Você está na página 1de 7

Mekanika Kekuatan Bahan I

oleh: Yudy Surya Irawan

1.3 Hukum Hooke (Hookes Law)


Hukum Hooke ini menjelaskan hubungan antara tegangan dan regangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Hukum Hooke dapat dijelaskan dari sudut pandang mikroskopis seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.3.1 berikut ini. Atom

Gaya Tarik

Jarak antar atom Gaya Tolak Tegangan

Regangan

Gambar 1.3.1 Hubungan antara Tegangan dan Regangan Pada umumnya, benda padat terdiri atas atom-atom yang terikat oleh berbagai macam ikatan seperti (ikatan logam, ikatan kovalen, ikatan ion dan lain-lain) yang mana pada kondisi kesetimbangan memiliki jarak antar atom stabil sebesar b0. Seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.3.1(a), saat atom dalam kondisi stabil tanpa ada gaya tarik dari luar benda, besarnya gaya tarik sama dengan gaya tolak. Dengan kata lain besarnya gaya antar atom sebesar nol (0). Bila benda dikenakan gaya dari luar P, maka jarak antar atom akan bertambah dari b0 menjadi b1 dengan gaya yang terjadi antar atom sebesar f1 seperti ditunjukkan oleh gambar 1.3.1(a). Pada gambar 1.3.1(b) ditunjukkan gaya-gaya f1 yang bekerja dalam kesetimbangan untuk menyetimbangkan benda padat yang dikenai gaya F dari luar. Kondisi ini bila dilihat dari sisi makro maka tampak seperti pada Gambar 1.3.1(c) yang mana gaya-gaya f1 ini bekerja pada suatu luasan A yang menjadi tegangan dalam benda padat tersebut.

YudySuryaIrawan

6- 1

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

Kemudian seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3.1(a), bila besarnya perpindahan jarak antar atom (b1 - b0) ternyata cukup kecil dibandingkan dengan b0 atau gaya antar atom f1 tidak terlalu besar maka garis lengkung C mendekati garis lurus sehingga hubungan antara gaya antar atom dan besarnya perpindahan antar atom berbanding lurus. Hubungan inilah yang disebut dengan Hukum Hooke. Karena perpindahan berbanding lurus terhadap gaya maka demikian pula halnya dengan hubungan antara tegangan dan regangan seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3.1(d),

= E
dengan E adalah modulus elastisitas (GPa) atau Youngs Modulus (Modulus Young).

(1.3.1)

Kemudian persamaan besarnya pertambahan panjang menjadi,

= l =

l
E

N l EA

(1.3.2)

dengan N : gaya dari luar, E : Modulus elastisitas, A : Luas penampang, l = panjang awal. Bila N, E dan A sebuah batang berubah bentuk ke arah memanjang, dengan meninjau bagian terkecil dari batang tersebut dx maka total dari pertambahan panjangnya adalah :

= d =
0

N N l dx = EA EA

(1.3.3)

Dengan pemahaman yang sama, maka hubungan antara tegangan geser dan regangan geser

adalah :

= G

(1.3.4)

dengan G adalah Modulus Geser Elastis (Shear Elastic Modulus), atau Rasio Kekakuan atau Modulus elastis lateral Kemudian dengan melihat persamaan 1.3.3 besarnya perpindahan geser s adalah sebesar :

s =
dengan

F l G A

(1.3.5)

F : gaya geser yang bekerja pada luasan A.

Untuk material teknik mesin besarnya modulus elastisitas, E dan modulus elastis geser, G: BAJA adalah sekitar 206 GPa, 82 GPa; ALUMINIUM adalah sekitar 70 GPa, 26 GPa, TEMBAGA adalah sekitar 120 GPa, 44 GPa. Bila suatu benda mendapat tekanan dari segala arah ke permukaannya sebesar p, maka hubungan antara tekanan p, regangan volume v dalam HUKUM HOOKE adalah sebagai berikut:

p = K v

(1.3.6)

dengan K adalah modulus elastisitas volume benda (GPa)

YudySuryaIrawan

6- 2

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

Hubungan antara modulus elastis geser (Shear modulus) G, modulus elastisitas (Modulus of Elasticity = Youngs Modulus) , E, dan modulus elastisitas volume (Elastic Modulus of Volume), K , serta poissons ratio, adalah sebagai berikut :

G=
Contoh Soal 1.3

E E , K= 2(1 + ) 3(1 - 2 )

(1.3.7)

Sebuah batang seperti pada gambar berikut ini memiliki modulus elastisitas 206 GPa dan berpenampang 80 mm2 dibebani gaya-gaya PA, PB, PC dan PD. Jarak AB=500 mm, BC=200 mm, CD=300 mm. Hitunglah pertambahan panjang dari batang ini.

