Você está na página 1de 170

BIODATA PENULIS Nama asli : Latiwatul Ainia Nama cerpenis : LANIA TTL : Jombang, 10 Juli 1988 Alamat : Jl.

Cendana 3b RT 43 NO 10 Madinah C Kayu Tangi Banjarmasin 70123 Status : Mahasiswa FKIP UNLAM No Hp pribadi : 085717885730 Alamat email : amahlatif@yahoo.co.id Rekening bank sendiri : Kantor Cabang : BNI UNLAM Banjarmasin Atas Nama : Latiwatul Ainia No rekening : 0187402934

Saya sangat berharap pihak penerbit bersedia membantu saya mempublikasikan dan membukukan novel saya ini. Serta mengoreksi novel saya ini jika banyak keasalan kata. Jika bersedia tolong hubungi nomor HP yang telah saya cantumkan atau kirimkan email ke alamat email yang telah saya cantumkan. Sebelum dan sesudahnya atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Ringkasan Cerita Tamparan Lina By : Lania Di saat sedang merayakan ulang tahun Mawar di Restoran Monggo Mampir, Lina malah mendapatkan permainan aneh dengan hadiah uang yang sangat menggiurkan dari teman-temannya. Permainan itu adalah menampar Afgan, seorang actor yang lagi tenar-tenarnya saat itu. Apalagi saat itu Afgan sedang merayakan keberhasilan lounching film yang dibintanginya di Restoran Monggo Mampir. Sebetulnya Lina tak ingin melakukan itu, akan tetapi ia ketakutan akan diusir dari koskosan karena sudah 5 bulan ia menunggak dan akhirnya ia pun melakukannya. Tetapi Lina merasa bersalah, jadi ia segera cari cara buat minta maaf pada Afgan. Bagaimana caranya konyolnya meminta maaf pada Afgan? Dan apakah afgan mau memaafkannya? Cinta terpendam Kau pernah jatuh cinta akan tetapi cintamu ini kau pendam selalu dalam hatimu. Seakan terkurung suci dalam sangkarnya. Engkau tak ingin ada orang yang bisa membukanya, membiarkannya pergi bersama aliran angin. Engkau ingin menjaganya, tetap suci di dalamnya tanpa ternoda dan terjapai oleh siapapun juga. Kau tak ingin ada seseorang pun yang bisa menyentuhnya maupun menggapainya. Inilah yang dialami oleh Lina. Pernah mendengar Banjarmasin. Ya Banjarmasin adalah Ibukota dari Kalimantan selatan. Dan disinilah tempat dimana Lina mengadu nasib, bekerja

sebagai seorang suster di rumah sakit yang cukup terkenal di Banjarmasin yaitu Rumah Sakit Ulin. Satu Hal yang Lina suka dari rumah sakit ini adalah selain termasuk rumah sakit dengan alat-alat yang modern juga memiliki fasilitas pengobatan yang lengkap. Selain itu tanpa ketinggalan rumah sakit ini tak melupakan perannya dengan alam yaitu tetap membiarkan pohon rindang tetap tumbuh di depan gedung rumah sakit yang berdiri tegak bak pencakar jalan, dengan memiliki lima lantai yang memiliki fungsinya masing-masing dan kamar pasien yang lumayan banyak, lebih dari empat ratus kamar. Akan tetapi asal Lina bukanlah berasal dari Banjarmasin, akan tetapi ia berasal dari tanah Jawa, tepatnya dia lahir di Jombang Jawa Timur. Akan tetapi ia mempunyai alasan kenapa ia lebih memilih bekerja di luar Jawa dari pada di daerah Jawa dekat rumahnya sendiri. Dan alasan ini dalah demi cinta. Bagi orang mungkin ini adalah alasan yang aneh akan tetapi memang itu yang membuatnya memilih impian menginjakkan kakinya di kota Banjarmasin. Dulu waktu SMA di Jombang ia pernah sekelas dengan Rio. Rio ini adalah orang Banjarmasin tapi ia bersekolah di Jombang. Ia ingat sekali waktu itu ia bertemu dengan Rio yang berkaca mata, berkulit putih, serta mempunyai postur tubuh yang tinggi, dengan rambut hitam berpotongan pendek. Waktu itu kelas dua SMA Lina sekelas dengan Rio. Bagi Lina ini adalah cinta pertamanya yang terpendam yang mungkin selamanya akan ia pendam dalam hati. Tapi apakah dosa merasakan hal seperti ini. Cinta adalah anugrah terindah dari Allah SWT, asalkan ia tak melakukan sesuatu yang menyalahi agama apa salahnya Ya Allah.

