Você está na página 1de 10

Mengenang Sejarah Kabah

Posted by aan on August 9, 2011 in Kisah Umat Terdahulu 0 Comment Kabah awalnya dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Syist, melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Kabah ikut musnah dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin Ibnu Katsir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israil), bukan dari Nabi Muhammad. Kabah yang dibangun Ibrahim pernah rusak pada masa kekuasaan Kabilah Amaliq. Kabah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat Ibrahim tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah Jurhum, Kabah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci. Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Kabah selepas Nabi Ibrahim. Di masa Qusai ini, tinggi Kabah ditambah menjadi 25 hasta dan diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian disimpan oleh Qusai, hingga masa Kabah dikuasai oleh Quraisy pada masa Nabi Muhammad. Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy terhitung ada 2.645 tahun. Pada masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk mengharumkan Kabah. Kiswah Kabah pun terbakar karenanya sehingga juga merusak bangunan Kabah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga menambah kerusakan Kabah. Peristiwa kebakaran ini yang diduga membuat warna Hajar Aswad yang semula putih permukaannya menjadi hitam. Untuk membangun kembali Kabah, bangsa Quraisy membeli kayu bekas kapal yang terdampar di pelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu kapal itu kemudian digunakan untuk atap Kabah dan tiga pilar Kabah. Pilar Kabah dari kayu kapal ini tercatat dipakai hingga 65 H. Potongan pilarnya tersimpan juga di museum. Empat puluh sembilan tahun sepeninggal Nabi (yang wafat pada 632 Masehi atau tahun 11 Hijriah), Kabah juga terbakar. Kejadiannya saat tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi, yaitu di masa penguasa Abdullah bin Az-Zubair, cucu Abu Bakar, yang berarti juga keponakan Aisyah. Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Kabah diruntuhkan terlebih dulu. Abdullah AzZubair membangun Kabah dengan dua pintu. Satu pintu dekat Hajar Aswad, satu pintu lagi dekat sudut Rukun Yamani, lurus dengan pintu dekat Hajar Aswad. Abdullah bin AzZubair memasang pecahan Hajar Aswad itu dengan diberi penahan perak. Yang terpasang sekarang adalah delapan pecahan kecil Hajar Aswad bercampur dengan bahan lilin, kasturi, dan ambar. Jumlah pecahan Hajar Aswad diperkirakan mencapai 50 butir. Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima dari Bani Umayyah yang mulai menjadi khalifah pada 692 Masehi),

memberitahukan bahwa Abdullah bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Kabah dan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bangunan Kabah. Hajjaj ingin mengembalikan Kabah seperti di masa Quraisy; satu pintu dan Hijir Ismail berada di luar bangunan Kabah. Maka, oleh Hajjaj, pintu keduayang berada di sebelah barat dekat Rukun Yamaniditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula, yakni berada di luar bangunan Kabah. Akan tetapi, Khalifah Abdul Malik belakangan menyesal setelah mengetahui Kabah di masa Abdullah bin AzZubair dibangun berdasarkan hadis riwayat Aisyah. Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid hendak mengembalikan bangunan Kabah serupa dengan yang dibangun Abdullah bin Az-Zubair karena sesuai dengan keinginan Nabi. Namun, Imam Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Kabah sebagai bangunan yang selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin. Pada 1630 Masehi, Kabah rusak akibat diterjang banjir. Sultan Murad Khan IV membangun kembali, sesuai bangunan Hajjaj bin Yusuf hingga bertahan 400 tahun lamanya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Abdul Aziz. Sultan inilah yang memulai proyek pertama pelebaran Masjidil Haram.

