Você está na página 1de 13

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KEPERAWATAN JIWA Laporan Pendahuluan 1.

Masalah Utama Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian Menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individuindividu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Tanda dan gejala Menurut Keliat ( 1999:14), klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya perilaku antara lain: Data Subjektif (DS): Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam. Perasaan tak berguna Perasaan jengkel Adanya keluhan fisik, dada berdebar, sesak, rasa tercekik, bingung. Mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Klien merasa semua orang ingin menyerangnya Muka marah. Mata melotot Rahang dan bibir mengatup. Tangan dan kaki tegang, mengepal. Mondar-mandir. Berbicara sendiri dan ketakutan. Bicara dengan suara tinggi. Tekanan darah meningkat. Data Objektif (DO):

Frekuensi denyut jantung meningkat. Banyak keluar keringat. Nafas pendek.

b. Penyebab Menurut Budi anna Kelia (2009), Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Tanda dan Gejala Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. ( Budiana Keliat, 1999) c. Akibat Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala: Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi : Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

3. Pohon masalah Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah 4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji a. Masalah keperawatan: a. b. c. d.
a.

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan / amuk Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah Koping Individu Tidak Efektif Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang. Perilaku kekerasan / amuk Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika

b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan Data Subyektif :

sedang kesal atau marah.

Data Objektif :

memukul diri sendiri/orang lain.


b.

Data Subyektif :

sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang. Gangguan harga diri : harga diri rendah

Data Obyektif

c.

Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Perilaku kekerasan b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah c. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 6. Intervensi Diagnosa 1 : Perilaku Kekerasan TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 1.1.Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 1.2.Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan:
2.1.

Tujuan Khusus :
1.

Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

2.2.Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.


2.3.

Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. Tindakan :


4.1.

Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

4.2.Observasi tanda perilaku kekerasan.


4.3.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tindakan: 4.1.Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. 4.3.

Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan: 5.1.Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. 5.2.Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. 5.3.Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6.

Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Tindakan : 6.1.Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2.

Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

6.3.Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4.

Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan: 7.1.Bantu memilih cara yang paling tepat. 7.2.Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

7.3.Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. 7.4.Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. 7.5.Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8.

Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan :


8.1.

Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.

8.2.Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. 9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan: 9.1.Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping). 9.2.Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). 9.3.Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan. Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tujuan Khusus :
1.

Tindakan: 1.4.Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 1.5.Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.6. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 2. aspek positif yang dimiliki. Tindakan: 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan

2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas 3. Tindakan: 3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Tindakan : 4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 4.2.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. 4.3.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5.

Klien mampu menilai kemampuan yang dapat

digunakan untuk diri sendiri dan keluarga

Klien dapat merencanakan kegiatan yang

bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi

dan kemampuan Tindakan : 5.1.Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2.Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6.

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung

yang ada Tindakan : 6.1 6.2 6.3 6.4 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Daftar Pustaka Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003 Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000 Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KEPERAWATAN JIWA Strategi Pelaksanaan (SP)
a. Kondisi klien :

Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam. Perasaan tak berguna Perasaan jengkel Adanya keluhan fisik, dada berdebar, sesak, rasa tercekik, bingung. Mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Klien merasa semua orang ingin menyerangnya

b. Diagnosa Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan c. Tujuan 1. 2. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya 4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya 5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya 6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka. d. Tindakan 1.Bina hubungan saling percaya Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah: 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Berjabat tangan 3. Menjelaskan tujuan interaksi

4. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien 2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu 3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan 1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik 2. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis 3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial 4. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual 5. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual 4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara : 1. Verbal 2. terhadap orang lain 3. terhadap diri sendiri 4. terhadap lingkungan 5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya 6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara: 1. Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam 2. Obat 3. Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya 4. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :

1. Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal 2. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur bantal
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :

1. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik 2. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :

1. Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa 2. Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :

1. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat

2. Susun jadwal minum obat secara teratur 11. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok mengontrol Perilaku Kekerasan Stimulasi Persepsi

e. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I ORIENTASI: Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya Susi, saya mahasiswa ,...... yang dinas di ruangan ini. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa? Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah? Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit? Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu? KERJA: Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan? (tunggu respons pasien) Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah. Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan lahan melalui

mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak melakukannya. Bagaimana perasaannya? Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya TERMINASI Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak? Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan) Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak? Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak. Selamat siang sudah bisa

Você também pode gostar