Você está na página 1de 39

CHAPTER 1 Pukul 06.15.

Pagi itu sepertinya jalanan

Jakarta lebih sibuk dan macet dibandingkan biasanya. Pelajar sekolah tampak memenuhi jalanan, baik di lajur pejalan kaki, angkutan umum, motor, bahkan mobil. Penampilan sebagian besar dari mereka kelihatan lebih ramai dibandingkan pelajar lainnya. Mereka semua memakai beberapa atribut aneh selain seragam pada umumnya. Ada yang memakai pita dari kantong kresek, ada yang memakai gantungan papan nama sebesar badannya sendiri, ada yang membawa peralatan mencangkul (yang ini sih beneran aneh), dan masih banyak lagi. Tentu saja, ini adalah hari pertama Masa Orientasi Sekolah alias MOS untuk anak-anak SMA. Tidak terkecuali SMA Wijaya Bangsa. Salah satu SMA elit sekaligus sekolah unggulan di salah satu sudut kota Jakarta.

MOS di SMA Wijaya Bangsa dimulai pukul 06.30 berlari pagi. Dengan waktu mepet SMA yang Wijaya tersisa, Tiara cepat-cepat turun dari bus dan memasuki gerbang Bangsa. Dengan napas terengah-engah ia menghentikan langkah ketika dilihatnya 5 orang sahabat yang telah bersamanya sejak di bangku SMP tengah berdiri di samping pos pak satpam. Ya ampuuun.. lo dari mana aja, Ra? Katanya hari ini mau bareng Kayla?, tanya salah seorang panjang sohibnya dengan yang model berambut keriting coklat gantung,

Laras. Nuri Larasati, itu nama lengkapnya. Orangnya centil abis, rada-rada ganjen, dan kemayu. Maklum, asalnya dari Solo. Pertanyaan Laras langsung diaminkan oleh sohib Tiara yang lain. Kali ini giliran cewek berambut tanggung sebahu, Elsa. Elsa punya nama lengkap Elsa Kartika, cewek pinter yang kalem dan lemah lembut banget di antara

sohib-sohib Tiara. Iya nih Tiara, lo nggak papa kan, Ra? Sampe ngos-ngosan gitu, katanya. Bentar, bentar, ucap seorang sohibnya lagi. Cewek berambut lurus hitam dan panjang bernama Fatya Fitriana atau biasa dipanggil Tya itu buru-buru mengeluarkan sekotak kecil tissue dan kipas yang memang selalu dibawanya ke mana-mana. Nih, pake dulu, katanya lagi sambil menyodorkan kotak tissue dan mengipas-ngipasi Tiara. Duduk dulu deh lo, Ra. Muka lo masih pagi udah pucet gitu. Sini, sini., kali ini Abby yang bersuara. Cewek bernama lengkap Gabby Natalie ini bertubuh lebih mungil ketimbang teman-temannya, rambutnya pendek bergelombang. Ia menepuk-nepuk bangku yang tadi dibelakanginya. Tiara yang akhirnya bisa bernapas dengan benar mulai membuka suara sambil menduduki bangku yang ditunjukkan Abby.

Haduh gila, capek banget! Gue pikir gue udah telat!, tissue masih yang ucapnya seraya mengambil sedari tadi disodorkan Tya

untuknya. Hari pertama MOS pula, untung keburu!, selorohnya sambil ke menyapukan selembar tissue ke dahinya dan menyibakkan belakang. Trus, si Kayla ke mana? Kok ga bareng lo, Ra?, Jill alias Gillian Stephanie, sohib Tiara yang boyish dan cool abis langsung ngakak lebar. Hahahahaha.. ga usah lo jawab, dia telat deh pasti. Udah gue duga. Tiara langsung ngomel. Itu diaaaa gue bangunin tuh anak jam 4 subuh, eh nggak taunya dia ketiduran lagi sampe jam 5, alhasil gue nggak jadi nebeng dia dan ngebut ngejarngejar bus barusan!, kata Tiara sambil bersungut-sungut. Tiara yang punya basic character siswa teladan paling anti sama yang namanya telat apalagi melanggar peraturan. rambut panjangnya

Jadi hari ini dia panik bukan main waktu tau Kayla telat bangun. Sambil terus terkekeh-kekeh Jill melanjutkan, Kan lo kemaren udah gue ingetin, kita nggak usah ikut Kayla dulu. Tuh anak kan lelet abis, Ra. Kejadian kan tawa di lo? Jill Hampir meledak tangan Jill telat. setelah sudah Hahahaha.., lain. Waktu

nunjukin jam tangannya ke Tiara dan yang jam menunjukkan pukul 06.20. itu artinya tinggal 10 menit lagi maka MOS segera dimulai. Abis, tadi malem tuh anak telepon gue, minta gue nemenin dia, secara hari ini tuh hari pertama dia bawa mobil ke sekolah, grogi katanya, jelas Tiara. Tapi udah jam segini kok nggak keliatan juga batang idungnya?, lanjutnya lagi sambil celingak celinguk. Lagian, kenapa lo nggak bawa mobil lo aja sih, Ra? Kan enak kita-kita bisa nebeng. Secaraaa..rumah kita nggak jauh-jauh amat dari rumah lo. Hehe.., Abby nyengir.

