Você está na página 1de 5

Governance Di antara Globalisasi & CSR

Nur Ida Febriany 114674037 S1 Administrasi Negara / FIS / UNESA

Abstract This article aims to analyze the linkages and relationships between the social phenomenon of "globalization" with a discussion of a guest lecture entitled "Global System And Corporate Social Responsibility" in governance and social life in Indonesia. Globalization as a social phenomenon inevitable presence. Globalization synonymous with the development of science and technology. With the development of science and technology advancing, globalization has unwittingly penetrated the joints of people's lives. Globalization judged by guest speakers lecture Mr. Revaani Bustami, PhD as a social threat because the governance had not been objective in determining policy. Keyword : globalization, governance, and corporate social responsibility.

A. Pendahuluan. Akhir-akhir ini, globalisasi menjadi fenomena yang populer dalam berbagai diskusi publik seperti seminar, kuliah tamu, ruang kelas hingga warung kopi. Pertumbuhan globalisasi tidak dapat dicegah karena ditopang oleh pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi. Hal itu, membuat pertukaran informasi dan budaya dapat berlangsung dengan cepat, mudah dan tidak terkendali. Kemudahan itu menimbulkan persaingan, sehingga timbul negara yang superior dan inferior. Negara superior dapat mendominasi dan berpeluang untuk memonopoli negara lainnya. Dari sinilah muncul efek positif dan negatif globalisasi bagi negara-negara yang inferior termasuk Indonesia. Efek negatifnya, yaitu pola hidup konsumtif. Hal tersebut didukung oleh konsep governance yang jika dibiarkan dapat berdampak kompleks sebagaimana yang diuraikan oleh Mr. Revaani Bustami, PhD. Governance diartikan sebagai penyelenggaraan urusan-urusan negara yang melibatkan sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pengertian tersebut dikenal dengan konsep Good Governance. Dalam perkembangannya, governance menurut Alifah Rashman dikenal dengan konsep Sound Governance, dimana penyelenggaraan urusan negara tak hanya melibatkan 3 sektor saja, tapi ada sektor lain yang sangat mendominasi yakni kekuatan asing. Sehingga, secara implisit, pihak asing memiliki pengaruh yang kuat dan mengendalikan sektor lainnya termasuk dalam penetapan policy.

Pengantar Sosiologi B

B. Globalisasi. Pengertian globalisasi. Ronald Robertson, globalisasi ; perubahan sosial yang direncanakan oleh negara-negara industri maju agar semua negara di dunia terinkoporasi ke dalam masyarakat dunia yang tunggal, ketergantungan, homoginisasi, dan keterbukaan. Jadi, globalisasi ; pengecilan dunia seolah-olah menjadi perkampungan kecil yang sengaja diciptakan sehingga terbentuk dunia tunggal dan ketergantungan. Sarana-sarana globalisasi dan perannya. 1. Sistem komunikasi dan transportasi 2. Perdagangan dan pariwisata internasional : ketergantungan pada wisatawan asing. Sedangkan, masyarakat Indonesia malah berlomba-lomba mengunjungi negara-negara maju yang masyarakatnya sendiri lebih memilih berlibur di Indonesia. 3. Kerjasama antar negara. 4. Mass media : menjadi sarana utama, contohnya tv karena mampu mempengaruhi kebudayaan dan merubah perilaku masyarakat. Dampak globalisasi.

Secara umum mempengaruhi 3 dimensi utama masyarakat yakni ekonomi, politik, dan kebudayaan yang menimbulkan dampak berikut ini ; 1. Positif : perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memudahkan pekerjaan dan beban manusia, mempermudah interaksi sosial tanpa dihalangi oleh batas-batas regional, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan lainnya. 2. Negatif : pola hidup konsumtif, gaya hidup yang kebarat-baratan, sikap individualistic, kesenjangan sosial, adanya campur tangan asing dalam kepolitikan, ekonomi, sistem pemerintahan Indonesia, dan lainnya.

