

24. Monyet Jepang Hubungan homoseksual yang terjadi pada monyet jepang ini rata-rata memiliki umur yang sama.

26. Burung Vulture Dua burung Vultures di atas merupakan pasangan homo. Ditempat mereka di karantina mereka di beri telur buatan yg di erami oleh mereka setelah 45 hari telur buatan itu di ganti oleh penjaganya dengan bayi jenis mereka yang asli, lalu berdua membesarkan anaknya itu. 27. Kera Makaka (Macaca fascicularis) Baik makaka jantan dan betina penyuka sesama jenis. Uniknya, yang betina cenderung memelihara hubungan asmara mereka jangka panjang. Sementara jantannya lebih doyan ganti pasangan habis bercinta.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Berdasarkan literatur yang kami dapatkan diketahui bahwa Homoseksualitas merupakan rasa ketertarikan atau perilaku seksual antara individu yang sama. Selain itu, Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu. Penyebab terjadinya homoseksualitas pada hewan yaitu orientasi seks kepada sesama (homoseks), disinyalir kadar hormon serotonin dan kebiasaan dari hewan tersebut (Animal Behaviour). Menurut para biologi berpikir bahwa homoseksualitas akan merugikan atau berdampak pada tingkat evolusi karena akan mengalihkan perhatian hewan dari usaha seksual yang mampu menghasilkan keturunan. Adapun contoh hewan yang termasuk Homoseksualitas diantaranya Bonobo (simpanse kerdil), Walrus, Gajah, Lumba-lumba hidung Botol, dan beberapa hewan lainnya.

3.2 Saran Kami menyadari bahwa karya tulis ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka kami sangat mengharapkan kritik dari pembaca dan saran yang membangun demi perbaikan makalah kami ke depan.

DAFTAR PUSTAKA

Lode T 2007 Hewan Homoseksualitas: a kegembiraan biologis Ekologi Evolusi dan Etologi http://evolutionaryecology.fr.gd/Animal-homosexuality.htm http://satopepelakan.blogspot.com/2011/04/jadi-gay-karena-kurang-serotonin.html http://fenz-capri.blogspot.com/2010/08/perilaku-homoseksual-binatang-lebih.html

Você também pode gostar