Gue belom punya SIM A kaleeeeeee. Lo mau kita ditangkep polisi??, Tiara mendengus kesal. Tiara memang sudah cukup mahir menyetir mobil. Tapi karena alasan keselamatan dan belum cukupnya umur Tiara, mama Tiara tidak memberi anak semata wayangnya ini izin untuk mengemudi. Dan sudah tentu, nggak mungkin mamanya bakal setuju kalau dia bikin SIM A. Rumah Tiara tidak jauh dari rumah sohibsohibnya. Mereka semua masih berada di satu kawasan. Tidak butuh waktu lama untuk menuju rumah masing-masing. Jika diurut, rumah Elsa letaknya paling dekat dengan komplek mereka perumahan hanya Tiara. Rumah jalan. Abby, Dari Fatya, dan Jill juga berdekatan, komplek berseberangan rumah Elsa dan Tiara hanya butuh waktu sekitar 5 menit setelah lampu merah di perempatan jalan untuk bisa sampai ke

rumah tiga sohibnya ini. Rumah Laras juga tidak bisa dikatakan jauh, hanya letaknya tidak sedekat posisi rumah Tiara dan yang lainnya, tetapi mereka masih satu kawasan. Yang paling jauh justru Kayla. Untuk bisa mencapai rumah Kayla, mereka membutuhkan waktu sekitar 45 - 60 menit. Karena itu juga Kayla sering telat menuju komplek sekolahnya yang letaknya justru dekat dengan kawasan perumahan Tiara. Tak lama muncullah sebuah mobil Honda Jazz coklat muda di gerbang SMA Wijaya Bangsa dan siap meliuk untuk parkir. Nongol tuh dia, kata Abby seraya menunjukkan arah mobil Kayla parkir. Kayla Amelia, itu nama lengkap Kayla yang sering dipanggil Key oleh teman-temannya. Key alias Kayla punya postur setinggi Abby, dengan rambut model bob, dari dulu udah langganan telat dan itu bikin melotot sohib-sohibnya

termasuk Tiara. Apalagi anaknya suka nggak nyambung juga. Kayla tergopoh-gopoh keluar dari mobilnya dan kemudian tiba-tiba ia menepuk dahinya, berbalik menuju mobil. Tasnya ketinggalan! Ya elahhh emang dasar tuh ya si Key!, Tiara dan sohib-sohibnya cuma bisa gelenggeleng kepala. Lo semua udah pada dateng ya? Hehe.., ucap Kayla santai. Fatya yang perfeksionis langsung melotot, Bukan hehe kali Keeyyylo tuh udah hampir telaaaattt!. Lo sih, pake balik tidur lagi, udah gue bangunin juga, kata Tiara sambil memonyongkan bibirnya, Capek nih gueee, ngejar-ngejar bus, trus stress mikirin kalo gue sampe telat MOS hari pertama! Sori, sori, yang penting kan kita semua selamat. Alhamdulillah.., ucap Kayla sambil memposisikan tangannya berdoa.

Sohib-sohibnya langsung balik badan sambil memutar Bangsa. Tiara sendiri bernama lengkap Putri Mutiara. Tiara berambut paling panjang di antara sohib-sohibnya. Kalau yang paling lemot itu Kayla, maka menurut sohib-sohibnya, Tiaralah yang paling childish ketimbang yang lain. Abby merupakan sosok yang paling dewasa, Jill yang paling natural dan cuek, sementara Fatya paling jutek, Laras yang paling genit, dan Elsa yang paliiing kalem. Dengan kepribadian yang berbeda-beda itu, mereka bertujuh justru asyik menjalin persahabatan yang makin akrab makin harinya. Kadang dibumbui sedikit pertengkaran juga, sih. 3 hari kemudian, MOS berakhir. Kali ini Tiara dan keenam sohibnya sekelas lagi, di kelas X1. Tiara duduk sebangku dengan Fatya di baris terdepan, sementara di baris sebelahnya bola mata mereka, bersiap memasuki area lapangan upacara SMA Wijaya