Akan tetapi Lina tak pernah yang namanya mengobrol dengan Rio kecuali jika Rio meminjam buku dengannya, mereka juga saling menghormati. Bagi Lina, ia begitu sangat kagum dengan Rio, karena di balik sikapnya yang pendiam dan otaknya yang topcer abis, Lina merasa sepertinya tersimpan misteri yang seperti tak ada orang yang akan bisa membukanya. Misteri dimana membuatnya menjadi seseorang yang cenderung pendiam, suka menyendiri dan sukar bergaul dengan orang lain. Akan tetapi Bagi Lina sudah melihatnya sekali saja dalam sehari itu sudah cukup baginya, tapi ia tak berani terus memandang Rio, karena baginya sebagai seorang muslim ia harus bisa menjaga pandangannya. Tapi apakah cinta seperti ini bisa ia pendam terus selamanya, baginya ini yang harus ia lakukan. Karena ia tak ingin patah hati. Setelah lulus SMA akhirnya Lina harus berpisah dengan Rio, karena Lina dengar kabar dari temannya kalau Rio memutuskan untuk kembali ke Banjarmasin menempuh jenjang kuliahnya di UNLAM. Sejak itulah Lina berjanji dalam hatinya, walaupun ia tak bisa meneruskan kuliah karena terbentur masalah biaya dan hanya bisa belajar menjadi seorang suster. Akan tetapi ia bertekad akan mengejar dan mencari Rio Febriansyah hingga ke Banjarmasin. Walaupun tak tau dimana Rio bertempat tinggal. Tapi bisikan hati Lina mengatakan ia akan bisa bertemu dengan Rio. Suatu hari Lina amatlah sangat yakin kalau ia akan bisa bertemu dengan Rio, walaupun ia sendiri tak tau itu kapan. Ia pun berusaha cukup keras untuk mengumpulkan uang dengan bekerja menjadi cleaning servis di hotel Fatma. Hasil dari kerjanya ia kumpulkan sampai akhirnya ia bisa menempukkan pendindikan menjadi seorang suster.

Setelah lulus menjadi suster, Lina pun memutuskan untuk segera mengikuti ujian CPNS dengan tempat dinas yang menjadi pilihannya adalah Banjarmasin. Ia sangat berharap akan bisa lolos dan mewujudkan impiannya bertemu dengan Rio kembali setelah empat tahun lamanya tak kunjung bertemu dengannya. Dan alhamdulillah ia sangat bersyukur sekali ia bisa lolos. Sesampainya di Banjarmasin ia pun mulai menjalani aktifitasnya sebagai seorang suster di Rumah Sakit Ulin, itulah tempat dimana ia ditugaskan. Ia pulang pulang pergi dengan menggunakan sepatu roda. Dan menurutnya hal itu lebih menghemat uang dari pada ia naik taksi dengan harga sekali naik baik jaraknya dekat atau jauh ongkos yang diperlukan hanya tiga ribu saja. Sangat murah kan ada taksi yang tarifnya di bawah lima ribu sangat jarang sekali ditemukan karena biasanya harga taksi kan di atas ratusan, tetapi itu hanya ada di Banjarmasin. Ingin merasakan Taksi di Banjarmasin itu kayak apa. Ups jangan salah sangka ya. Jangan dipikir kalau orang Banjarmasin menyebut Taksi itu adalah seperti taksi yang berargo, bentuknya seperti mobil mersedes tetapi tidak berwarna hitam melainkan berwarna putih atau kuning dengan bertuliskan taksi di atasnya, seperti taksi yang terlihat di TV. Itu salah besar, karena taksi yang dimaksud orang-orang Banjarmasin adalah jika di Jawa sama halnya itu disebut sebagai angkutan umum, makanya tarifnya murah akan tetapi namanya ngejreng kan. Namun apakah Lina bisa menemukan Rio. Ternyata tidak semudah yang dipikirkan Lina. Ternyata Banjarmasin termasuk kota metropolotan, walaupun tak sepadat Jakarta dan Surabaya, akan tetapi Banjarmasin memiliki daerah yang

