Você está na página 1de 26

Pembahasan

Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan di bentuk oleh beberapa struktur.Seluruh struktur tersebut terlibat dalam proses respirasi eksternal.Proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen, antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida antara darah dan atmosfer. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan.Respirasi internal berlangsung di seluruh system tubuh. 1. Hidung Hidung eksternal Berbentuk pyramid pangkalnya berkesinambungan dengan dahi dan ujung bebasnya disebut puncak hidung.Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk berbentuk bulat panjang yakni nostril atau nares yang terpisah oleh septum nasi.Permukaan infero-lateral hidung berakhir sebagai alae nasi yang bulat.Ke arah medial permukaan lateral ini berlanjut pada dorsum nasi di tengah.Penyangga hidung terdiri atas tulang dan tulang rawan hialin.Rangka bagian tulang terdiri atas os nasalle,prosecus frontalis os maxillaries dan bagian nasal os frontalis.Rangka tulang rawannya terdiri atas cartilage septi nasi, cartilago nasi lateralis dan cartilago ala nasi yang bersama-bersama dengan tulang di dekatnya saling dihubungkan.Keterbukaan bagian atas hidung dipertahankan oleh os nasalle dan prossecus frontalis os maxillaries dan bagian bawahnya oleh tulang-tulang rawannya.

Gambar 1. Rangka hidung

Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah.Otot hidung tersusun dari M. Nasalis dan M.depressor septi nasi. a) Pendarahan hidung Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a. karotis interna.Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna,di antaranya ialah ujung a. palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari foramensfenopal atina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang cabang a. sfenopalatina, a. etmoidanterior, a. labialis superior dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach (Littlesarea). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehinggasering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung), terutama pada anak.V e n a - v e n a h i d u n g m e m p u n y a i n a ma s a m a d a n b e r j a l a n b e r d a m p i n g a n d e n ga n a r t e r i n ya . V e n a d i ve s t i b u l u m d a n s t r u kt u r l u a r h i d u n g b e r m u a r a k e v . o f t a l m i ka y a n g berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehinggamerupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.

Gambar 2. Pendarahan Hidung

b) Persarafan Hidung Persarafan otot-otot hidung oleh N. facialis, kulit sisi medial punggung hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabang infratroclearis dan nasalis eksternus N.opthalmicus, kulit sisi lateral hidung dipersarafi oleh cabanf infraorbitalis N. maxillaries. Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalisa n t e r i o r , y a n g merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yan g berasal d a r i n . O f t a l m i k u s . Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n. maksila m e l a l u i g a n g l i o n sfenopalatina. Ganglion sfenopalatina, selain memberikan per sarafansensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa h i d u n g . Ganglion ini menerima serabut saraf sensoris dari n. maksila (N. V-2), serabut parasimpatisdari n. petrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus. Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.Fungsi penghidu berasal dari n. ofaktorius. Saraf ini turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

Gambar 3. Persarafan Hidung

Rongga Hidung

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan d a r i d e p a n k e b e l a k a n g dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintuatau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakangdisebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Rongga hidung terdiri atas 3 regio yakni vestibulum, penghidung dan pernapasan.Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat disebelah dalam nares. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.Ke arah atas dan dorsal vestibulum dibatasi oleh limen nasi yang sesuai dengan tepi atas cartilago ala nasi major.Regio penghidung berada disebelah cranial dimulai dari atap rongga hidung daerah ini meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan concha tersebut.Regio pernapasan adalah bagian dari rongga hidung selebihnya. Dinding lateral hidung memperlihatkan 3 elevasi yakni Concha nasalis medius,superior dan inferior.Pada concha nasalis superior disebelah cranial dan dorsal terhadap concha nasalis superior terdapat recesus spenoethmoidalis yang mengandung muara sinus sphenoidalis.Pada inferiornya terdapat meatus nasi superior yang muara di sinus ethmoidalis.. Pada concha nasalismedius letaknya setinggi meatus nasi medius pada dinding lateral rongga hidung terdapat Bulla ethmoidalis. Dibawah bulla ethmoidalis terdapat hiatus semilunaris.Hiatus Semilunaris kearah depan atas membentuk infudibulum ethmoidalis dimana terdapat muara sinus ethmoidalis dan ductus nasofrontalis.Pada concha nasalis inferior disebelah lateral dan caudal dari concha ini terdapat meatus nasi inferior. Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung t e r d a p a t r o n g g a s e m p i t y a n g disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, mediusdan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior dan dinding lateral ronggahidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus mediust e r l e t a k d i a n t a r a k o n k a m e d i a d a n d i n d i n g l a t e r a l r o n g g a h i d u n g . P a d a m e a t u s m e d i u s terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus

superior y a n g m e r u p a k a n r u a n g d i a n t a r a k o n k a s u p e r i o r d a n k o n k a m e d i a t e r d a p a t m u a r a s i n u s etmoid posterior dan sinus sphenoid. Batas rongga hidung, pada dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os p a l a t u m . D i n d i n g superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk o l e h l a m i n a kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Lamina kribiformis m e r u p a k a n l e m p e n g tulang berasal dari os etmoid, tulang ini b e r l u b a n g - l u b a n g (kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior,atap rongga hidung dibentuk oleh os sphenoid.