Kayla dengan Elsa, di belakangnya Abby dengan Jill, dan Laras duduk sendiri di belakang Tiara. Bukan cuma karena jumlah mereka yang bertujuh, tapi jumlah siswa di kelas mereka memang ganjil. Pagi itu suasana SMA Wijaya Bangsa lebih riuh dari biasanya. Hysteria cewek-cewek senior dan junior menggema di seluruh sudut sekolah. Dan sudah pasti mengagetkan Tiara dan sohib-sohibnya. Ada apaan tuh?, Tiara segera berdiri melongok keluar lewat jendela kelasnya. Kalo dari situ doang mana bisa tau., kata Jill sambil menggerakkan jarinya menuntun sohib-sohibnya melangkah keluar kelas. Tungguin gueeee!, panggil Kayla yang dari tadi keasyikan bengong sama blackberrynya. Jill segera mengambil langkah cepat, berusaha menuju posisi terdepan ke balkon kelasnya. Tindakan Jill ini disusul Tiara, Tya ,

dan Abby. Yang kemudian diikuti Laras, Kayla, dan Elsa. Ini ada apaan sih? Kok ribut banget?, tanya Tiara lagi. Ada artis kali ya?, Kayla bergumam. Mana adaa.. kita kan baru MOS, masa langsung ada pensi?, Laras berpendapat. Tiba-tiba Jill berdecak. Ck! Pantesan heboh bener. Tuh Radith dateng. Kemaren waktu MOS 3 hari dia cabut dari sekolah., Jill menjawab sambil berbalik hendak kembali masuk kelas tapi langkahnya terhenti akibat serantai pertanyaan sohibsohibnya. Siapa tuh Radith? Cabut dari tanya sekolah Tiara maksudnya..bolos penasaran. Gue juga baru denger., Abby menimpali. Emang dia siapa sih? Nih sekolah jadi gegap gempita tuh gara-gara dia ya?, kata Tya. gitu?,

Jill menatap mereka dengan bingung. Lo semua ga tau Radith? Serius?, percaya. Ya kalo kita tau ngapain kita nanya, Jill, jawab Elsa polos. Jill menghela napas. Tuh, elo-elo liat kan segerombolan cowok di situ?, Jill menunjuk ke arah lima sampai enam cowok yang notabene cakep-cakep, sedang duduk santai di bangku semen di sudut lapangan. Mereka berbadan tinggi, mungkin sekitar 180 cm. Dari penampilan mereka bisa terlihat kalau mereka bukan pelajar biasa. Semua yang melekat di badan mereka kelihatan ekslusif. Tapi pemandangan itu menjadi semakin tak biasa terutama ketika salah seorang dari mereka mulai mengisap rokok. Aura bossy melekat sekali pada cowok satu itu, dan dia juga punya wajah paling ganteng di antara mereka. Kulitnya bersih dan katanya lagi seakan nggak

wajahnya

dingin,

namun

sesekali

ia

tersenyum geli, tertawa seraya mengobrol dengan teman segerombolannya itu. Keliatan banget kalau cowok itu emang bakat cakep dari lahir. Dalam hati, Tiara agak terpesona dengan cowok itu. Cakep amat tuh cowok. Tapi kenapa pake ngerokok segala sih di sekolah? Kalo guru-guru liat bakal apes tuh dia., batinnya. Nah, yang ngerokok itu tuh yang namanya Radith, anak kelas XI. Tiara seketika menoleh, Pantesan segitu hebohnya.. Ckckck.. Kayaknya dia bukan cowok biasa deh. Iya, lagian kok bisa2nya sih dia segitu santainya ngisep rokok? Ini tuh di sekolah kali., kata Elsa. Justru itu, gals. Bokapnya Radith itu tajir banget. Udah gitu, dia donator utama sekolah kita. Parahnya, Radith tuh suka berantem,

kalo buat ukuran lo semua sih serem. Tapi dia smart banget. Kelasnya aja di XI IPA 1., Jill menjelaskan, Makanya cewek-cewek di sini tuh pada klepek-klepek kalo liat dia. Yah gue sih nggak minat., ucap Jill cuek. Lo kok bisa tau soal dia sih, Jill?, tanya Tya penuh selidik. Sepupu gue tuh si Stella, satu angkatan sama Radith. Pas dia tau gue masuk sekolah ini dia langsung pidato soal Radith, eh ngedongeng ding, abis ceritanya panjang banget! Nggak ada anak SMA Wijaya Bangsa yang nggak kenal sama Radith, jelas Jill. Waduh, yang gue tangkep kok kayaknya dia preman ya? Ckckck..sekaligus anak donatur. Kok kesannya serem deh yaaa.., Kayla bergidik. Tiba-tiba Laras nyeletuk. Ada ceweknya ga ya?, ucap Laras ganjen sambil memainkan ujung rambutnya.