cukup luas. Dan ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Walaupun begitu ia tak pernah putus harapan. Lina masih tetap yakin dan juga berharap suatu hari ia akan bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Satu tahun berlalu akan tetapi ia tak kunjung juga bertemu dengan Rio. Ia selalu berpikir. Apakah pencariannya ini akan sia-sia belaka. Entahlah Lina tak tau apa yang ia lakukan selain fokus dengan pekerjaannya sebagai seorang suster. Karena ia merasa sudah bersusaha semampu yang ia bisa. Sengaja ia memilih tempat untuk kos-kosan yang paling dekat dengan tempat dimana Rio Febriansyah kuliah di UNLAM, yaitu di daerah Cendana. Setiap pagi ia selalu melewati Gerbang UNLAM yang bercatkan dominan warna biru dengan berharap suatu hari ia bisa bertemu dengan Rio. Akan tetapi seakan harapannya itu gagal. Tak kunjung juga ia bisa melihat wajah Rio.

Berhutang Suatu hari di awal musim hujan musibah datang menghampiri Lina. Seakan tak dapat Lina percaya ia mendapatkan telepon dari ibunya yang mengabarkan bahwa Ayahnya sakit keras, sakit gagal jantung dan harus segera operasi, karena itulah melalui telepon Ibunya Lina meminta bantuan uang sebisa yang dipunya Lina. Rasanya Lina ingin sekali segera pulang, akan tetapi itu tidak mungkin karena pastinya akan menambah beban keuangan saja. Bagi Lina ini sungguh sangatlah berat karena di keluarga ia adalah anak pertama, jika mengharapkan uang dari saudaranya yang lain itu tidak mungkin, karena adik-adiknnya sendiri sekarang masihlah cukup kecil dan juga masih

sekolah. Ia pun segera menguras habis tabungannya selama setahun dari hasil kerjanya yang berjumlah dua juta setengah. Akan tetapi itu juga masih belum cukup untuk operasi ayahnya. Karena uang yang diperlukan untuk operasi ayahnya adalah dua belas juta rupiah. Ya Allah dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, pikir Lina. Akhirnya dengan sangat terpaksa Lina pun memutuskan untuk berhutang ke teman-teman sepekerjanya, teman sekamar kosnya Titin dan juga kepada rumah sakit. Dengan hasil hutangnya itu akhirnya ia bisa mengirimkan uang kepada Ibunya untuk segera digunakan untuk operasi ayahnya. Dan syukur alhamduliah setelah operasi keadaan kondisi kesehatan ayahnya berangsur-angsur menjadi lebih baik. Akan tetapi sekarang ia pun harus terfokus dengan banyaknya hutang yang melilitnya. Bagi Lina ia beruntung sekali karena ia masih memiliki agama yang kuat. Karena kalau tidak pasti ia akan memutuskan untuk bunuh diri. Karena baginya uang dua belas juta itu adalah sesuatu hutang yang sangat besar dan tak pernah ia alami. Akan tetapi ia sangat yakin dengan kekuasaan Allah, karena rezki, jodoh dan maut itu semua yang mengatur adalah Allah, dan setiap orang pasti mempunyai rezkinya masing-masing. Tentunya Lina sangat yakin akan rezki Allah. Walaupun seringkali ia menangis di malam hari hanya di hadapan Allah karena memikirkan hutang yang begitu besar baginya. Dan dengan sangat kuat ia azzamkan dalam dirinya bahwa Allah pasti akan menolongnya. Ya ia sangat yakin pertolongan Allah pasti akan datang. Akan tetapi dalam hati Lina sangat bersyukur karena untuk sementara teman-temannya sepekerjanya dan Titin tahu

tentang keadaan Lina, jadi mereka membiarkan gaji Lina bekerja sebagai suster di rumah sakit digunakan untuk melunasi hutangnya di rumah sakit dengan cara setiap gajian, oleh pihak rumah sakit gaji Lina selalu dipotong hingga 70 persen, sisanya pun hanya cukup Lina gunakan untuk Biaya makan sehari-sehari, dan tentunya biaya ini tak mencukupi untuk membiayai kos-kosan. Jadi selama delapan bulan itu Lina terus menunggak tagihan iuran koskosan. Setelah Lina hitung delapan bulan kemudian hutangnya dengan rumah pihak rumah sakit hanya tinggal sejuta saja, Lina berfikir setelah lunas ia akan segera mencicil untuk membayar hutangnya kepada teman-temannya. Akan tetapi masalah timbul kembali. Sudah 8 bulan ia menunggak membayar uang koskosan dan Lina yakin Suatu hari Bu Aida, ibu kos di tempatnya pasti akan menggertaknya. Dan hari itu pasti akan segera datang. Lalu apa yang dapat Lina lakukan. Pengusiran Malam telah datang, urusan pekerjaan Lina di rumah sakit sekarang sudah selesai. Setelah semua barang perawat ia kembalikan ke ruang penyimpanan ia segera bergegas pulang ke rumah kos-kosan. Seperti biasa sepatu rodanya segera melaju pesat membawanya pulang. Menyusuri jalanan ibukota Banjarmasin yang beraspal, yang sering sekali Lina melewati jembatan sungai. Ya namanya juga kota Seribu Sungai, itu adalah julukan bagi kota Banjarmasin yang memiliki tekstur tanah berawa-rawa. Jadi jangan heran jika sebentar-sebentar selalu bertemu dengan yang namanya jembatan, sedikit-sedikit bertemu dengan yang namanya sungai. Selain itu kota Banjarmasin juga dikelilingi oleh dua sungai