C. Governance. Konsep governance berkembang pada awal 1990-an yang beranggapan bahwa sektor swasta lebih unggul daripada pemerintah (government). Sehingga, pemerintah mengadopsi unsur-unsur swasta seperti manajemen, profit oriented, dan semangat entrepreneurship. Untuk itu, pemerintah perlu lebih banyak membuka ruang bagi swasta. Kemudian, muncullah konsep good governance berasal Badan-Badan Pembiayaan Internasional (seperti IMF dan World Bank). Yang definisinya adalah penyelenggaraan urusan-urusan negara yang melibatkan 3 sektor dominan (pemerintah, masyarakat, dan swasta). Akan tetapi, dalam praktiknya sektor swasta lebih didominasi oleh asing. Yang menjadikan globalisasi sebagai alat dan alasan untuk meraih untung semaksimal mungkin di negara inferior dengan mengeluarkan modal seminimum mungkin. Fakta tersebut dipandang oleh Alifah Rashman sebagai new imperialism (penjajahan tersembunyi), yang kemudian melahirkan konsep baru yakni Sound Governance dimana penyelenggaraan urusan negara tak hanya melibatkan 4 sektor ; pemerintah, masyarakat, swasta, dan kekuatan asing. Menurutnya, pemerintah dan masyarakat perlu memiliki kesadaran dan

Pengantar Sosiologi B

intelektual yang tinggi untuk membatasi kekuatan asing dalam sektor swasta. Agar negara tersebut dapat menyusul kemajuan negara-negara superior.

D. Ringkasan Pembahasan Kuliah Tamu. Kuliah tamu yang dibawakan oleh Mr. Revaani Bustami, PhD secara ringkas berisi mengenai globalisasi, efeknya, dan upaya penanggulangannya. Beliau mengartikan globalisasi sebagai hubungan yang mendunia dan universal, contohnya ; lifestyle, fashion, dan lainnya. Efek globalisasi ada 2 macam yakni pada skala national dan internasional. Nasional ; misalnya PT.Sampoerna telah menjadi milik asing yang konsumennya di Indonesia mencapai 60% lebih, di mana profitnya 99% untuk asing dan 1% untuk masyarakat local. Hal ini menunjukkan adanya pola hidup konsumtif dan ketimpangan sosial. Policy pemerintah juga syarat dengan kepentingan asing, yang lebih mengutamakan profit dibanding kepentingan sosial. Sedangkan efek internasionalnya ; persaingan skill antara masyarakat negara yang satu dengan lainnya dan munculnya era kapitalisme modern. Ada 4 golongan kapitalis global ; eksekutif (manajer), pejabat, profesional politik, dan masyarakat. Kapitalisme dipengaruhi oleh faktor kekayaan, SDM, intelektual, masalah sosial (justice dan perdagangan bebas), media massa, dan teknologi. Kesemua faktor tersebut dimiliki oleh negara-negara Barat sehingga dapat menjadi superior dan menjadikan negara yang mengandalkan kekayaan SDA tapi miskin SDM seperti Indonesia menjadi lembek pada negara superior tersebut. Sebaliknya negara-negara berkembang lain seperti Malaysia dan Singapura telah mampu melindungi masyarakatnya dari cengkraman asing dengan menetapkan batasan-batasan, peraturan dan sanksi yang tegas dan menerapkan Corporation Sosial Responsibility (CSR). Konsep CSR saya pahami sebagai cara penanggulangan efek globalisasi dengan melibatkan partisipasi dan kepedulian perusahaan secara aktif. Saya memaknai perusahaan dalam konsep CSR tidak hanya perusahaan milik masyarakat local tetapi juga perusahaan asing yang lebih mendominasi. Contohnya ; masalah sosial rokok, perusahaan dapat berpartisipasi dengan menampilkan packaging yang kurang menarik dan mencantumkan bahaya merokok dalan kemasannya.

E. Analisis Hubungan Globalisasi, Governance & Pembahasan Kuliah Tamu. Globalisasi memiliki keterkaitan dengan governance dan pembahasan kuliah tamu yang berjudul Global System And Corporate Social Responsibility. Pihak asing memanfaatkan globalisasi dan governance sebagai alat dan sarana untuk meraih keuntungan secara maksimal dengan modal seminim mungkin. Sedangkan kuliah tamu Global System And Corporate Social Responsibility menggunakan globalisasi sebagai tema pembahasannya. Globalisasi membuka peluang untuk bekerja sama dengan negara lain. Akan tetapi, peluang tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak asing (Barat dan negara maju lainnya). Hal tersebut, dapat terjadi karena memang pihak asing (Barat misalnya) telah terbiasa dengan pola pengasuhan sedari dini yang lebih mandiri, dan ada faktor geografis yang mempengaruhi. Negara-negara maju tersebut umumnya tidak memiliki kekayaan SDA sebagaimana yang