Penyelesaian: a) Mencari gaya dalam pada titik E, F dan G. Kesetimbangan gaya pada penampang F Diagram benda bebas dari batang di atas adalah sebagai berikut

dengan arah positif ke arah kanan maka kesetimbangan gaya pada bagian AF : NF + PB PA = 0 ; yang benar adalah: NF = PA PB = (40 50 ) kN= -10 kN yang mana NF = NF yang berarti arah NF berlawanan sebagai gaya tekan dengan pengandaian sehingga gambar

Kesetimbangan gaya pada penampang E : Kesetimbangan gaya pada penampang G

NE= P4=40 kN

NG = PA PB + PC = 40-50+30=20 kN atau NG = PD = 20 kN b) Besarnya tegangan pada penampang E, F dan G adalah:

E= NE/A = 40,000N/80 mm2 = 500 N/mm2= 500 MPa F= NF/A = -10,000N/80 mm2 = -125 N/mm2= -125 MPa G= NG/A = 20,000N/80 mm2 = 250 N/mm2= 250 MPa
c) Besarnya regangan pada AB,BC dan CD adalah:

AB= E lAB /E = 500 N/mm2 x 500 mm /(260 000 N/mm2) = 1.21 mm BC= F lBC /E = -125 N/mm2 x 200 mm/(260 000 N/mm2) = -0.12 mm CD= G lCD /E = 250 N/mm2 x 300 mm/(260 000 N/mm2) = 0.36 mm
d) Total pertambahan panjang AD :

AD = AB + BC + CD = 1.21 mm + -0.12 mm +0.36 mm =1.45 mm


YudySuryaIrawan

6- 3

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

2. Tarik dan Tekan (Tensile and Compression) 2.1 Tegangan dalam Batang yang dikenai Beban Aksial
Pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut tentang tegangan yang bekerja pada balok yang dikenai gaya aksial dari luar. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.1, bila suatu batang dikenai gaya luar P maka selain timbul tegangan pada bidang yang tegak lurus gaya, A0 tersebut, juga timbul tegangan pada bidang yang membentuk sudut terhadap penampang batang. Seperti terlihat pada gambar akan timbul gaya dalam NC yang juga bekerja pada bidang miring, A yang besarnya juga sama dengan P. Sehingga besarnya tegangan, p pada luasan A adalah p = Nc/A = P / A (2.1) akan tetapi tegangan p ini tidak tegak lurus terhadap luasan A sehingga bukan merupakan tegangan normal maupun geser namun tegangan resultas pada luasan A yang terdiri atas komponen tegangan normal dan geser.

Gambar 2.1 Tegangan yang terjadi pada bidang miring

Bila digambarkan posisi dari tegangan p pada luasan A maka dapat dilihat pada gambar 2.1(c) di atas. Yang mana tegangan p dapat diuraikan menjadi tegangan normal dan tegangan geser pada bidang A yang membentuk sudur terhadap luasan A0. Sedangkan hubungan antara A0 dan A adalah A = A0/cos , sehingga besarnya tegangan normal

dan tegangan geser pada luasan A adalah :

= p cos = = p sin =

P P cos = cos = 0 cos 2 A ( A0 / cos )

(2.2) (2.3)

P P sin = sin = 0 sin 2 ( A0 / cos ) A 2

yang mana 0 adalah tegangan normal pada bidang A0 sebesar P/A0. Sehingga bila batang ditarik maka tegangan normal menjadi maksimum saat = 0 sebesar 0. Sedangkan tegangan geser menjadi maksimum saat = 45o yang mana besarnya adalah 1/2 dari 0. Jadi dalam perencanaan batang yang dikenai beban aksial, baik tegangan geser maupun tegangan normal yang bekerja harus lebih kecil dari tegangan normal dan geser ijinnya.

YudySuryaIrawan

6- 4

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

Kemudian bila pada suatu kondisi besarnya tegangan geser = 0 maka tegangan normal yang terjadi disebut sebagai tegangan utama (principal stress). Seperti ditunjukkan pada gambar 2.1 (a) tegangan utamanya hanya pada satu arah, maka kondisi ini disebut tegangan uniaksial atau tegangan satu sumbu (uniaxial stress). Sedangkan biaxial stress untuk tegangan utamanya pada dua sumbu yang saling tegak lurus dan triaxial stress untuk tiga tegangan utamanya bekerja saling tegak lurus pada suatu benda.

2.2 Batang yang dikenai Beban Berat Sendiri


Hingga bagian sebelumnya telah dikenalkan gaya yang dikenakan pada permukaan benda atau disebut sebagai gaya permukaan (surface force). Selain gaya permukaan terdapat gaya berat, gaya sentrifugal ( f = m.v2/r, m: massa, v : kecepatan, r : jari-jari lingkaran benda yang belok ). Meskipun benda ini dibagi sekecil apapun, pada bagian dalam benda tersebut masih bekerja gaya dalam, oleh sebab itu gaya-gaya ini disebut gaya benda atau gaya volume (body force). Kemudian besarnya tegangan dan regangan yang terjadi pada benda yang mengalami gaya benda tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut. Misalkan suatu batang dengan massa jenis , modulus elastisitas E, luas penampang A dan memiliki panjang l digantung di atap seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2(a).