Gambar 4.Rongga hidung

Sinus Paranasalis Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak.Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.Terdiri atas sinus frontalis ethmoidalis, sinus ethmoidalis sphenoidalis dan maxillaries.Fungsi sinus-sinus ini tidak diketahui dengan pasti, sinus meringankan tulang tengkorak dan menambah resonansi

suara.Sinus membesar semenjak erupsi gigi permanen dan sesudah pubertas yang secara nyata mengubah ukuran dan bentuk wajah. a. Sinus Maksilaris Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I.Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae.Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa. - Berhubungan dengan : a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata. b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar. c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi b. Sinus Ethmoidalis Terbentuk pada usia fetus bulan IV.Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis.Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata Berhubungan dengan : a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb). b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma. c. Nervus Optikus. d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan posterior c. Sinus Frontalis Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.Volume pada orang dewasa 7cc.Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).Berhubungan dengan : a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta. b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta. c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploicd

d.

Sinus Sphenoidalis Terbentuk pada fetus usia bulan III.Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.Volume pada orang dewasa 7 cc. - Berhubungan dengan : a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii. b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum. c. Tranctus olfactorius. d. Arteri basillaris brain stem (batang otak)

2. Faring

Gambar 5. Faring

Faring adalah otot berbentuk pipa corong dengan panjang 5 inch yang menghubungkanhidung dan mulut menuju laring. Faring a d a l a h t e m p a t d a r i t o n s i l d a n a d e n o i d . D i m a n a terdapat jaringan limfe yang melawan infeksi dengan melepas sel darah putih ( limfosit T dan B).3 Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring disebut juga Epifaring, Rinofaring. merupakan yang terletak dibelakangrongga hidung,diatas Palatum Molle dan di bawah dasar tengkorak. Dinding samping ini berhubungan dengan ruang telinga tengah melalui tuba Eustachius. Bagian tulang rawan darituba Eustachius menonjol diatas ostium tuba

yang disebut Torus Tubarius. Tepat di belakangOstium Tuba. Terdapat cekungan kecil disebut Resesus Faringeus Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya palatum mole, batas bawahadalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalahvertebra servikalis. struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual danforamen sekum. Laringofaring batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batasanterior adalah laring, batas inferi or adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebreservikal. PerdarahanFaring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang kadang tidak beraturan.Yang utama berasal dari cabang A. karotis eksterna ( cabang faring asendens dan cabangfausial ) serta dari cabang A. maksila interna yakni cabang palatina superior.Persarafan p e r s a r a f a n m o t o r i k d a n s e n s o r i k d a e r a h f a r i n g b e r a s a l d a r i p l e k s u s f a r i n g y a n g ekstensif. pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari N. vagus, cabang dari N. glosofaringdan serabut simpatis. cabang faring dari N. vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faringyang ekstensif ini keluar cabang cabang untuk otot otot faring kecuali M. stilofaring yangdipersarafi langsung oleh cabang N. glosofaring ( N.IX ) Lapisan otot pharynx terdiri atas tiga otot lingkar yakni: M.constrictor pharyngis inferior,M.constrictor pharyngis medius dan M. constrictor pharingys superior serta 3 otot yang masing-masing turun dari processus styloideus, torus tubarius,cartilaginis tubae auditivae dan palatum molle yakni: M.stylopharyngeus, M. salpingopharyngeus dan M.palatopharyngeus.

3. Laring

Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang menyatukan trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum. Laring memiliki kegunaan penting y a i t u ( 1 ) v e n t i l a s i p a r u , ( 2 ) m e l i n d u n g i p a r u s e l a m a d e g l u t i s i m e l a l u i m e k a n i s m e sfingteriknya, (3) pembersihan sekresi melalui batuk yang kuat, dan (4) produksi sua ra.Secara umum, laring dibagi menjadi tiga: supraglotis, glotis dan subglotis. Supraglotis terdiridari epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago aritenoid, plika vestibular

