Você está na página 1de 3

Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan diaplikasikan terutama pada tanamantanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif, akan

dieksploitasi secara besarbesaran (seperti lada, jahe, pisang, jati, kapolaga, panili, abaka). Pada tanaman-tanaman tersebut, perbanyakan kultur jaringan bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya, seragam dan dalam waktu yang relatif singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit (Dinyunita, 2007). Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut antara lain pemilihan eksplan sebagai bahan dasar pembentukan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh, yaitu bagian meristem, misalnya daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya (Dods, 1999). Penggunaan hormon tersebut harus tepat dalam perhitungan dosis pemakaian, karena jika terlalu banyak maupun terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru akan menghambat bahkan berdampak negatif terhadap tanaman kultur. Karena interaksi antar hormon dalam suatu media sangat berpengaruh dalam diferensiasi sel Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in-vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia dalam media kultur jaringan yang terbagi menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam bentuk garam-garam mineral. Komposisi media dan perkembangannya didasarkan pada pendekatan masing-masing peneliti (Gunawan, 1992). Menurut Suryowinoto (1996) salah satu alternatif pemecahan masalah yaitu melalui teknik kultur jaringan atau teknik in vitro. Dalam budidaya tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit.

Kombinasi zat pengatur tumbuh yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan sel yang optimal (Wattimena, 1992).

Bagian-bagian dari tanaman yang di kultur harus ditumbuhkembangkan pada media yang sesuai agar dapat tumbuh menjadi tanaman lengkap. Keberhasilan suatu budidaya jaringan tanaman sangat dipengaruhi oleh media tanamnya. Selain sebagai tempat tumbuh, media tanam merupakan penyedia unsur hara dan zat-zat lain yang diperlukan eksplan untuk tumbuh. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman dan bagian tanaman yang akan diperbanyak. Komposisi media dan perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta pendekatan dari masing-masing peneliti (Gunawan, 1992).Zat pengatur tumbuh (hormone) yang ditambahkan pada tiap media kultur bervariasi tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi di tempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. Perbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis media yang digunakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan. Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya. Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Komposisi media dan perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta pendekatan dari masing-masing peneliti. Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif walaupun bentuk non-vegetatif (spora). Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.Sterilisasi permukaan bahan tanam dapat dilakukan dengan bermacam-macam bahan pensteril

(sterilan). Bentuk dan konsentrasi sterilan yang digunakan dan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan sterilisasi harus ditentukan secara tepat (Santosa dan Nursandi, 2004). Pada praktikum kali ini hanya digunakan media dasar berupa media Murashige Skoog. Sebelumnya telah dibuat larutan stock media, yaitu larutan pekat senyawasenyawa kimia penyusun media. Larutan stok ini berfungsi untuk memudahkan pengukuran berat dan konsentrasi senyawa dalam media, sehingga memastikan bahwa jumlah/ volume masing-masing komponen media yang diberikan dalam jumlah tepat. Sebab, kalau tidak dibuat larutan stocknya akan menyulitkan dalam penimbangan komponen media, karena berat yang dibutuhkan sangat sedikit. Larutan stok dibuat dalam konsentrasi pekat (10 atau 100 kali konsentrasi akhir yang dibutuhkan untuk media. Vitamin berfungsi sebagai katalisator dalam system enzim dan diperlukan dalam jumlah kecil. Vitamin yang dibutuhkan pada sebagian besar kultur jaringan tumbuhan adalah thiamin, yang diberikan dalam bentuk Thiamin-HCl. Vitamin lain yang biasa digunakan adalah asam nikotinat dan sPraktikum kultur jaringan acara 1 adalah sterilisasi dan pembuatan media. Pembuatan media dilakukan dalam kondisi yang steril dan bekerja secara aseptik. Hal itu disebabkan karena faktor keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh kesterilan dan media yang digunakan.

Você também pode gostar