Gambar 2.2 Tegangan yang terjadi akibat gaya berat

Bila batang tersebut dibagi menjadi dua dengan memotongnya sepanjang x dari bawah batang, sehingga diagram benda bebas dan kesetimbangan gaya yang terjadi ditunjukkan pada Gambar 2.2 (b). Pada bagian ini massa adalah A x, sehingga berat batang sepanjang x adalah g A x yang mana arah gaya berat ini ke bawah menuju pusat bumi. Karena berada dalam keadaan setimbang maka besarnya gaya dalam Nx sama besar dengan gaya berat ini yaitu Nx = g A x Besarnya tegangan pada penampang berjarak x dari bawah ini adalah (2.4)

x = Nx / A = g x
Sehingga untuk seluruh batang (x= l ) besarnya tegangan normal adalah

(2.5)

l = Nl / A = g l

(2.6)

YudySuryaIrawan

6- 5

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

Contoh 2.1: Misalkan batang pada Gambar 2.2 di atas adalah baja dengan massa jenis 7800 kg/m3, dan kekuatan tariknya u ( tegangan maksimum yang terjadi saat material ditarik dengan gaya tarik satu sumbu) adalah 500 MPa. Maka panjang maksimum yang aman adalah :

l = u/ g = (500 x 106 N/m2 )/ (7800x9.8) N/m3 = 6540 m


sehingga bila kabel atau kawat baja dengan diameter yang sama dimasukkan dalam laut, panjang kabel tidak dapat melebihi panjang tersebut di atas karena akan mengalami patahan akibat gaya berat sendiri meskipun terdapat pula gaya dari ombak perbedaan suhu dan lain-lain yang juga dapat mempengaruhi panjang kawat yang aman sehingga menjadi lebih pendek dari perhitungan sederhana di atas. Sedangkan besarnya pertambahan panjang dari batang tersebut di atas adalah sebagai berikut. Berhubung gaya dalam Nx berubah seiring dengan besarnya x maka persamaan berikut tidak dapat digunakan.

= l =

l
E

N l EA

seperti ditunjukkan gambar 2.2 (d) gaya yang bekerja pada bagian dx adalah Nx pada bagian bawah dan Nx + dNx pada bagian atas dalam kondisi tarik. Mengingat dNx sangat kecil dibandingkan dengan Nx maka gaya tarik bagian atas dapat dianggap sama dengan Nx. Sehingga besarnya pertambahan panjang untuk bagian dx adalah :

d =

Nx gx dx = dx EA E

(2-7)

Sehingga total pertambahan panjang dari batang yang tergantung adalah

=
0

gx
E

dx =

gl 2
2E

(2-8)

Contoh 2.2 Suatu batang sepanjang l, berpenampang A pada salah satu ujungnya diputar dengan kecepatan sudut . Bila batang memiliki massa jenis dan modulus elastisitas E maka berapakah besar pertambahan panjangnya . Penyelesaian : - Gaya yang timbul = N = gaya sentrifugal (sentripetal) = m v2/r atau m 2r dengan m: massa (kg), : kecepatan putar sudut (rad/sec) dan r = jari-jari perputaran yang mana dalam hal ini sebesar panjang batang l. l Luas penampang, A pusat Modulus Elastisitas, E

YudySuryaIrawan

6- 6

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

l x pusat dNx dx

Besarnya gaya dalam sepanjang x = gaya sentrifugal sepanjang x adalah Nx = mx 2x Sedangkan gaya dalam atau gaya sentrifugal yang terjadi pada bagian dx yang berjarak x dari pusatnya adalah sebesar dNx : dNx = mx 2r = dx2x = x2dx

Besarnya gaya dalam total N untuk bagian antara x dan l yang diputar terhadap pusat adalah :

Ax 2 2 A 2 2 2 N = Ax dx = = l x 2 2 x x
l 2

Kemudian besarnya pertambahan panjang pada dx adalah :

Ndx A 2 (l 2 x 2 ) 2 (l 2 x 2 ) d = = = dx EA 2 EA 2E
Besarnya total pertambahan panjang :
l l

= d =
0 0

2 (l 2 x 2 )
2E

2l 2 2 x 3 3 2l 3 2l 3 2 2l 3 2l 3 dx = x = = = 2 3E 0 3 2E 6E 6E 3E 2E

Sehingga didapatkan besarnya total pertambahan panjang adalah :

2l 3
3E

YudySuryaIrawan

6- 7

Você também pode gostar