Ashabul Ukhdud (Para Pembuat Parit)


Posted by aan on April 30, 2011 in Kisah Umat Terdahulu 1 Comment Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Shuhaib bin Sinan radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Pada zaman dahulu, sebelum masa kalian ada seorang raja, dia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir ini sudah semakin tua, dia berkata kepada raja tersebut: Saya sudah tua, carikan untukku seorang pemuda remaja yang akan saya ajari sihir. Maka raja itupun mencari seorang pemuda untuk diajari ilmu sihir. Adapun pemuda itu, di jalanan yang dilaluinya (menuju tukang sihir) itu ada seorang rahib (ahli ibadah). Lalu dia duduk di majelis rahib tersebut, mendengarkan wejangannya dan ternyata uraian tersebut menakjubkannya. Akhirnya, jika dia mendatangi tukang sihir itu, dia melewati majelis si rahib dan duduk di sana. Kemudian, setelah dia menemui tukang sihir itu, dia dipukul oleh tukang sihir tersebut. Pemuda itupun mengadukan keadaannya kepada si rahib. Kata si rahib: Kalau engkau takut kepada si tukang sihir, katakan kepadanya: Aku ditahan oleh keluargaku. Dan jika engkau takut kepada keluargamu, katakan kepada mereka: Aku ditahan oleh tukang sihir itu.

Ketika dia dalam keadaan demikian, datanglah seekor binatang besar yang menghalangi orang banyak. Pemuda itu berkata: Hari ini saya akan tahu, tukang sihir itu yang lebih utama atau si rahib. Diapun memungut sebuah batu dan berkata: Ya Allah, kalau ajaran si rahib itu lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini agar manusia bisa berlalu. Pemuda itu melemparkan batunya hingga membunuhnya. Akhirnya manusiapun dapat melanjutkan perjalanannya. Kemudian pemuda itu menemui si rahib dan menceritakan keadaannya. Si rahib berkata kepadanya: Wahai ananda, hari ini engkau lebih utama daripadaku. Kedudukanmu sudah sampai pada tahap yang aku lihat saat ini. Sesungguhnya engkau tentu akan menerima cobaan, maka apabila engkau ditimpa satu cobaan, janganlah engkau menunjuk diriku. Pemuda itupun akhirnya mampu mengobati orang yang dilahirkan dalam keadaan buta, sopak (belang), dan mengobati orang banyak dari berbagai penyakit. Berita ini sampai ke telinga teman duduk sang raja, yang buta matanya. Diapun menemui pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, lalu berkata: Semua hadiah yang ada di sini adalah untuk engkau, saya kumpulkan, kalau engkau dapat menyembuhkan saya (dari kebutaan ini). Anak muda itu menjawab: Sebetulnya, saya tidak dapat menyembuhkan siapapun. Tapi yang menyembuhkan itu adalah Allah Subhanahu wa Taala. Kalau engkau beriman kepada Allah Subhanahu wa Taala, saya doakan kepada Allah Subhanahu wa Taala, tentu Dia sembuhkan engkau. Teman sang raja itupun beriman kepada Allah Subhanahu wa Taala, lalu Allah Subhanahu wa Taala menyembuhkannya. Kemudian dia menemui sang raja dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja itu berkata kepadanya: Siapa yang sudah mengembalikan matamu? Dia menjawab: Rabbku. Raja itu menukas: Apa kamu punya tuhan selain aku? Orang itu berkata: Rabbku dan Rabbmu adalah Allah Subhanahu wa Taala. Raja itupun menangkapnya dan tidak berhenti menyiksanya sampai dia menunjukkan si pemuda. Akhirnya si pemuda ditangkap dan dibawa ke hadapan raja tersebut. Sang raja berkata: Wahai anakku, telah sampai kepadaku kehebatan sihirmu yang dapat menyembuhkan buta, sopak, dan kamu berbuat ini serta itu. Pemuda itu berkata: Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun. Tapi yang menyembuhkan itu adalah Allah Subhanahu wa Taala. Raja itu menangkapnya dan terus menerus menyiksanya sampai dia menunjukkan si rahib. Akhirnya si rahib ditangkap dan dihadapkan kepada sang raja dan dipaksa: Keluarlah dari agamamu. Si rahib menolak. Raja itu minta dibawakan sebuah gergaji, lalu diletakkan di atas kepala si rahib dan mulailah kepala itu digergaji hingga terbelah dua. Kemudian diseret pula teman duduk raja tersebut, dan dipaksa pula untuk kembali murtad dari keyakinannya. Tapi dia menolak. Akhirnya kepalanya digergaji hingga terbelah dua.

