Você está na página 1de 10

Hubungan Pemakain APD (Alat Pelindung Diri) Terhadap Penurunan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengelasan Las

Oxy-Acetylene (Las Asetilin) BENGKEL LAS MAKMUR JAYA

1.1 Latar Belakang Pembangunan industri dapat berdampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang ditandai dengan semakin berkembangnya berbagai jenis industri yang beranekaragam jenis produk. Keadaan ini membuat lapangan pekerjaan yang semakin luas dan diharapkan kesejahteraan bagi para pekerja dan keluarganya dapat meningkat. Dalam rangka peningkatan kesehatan kerja, Departemen Kesehatan sebagai instansi pemerintah yang berkewajiban membina kesehatan masyarakat khususnya pekerja tentang bagaimana cara bekerja secara baik dan benar menurut kaidah kesehatan untuk berbagai jenis pekerjaan pada aneka ragam pekerjaan pengelasan (Depkes RI, 2003).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan/atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan pekerja industri dan non industri di Indonesia pada banyak kasus belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab kecelakaan kerja, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Secara umum, timbulnya kecelakaan kerja sering diakibatkan oleh tindakan, peralatan dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition).

Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping untuk keperluan pengelasan

(penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair and maintenance). Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian hampir semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal). Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane,untuk logamlogam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini

didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas. Pada proses pengelasan terdapat bahaya yang dapat ditimbulkan, sehingga untuk meminimalisir angka kejadian kecelakaan kerja terhadap tukang las yakni dengan penggunaan APD. Bahaya yang biasa timbul akibat pengelasan terutama pengelasan asitelin yaitu percikan bunga api pada saat proses pengelasan, terganggunya indera pengelihatan (pembengkakan pada mata) akibat sinar las, tersengat aliran listrik, terpapar uap gas akibat dari pemotongan logam misalnya Argon (Ar), Methylacetylenepropadiene, propane, CO2. Bila gas-gas tersebut terhirup dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pada fungsi pernafasan bahkan gangguan pada sistem syaraf. Berdasarkan hasil studi kasus industri pengelasan di Bali oleh Adioka (1997), dalam Syaaf (2008) diketahui bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh langkah kerja yang tidak aman, peralatan kerja yang tidak memadai, dan kondisi lingkungan fisik yang buruk. Studi memperlihatkan bahwa 70% dari pekerja mengalami pegal pada punggung setelah bekerja, 30% mengalami hearing loss (berkurangnya kemampuan pendengaran), dan pengetahuan mereka juga kurang serta tingkat pendidikan maksimal setingkat SMA. Dalam menunjang K3 di tempat pengelasan dan untuk mencegah kecelakaan pekerjaan pengelasan, diperlukan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat secara berkesinambungan. APD adalah peralatan yang dipakai untuk melindungi pekerja dari seluruh kondisi bahaya yang dapat menimbulkan luka, sakit maupun kematian. APD yang tepat untuk pekerja pengelasan baik pngelasan asitelin maupun pengelasan lainnya adalah berupa topeng las, kaca mata, pelindung telinga, sarung tangan, dan safety boot. Bengkel Las MAKMUR JAYA merupakan industri pengelasan berskala besar yang berlokasi di Jalan Raya Tanggul KM.45. Sehari-hari pekerja Bengkel Las MAKMUR JAYA melakukan kegiatan assembling pemotongan bahan baku dengan pengelasan dengan cara asitelin(Oxy-Acetylene). Pada saat bekerja di pabrik tersebut banyak para pekerja yang bekerja tanpa menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang melindungi pekerja dari efek yang di timbulkan dari pengelasan tersebut. Jumlah pekerja operator pada Bengkel Las MAKMUR JAYA adalah 100 pekerja dan rata-rata pekerja melakukan pekerjaan 8 jam perhari dan kadang-kadang terdapat pekerja shift lembur jika pesananan yang diterima banyak.