Seketika

Tiara

dan

teman-temannya

memelototi Laras. Gila lo, Ras! Mau naksir orang liat-liat dulu dong.. Radith yang itu? Macan buas tau lo!, pekik Abby. Kalo jadi penggemar doang sih silakan, orang cewek seantero sekolah pada suka kok sama si Radith, hahaha.. Tapiiii, Jill mendekatkan tubuhnya ke arah Tiara cs. Tapi apaan?, tanya Laras nggak sabar. Setengah berbisik Jill menjawab, Kakak senior yang naksir Radith tuh banyak banget! Levelnya kelas atas semua, cantik plus tajir. Dan setau gue dari SMP ada yang udah ngejar-ngejar dia sampai sekarang. Rossa!! Tiara cs langsung melongo. Rossa?? Siapa sih yang nggak kenal Rossa?! Namanya Rossa Sagita Dharmaya, ketua geng cewek sekolah di angkatan kelas XI, The Rascals. Bisa dibilang dia selevel sama Radith. Cantik, putih, tinggi, rambut panjang bergelombang

berwarna kecoklatan. Cowok mana sih yang bakal nolak deket-deket dia? Apalagi jadi cowoknya! Rossa putri pemilik pabrik otomotif ternama di Jakarta, dan berkat itu pula geng Rossa cukup dekat dan sering menghabiskan waktu bersama-sama geng Radith yang memang hobi ngetrek motor juga mobil. Walaupun Radith sendiri tidak ambil pusing apalagi peduli! Baginya, siapapun boleh berada di sekitarnya, selama nggak mengusik kehidupan pribadinya. Kaget kan lo semua?, Jill melanjutkan lagi, Rossa pernah nembak Radith dan di-T-O-L-AK! NGGAK MUNGKIIIINNNN!!!, pekik mereka bersamaan. Ssssstttt! Jangan kenceng-kenceng dong!, Jill merapatkan tubuhnya ke tembok sembari melirik sekeliling.

Lo nggak salah omong, Jill? Kak Rossa yang itu? Ditolak sama Kak Radith??, Tiara masih nggak bisa percaya. Iya nih, boong lo ya, Jill?, Elsa menganggukanggukkan kepalanya tanda setuju dengan pertanyaan Tiara. Jill menghela napas lagi. Waktu itu akhirnya sih Radith terpaksa pacaran sama dia. Duh kayaknya gue perlu cerita panjang lebar soal Radith dari nol nih. Udah berasa jadi Stella aja deh gue., Jill teringat Stella sang sepupu yang bercerita bak pejuang 1945, berkobarkobar penuh semangat. Bahkan saat merasa gregetan, Stella melayangkan tinjunya berkali-kali ke bantal dan guling di kamar Jill. Akhirnya mereka duduk di sebuah kursi panjang yang berada di samping kelas mereka, tepatnya di depan tangga kelas X-1, persis di balik pagar pembatas balkon. Jill duduk di tengah-tengah dan siap memulai cerita.

Radith itu anak tunggal dari pengusaha real estate paling ternama di Jakarta kita tercinta ini, Gold Abadi Group, sekaligus pemilik hotel level internasional Gold Resort yang punya cabang di beberapa belahan dunia. Namanya Prabu Hadiwinata Kusuma. Lo semua pada nonton tipi kan? Yeee elo ya Jill, emang kita kuper apa?, Abby menjulurkan lidahnya. Hah?? Nggak salah nih??, Elsa mangap lebar sampai-sampai lalat juga bisa masuk. Gue sih emang pernah denger, katanya putra tunggalnya itu kan sekolah di SMA kita. Tapi gue nggak nyangka kalo orangnya itu.. Radith!, Fatya masih terkesima. Ckckck..Pantesan kagum. Banyak yang naksir. Banget. Makanya tuh cewek-cewek suka berseliweran di antara gengnya Radith. Tujuannya sih buat ajalaaah banyak yang naksir, berlian gitu loh., Kayla berdecak

ngedeketin Radith. Tapi si Radith justru nolak mereka semua. Mentah-mentah malah. Sekarang sih dia single., jelas Jill. Masa iya??, Tiara membelalakkan matanya yang memang sudah belo. Radith itu orangnya nggak ketebak. Dibilang introvert juga nggak bisa. Ada bagian diri dia yang kelewat extrovert. Baik tapi juga serem. Open-minded tapi juga close-minded. Cuek tapi bertanggung jawab juga. Setau gue dia emang pernah pacaran beberapa kali, itu juga karena dipaksa si cewek dan temen-temen gengnya. Tapi palingan 5 hari, mereka sendiri yang nggak tahan, soalnya si Radith tuh kelewat dingin. Si Rossa juga digituin sama dia. Tapi si Rossa katanya masih suka., beber Jill. Buset.. emang dia nggak pernah serius naksir orang apa? Cool amat sih! Bisa naksir nih gue! Huahaha.., Laras berbinar-binar.

