Você está na página 1de 2

RINGKASAN SULASTRI YEKTI UTAMI RIVAI.

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Koi (Cyprinus carpio sp) dan Business Plan Usaha Pembesaran Ikan Koi (Studi di Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar, Jawa Timur). (Di bawah bimbingan Dr. Ir. NUDDIN HARAHAB, MP. dan Ir. MIMIT PRIMYASTANTO, MS) Sektor perikanan baik laut maupun darat dapat memberikan dorongan terhadap pembangunan di bidang perekonomian nasional, namun sejauh ini belum ada berbagai dukungan dari berbagai aspek dan berbagai pihak terkait secara optimal. Salah satu bidang perikanan yang belum optimal dalam pelaksanaannya adalah budidaya, baik budidaya ikan laut, ikan air payau, maupun ikan air tawar. Budidaya ikan air tawar sendiri memiliki berbagai pilihan jenis ikan yang dapat dikembangkan, salah satunya adalah ikan koi (Cyprinus carpio sp). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kelayakan usaha budidaya ikan koi, meliputi beberapa aspek usaha yaitu aspek teknis, finansiil, pasar dan pemasaran, manajemen, sosial ekonomi, lingkungan, dan hukum. Serta untuk mengetahui dan mendapatkan perencanaan bisnis usaha budidaya ikan koi khususnya tipe pembesaran koi yang memberikan keuntungan yang dapat memenuhi kebutuhan pemilik usaha dan keluarganya. Penelitian dilaksanakan di Kec. Selopuro Kab. Blitar, pada Bulan MaretApril 2010 selama kurang lebih empat pekan. Penyusunan laporan selama Bulan Mei-Juni 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang terdiri dari kuantitatif dan kualitatif, berdasarkan pada data primer dan data sekunder. Pendekatan survey menggunakan teknik random sampling sederhana. Usaha budidaya ikan koi yang dijalankan di Kec. Selopuro Kab. Blitar umumnya terdiri dari 4 tipe, yaitu; pembenihan sampai dengan pemanenan, pembenihan sampai dengan pemanenan dengan sistem bagi hasil, pembesaran, dan penampungan. Rata-rata produksi ikan koi per tahun tipe A adalah 1.439 ekor, tipe B sejumlah 2.300 ekor, tipe C 1.770 ekor, dan tipe D 1.080 ekor. Aspek teknis keempat tipe budidaya ikan koi di atas, dari tahap persiapan kolam dan sawah, pemijahan dan pembesaran ikan koi, sampai dengan panen, disimpulkan sudah sesuai dengan teknis budidaya ikan koi yang baik. Aspek finansiil disimpulkan layak untuk dijalankan, di mana hasil produksi dan penjualan yang lebih besar dari Break Event Point (BEP), sehingga dapat memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Tingkat kepekaan usaha ini berdasarkan perubahan biaya dan penerimaan yang rata-rata tingkat perubahan biaya yang > 75% dari keadaan normalnya. Aspek pemasaran yang memprediksi peluang pasar usaha budidaya ikan koi ini masih terbuka bagi siapa saja. Aspek manajemen khususnya pada pelaksanaan fungsi pengawasan masih kurang baik karena sering terjadi kematian secara tiba-tiba pada ikan koi terutama di malam hari di mana pengawasan pada saat tersebut tidak ada. Alangkah baiknya, apabila pengawasan pada usaha tersebut dapat ditingkatkan kualitasnya agar produktivitas usaha tetap tinggi. Fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengevaluasian sudah dapat dikatakan layak walaupun masih bersifat tradisional dan secara kekeluargaan. Aspek sosial ekonomi usaha budidaya ikan koi di Kecamatan Selopuro disimpulkan sudah berjalan dengan baik, karena dapat menyerap tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan yang rendah, di mana sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan yang rendah sulit memperoleh pekerjaan. Di samping itu, usaha budidaya ikan koi di Kecamatan Selopuro dapat mendukung perekonomian rumah tangga dan regional. Aspek lingkungan usaha ini telah memberikan dampak yang baik bagi lingkungan maupun bagi penduduk sekitar lokasi usaha, karena usaha budidaya ikan koi tidak menghasilkan limbah yang membahayakan kesehatan lingkungan perairan, tanah, maupun udara, serta kesehatan manusia. Aspek hukum usaha budidaya ikan koi yang ada di daerah tersebut sebagian besar sudah dapat dikatakan memenuhi persyaratan kelegalan hukum. Hal tersebut dibuktikan dengan kepemilikan Surat Ijin Usaha Perikanan (SIUP) oleh beberapa usaha budidaya ikan koi, di mana usaha di bidang perikanan baik penangkapan, pemasaran, maupun yang bergerak di pembudidayaan, pengolahan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 harus memiliki SIUP. Di mana SIUP tidak berlaku bagi nelayan kecil dan atau pembudidaya kecil. Perencanaan bisnis usaha pembesaran ikan koi dirancang dengan pola pembesaran yang memberikan keuntungan bersifat kontinyu. Perencanaan bisnis usaha pembesaran ikan koi menggunakan kolam ukuran 10 m x 10 m dengan kedalaman 80 cm. Kolam tersebut dibagi menjadi 6 bagian, ditebar ikan koi sebanyak 40 ekor ukuran 15 20 cm pada kolam bagian pertama, bulan berikutnya ditebar 40 ekor pada kolam bagian ke dua, demikian seterusnya sampai dengan kolam ke enam. Satu bulan setelah penebaran ke enam, adalah panen pada kolam bagian pertama. Demikian seterusnya sampai dengan kolam ke enam. Lamanya pembesaran adalah 6 bulan dengan ukuran panjang 40-50 cm. Rencana usaha pembesaran tersebut menghasilkan penerimaan Rp.120.000.000 per tahun. Keuntungan yang akan diperoleh Rp.61.036.800 per tahun atau Rp.5.129.858 per bulan. Dengan modal total sebesar Rp.83.791.700. Saran yang bisa diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian dan hasil pemikiran berdasarkan konsep teori, yaitu: bagi pembudidaya ikan koi di Kecamatan Selopuro agar meningkatkan pengetahuan tentang teknis budidaya ikan koi dan penyakit ikan, cara pencegahan, dan penanggulangannya. Di samping itu, pembudidaya juga sebaiknya meningkatkan kualitas pengawasan terhadap ikan koi. Agar masalah kematian koi yang tiba-tiba dapat diatasi. Masyarakat umum dan investor agar dapat mendirikan usaha pembesaran ikan koi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup pemilik usaha beserta keluarganya sehingga ekonomi regional maupun nasional dapat meningkat dengan adanya peningkatan ekonomi rumah tangga. Di mana pendirian usaha tersebut sebaiknya memenuhi persyaratan kelegalan hukum minimal sesuai dengan yang diatur dalam UU No.31 Thn. 2004, wajib untuk memiliki Surat Ijin Usaha Perikanan.

Você também pode gostar