1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut, Apakah ada Hubungan Pemakain APD (Alat Pelindung Diri) Terhadap Penurunan Kejadian Keccelakaan Kerja Pada Pekerja Pengelasan Las Oxy-Acetylene (Las Asetilin) BENGKEL LAS MAKMUR JAYA ?.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis Hubungan Pemakain APD (Alat Pelindung Diri) Terhadap Penurunan Kejadian Keccelakaan Kerja Pada Pekerja Pengelasan Las Oxy-Acetylene (Las Asetilin) BENGKEL LAS MAKMUR JAYA. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran bekerja para pekerja pada bengkel las BENGKEL LAS MAKMUR JAYA pada saat bekerja. 2. Untuk mengetahui faktor konsekuensi yang mempengaruhi perilaku berisiko pada pekerja pengelasan BENGKEL LAS MAKMUR JAYA yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. 3. Melihat ketersediaan APD (Alat Pelindung Diri) pekerja di tempat kerja, apakah sesuai dengan jumlah para pekerja yang bekerja. 4. Mengetahui faktor-faktor alasan pekerja bekerja tanpa menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). 5. Mengidentifikasi iklim kerja para pekerja pada saat bekerja. 6. Mengetahui perilaku berisiko pekerja saat melakukan pengelasan.

3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian case control. Penelitian case control adalah Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Adapun tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2005) a. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko atau efek) b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel) c. Identifikasi kasus d. Pemilihan subyek sebagai kontrol e. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat kebelakang) untuk melihat faktor risiko f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel objek kontrol.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Las Makmur Jaya, Jalan Raya Tanggul KM.45. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Agustus 2012

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau obyek yang diteliti . Populasi pada penelitian ini adalah pekerja Bengkel Las Makmur Jaya, Jalan Raya Tanggul KM.45. 3.3.2 Sampel dan Besar Sampel Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

= 96 Apabila populasi terbatas dan berjumlah kurang dari 10.000, maka rumus tersebut dilakukan koreksi sebagai berikut: n_k= n/(1 + nN) Keterangan: n = besarnya sampel p = proporsi variabel yang tidak dikehendaki, karena tidak diketahui maka diambil proporsi terbesar, yaitu 50% (0,5) Z = simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan 95% yaitu 1,96 q=1p nk = besar sampel setelah koreksi N = besar populasi d = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2006). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: o Pekerja Bengkel Las Makmur Jaya, Jalan Raya Tanggul KM.45. o Pekerja telah bekerja dalam kurun waktu lebih dari satu tahun. o Pekerja melakukan pekerjaan 8 jam perhari. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pengambilan sampel Simple Random Sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimilki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah:

a. Variabel Bebas (independent) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab dari variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemakain APD (Alat Pelindung Diri). b. Variabel Terikat (dependent) Variabel terikat adalah variabel yang tergantung atas variabel lain ( Nazir, 2003). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penurunan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengelasan Las Oxy-Acetylene. . 3.4.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2003). Adapun definisi operasional dari variabel di atas adalah:

Variabel 1.Karakteristi k pekerja a. a. Umur

Definisi Operasional

Cara Pengukuran

Skoring

Skala Data

Jumlah tahun yang telah dilalui pekerja mulai lahir sampai saat waktu penelitian.

Wawancara dengan kuesioner

a. Orang muda dan dewasa: 15-25 tahun b. Dewasa: 2550 tahun c. Orang tua: 5065 a. < 8 Jam b. > 8 Jam

Interval

b. b. Lama Kerja Kodisi pekerja Wawancara dengan dalam kuesioner melakukan pekerjaannya selama satu hari.

Nominal

c. c. Tingkat pendidikan

Jenjang pendidikan fomal terakhir yang telah ditempuh oleh pekerja.

