Você está na página 1de 4

ASEAN diantara arus kepentingan Amerika dan China

Persaingan

antara

China

dan

Amerika

dalam

membangun

infrastruktur dan suprastruktur negara serta peran kedua negara dalam hal penyebaran pengaruh global telah menjadi pembicaraan hangat para pemerhati politik internasional selama beberapa tahun terakhir. Kawasan Asia-Pasifik menjadi fokus kedua pihak dalam melancarkan pengaruhnya dan salah satu negara yang diantara perebutan pengaruh itu adalah Indonesia. Diawali dengan kebangkitan China dalam membangun ekonomi, hingga kita bisa melihat banyak sekali produk bertuliskan Made in China yang kini terlihat jelas di mana-mana yang melingkupi beragam produk elektronik, perkakas rumah tangga, alat tulis, telepon genggam dan lain sebagainya. Pengaruh China seakan-akan telah menyebar di seluruh penjuru dunia. Tidak banyak yang menyadari bahwa bangsa China telah menghasilkan suku cadang untuk Boeing 757 dan menjelajahi luar angkasa dari hasil teknologi sendiri. Sejak awal abad ke-21, para ahli memandang bahwa kebangkitan Cina merupakan suatu tantangan terbesar bagi Amerika Serikat. Pertumbuhan yang berawal pada economic oriented kini berkembang menjadi modernisasi dan pengembangan kekuatan militer. Revolusi enam puluh tahun bagi negara besar sekelas Cina merupakan suatu realitas baru bagi Cina yang mulai disebut sebagai Negara Adidaya. Dengan kata lain, sebagai bentuk persaingan dalam pembendungan pengaruh Cina di Asia Pasifik, Amerika Serikat kini tengah memfokuskan diri pada kawasan Asia Pasifik, tidak lagi di Afghanistan ataupun Iraq seperti tahun-tahun sebelumnya. Asia Pasifik kini telah menjadi key driver dalam politik global. Pada tahun 2011 hingga pertengahan 2012 Presiden Obama banyak melakukan kunjungan di negara-negara Asia Pasifik seperti: Korea Selatan, Jepang, Filipina, Australia, Thailand, dan Indonesia.

Saat ini telah muncul banyak presepsi dan mispresepsi serta ketakutan-ketakutan di dalam menanggapi persaingan antara Cina dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik. AS memandang perkembangan Cina menjadi ancaman bagi AS; sebaliknya Cina khawatir bahwa Amerika mencoba untuk menekan pertumbuhan Cina. Namun, Hillary Clinton dalam bahasa diplomatisnya menyatakan bahwa, kemajuan Cina merupakan kebaikan bagi Amerika dan kemajuan Amerika merupakan kebaikan bagi Cina. AS lebih ingin meningkatkan kerja sama daripada meningkatkan konflik. Pertumbuhan Cina dan Kemajuan AS dapat menjadi terobosan besar dalam pertumbuhan negara-negara di Asia Pasifik. Amerika dan Cina sama-sama merapat ke Indonesia (juga India) yang dinilai sebagai kekuatan demokratik yang paling dinamis dan signifikan di Asia. Di sepanjang laut dari Samudera Hindia melewati Selat Malaka ke Pasifik mengandung rute perdagangan dan energi yang paling penting. Potensi besar Indonesia ini menjadi fokus utama AS dan Cina. Indonesia sendiri tentunya harus bisa menyikapi dua arus besar kepentingan ini. Pertanyaan besar yang muncul ialah Dimanakah dan bagaimanakah posisi Indonesia sebagai ASEAN frontman dalam hal ini? Bagaimana peran Indonesia sebagai key driver ekonomi global dalam menanggapi dua arus kepentingan yang mengalir secara bersamaan di Indonesia? Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif berusaha menjawab tantangan besar ini. Sengketa Laut Cina Selatan Laut Cina Selatan saat ini telah menjadi salah satu flash point di Asia Pasifik yang tidak saja telah melibatkan enam negara seperti Cina, Taiwan, Vietnanm, Filipina, Brunei, dan Malaysia, namun juga berhubungan erat dengan kepentingan besar AS. Kehadiran militer Amerika Serikat di Australia menandakan bahwa fokus pertahanan dan keamanan AS terletak di kawasan Asia Pasifik. Hal ini menyebabkan banyaknya kepentingankepentingan yang bermunculan dan lebih bersifat kompetisi dibandingkan hubungan kerja sama. Persaingan antara Cina dan Amerika di Laut Cina Selatan secara langsung telah memberikan dampak kerugian bagi negara-