(pita suara palsu) danv e n t r i k e l l a r i n g e a l . G l o t i s t e r d i r i d a r i p i t a s u a r a atau plika vokalis. Daerah sub glotik memanjang dari permukaan b a w a h p i t a s u a r a h i n g g a k a r t i l a g o k r i k o i d . U k u r a n , l o k a s i , konfigurasi, dan konsistensi struktur laringeal, unik pada neonatus.Laring dibentuk oleh kartilago, ligamentum, otot dan membrana mukosa. Terletak di sebelahventral faring, berhadapan dengan vertebra cervicalis 3 -6. Berada di sebelah kaudal dari oshyoideum dan lingua, berhubungan langsung dengan trakea. Di bagian ventral ditutupi olehkulit dan fasia, di kiri kanan linea mediana terdapat otot -otot infra hyoideus. Posisi laringdipengaruhi oleh gerakan kepala, deglutisi, dan fonasi.Kartilago laring dibentuk oleh 3 buah kartilago yang tunggal yaitu kartilago thyroidea, cricoidea, dan epiglotika s e r t a 3 b u a h k a r t i l a g o y a n g b e r p a s a n g a n , y a i t u k a r t i l a g o aritenoidea, kartilago kornik ulata, dan kuneiform. Selain itu, laring juga didukung ole h j a r i n g a n elastik. Di sebelah superior pada kedua sisi laring t e r d a p a t m e m b r a n a kuadrangularis. Membrana ini membagi d i n d i n g a n t a r a l a r i n g d a n s i n u s p i r i f o r m i s d a n dinding superiornya disebut plika ariepiglotika. Pasangan jaringan elastik lainnya adalah k o n u s elastikus (membrana krikovokalis). Jaringan ini lebih kuat dar i pada m e m b r a n a kuadrangularis dan bergabung dengan ligamentum vokalis pada masingmasing sisi.Otot-otot yang menyusun laring terdiri dari otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik.Otot-otot ekstrinsik berfungsi menggerakkan laring, sedangkan otot-otot intrinsik berfungsim e m b u k a r i m a g l o t i d i s s e h i n g g a d a p a t d i l a l u i o l e h u d a r a r e s p i r a s i . J u g a m e n u t u p r i m a glotidis dan vestibulum laringis, mencegah bolus makanan masuk ke dalam laring (trakea) pada waktu menelan. Selain itu, juga mengatur ketegangan (tension) plika vokalis ketika b e r b i c a r a . K e d u a f u n g s i y a n g p e r t a m a d i a t u r o l e h m e d u l a o b l o n g a t a s e c a r a o t o m a t i s , sedangkan yang terakhir oleh korteks serebri secara volunter.Rongga di dalam laring dibagi menjadi tiga yaitu, vestibulum laring, dibatasi oleh adituslaringis dan rima vestibuli. Lalu ventrikulus laringis, yang dibatasi oleh rima vestibuli danrima glotidis. D i dalamnya berisi kelenjar mukosa yang membasahi plika vokalis. Yang ketiga adalah kavum laringis yang berada di sebelah caudal dari plica vokalis d a n melanjutkan diri menjadi kavum trakealis. Laring pada bayi normal terletak lebih tinggi pada leher dibandingkan orang dewasa. Laring bayi juga lebih lunak, kurang kaku dan lebih

dapat ditekan oleh tekanan jalan nafas. Pada bayi laring terletak setinggi C2 hingga C4, sedangkan pada orang dewasa hingga C6. Ukuranlaring neonatus kira-kira 7 mm anteroposterior, dan membuka sekitar 4 mm ke arah lateral.Laring berfungsi dalam kegiatan Sfingter, fonasi, respirasi dan aktifitas refleks. Sebagian besar otot-otot laring adalah adduktor, satu-satunya otot abduktor adalah m. krikoaritenoideus posterior. Fungsi adduktor pada laring adalah untuk mencegah bendabenda asing masuk kedalam paru-paru melalui aditus laringis. Plika vestibularis berfungsi sebagai katup untuk mencegah udara keluar dari paru -paru, sehingga dapat meningkatkan tekanan intra thorakal yang dibutuhkan untuk batuk dan bersin. Plika vokalis berperan dalam menghasilkan suara,dengan mengeluarkan suara secara tiba-tiba dari pulmo, dapat menggetarkan (vibrasi) plica vocalis yang menghasilkan suara. V o l u m e s u a r a d i t e n t u k a n o l e h j u m l a h u d a r a y a n g menggetarkan plika vokalis, sedangkan kualitas suara ditentukan oleh cavitas oris, lingua, palatum, otot-otot facial, dan kavitas nasi serta sinus paranasalis.

Gambar 6. Laring Otot-Otot Laring Otot Laring dapat dibagi menjadi yaitu kelompok ekstrinsik dan instrisik.Otototot ekstrinsik menghubungkan laring dengan struktur-struktur sekitarnya termasuk otot-otot tersebut adalah: M.Sternotryoideus menarik larinknya ke bawah M.thyreohyodeus menarik larynx ke atas M.constrictor pharyngis inferior

Otot-otot berikut ini tidak termasuk otot ekstrinsik larink tetapi turut menarik larynx secara tidak langsung yakni: M.stylohyoideus, M.Digastricus, M.Mylohyoideus, M.Geniohyodeus, M.genioglossus, M.hyoglossus, M. stylopharyngeus, M.Palatopharyngeus, M.Omohyodeus , M. Sternohyoideus dan Mm. Constrictor Pharyngis medius.Otot-otot instrisik mempunyai tempat lekat yang terbatas pada larynx yakni M. cricothyroideus, M. aritaenodus transversus, M.aritaenodus obliqus.kecuali arytaenoideus transversus, semua otot larinkx tersebut berpasangan.Fungsi otot-otot instrisik larynx dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yakni: Otot-otot yang memgubah epiglottis a. Membuka glottis: M. cricoarytaenoideus posterior b. Menutup glottis : M. cricoarytaenoideus lateralis,M.arytaenoidus obliquus, M.arytaenoideus transversus,M.thyreoarytaenoideus, M. cricothyreoideus. Otot-otot yang mengatur tegangan lig.Vocale a. Menegangkan ligament vocale: M. cricothyreoideus, M. cricoarytaenoideus posterior b. Mengendurkan ligament vocale: M.vocalis, M. cricoarytaenoideus lateralis, M.thyreoarytaenoideus. Otot-otot yang mengubah aditus laryngis a. Menutup aditus laryngis: M.arytaenoidus obliquus,M.aryepiglotticus, M. threoarytaenoideus. b. Membuka aditus laryngis : M. thyreoepigloticus.