Jangan ngaco deh lo, Ras. Lo mau saingan sama cewek satu sekolah? Yang ada patah hati lo ntar.., nasihat Abby. Laras cuma nyengir. Hehehe gue becanda doang iniii.. lagian yang kayak gitu mah bukan tipe gue, tipenya Tiara tuuuh.., Laras melirik ke arah Tiara sambil mengedipkan satu matanya. Tipe gue sih tipe gue, tapi nggak deh kalo dia. Males gue. Yang ada masa SMA gue jadi suram!, Tiara menggeleng-gelengkan kepalanya sambil buru-buru menarik diri dari balkon. Sejenak ia menatap ke arah Radith, dan di saat yang bersamaan Radith menoleh ke arahnya. Deg! Jantung Tiara berdebar tidak karuan. Buru-buru ia mengalihkan pandangan dari Radith dan berjalan ke dalam kelas. Sementara sohib-sohibnya yang tidak melihat itu semua hanya cekikikan.

CHAPTER 2 Lo semua udah mutusin mau masuk ekskul apa?, Laras memulai pembicaraan di kantin siang itu. Sebagai anak kelas X yang baru masuk, mereka memang harus memilih ekskul untuk diikuti. Lagipula itu merupakan salah satu agenda wajib bagi siswa-siswa SMA Wijaya Bangsa, karena nilai ekskul juga masuk rapor. Gue sih ikut ekskul Penyiar., Abby menarik bangku untuk diduduki di sebelah Kayla yang sedari Kayla tadi sibuk mengisi lalu formulir pendaftaran, Lo ikut apa, Key? mendongak, memperlihatkan formulirnya pada teman-temannya. Nih, gue ikut ekskul Mading. Hehehe. Wah, mau jadi wartawan lo? Hahahaha., celetuk Tiara.

Nggak

jamin

deh

beritanya

akurat.

Hahahaha., Jill menimpali. Yang lain ikut tertawa, bahkan ngakak. Kayla manyun sendiri. Sialan lo pada! Gini-gini gue tuh kreatif tau. Wekkk!, Kayla meletin sohib-sohibnya yang memang hobi meledeknya. Iya, iya, gue tau elo tuh kreatif. Saking kreatifnya suka nggak nyambung! Orang pada bikin tulisan A, elonya bikin Z. Hahahaha. Wekkkk!, Fatya balas melet. Ih sirik lo sama gueeee tar lo liat aja, tuh mading bakal gue bikin warna warni biar lebih idup!, ucap Kayla bangga. Yang namanya mading itu ya, emang warnawarni dari sononya kali. Nggak usah nunggu elo gabung segala., Abby tertawa. Trus, lo semua gimana? Tiara menyeruput Moccacinonya. Gue ikut ekskul seni.

Oh iya ya Ra, katanya di ekskul seni ada seni rupa, musik, bikin komik sama cerpen juga ya? Pantes lo ikut, hobi sih ya., Fatya mengangguk-angguk. Hehe, iya, gue seneng aja. Lumayan nyalurin hobi gue. Lo ikut apa, Tya? Gue? Ekskul Konsultasi nih. Tempat sebuah curhatnya anak-anak satu sekolah. Asik sih kayaknya., Fatya menyodorkan brosur ekskul konsultasi yang kemudian

dipegang Tiara bergantian dengan yang lain. Nah, Jill, Laras, sama Elsa gimana?, tanya Kayla yang ikut melihat-lihat brosur milik Fatya. Gue biasa, basket., Jill mengibaskan poninya yang mirip Justin Bieber. Gue milih Boga, gue kan seneng masak!, Elsa mengeluarkan beberapa buku resep masakan yang tadi dipinjamnya dari perpustakaan.

Wah banyak banget bawaan lo, Sa. Ini ya yang tadi lo pinjem di perpus?, Kayla membuka-buka sebuah buku resep masakan Itali yang diletakkan Elsa di meja. Jill mengalihkan pandangannya ke Laras. Nah, kalo elo kayaknya kita ga perlu nanya lagi deh, Ras. Jill mengacungkan pompom kuning yang sedari tadi dipegang-pegang Laras. Cheerleader??, mata Elsa terbelalak. Laras cengengesan. Wuihh.. mau ngeganjenin siapa lo, Ras? Siapa lagi nih yang bakal lo jadiin mangsa?, Abby meledek. Sejak SMP Laras memang terkenal suka bergonta-ganti pacar, senang mendua, bahkan tiga. Ini membuat sohibsohibnya geleng-geleng kepala dan sering pusing akibat ulah Laras. Pacar terakhir lo kemaren, siapa tuh, gue lupa, pernah liat mukanya juga nggak., kata Tiara.

