Você está na página 1de 3

M.

Adhiyatsyah Pratama 1106022761 Teknik Metalurgi dan Material

Perspektif Al Quran dan As Sunnah Tentang Budaya dan Seni


Seni adalah ekspresi dari jiwa yang halus dan indah yang lahir dari bagian yang terdalam dari jiwa manusia yang didorong oleh kecenderungan kepada keindahan tersebut .Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT. Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka dia telah melakukan satu kesalahan yang besar. Oleh karena itu, hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara hidup. Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada tenaga pikiran dan tenaga lahir manusia. Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangat mendorong penganutnya berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan dalam berpikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu shalat. Dalam Al-Qur'an ada perintah dirikanlah Shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk (Al-Baqarah: 43). Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah shalat" maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana shalat, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain.

Saat shalat berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yang lurus dan rapat itu adalah budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu. Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki shalat di tempat yang suci. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari doronganwahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Dalam bidang seni, Hingga kini belum ada lembaga apapun juga yang secara formal dan

sistematis melakukan kajian seni secara komprehensif, filosofis (estetika atau filsafat seni Islam, yang merumuskan batasan nilai keindahan sesuai dengan ajaran Islam), teoritik (sejarah, struktur, dan klasifikasi: apakah ada seni Islam ataukah hanya ada seni muslim), praktik (kajian tentang teknik-teknik perbidang), dan apresiatif (kritik seni yang mengkaji perkembangan seni Islam dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat muslim) yang mengatasnamakan lembaga seni Islam. Sebagian umat Islam atau bisa disebut seniman muslim bersemangat menunjukkan berbagai dalil aqliyah (rasional) bahwa Alquran sendiri mengandung nilai seni yang amat tinggi dan demonstratif bahwa musabaqah tilawatil quran digelar di mana-mana, demikian juga seni kaligrafi Islam-Arab, maupun naqliyah (teks yang bersumber dari Alquran maupun as-Sunnah; Alfaruqi, 1999: v-vi) menjelaskan tentang keindahan sebagai buah karya seni. Inti pendirian kelompok ini adalah seni merupakan salah satu dari kandungan atau jangkauan Islam. Dalam bab ini tentu dinyatakan bahwa seni Islam itu ada. Jika dihubungkan dengan kasus,hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah muncul Nudisme (gaya

hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati". Pengajaran atau konsep moral dari Hedonisme adalah menyamakan kebaikan dengan kesenangan.Jadi semua kesenangan dan kenikmatan secara fisik selalu membawa kebaikan. Pandangan hidup ini mengajarkan pada pengikut atau mereka yang siap mengikutinya bahwa pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah tujuan hidup yang paling hakiki bagi manusia. Pandangan hidup seperti inilah yang sekarang ini banyak dan hampir semua umat manusia meng-amininya dan menjadikannya sebagai tolok ukur dalam gaya hidup. Teori ini juga cenderung mengajarkan, bahwa untuk mendapat kesenangan dan kenikmatan dan kebahagiaan, tidak perlu menunggu di surga, karena pada dasarnya, mereka tidak mempercayai adanya kebahagiaan di surga, dan kalimat yang sering diucapkan oleh para hedonis:" kita tidak perlu pergi kesurga untuk mengalami kebahagiaan, karena di dunia ini, kenikmatan dan kebahagiaan serta kesenangan telah tersedia dan dapat kita miliki"

Referensi
http://www.scribd.com/doc/75279126/Kebudayaan-Dan-Kesenian-Islam http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/kebudayaan.pdf http://fadhlyashary.blogspot.com/2011/01/pengertian-hedonisme.html

Você também pode gostar