4.Trachea Tuba dengan panjang 10-12 cm dan diameter 2,5 cm serta letaknya di atas permukaan anterior esophagus.Tuba merentang dari laring pada area vertebrae cervics ke 6 sampai area vertebrae thoraces ke 5 tempatnya membelah dua brochus utama.Trakea terletak hamper sampai di bidang sagital tetapi biasanya bifurkasi trakea sedikit terdesak kea rah kanan oleh arkus aorta.Selama inspirasi dalam mungkin bifurkasi ini turun sampai setinggi vertebra torakal 6.Bentuk trakea sedikit kurang silindrik karena datar di sebelah posterior.

Struktur Sekitar Trachea Di sebelah anterior bagian cervical tracea tertutup oleh kulit, fascia cervicalis superficialis dan fascia pretrachealis/cervicalis media disilang oleh arcus vernosus juguli dan ditutup oleh M.sternothyreohyodeus yang bertumpah tindih .Cincin trachea 2-4 disilang oleh isthimus gl. Thyreoidea di sebelah cranial cincin trachea terdapat sebuah anastomosis R. cricothyroidea kanan dan kiri yang merupakan cabang A.thyroidea superior, di sebelah caudo ventral trachea terdapat vena-vena thyroidea inferior, sisa thymus dan A.threoidea ima.Pada anak-anak A. brachiocephalica menyebrang serong sebelah ventral trachea setinggi atau sedikit di sebelah cranial bagian atas manubrium sterni.Disebelah posterior terdapat oesophagus yang memisahkan trachea dan columna vertebra.Nn.recurens naik pada masing-masing sisi trachea atau dekat alur antara sisi trachea atau dekat alur antara sisi-sisi trachea dan oesophagus.Sebelah lateralnya terdapat lobus-lobus gl.thyreoidea yang turun sampai tulang rawan cincin trachea 5 atau 6 dan A. caroris communis serta A.thyreoidea inferior. Di leher masing-masing A. brachiocephalica dan A.carotis communis kiri dan berpencar sewaktu naik sehingga berada di kanan dan kiri trachea.Bagian torachal trachea turun melewati mediastinum superius disebelah anterior bagian ini berhubungan dengan manubrium sterni, tempattempat berlekatan dengan M. sternohyoideus dan sternothyreodeus, sisa thymus, V. thyreoidea inferior dan brachiochepalica dan A.carotis communis kiri,plexus cardiacus profundus dan beberapa kelenjar getah bening.Di sebelah posterior bagian torachal ini berbatasan dengan oesfhagus. Brochuns serta Cabang-Cabangnya Saluran Nafas yang berkatilago disebut bronchus dan saluran nafas yang tidak berkatilago disebut bronchioles. Bronchus principalis/priimer berasal dari percabangan trachea menjadi dua setinggi tepi atas vertebra thoracalis 5, pada batas caudal mediastinum superius.bronchus principalis mempercabangkan brochus sekunder/lobaris yang menuju ke lobus-lobus paru.Di dalam lobus paru, bronchus lobaris ini mempercabangkan bronchi segmentorum/ tersier.Trachea dan bronchus utama letaknya ekstrapulmonal memeliki rangka ciincin tulang rawan hialin yang tidak sempurna dipersatukan oleh jaringan fibrosa dan otot polos. Bronchus kanan mempunyai 10 segmen dan bronchus kiri memiliki 9 segmen.Setiap segmen berbentuk paji ddengan tepi baji yang tipis pada hilus paru.Bronchus kanan lebih pendek,lebih lebar,dan lebih vertical letaknya daripada yang kiri,sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan suatu cabang yang disebut bronchus pulmonaris.Oleh karena itu benda asing yang

terhirup lebih cenderung masuk ke bronki kanan dan terus ke lobus kanan, tengah dan lobus bawah bronchi.Bronchus kiri memasuki hilus dan terbagi menjadi lobus superior dan lobus inferior.Bronkus utama kanan bercabang menjadi bronkus ke lobus atas sebelum memasuki hilus dan masuk ke hilus terbagi menjadi bronki lobus medial dan inferior.Tiap bronkus lobus bercabang menjadi bronki segmental. Tiap segmental memasuki sebuah segmen bronkopulmonalis.Tiap segmen bronkopulmonalis bentuk pyramid dengan apeks kearah hilus.Segmen merupakan unit structural yang memiliki bronkus segmental, arteri.Bronkiolus adalah salah satu cabang yang lebih kecil dan tidak memiliki cartilage di dalamnya.Setiap bronkiolus memecah menjadi cabang-cabang yang lebih kecil.Bronkiolus yang paling distal adalah bronkiolus terminalis.Tiga sampai lima bronkiolus terminalis membentuk lobulus.Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain adalah vestibula.Dari vestibula berjalan beberapa infudibula dan di dalam dindingnya di jumpai kantong-kantong udara.Pada bronkiolus terminalis sebelah distalnya terdapat asinus .Asinus dianggap sebagai suatu satuan unit respirasi paru.Asinus pada orang dewasa berdiameter 1 cm.Pada asinus biasa ada 3-8 generasi bronkiolus respiratorius, suatu struktur bronkiolus yang pada dindingnya didapati stoma alveolus.Rongga antara asinus yang satu dan asinus yang lain atau antara lobulus-lobulus yang satu dengan lobulus yang lain di hubungkan oleh pori-pori khon.Alveolus tidak digolongkan lagi menjadi sebagai saluran napas.