Yeee, ini nggak ada hubungannya sama mantan-mantan gueee Cerita cinta masa SMA yang indah..bakal segera dimulai temantemanku sohibnya. Tiara cs hanya bisa memble melihat tingkah Laras. Ckckck.. belum berubah juga ni anak! Batin mereka. Keramaian kantin mendadak hening. sayanggg!, jarinya ucap di Laras sambil sohibmenjentikkan hadapan

Segerombolan cowok dengan badge kelas XI memasuki area tempat makan itu. Anak-anak lain buru-buru menyingkir agar tidak menghalangi langkah mereka. Seorang cowok beranting satu di kuping kiri dengan seragam yang berkibar dari tertiup celana, angin, berjalan karena paling dikeluarkan

depan. Radith!

Buset! Ni orang dari deket ternyata emang bener ganteng banget. Bakat cakep beneran nih. Rutuk Tiara dalam hati. Tapi ia buru-buru menepis pikirannya itu. Wah, ada gengnya Radith! Mereka ke sini pula!, Tya berbisik di antara sohib-sohibnya. Tenang aja, selama kita nggak nyari ribut, fine-fine aja kali,, Jill meneruskan menyuap nasi gorengnya. Udah, terusin aja obrolan kita tadi., Tiara sok cuek. Radith dan gengnya mengambil tempat persis di sebelah meja Tiara cs. Tiara yang sedari tadi sok cuek sebenarnya nervous abis. Gimanapun juga Radith ini pesonanya.bikin meleleh banget deh! Susah dielak! Tapi karena basicnya Tiara memang tergolong cuek dari luar, so its not a big problem. Eh, pulang sekolah katanya semua ekskul ngadain meeting sama anggota baru ya? Kalo

gitu kita semua pulang sore dong!, Abby melanjutkan pembicaraan. Iya, malah gue udah disuruh bikin tokoh komik favorit atau nyanyi lagu favorit gue buat siang ini., kata Tiara. Trus lo bakal nyanyi apaan?, tanya Abby lagi, Broken Vow aja dong, Raaaaa.. Ih males banget gue nyanyi. Gue udah bikin gambar tokoh komik favorit gue! Siapa tuh yang lo gambar? Jangan bilang Doraemon., kata Laras. Kalo lo sohib gue, harusnya elo ga usah nanya lagi, Ras., kata Tiara. Hahaha iyaaa gue tauuu Sailor Moon kan?? Hahaha, Laras dan sohib-sohibnya terbahakbahak. Elo tuh, udah umur segini juga, masiiih aja suka sama Sailor Moon cs. Hahaha. Ngaco banget deh jalan pikiran lo, Ra. Hmmppph!, Jill menahan tawanya.

Niih, pake bando lo yang beneerrr. Hahaha, Kayla memasangkan bando biru yang tadi dilepas Tiara di kelas. Tiara memonyongkan bibirnya sambil memperbaiki posisi bandonya agar melekat rapi di kepalanya. Nah kalo lo pake bando, lo malah lebih mirip sama tokoh kartun Magic Knight Rayearth tuh, yang biruu.., lagi-lagi Jill tertawa terbahakbahak. Radith menoleh ke arah Tiara. Dia langsung terkekeh geli. Rupanya sedari tadi ia tanpa sengaja mendengar obrolan Tiara dan sohibsohibnya, tindakan Tiara memasang bando barusan memang langsung mengingatkannya pada tokoh Umi Ryuzaki di kartun zaman jebot, Magic Knight Rayearth. Hahaha! Kenapa lo, Dith?, Axel, salah satu sohib Radith yang bingung dengan senyuman di wajah Radith mencoba bertanya.

Nggak. Inget something doang. Haha.., Radith masih tertawa. Tidak lama, Tiara cs berdiri dari bangkunya hendak meninggalkan kantin. Tiara yang sok cool tapi sebenarnya rada ceroboh tiba-tiba tersandung Laras. Aduuuh!, rintih Tiara dan Laras bersamaan. Radith seketika menoleh lagi. Ia heran dengan gadis Aneh! berbando Lagi-lagi biru ia di hadapannya menahan ini. tawa Kelihatan jutek, tapi ceroboh. Dingin tapi lucu. menyaksikan adegan di depannya ini. Ya ampun, Tiaraaaa, lo dendam ya sama gue gara2 gue ledekin tadi? Pake nyosor batok kepala gue segala., Laras meringis seraya mengusap2 kepalanya. Geer banget sih lo! Gue nggak sengaja tau, nih salahin bangku nih, pake ngalangin jalan kaki bangkunya sendiri dan akhirnya kepalanya kejeduk belakang kepala

aja.