Wawancara dengan kuesioner

a. Dasar = tidak sekolah, tidak tamat SD/sederajat, tamat SD/sederajat. b. Menengah =

Ordinal

tamat SMP/ sederajat, tidak tamat SMA/ sedrajat, tamat SMA/ sederajat. c. Tingi = lulus PT (D3, S1, S2, S3). d. Masa Kerja Lamanya pekerja Wawancara dengan tersebut bekerja kuesioner sebagai pekerja pengelasan Bengkel Las Makmur Jaya a. 1 tahun - 5 tahun b. 5 - 10 tahun Interval

2. Persepsi Pengalaman yang Wawancara dengan pekerja ketika diterima pekerja kuesioner bekerja. saat bekerja mengelas (kenyataan).

a. Sangat nyaman b. Nyaman c. Kurang Nyaman d. Tidak Nyaman

Ordinal

3. Status Gizi Pekerja

Suatu keadaan Perhitungan Indeks yang memberikan Masa Tubuh (IMT) petunjuk keadaan gizi pekerja.

a. < 17.0 Gizi 1. Interval Kurang b. 17.0 - 18.5 Gizi Kurang c. 18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal d. 25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk e. > 27.0 Gizi Lebih a. 250- 270C 2. Interval b. 270-300C c. >300C

4. Iklim Kerja Perasaan pekerja Pengukuran dengan dalam melakukan Termometer ruangan pekerjaannya (Thermo/Hygrometer) tidak merasakan gangguan suhu panas pada ruangan kerja.(Thermal comfort)

5. Penggunaan Pemakaian observasi APD masker ,welding mask,Apron,saru ng tangan, safety glases, dan safety shoes atau alat pelindung yang digunakan sebagai standar dalam proses pengelasan pada pekerja pada saat pekerja melakukan pekerjaan Pengukuran dengan 6. Kelelahan Perasaan lelah berupa keluhan KAUPK2 Kerja dan gejala subyektif tenaga kerja

a. Seluruh pekerja 3. Ordinal menggunakan APD b. Terdapat peserta yang tidak menggunakan APD

perasaan kelelahan 4. Ordinal kerja sebagai gajala subyektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja

3.5 Data dan Sumber Data Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer pada penelitian ini adalah pernyataan dan persepsi pekerja Bengkel Las Makmur Jaya, Jalan Raya Tanggul KM.45 saat para pekerja melakukan kegiatan pekerjaan mengelas.

b. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini adalah jumlah pekerja yang ada Bengkel Las Makmur Jaya, Jalan Raya Tanggul KM.45. 3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan (Nazir, 2003). Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (responden), sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu, seperti PT Mutiara Ceramic.

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, untuk memperoleh data primer dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuesioner. Sedangkan, untuk memperoleh data sekunder dilakukan dengan pengambilan data secara langsung di Bengkel Las Makmur Jaya, Jalan Raya Tanggul KM.45 3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pernyataan pekerja tentang pekerjaan pengelasan,frekuensi pemakaian Apd saat Bekerja , dan persepsi tentang bahaya kegiatan pengelasan.

3.7

Teknik Pengolahan, Penyajian, dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Editing Editing dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara yang tertera pada lembar kuesioner. Hal ini dilakukan untuk meneliti dan memperbaiki data yang telah

dikumpulkan, apabila terdapat data yang kurang lengkap, maka peneliti

memberikan

kuesioner susulan kepada responden dengan harapan data yang ada benar-benar lengkap.

3.7.2 Teknik Penyajian Data Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar mudah dipahami, dianalisis sesuai tujuan yang diinginkan dan kemudian ditarik kesimpulan, sehingga menggambarkan hasil penelitian. Penyajian data dibuat secara sederhana dan jelas agar lebih mudah dipahami. Adapun teknik penyajian data dalam penelitian ini adalah penyajian dalam bentuk teks (textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam bentuk grafik.

3.7.3 Analisis Data Penelitian ini dalam menentukan adanya hubungan atau korelasi antara dua variabel, peneliti menggunakan analisis bevariate, yaitu analisis pengukuran asosiasi (hubungan) dan pengujian signifikansi yang kemudian diolah dengan bantuan program software komputer.

Você também pode gostar