Gambar 7. Anatomi Bronchus dan cabangnya Paru-Paru Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru-paru berada di samping mediastinum.Oleh karenanya, masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung danpembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru berbentuk konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam bebas dalam ronggapleuranya sendiri, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis. Masing-masingparu-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan masuk ke leher sekitar 2,5 cm diatas klavikula. Di pertengahan permukaan medial, terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukantempat masuknya bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru-paru untuk membentuk radikspulmonalis.Paru-paru dibungkus oleh suatu selaput yang namanya pleura.Pleura dibagi atas 2 bagian yaitu Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.Dan .Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura.

Padakeadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang

Gambar 8. Topografi paru tampak anterior Paru kanan Batas anterior kanan menuju ke bawah di mulai di belakang sendi sternoclvicular dan mencapai linea medianan pada angulus sterni.Batas paru ini terus ke bawa melalui sternum pada ketinggiansendi sternokondralis keenam,disni batas bawah melengkung ke lateral dan sedikit ke inferior memotong iga keenam di linea medioclavicularis dan memotong iga ke delapan pada linea medioaksilaris.Batas ini kemudian menuju ke posterior dan medial pada ketinggian processus spinosus vertebra toraks ke sepulu. Pada keadaan inspirasi batas inferior turun dua iga.Bagian inferior fisura obliqus paru kanan berakhir pada batas bawa paru pada linea medioclavicularis.Lokasi fisura horizontal pada ketinggian kartilago iga keempat. Paru kanan memiliki 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. paru kanan memiliki 10 segmen Paru Kiri

Batas anterior paru kiri hampir sama dengan posisi batas paru kiri tetapi pada ketinggian kartilago iga keempat paru kiri berdevisiasi ke lateral karena terdapat jantung.Batas bawah paru kiri lebih inferior dibandingkan paru kanan karena paru kanan terbatas oleh hepar.Fisura oblique serupa letaknya paru kanan. paru kiri memiliki 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior dan paru kiri juga memiliki 8 segmen.Permukaan medial paru kiri.Yang membentuk paru kiri adalah arteri pulmonalis superior kiri,bronkus kiri,vena pulmonalis superior inferior dan beberapa nodus limfatikus.Terdapat lekukan karena takikan jantung dan lekukan lain yang berbentuk lengkungan sebagai takikan untuk lewat arkus aortikus dan aorta desenden.

Alveoli
Ada jutaan alveoli di masing-masing paru-paru, dan luas permukaan total diperkirakan 700 sampai 800 kaki persegi. Setiap inhalasi, udara lewat melalui bronkus serta cabang-cabangnya menuju alveoli. Sebuah kantung alveolar (sacus alveolar) terdiri dari skuamosa epitel yang dikelilingi oleh kapiler darah. Pertukaran gas terjadi antara udara dalam alveoli dan darah dalam kapiler. Oksigen berdifusi melintasi alveolar dan dinding kapiler untuk masuk ke aliran darah, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari darah di dinding-dinding untuk masuk ke alveoli. Alveoli harus tetap terbuka untuk menerima udara dihirup jika gas pertukaran terjadi. Pertukaran gas terjadi di seluruh selaput selular yang lembab namun tegangan permukaan air lapisan alveoli yang mampu menyebabkan menutup. Alveoli dipenuhi dengan surfaktan, sebuah film dari lipoprotein

Ventilasi Paru

Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru-paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf phrenicus yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical keempat.Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer. Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :Tekanan O2 atmosfer,Jalan nafas(daya kembang toraks dan paru), Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam darah.

MEKANISME VENTILASI PARU Otot yang menimbulkan pengembangan dan pengempisan paru

Paru-paru dapt dikembangkan melalui dua cara 1. Dengan gerakan naik turunnya difragma utk memperbesar atau memperkecil rongga dada 2. Dengan depresi dan elevasi tulsng iga untk mempebesar atu memperkecil diameter antero posterior rongga dada Pernapasan normal dapat dicapai dengan hamper semprna melalui metode pertama, yaitu mlalui gerakan diafragama. Metode kedua utk mengembangkan paru adlah dgn meg mengangkat rangka iga.Otot-otot yang menarik rangka iga kebawah selama ekspirasi adalh interkostalis internus Rektus abdominis dan

Pergeraka udara kedalam keluar paru dan tekanan yang menyebabkan pergerakan tersebut Paru-paru merupakan struktur elastic yang akan mengempis seperti balon dan akan mengelurakan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untk mempertahan kan pengembangannya. Juga tidak terdapat pelekatan antara paru-paru dan dinding rangka dada kecuali pada bagian paru yang tergantung pada hilunya pada mediastinum. Bahkan paru-paru sebetulnya mengapung dalam rongga troaks, dikelilingi oleh lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru didalam rongga, selanjutnya cairan yang berlebihan akan dihisap terus menerus kedalam saluran limpatik untuk menjaga agr terdapat sedikit isapan antara permukaan visceral dari pleura paru dan permukaan pariental pleura dari rongga troaks. Oleh karna itu kedua paru menetap pada dinding troaks seolah2 terlekat padanya, kecuali ketika dada melakukun pengembangan dan berkontraksi, maka paru-paru dapat begeser secara bebas karena terlumas secara baik. Tekanan pleura dan perubahannya selama pernapasan Tekanan pleura adalah tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada. hubungan Antara tekanan pleura dan perubahan volume paru terjadi peningkatan negatifitas tekanan pleura -5 menjadi -7,5 selama inspirasi. Tekanan alveolus Tekanan alveolus adalah tekanan udara dibagian dalam alveoli paru. Ketika glottis terbuka, dan tidak ada udara yang mengalir kedalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua bagian jalan napas,

sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfir, yang dianggap sebagai tekanan acuan 0 dalam napas yaitu, tekanan 0 sentimeter air. Selama ekspresi, terjadi tekanan yang berlawanan: tekanan alveolus meningkat sampai sekitar +1 sentimeter air, dan tekanan ini mendorong 0,5 liter udara inspirasi keluar paru pada saat ekskresi selama 2 smpai 3 detik. Tekanan transpulmonal merupakan perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adlah nilai daya elastic dalm patu yang cenderung mengempiskan paru pada setiap pernapasan yany disebut daya lenting paru. Komplians paru Luasnya pengembangan paru untuk setiap unit peningkatan tekanan transpulmonal ( jika terdapat cukup waktu untuk mencapai keseimbangan ), disebut komplians paru. Nilai komplians total dari kedua paru pada orang dewasa normal rata2 sekitar milliliter udara per cm tekanan transpulmonal air. Artinya setiap tekanan transpulmonal meningkat sebanyak 1 sentimeter air, maka volume paru, setelah 10 hingga 20 detik, akan mengembang 200 mililiter.

Difusi Oksigen dan Karbondioksida Secara umum difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebihtinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak membutuhkan ekstra.Peristiwa yang difusi yang terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membrane kapiler alveolar kemudian melintasi plasma darah selanjutnya menembus dinding sel darah merah dan akhirnya masuk ke dinding inferior sel darah merah sampei berikatan dengan hemoglobin.Membran alveolus sangat tipis yakni 0,1 mikron.meter atau sepertujuh puluh dari tebal butir darah merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan menembusinya.Peristiwa difusi lain yang terjadi didalam paru-paru adalah perpindahan molekul dari darah ke udara alveolus.Oksigen dan karbondioksida menembusi dinding kapiler pembuluh darah dan dinding alveolus dengan cara difusi.Berarti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif.Urutan-Urutan proses difusi: Difusi pada fase gas Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat, ketika dekat alveoli kecepatannya berkurang sampai terhenti.Udara atau gas yang baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas lain yang berada dalam alveoli.Kecepatan gas ini

berdifusi berbanding terbalik dengan berat molekulnya.Berat gas molekus oksigen 32 sedangkan berat gas karbondioksida 44.Gerak molekul gas oksigen lebih cepat dibandingkan gerak gas molekul karbondioksida,sehingga kecepatan difusi oksigen sangat cepat.Percampuran antara gas yang baru masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih dahulu masuk akan komplit dalam hitungan puluhan detik. Difusi menembus membrane pembatas Proses difusi yang melewati membrane pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cair.Dalam hal ini pembataspembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah, Lapisan plasma pada kapiler dan dinding butir darah.Kecepatan difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas ke dalam cairan.Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan kelarutan oksigen sehingga kecepatan difusi karbondioksida didalam fase cairan 20 kali lipat kecepatan difusi oksigen.

Mekanisme bernapas
Bernapas, yang juga disebut ventilasi, adalah gerakan bronkus beserta cabangnya udara dari luar tubuh ke dalam dan alveoli, diikuti oleh pembalikan dari gerakan udara.

Tindakan bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan udara disebut inspirasi atau inhalasi dan ekspirasi atau ekshalasi.

Inspirasi Inspirasi adalah fase aktif ventilasi karena ini adalah fase di mana diafragma dan musculus intercostalis externus kontraksi . Dalam keadaan yang santai, diafragma berbentuk kubah; selama inspirasi dalam, diafragma kontraksi dan mendatar (menurun). musculus intercostalis externus kontraksi, dan tulang rusuk bergerak ke atas dan ke luar. Setelah kontraksi lebih besar

diafragma dan musculus intercostalis externus, volume rongga dada akan daripada sebelumnya. Dengan meningkatnya volume toraks, Sekarang udara

memperluas paru-paru. menurun,

tekanan dalam alveoli (disebut tekanan intrapulmonari)

menciptakan vakum parsial. Dengan kata lain, tekanan alveolar sekarang kurang dari tekanan atmosfer (tekanan udara luar paru-paru), dan udara secara alami akan mengalir dari luar

tubuh ke saluran pernapasan dan masuk ke alveoli. Penting untuk menyadari bahwa udara masuk ke dalam paru-paru karena telah membuka; udara tidak memaksa paru-paru terbuka. Itulah sebabnya mengapa terkadang dikatakan bahwa manusia bernapas dengan tekanan negatif. Pembentukan vakum parsial dalam alveoli menyebabkan udara masuk paru-paru. Sementara inspirasi adalah fase aktif bernapas, aliran udara aktual ke alveoli bersifat pasif. yang menurunkan tegangan permukaan dan mencegah dari penutupan. Ekspirasi Biasanya, ekspirasi adalah fase pasif dari ventilasi, dan tidak ada upaya dibutuhkan untuk mewujudkannya. Selama ekspirasik, diafragma dan otot-otot interkostal relaksasi. Oleh karena itu, diafragma membentuk kubah dan tulang rusuk bergerak ke bawah (Gambar 8). Saat volume rongga toraks berkurang, paru-paru bebas untuk mundur. Sekarang tekanan udara dalam alveoli (tekanan intrapulmonari) meningkat di atas tekanan atmosfer udara secara alami akan mengalir ke luar tubuh . Kehadiran surfaktan menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli. Surfaktan juga, sebagai pengerut paru-paru, tekanan antara dua lapisan pleura menurun, dan ini cenderung membuat alveoli tetap terbuka. Pentingnya tekanan intrapleural dikurangi ditunjukkan saat kecelakaan, yaitu udara memasuki ruang intrapleural. Sementara inspirasi adalah fase aktif pernapasan, ekspirasi biasanya pasif yaitu, diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi saat berakhir. Namun, ketika bernapas lebih dalam dan / atau lebih cepat, berakhirnya juga dapat aktif. Kontraksi musculus intercostalis internus dapat memaksa tulang rusuk bergerak ke bawah dan ke dalam.