Lagian

elo

sih

jalannya Tiara

lelet,

jadi

kepentok

gue

kan.,

menjawab

sekenanya sambil menjulurkan lidah dengan tangan yang juga mengusap-usap dahinya. Hahahaha.. udah ah udah, buruan balik ke kelas deh, udah mau bel girls! Abis ini kan pelajaran olahraga, ganti bajuuu!, Fatya menengahi sambil menarik tangan keduanya. Abby dan yang lain hanya terkikik geli di belakang mereka. Sesampainya di lapangan untuk pelajaran olahraga, betapa terkejutnya Tiara. Ternyata jam olahraga mereka berbarengan dengan jam olahraga kelas Radith. Firasat nggak enak nih!!!! Pekiknya dalam hati. Cewek-cewek teman sekelas Tiara sih pada heboh plus kegirangan bisa ngabisin waktu dua jam pelajaran buat ngecengin Radith. Siapa tahu Radith tertarik sama mereka.

Pak Ifit, guru Olahraga kelas X-1 segera meniupkan peluit tanda berkumpul. Kelas Tiara segera merapatkan diri berbaris di pinggir lapangan. Nah, anak-anak, hari ini kita akan praktek basket. Bagaimana mendribble bola dan bagaimana mencetak skor. Hah? Basket? aduh gue paling payah nih sama basket!, gerutu Tiara. Ah elo mah semua cabang olahraga juga payah, Ra. Hahaha., Jill meledek. Sohib-sohib Tiara paling tahu bahwa Tiara paling lemah di bidang olahraga. Bahkan lari sekalipun. Nilai olahraga di rapornya hanya berkisar 6 7, nggak pernah lebih dari itu. Karenanya, Tiara selalu merutuki pelajaran olahraga yang selalu merusak pemandangan di rapornya selama ini. Bahkan waktu masih TK, ia sering ngotot mau bolos dari sekolah setiap ada jam senam pagi.

Sementara kelas Tiara sibuk dengan arahan guru mereka, kelas Radith justru dibebaskan untuk berolahraga apa saja. Sebagian dari mereka mengambil posisi di lapangan futsal, dan sebagian lagi di lapangan basket. Perlu diketahui, Bangsa lapangan ada dua basket buah SMA dan WIjaya letaknya

bersebelahan. Yang satu digunakan kelas Radith, dan satunya lagi digunakan kelas Tiara. Radith sendiri memilih lagi berada yang di jadi lapangan basket. Satu

kelebihan Radith. Ternyata dia jago banget basket! Tiara cs dan teman-teman sekelasnya melongo melihat pemandangan itu. Sementara cewek-cewek sekelas Radith riuh. Radith sih cuek-cuek aja. Sesekali ia tertawa bersama teman-teman segengnya di tengahtengah permainan basket mereka. Sebelumnya kita pemanasan. Lari 2 putaran keliling lapangan!, perintah Pak Ifit.

Kelas

X-1

segera Tiara

berlari

mengelilingi malas. berlari Laras,

lapangan. apapun

berlari lari.

dengan Ia dan

Maklum, dia memang nggak suka olahraga termasuk dengan berdampingan Fatya

sementara di depannya ada Jill, Abby, dan Kayla. Sesaat mata Kayla bertemu dengan mata seorang cowok yang sedang duduk berdiri bertopang dagu di pagar balkon kelas XI IPA 2. Cowok yang manis. Tapi apa dari tadi dia merhatiin gue? Batin Kayla. Putaran kedua, cowok itu masih memperhatikan Kayla. Ih, kok tuh cowok ngeliatin gue kek gitu sih?? Risih niih!, ucap Kayla yang masih berlari secara tiba-tiba dan didengar sohib-sohibnya. Hah? Cowok mana, Key?, Tiara langsung celingak celinguk melihat sekeliling. Mana? Mana?, Abby, Laras, dan Elsa juga ikutan celingak celinguk. Jill dan Fatya hanya menoleh sekilas.