negara di kawasan tersebut yang secara langsung atau tidak langsung berkepentingan pula terhadap stabilitas keamanan di sana. Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara sekaligus Ketua ASEAN perode 2011 memiliki kewajiban untuk menjaga stabilitas kawasan. Hal ini telah dirumuskan dalam pembukaan UUD 45 yang mana salah satu tujuan dari negara Indonesia adalah menciptakan perdamaian dunia. Sengketa Laut Cina Selatan telah diprediksikan Indonesia sebelumnya sejak tahun 90an. Sebagai perwujudan politik bebas aktif, Indonesia berperan aktif dalam mencari solusi dalam sengketa Laut Cina Selatan seperti: keikutsertaan Indonesia dalam Workshop for Managing Potential Conflict in the South China Sea (1990-2002 kecuali 2001) di Bali. Kegiatan ini menghasilkan sejumlah kesepakatan dalam menghadapi sengketa di Laut Cina Selatan. Inisiatif lain yang dilakukan oleh Indonesia adalah The Declaration on the South China Sea yang dihadiri para Menlu negara-negara ASEAN. Kegiatan ini menekankan pada solidaritas negaranegara ASEAN pada pendekatan damai dan konstruktif menanggapi masalah-masalah di Laut Cina Selatan. ZEE Indonesia yang juga terancam spill over telah memberikan beberapa perhatian penting Indonesia dalam menghadapi eskalasi di Laut China Selatan. Baik dari segi keamanan ataupun ekonomi, eskalasi ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan perkembangan Indonesia dimana ladang hasil gas bumi banyak dihasilkan di daerah ZEE Indonesia. Kekuatan militer Indonesia harus mampu menjamin keamanan kepentingan nasional Indonesia baik dengan meminimalisir spill over dan juga mengamankan area ladang gas bumi di kawasan ZEE Indonesia. Dibutuhkan postur kekuatan yang besar jika Indonesia ingin berperan aktif dalam dinamika sengketa Laut Cina Selatan. Modernisasi angkatan laut Vietnam yang mengadakan enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia; dan Angkatan Laut Filipina dengan dua fregat eks cutter US Coast Guard kelas Hamilton dari AS dapat dijadikan contoh bagi Indonesia dalam memodernisasi kekuatan militer lautnya.

Di kawasan Asia Pasifik terurai benang merah antara keamanan Laut China Selatan dan keamanan nasional Indonesia. Kestabilan keamanan nasional Indonesia bergantung pada stabilitas keamanan di kawasan Laut China Selatan. Ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia sebagai key driver di Asia Tenggara bagaimana mengelola sengketa di Laut China Selatan dapat diselesaikan dengan damai dan tehindar dari eskalasi konflik yang lebih tinggi antar negara di kawasan Asia Tenggara. Untuk itu Indonesia harus menjalin diplomasi dan kerja sama dengan negara-negara yang berkepentingan di kawasan Laut China Selatan sehingga dua arus besar kepentingan Amerika dan China dapat dihadapi dengan cara yang diplomatif dan memberikan keuntungan bagi Indonesia serta stabilitas di kawasan Asia Pasifik khususnya Asia Tenggara.

Azhari Setiawan Mahasiswa Hubungan Internasional 2011 dan anggota FAIR HI FISIP UR

Você também pode gostar