Besar yaitu sungai Barito dan sungai Martapura, dan di antara kedua sungai tersebut terhubung dengan banyak anak sungai. Hal unik lainnya dari

Banjarmasin adalah dari letaknya yang berada kira-kira 0,5 meter di bawah permukaan laut. Karena itulah, bila saat musim tertentu air laut masuk ke sebagian wilayah sungai Barito dan Sungai Martapura, membuat air menjadi terasa asin. Dan Lina sudah membuktikannya sendiri jika rasa air itu memang terasa asin di musim-musim tertentu. Di awal Bulan Maret ini dapat dikatakan Lina pulangnya sudah cukup larut malam hari ini, karena di jam tangannya sekarang jam sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang 15 menit, akan tetapi anehnya Kota Banjarmasin belumlah sunyi dibuatnya, memang Banjarmasin adalah kota tersibuk di Kalimantan walaupun malam sudah menjelang. Menyusuri jalanan Ibukota di atas tanah berawa yang telah berubah menjadi beraspal, seringkali Lina melewati suatu tempat yang yang selalu membuatnya berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan tempat tersebut. Tempat itu adalah pinggiran sungai yang terletak di depan Mesjid Raya atau tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman. Dengan taman yang baik dan nyaman sehingga sangat enak untuk dibuat santai baik pagi, siang maupun malam hari. Di pinggir sungai terdapat siring telah dibuat sebuah pelataran, dan tersedia tempat duduk dan lampu penerangan untuk santai di sore dan malam hari. Lina sering berhenti sejenak setiap pagi atau malam hari untuk melihat pemandangan yang masih membuatnya cukup takjub. Di pagi hari kita bisa melihat pantulan sinar matahari yang terlukis indah di genangan air sungai Martapura yang tak terlalu

deras arus sungainya. Sedangkan malam hari ia bisa melihat indahnya bulan jika tidak tertutupi oleh mendung. Setelah sampai di koskosan dan berbicara dengan Bu Aida, rasanya kepalanya begitu amat pening. Hari ini saat ia melangkahkan kakinya menuju kamar kosnya di lantai dua rasanya begitu terasa sangat lemas sekali. Rasanya kepalanya mau pecah. Setelah dimarahi Bu Aida abis-abisan di depan teras rumah kos tadi, Lina pun mulai mengingat kejadian tadi dan menghentikan langkah kakinya. Baru saja Lina pulang dari rumah sakit dan sampai di depan rumah koskosan yang terbuat dari kayu Ulin dengan bawahnya terdapat air comberan, ternyata sudah dari tadi Bu Aida menunggu Lina di depan teras. Melihat Lina datang ia langsung menghujani Lina dengan berbagai pertanyaan yang sebetulnya sudah Lina duga kejadian seperti ini pasti akan menimpanya. Apa sekarang kau sudah mendapatkan gajimu? Maaf bu, gaji saya disita lagi oleh pihak rumah sakit. Amarah ibu kos pun langsung terlihat bergemuruh, seperti sebuah gunung berapi yang akan siap meluap-luap menumpahkan segala isinya. Lina, apa kau masih belum mengerti, ibu sekarang sedang membutuhkan uang, lagipula kau ini sudah menunggak 8 bulan lina. Saya tau bu tapi sekarang ini saya betul-betul tidak punya uang bu, uang sisa dari gaji saya hanya cukup untuk biaya makan saya sehari-hari Bu. Sudah Lina, cukup, saya tak mau tau, ini adalah peringatan terakhir kalinya untukmu, jika besok kau tidak segera melunasi hutangmu itu, terpaksa kau harus angkat kaki dari rumah ini.