Kemudian pemuda itu dihadapkan kepada raja dan diapun dipaksa: Keluarlah kamu dari keyakinanmu. Pemuda itu menolak. Akhirnya raja itu memanggil para prajuritnya: Bawa dia ke gunung ini dan itu, dan naiklah. Kalau kalian sudah sampai di puncak, kalau dia mau beriman (bawa pulang). Kalau dia tidak mau, lemparkan dia dari atas. Merekapun membawa pemuda itu ke gunung yang ditunjuk. Si pemudapun berdoa: Ya Allah, lepaskan aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki. Seketika gunung itu bergetar dan merekapun terpelanting jatuh. Pemuda itu datang berjalan kaki menemui sang raja. Raja itu berkata: Apa yang dilakukan para pengawalmu itu? Kata si pemuda: Allah Subhanahu wa Taala menyelamatkanku dari mereka. Kemudian raja itu menyerahkan si pemuda kepada beberapa orang lalu berkata: Bawa dia dengan perahu ke tengah laut. Kalau dia mau keluar dari keyakinannya, (bawa pulang), kalau tidak lemparkan dia ke laut. Merekapun membawanya. Si pemuda berdoa lagi: Ya Allah, lepaskan aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki. Perahu itu karam dan mereka pun tenggelam. Sedangkan si pemuda berjalan dengan tenang menemui sang raja. Raja itu berkata: Apa yang dilakukan para pengawalmu itu? Kata si pemuda: Allah Subhanahu wa Taala menyelamatkanku dari mereka. Lalu si pemuda melanjutkan: Sesungguhnya engkau tidak akan dapat membunuhku sampai engkau melakukan apa yang kuperintahkan. Sang raja bertanya: Apa itu? Kata si pemuda: Kau kumpulkan seluruh manusia di satu tempat, kau salib aku di sebatang pohon dan ambil sebatang panah dari kantung panahku kemudian letakkan pada sebuah busur lalu ucapkanlah: Bismillah Rabbil ghulam (Dengan nama Allah, Rabb si pemuda), dan tembaklah aku dengan panah tersebut. Kalau engkau melakukannya niscaya engkau akan dapat membunuhku. Raja itupun mengumpulkan seluruh manusia di satu tempat dan menyalib si pemuda, kemudian mengeluarkan anak panah dari kantung si pemuda lalu meletakkannya pada sebuah busur dan berkata: Bismillahi Rabbil ghulam, kemudian dia melepaskan panah itu dan tepat mengenai pelipis si pemuda. Darah mengucur dan si pemuda segera meletakkan tangannya di pelipis itu dan diapun tewas. Serta merta rakyat banyak yang melihatnya segera berkata: Kami beriman kepada Rabb si pemuda. Kami beriman kepada Rabb si pemuda. Kami beriman kepada Rabb si pemuda. Raja itupun didatangi pengikutnya dan diceritakan kepadanya: Apakah anda sudah melihat, apa yang anda khawatirkan, demi Allah sudah terjadi. Orang banyak sudah beriman (kepada Allah). Lalu raja itu memerintahkan agar menggali parit-parit besar dan menyalakan api di dalamnya. Raja itu berkata: Siapa yang tidak mau keluar dari keyakinannya, bakarlah hidup-hidup dalam parit itu. (Atau: ceburkan ke dalamnya). Merekapun melakukannya, sampai akhirnya diseretlah

seorang wanita yang sedang menggendong bayinya. Wanita itu mundur (melihat api yang bernyala-nyala), khawatir terjatuh ke dalamnya (karena sayang kepada bayinya). Tapi bayi itu berkata kepada ibunya: Wahai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya engkau di atas al-haq. Allah Subhanahu wa Taala menceritakan kisah ini juga dalam Kitab-Nya yang mulia dalam surat Al-Buruj: Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orangorang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. Itulah kisah yang Allah Subhanahu wa Taala ceritakan dalam Kitab-Nya yang mulia agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudah mereka.