Tuh di atas, di depan kelas XI IPA 2!, Kayla menjawab sambil terus berlari. Tiara cs segera menoleh ke kelas yang dimaksud Kayla. Cowok itu terkejut dan langsung memalingkan muka. Kelas cowok itu rupanya sedang kosong. Namun hanya ada dia dan beberapa temannya yang bertengger di balkon. Selebihnya cewek-cewek hanya duduk di bangku depan kelas mereka. Wuih, cakep juga!, seloroh Laras. Iya, ya. Manis., Elsa menyikut Kayla. Dia naksir elo kali, Key., kata Jill. Apa? Naksir gue? Gue baru ini liat dia tau!, bantah Kayla. Buktinya ngapain dia ngeliatin lo segitunya?, Tiara menimpali. Anak kelas XI tuh, IPA pula, pasti pinter deh., Febby beropini. Secret admirer Key niiih, tar gue cari info deh buat elo, Key., Fatya mengedipkan satu matanya.

Lo semua kok jadi lebay gini sih?? Emang siapa yang bilang dia naksir gue? Udah laah, tar gue bantu Tya cari tau. Santaaii.., ucap Jill cuek. Kayla jadi manyun sendiri dan mempercepat larinya. Meninggalkan teman-temannya di belakang. Tiara cs hanya cekikikan sambil kembali melihat ke arah cowok di kelas XI itu. Cowok itu masih menatap Kayla dari kejauhan. Keadaan di lapangan basket tempat Radith berdiri sungguh berkebalikan dengan kondisi lapangan basket yang digunakan kelas Tiara. Tepat seperti yang sudah diperkirakan Tiara sendiri dan sohib-sohibnya. Tiara kesulitan mendribble bola, apalagi memasukkannya ke ring. Kontan saja teman-temannya tertawa. Pak Ifit sudah meninggalkan lapangan dan kembali urusan. ke ruang guru karena sesuatu

Ah berisik lo ah! Diem deh diem, gue mesti konsen nih!, Tiara cemberut. Radith mengamati Tiara di sela-sela permainan basketnya dan selalu terkekeh geli setiap melihat reaksi Tiara ketika dirinya gagal memasukkan bola ke ring atau saat ia mencoba mendribble bola di tangannya. Selain selalu meleset, bola di tangannya sering terlepas karena cara memegang bola yang salah. Radith baru menyadari, kali ini Tiara tidak mengenakan bando biru yang tadi dilihatnya di kantin. Gantinya, rambutnya yang panjang diikat ekor kuda dengan ikat rambut warna biru. Dalam hati Radith berucap, Coba kalo rambutnya diiket dua, trus pake cepol, persis Sailor Moon deh tu anak, hahaha. Tiba-tiba BUUUUK!! Bola basket yang dilempar Tiara melayang ke arah Radith. Semua yang melihat menahan

napas. OMAIGAAAATTTTT!!! Kena Radith! Abis deh ni anak! Semua orang tentu berpikir demikian. Siapa yang tidak tahu reaksi Radith apalagi kalau sudah marah. Boro-boro mau minta tolong orang, pokoknya kalau sudah berurusan eloooo! Radith beberapa memegangi detik tadi bola telah basket yang menimpuknya. sama Radith, itu mah derita

Rupanya bola itu mengenai pipinya. Sekarang pipinya jadi berwarna kemerahan, namun itu semua tidak mengurangi ketampanan di wajah Radith. Bola siapa nih yang berani nyium pipi gue?!, bentak Radith. Sebenarnya Radith tahu itu bola yang sedari tadi digunakan Tiara. Berbeda dari biasanya, kalau dalam keadaan seperti ini ia biasa mengamuk, kali ini ia sama sekali tidak marah dan justru ingin tertawa terbahak-bahak tapi ditahan. Ia menatap ke arah Tiara yang mulai

pucat. Ia jadi geli melihatnya. Cewek ini! Hahaha! Radith berjalan menghampiri Tiara. Ia mendekat dan berdiri tepat di hadapan Tiara. Elo yang lempar gue?, tanyanya dingin. Tiara makin pucat. Selain takut, ia juga degdegan melihat Radith dari jarak sangat dekat. Radith maju beberapa langkah dan membuat Tiara terdesak mundur hingga punggungnya menyentuh tembok. Ini elo yang lempar kan? Hmm? Pandangan Tiara berusaha menggapai sohibsohib dan teman-teman sekelasnya. Tapi mereka Radith? Tiara menelan ludah, Ng.. i..iya,Kak.. Maaf banget, ya Kak, tapi saya nggak sengaja, Kak! Beneran!, Radith. katanya berusaha meyakinkan hanya ternganga di tempat. Ya iyalah! Mana ada yang berani ngelawan

Duh ni orang kayaknya bakal ngamuk sama gue. Mampuusss! Mimpi apa nih gue semaleeemm?? Batinnya. Di hadapannya kini berdiri sosok Radith yang menatapnya tajam.

Você também pode gostar