Volume dan Kapasitas Paru-paru

Spirometri Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Bentuk spirometri dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 11. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar

Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam darah dan cairan tubuh Bila oksigen telah berdifusi dari alveoli ke dalam darah paru oksigen diangkut ke kapiler jaringan perifer hamper seluruhnya dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin. Adanya hemoglobin dalam sel darah merah memungkinkan darah untuk mengangkut 30 sampai 100 kali jumlah oksigen yang dapat diangkut dalam bentuk oksigen terlarut dalam cairan darah (plasma). Pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan tubuh Oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru karena tekanan parsial oksigen (PO 2) dalam alveoli lebih besar dari pada PO2 dalam darah kapiler paru. Dalam jaringan tubuh lainnya, PO2

yang lebih tinggi dalam darah kapiler daripada dalam jaringan menyebabkan oksigen berdifusi ke dalam sel-sel di sekitanya. Sehingga pengankuta oksigen dan karbondioksida oleh darah bergantung pada difusi keduanya dan aliran darah. Difusi oksigen dari Alveoli ke Darah Kapiler Paru PO2 dari gas oksigen dalam alveolus rata-rata 104 mm Hg, sedangkan PO2 darah vena yang masuk kapiler paru pada ujung arterinya, rata-rata hanya 40 mm Hg karena sejumlah besar oksigen dikeluarkan dari darah ini setelah melalui jaringan perifer. Selama kerja berat, tubuh manusia membutuhkan 20 kali jumlah oksigen normal. Juga, karena peningkatan curah jantung selama kerja, waktu menetapnya darah dalam kapiler paru dapat berkurang hingga menjadi kuraang dari setengah normal. Selama kerja fisik, walaupun darah hanya sebentar saja berada dalam kapiler, tetapi darah masih dapat teroksigenesiasi penuh atau hamper penuh. Transport Oksigen dalam Darah Arteri Kira-kira 98% darah dari paru yang memasuki atrium kiri, mengalir mmelalui kapiler alveolus dan menjadi teroksigenasi sampai PO2 kira-kira 104 mm Hg. Sekitar 2% melewati aorta melalui sirkulasi bronchial yang teritama menyuplai jaringan dalam pada paru dan tidak terpapar dengan udara paru. Aliran darah ini disebut aliran pintas, yang berarti darah melintas daerah pertukaran gas. Contoh : Difusi oksigen dari kapiler jaringan ke sel (PO2 pada cairan interstisial = 40 mm Hg, dan sel jaringan = 23 mm Hg.)

Difusi oksigen dari kapiler perifer ke dalam cairan interstisial Cairan Interstisial yang mengelilingi sel jaringan rata-rata hanya 40 mm Hg. Efek kecepatan aliran darah terhadap PO2 cairan interstisial Efek kecepatan metabolisme jaringan terhadap PO2 cairan interstisial Difusi oksigen dari kapiler perifer ke sel jaringan Oksigen selalu dipakai oleh sel. Oleh karena itu, PO2 intrasel dalam jaringan perifer tetap lebih rendah daripada PO2 dalam kapiler perifer. Pada keadaan normal hanya dibutuhkan tekanan oksigen sebesar 1-3 mm Hg untuk mendukung sepenuhnya proses kimiawi dalam sel yang menggunakan oksigen,

maka kita dapat melihat bahwa PO2 intrasel yang rendah, yaitu 23 mm Hg, lebih dari cukup dan merupakan suatu factor pengaman yang besar.

Difusi karbondioksida dari sel jaringan perifer ke dalam kapiler jaringan dan dari kapiler paru ke dalam alveoli tekanan-tekanan CO2 ini kurang lebih sebagai berikut : 1. PCO2 intrasel, kira-kira 46 mm Hg; Pco2 interstiisial, kira-kira 45 mm Hg. Dengan demikian, hanya ada perbedaan tekanan 1mm Hg. 2. PCO2 darah arteri yang masuk ke jaringan,, 40 mm Hg; PCO2 darah vena yang meninggalkan jaringan, 45 mm Hg. Peran Hemoglobin dalam Pengangkutan Oksigen Pada keadaan normal, sekitar 97% oksigen yang diangkut dari paru ke jaringan, dibawa dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Sisanya 3 % diangkut dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel darah. Dengan demikian, pada keadaan normal, oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin. Gabungan Reversibel antara Oksigen dengan Hemoglobin Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin Jumlah maksimum oksigen yang dapat bergabung dengan hemoglobin darah Jumlah oksigen yang dilepaskan dari hemoglobin ketika aliran darah arteri sistemik mengalir melalui jaringan. Pengangkutan oksigen selama kerja berat Koefisien penggunaan.