Kata-kata angkat kaki dari rumah ini langsung terngiang-ngiang di kepala Lina. Untuk menghentikannya Lina pun segera menggelengkan kepalanya sambil berkata. Tidak ,aku tidak ingin dikeluarkan dari rumah ini, aku kan orang rantau, jika aku betul-betul dikeluarkan, lalu aku harus tinggal dimana, Ya Allah apa yang harus aku lakukan, tolong aku , bagaimana bisa aku mendapatkan uang 800 ribu hanya dalam waktu sehari, sedangkan hutangku berjibun tumpukannya. Setelah menghela napas yang panjang, barulah Lina merasa bisa melanjutkan perjalanannya yang tertunda tadi. Menuju ke lantai dua. Walaupun rumah Bu Aida terbuat dari Kayu tapi jangan meremehkan rumah seperti ini karena rumah dari kayu ini bisa dibilang lebih tahan lama daripada rumah dari beton. Jika di Jawa mungkin rumah beton jauh lebih awet daripada rumah dari kayu, bahkan jika ada rumah yang terbuat dari kayu pasti rumah itu akan cepat rusak dimakan rayap. Akan tetapi beda halnya dengan keadaan di Banjarmasin, rumah dari kayu jauh lebih awet dan tahan lama karena kayu yang digunakan adalah kayu Ulin. Kayu yang hanya tumbuh di hutan Kalimantan saja dan sangat cocok dengan keadaan tanah Banjarmasin yang berawa-rawa. Dan yang membuat Lina mengagumkan ternyata Subhanallah ternyata kayu Ulin memiliki sifat yang sangat mengutungkan yaitu jika terkena air malah kayu ini tambah lebih kuat. Keadaan alam yang berawa-rawa adalah sebagai tempat awal tumbuhnya rumah tradisional Banjar, menghendaki bangunan dengan lantai yang tinggi. Pondasi, tiang dan tongkat dalam hal ini sangat berperan. Pondasi sebagai konstruksi paling dasar, biasanya menggunakan kayu Kapur Naga atau kayu

Galam. Tiang dan tongkat menggunakan kayu ulin, dengan jumlah biasanya mencapai 60 batang untuk tiang dan 120 batang untuk tongkat. Dengan kondisi bawah rumah terdapat genangan air yang biasanya disebut di sini dengan air comberan. Rumah Bu Aida terdiri dari dua lantai. Untuk lantai atas diperuntukkan untuk anak koskosan, sedangkan untuk lantai bawah digunakan untuk keluarga Bu Aida. Di lantai atas ini terdiri atas 6 kamar. Dengan setiap kamar bisa diisi dua atau kalau mau sendirian juga bisa. Otomatis yang sendirian itu bayarnya lebih mahal yaitu perbulan 250 ribu rupiah, sedangkan Lina memutuskan untuk sekarang dua orang saja dengan Titin jadi setiap orang dari kami bayar 100 ribu rupiah. Sesampainya Lina di dalam kamarnya, didapatinya Titin teman sekamarnya sedang membaca majalah di atas ranjangnya. Titin ini adalah orang Banjarmasin asli. Jadi ia bisa sebetulnya berbahasa Banjar dengan fasih, akan tetapi untuk menghormati Lina kadang kala bahkan bisa dibilang sering sekali ia menggunakan Bahasa Indonesia jika berbicara dengan Lina yang logat jawanya masih kental terlihat. Di dalam kamar kami ini terdapat dua ranjang dan satu lemari kayu cemara yang agak besar, serta satu meja hias. Langit-langit atapnya datar bercatkan putih sedangkan lantainya dari keramik dengan dominan warna biru dan hiasan bunga di tengahnya tentunya di bawah dari keramik itu adalah kayu Ulin. Dengan jendela berpintukan satu dan gorden warna kelabu menghiasi bingkai jendelanya. Itulah keadaan kamar kos Lina. Tak terlalu lebar, karena luasnya mungkin hanya sekitar 300 meter saja. Assalamualaikum. ucap Lina sambil membuka pintu