Kisah Nabi Idris (2-end)


Posted by aan on March 14, 2011 in Kisah Umat Terdahulu 0 Comment

Malaekat Izrail membawa Nabi Idris ke Syurga dan ke Neraka Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan rasa sakit dari maut itu? Bila seekor binatang dikelupas kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya.Jawab Nabi Idris a.s. Lalu Malaikat Izrail berkata Padahal kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap siapapun sebelum tuan. Kemudian Nabi Idris berkata Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, yaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu. Malaikat Izrail menjawab Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT. Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, api yang membara, timah yang mendidih, pohon yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain. Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, yaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Lalu Malaikat Izrail menjawab Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT. Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga. Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para waliwaliNya. Berupa buah-buahan, pohon-pohon yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain. Kemudian Nabi Idris berkata: Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka? Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga. Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan. Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: Ya Idris, keluarlah!. Nabi Idris menjawab Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Ali-Imran: 185) Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud: Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu. (Maryam: 71) Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud:

Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Syurga). (Al-Hijr: 48) Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan di azali, bahwa ia akan bertempat tinggal di Syurga. Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya bermaksud: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 56-57) Nabi Idris di dalam Al-Quran dan Hadits Terdapat empat ayat yang berhubungan dengan Idris dalam Al-Quran, dimana ayat-ayat tersebut saling terhubung didalam Surah Maryam (Maryam) dan Surah Al-Anbiya (Nabi-nabi). Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris(yang tersebut) di dalam AlQuran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Quran 19:56-57) Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh. (Quran 21:85-86) Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam salah satu surga selama Miraj. Diriwayatkan dari Abbas bin Malik Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, disana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku). Ini adalah Idris, berilah dia salammu. Maka aku mengucapkan salam kepadanya dan ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata. Selamat datang,Wahai saudaraku yang alim dan nabi yang saleh. (Sahih Bukhari) Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini: Ibnu Abbas berkata, Daud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala. (HR Al-Hakim)

Muhammad SAW Sahabat Nabi Ummul Mukminin Alim Ulama Kisah Umat Terdahulu Masjid Sekitar Kita

Penggembala Buta Huruf Yang Cerdik

Posted by aan on February 17, 2011 in Kisah Umat Terdahulu 1 Comment

Seorang lelaki yang sedang sibuk menggembalakan dombadombanya di padang rumput dihampiri seorang cendekiawan. Terjadilah perbincangan antara keduanya. Dari perbincangan itu, cendekiawan itu mengetahui bahwa penggembala itu buta huruf. Mengapa engkau tidak belajar? Tanya cendekiawan. Aku telah mendapatkan sari semua ilmu. Karena itu, aku tidak perlu belajar lagi, jawab penggembala mantap. Coba jelaskan pelajaran apa yang telah kamu peroleh! pinta sang cendekiawan. Sambil menatap lelaki berpenampilan rapi itu, penggembala menjelaskan : Sari semua ilmu pengetahuan ada lima. Pertama, selagi masih ada peluang untuk bersikap jujur, aku tidak akan pernah berbohong. Kedua, selama masih ada makanan halal, aku tidak akan pernah memakan makanan haram. Ketiga, jika masih ada cela (kekurangan) dalam diriku, aku tidak akan pernah mencari-cari (mempersalahkan) keburukan orang lain. Keempat, selagi rizki Allah masih ada di bumi, aku tidak akan memintanya kepada orang lain. Kelima, sebelum menginjakkan kaki di surga, aku tidak akan pernah melupakan tipu daya setan. Cendekiawan itu sangat kagum atas jawaban penggembal seraya berkata, Kawan, semua ilmu telah terkumpul dalam dirimu. Siapapun yang mengetahui kelima hal yang kau sebutkan tadi dan dapat melaksanakanya, pasti dapat mencapai tujuan ilmu-ilmu Islam serta tidak memerlukan buku-buku ilmu dan filsafat.

Você também pode gostar