Pengantar Sosiologi B

dimiliki negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Sehingga mereka memproduksi budaya, lifestyle, dan lainnya yang dikemas secara cantik sehingga diminati masyarakat negara lain. Sedangkan pola pengasuhan yang mandiri menyebabkan individuindividu dari negara-negara Barat memiliki daya survive, inovasi, dan kreatifitas yang tinggi. Dengan skill tersebut, negara Barat memanfaatkan globalisasi sebagai ajang melebarkan kekuasaannya ke seluruh dunia. Karena negara-negara superior tersebut menganut paham kapitalisme yang lebih mengutamakan profit, sehingga dalam segala tindakannya terutama kerjasama ekonomi dengan negara lain tak lepas dari kapitalisme. Akibatnya, timbul pola hidup konsumtif, persaingan global, ketimpangan sosial sebagaimana yang diuraikan Mr. Revaani Bustami, PhD. Yang menurut beliau dapat ditanggulangi dengan Corporate System Responsibility dengan melibatkan partisipasi dan kepedulian perusahaan (sektor swasta) secara aktif. Saya kurang sependapat dengan Mr. Revaani, menurut saya dampak globalisasi yang menimbulkan perubahan negative akan kurang maksimal hasilnya jika hanya mengandalkan partisipasi dan kepedulian perusahaan. Perusahaan di Indonesia misalnya, sebagian besar dimonopoli oleh pihak asing, sehingga kepedulian dan partisipasinya tidak murni (adatujuantujuan tertentu). Untuk mencapai hasil yang maksimal semua unit yakni pemerintah, perusahaan (baik local maupun milik asing), dan masyarakat local perlu bekerjasama secara aktif. Khususnya pemerintah, masyarakat yang dapat diwakili oleh mahasiswa sebagai agen of change, dan perusahaan local untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, dan kewaspadaan terhadap segala sesuatu yang dibawa oleh globalisasi.

F. Penutup. Globalisasi adalah pengecilan dunia seolah-olah menjadi perkampungan kecil yang sengaja diciptakan sehingga terbentuk dunia tunggal dan ketergantungan. Yang dampak positifnya : perkembangan iptek, mempermudah interaksi sosial, dan lainnya. Sedangkan, dampak negatifnya : pola hidup konsumtif, gaya hidup yang kebarat-baratan, individualistic, kesenjangan sosial, dan lainnya. Menurut, Mr. Revaani Bustami, PhD dalam kuliah tamu, globalisasi dianggap sebagai ancaman yang memanfaatkan globalisasi sebagai tiket masuk untuk memonopoli potensi-potensi di negara inferior dan menggunakan governance sebagai alatnya. Solusi dari masalah itu menurut Mr. Revaani Bustami yakni CSR yang melibatkan partisipasi perusahaan. Tapi juga perlu melibatkan pemerintah dan masyarakat agar hasilnya maksimal. Untuk itu, baik pemerintah, perusahaan yang local maupun milik asing, dan masyarakat perlu untuk meningkatkan kepedulian dan kesadarannya melalui peraturan, sosialisasi, dan lainnya. Juga perlu adanya kerjasama yang searah di antara pihak-pihak tersebut untuk menciptakan kondisi sosial yang nyaman dan berat sebelah bagi semua pihak. Khusus bagi pihak pemerintah, perusahaan local, dan masyarakat sebaiknya memiliki kepedulian yang lebih tinggi agar bisa memprotect negaranya dari monopoli asing. Kepedulian tersebut dapat dilatih sejak dini di seminar maupun di diskusi kuliah dan diwujudkan dalam hal yang sederhana saja seperti meningkatkan kualitas SDM diri sendiri. Sebaliknya, pemerintah perlu lebih proaktif dalam menetapkan policy yang tegas mengenai batasan-batasan dan peraturan / perundang-undangan untuk mencegah ketimpangan sosial antara masyarakat local vs asing.

Pengantar Sosiologi B

G. Daftar Rujukan. Kuliah Tamu The Corporation Social Responsibility oleh Revaani Bustami, PhD pada 2 Mei 2012. http://tjiptosubroto.wordpress.com/2011/04/17/perubahan-sosial-dalam-era-globalisasi/ 29 April 2012. diakses

Yani, M. Turhan dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Surabaya : Unesa University Press. Kuliah Administrasi Pembangunan oleh Ibu Eva, S.Sos pada 8 Mei 2012.

Pengantar Sosiologi B

Você também pode gostar