Efek Hemoglobin untuk dapar PO2 jaringan Meskipun hemoglobin diperlukan untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, hemoglobin mempunyai fungsi utama lainnya untuk kehidupan. Fungsi ini adalah fungsi hemoglobin sebagai system dapar oksigen jaringan. Dengan ini, hemoglobin darah bertanggung jawab terutama untuk stabilitasi tekanan oksigen dalam jaringan. Fungsi ini dapat dijelaskan. Peran Hemoglobin dalam Mempertahankan PO2 yang hampir konstan dalam jaringan.

Bila konsentrasi oksigen atmosfer berubah secara nyata efek dapar hemoglobin masih dapat mempertahankan PO2 jaringan yang hampir konstan.

Factor-faktor yang menggeser kurva Disosiasi Oksigen Hemoglobinmamfaatnya untuk pengangkutan oksigen Selain perubahan pH, dikenal pula beberapa factor lain yang menyebabkan penggeseran kurva. Tiga factor di antaranya, yang ketiganya menggeser kurva ke kanan ialah: (1).peningkatan konsentrasi karbondioksida, (2). Peninggian suhu darah dan (3). Peningkatan 2,3 difosfogliserat (DPG), suatu senyawa fosfat yang secara metabolic penting, terdapat dalam darah dengan konsentrasi yang berubahubah Peningkatan Pengirimkan oksigen ke jaringkan bila karbondioksida ion hydrogen menggeser kurva diasosiasi oksigen hemoglobinEfek Bohr. Terjadi efek yang berlawanan di dalam paru, yang menyebabkan karbondioksida berdifusi dari darah dalam alveoli. Efek ini menurunkan PCO2 dan menurunkan konsentrasi ion hydrogen, menggeser kurva disosiasi oksigen-hemoglobin ke kiri dan ke arah atas. Oleh karena itu, jumlah oksigen yang berikatan dengan hemoglobin pada PO2 alveolus tertentu, menjadi sangat meningkat sehingga menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan dalam jumlah yang lebih besar. Efek DPG untuk menggeser kurva diasosiasi oksigenHemoglobin. DPG normal dalam darah mempertahankan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin sedikit bergeser ke kanan setiap saat. Tetapi, pada pada keadaan hipoksia yang berlangsung lebih dari beberapa jam, jumlah DPG dalam darah sangat meningkat sehingga menggeser kurva disosiasi oksigen-hemoglobin lebih ke kanan. Penggeseran kurva disosiasi selama kerja fisik Suhu otot seringkali meningkatkan, sebesar 20 sampai 30C, yang dapat meningkatkan pengiriman oksigen ke serabut-serabut otot lebih banyak lain. Semua faktor ini bekerja sama menggeserkan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin dari darah kapiler otot tersebut cukup jauh ke kanan. Penggeseran kurva ke arah memaksa oksigen dilepaskan dari hemoglobin darah ke otot pada PO2 sebesar 40 mm Hg, walaupun bila 70 persen oksigen telah dikeluarkan dari hemoglobin. Kemudian, dalam paru, terjadi penggeseran kearah yang berlawanan, yang memungkinkan pengambilan sejumlah oksigen tambahan dari alveoli.

Penggunakan Metabolik oksigen oleh sel Efek PO2 intrasel terhadap kecepatan pemakaian OKsigen. Dalam sel hanya dibutuhkan sedikit tekanan oksigen untuk terjadinya reaksi kimia intrasel yang normal. Pada keadaan kerja yang normal, kecepatan pemakaian oksigen oleh sel diatur oleh kecepatan pengeluaran energy dalam sel tersebut- yaitu oleh kecepatan pembentukkan ADP dari ATP. Efek jarak difusi dari kapiler ke sel terhadap pemakaian oksigen. Jarak dari sel jaringan ke kapiler jarang lebih dari 50 mikrometer, dan oksigen dalam keadaan normal dapat berdifusi dapat berdifusi dengan mudah dari kapiler ke sel untuk memenuhi sejumlah oksigen yang diperlukan untuk metabolisme. Efek aliran darah terhadap pemakaian metabolic oksigen. Jumlah total oksigen tertentu yang tersedia setiap menit untuk keperluan jaringan tertentu ditentukan oleh (1) jumlah oksigen yang dapat ditranspor ke jaringan dalam setiap 100 millimeter darah dan (2). Kecepatan aliran darah. Pada keadaan ini, kecepatan pemakaian oksigen oleh jaringan dibatasi oleh aliran darah.

Transport oksigen dalam bentuk terlarut Pada keadaan PO2 arteri normal, yaitu 95 mm Hg, sekitar 0,29 milliliter cairan darah, dan bila PO2 darah menjadi turun 40 mm Hg dalam kapiler jaringan, hanya 0,12 ml oksigen yang tetap terlarut. Oksigen secara normal diangkut dalam keadaan terlaryt dalam jaringan oleh setiap 100 ml darah.

Dapus alvoli.. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed. Philadelphia ; F. A. Davis ; 2007 Dapus broncus Ward JP, Clark RW, Linden RW. At a Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga : 2009 Mekanisme bernapas

Shier, David. Butler, Jackie. Lewis, Ricki. Holes Human Anatomy and Physiology. 9th ed. Albany: Tim McGraw-Hill ; 2004
Volume dan kapasitas paru

1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. In: Irawati, editor. Jakarta: EGC; 2007.

Você também pode gostar