Wallaikum salam, eh baru pulang Lin? ucap Titin sambil segera bangun dari tempat tidurnya. Iya, tadi ada sedikit masalah, dan kau buku apa yang sedang kau baca itu? ucap Lina sambil berjalan menuju ranjangnya dan duduk di sana. Oh ini, ini itu bukan buku, tapi majalah tau He , Kau baca majalah? Gak salah dengar nih? ucap Lina sambil sedikit tersenyum mengejek Kau itu jangan mengejekku, mentang-mentang setiap hari aku bergelut dengan buku, bukan berarti kan aku gak boleh baca majalah? Titin adalah seorang mahasiswi akutansi di UNLAM jadi tak heran jika ia sedikit tersinggung Hei, aku itu hanya bercanda tau. Oh ya Lin, hari ini aku kan sedang bahagia, jadi jangan kau rusak kebahagianaanku itu ya. Enak aja, emangnya aku ini seorang perusak apa, tapi, Kau sedang bahagia, memangnya kau baru dapat durian runtuh ya, atau jangan-jangan apa Zein sudah melamarmu. Emang sih sebetulnya aku sangat berharap Zein segera melamarku walaupun ia sendiri sampai sekarang juga masih belum siap, tapi ini semua itu tidak ada hubungannya dengan Zein. Makanya jangan pacaran, sudah pacaran 5 tahun eh ujung-ujungnya masih belum juga dilamar, alasannya belum siaplah, takut orang tualah, padahal coba kau lihat

kan, si Zein itu kan sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, rumah sendiri juga sudah ada lalu, apa lagi yang ditunggu. Titin hanya diam saja karena memang apa yang dikatakan Lina itu memang benar, tapi ia pun langsung menyangkal. Kau salah sangka Lin, Mas Zein itu nggak ingin cepat-cepat melamarku karena aku ini masih kuliah, jadi ia takut bakalan mengganggu kuliahku. ucap Titin He, alasannya yang aneh, bisa aja kan kuliah sambil menikah, toh banyak juga mahasiswa yang bisa berhasil kuliahnya padahal ia menikah, tinggal bagaimana saja kita itu pintar-pintar mengatur waktu itu secara bijak. Ah bilang aja kau ini iri ya denganku, karena sampai sekarang, nggak ada lakilaki yang menembakmu. Eh , iri, sorry kali yeh, bagiku pacaran sebelum menikah itu haram hukumnya tapi kalau pacaran setelah menikah baru itu yang halal dan kata orang itu yang lebih nikmat lagi Min. Dengan alasan apa kau itu mengatakan kalau pacaran sebelum menikah itu haram? Toh kalau kau tau, pacaran sebelum nikah, itu sebetulnya lebih penting karena orang pacaran itukan melakukan penjajakan, saling mengenal seperti apa sifat dari pasangannya masing-masing. Memangnya di islam nggak ada apa namanya pengenalan sebelum menikah, ya pastinya ada dong dan itu juga jauh lebih syar I lagi, lagipula itu juga menjauhkan kita dari fitnah. Memangnya cara seperti apa kalau pengenalan sifat dalam Islam itu? Dengan ta aruf.

Hei ta aruf itu kan untuk melihat seperti apa wajah calon kita. Kau salah justru pada saat taaruf, kita disunahkan untuk bertanya tentang apa saja yang kau ingin kau ketahui tentang calon suamimu, bukan hanya melihat wajah saja, tapi kau bisa tanyakan apa saja kebiasaan yang sering ia lakukan setelah bangun tidur hingga tidur kembali, apa yang ia suka dan apa yang tidak ia sukai dan banyak hal kau bisa tanyakan waktu itu. Tapi kami pacaran itu pacaran islami, nggak pernah melakukan sesuatu yang di luar batas agama. Minah, Dalam Al-Quran surat Al Isra ayat 32 mengatakan Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." Nah coba kita fikir secara logika deh , mendekatinya saja loh kita tak boleh apalagi melakukannya, jadi bisa dibilang kalau pacaran sebelum menikah itu sama halnya dengan mendekati Zina, dan lagipula pacaran itu kan budaya dan peradaban orang-orang jahiliah, yg dilestarikan oleh orang-orang kafir negeri-negeri Barat dan tanpa disadari oleh sebagian umat Islam dengan dalih mengikuti perkembangan jaman modern mereka mengikutinya termasuk juga kau. Tapi kami tak pernah melakukan Zina Lin. Oke baiklah, sekarang aku Tanya, Kau pernah loh pergi berduaan dengannya, pasti pernahlah, aku pernah liat kau pernah dijemputnya, terus pegangan tangan, pasti pernahkan? dan bohong kalau kalau ada orang yang bilang kalau dua orang yang berdua-duaan, sepi-sepi lagi, tidak melakukan apa-apa, aku tak percaya itu, karena orang yang berdua-duaan yang ketiga itu pasti syetan, dengan sekuat

tenaga syetan itu pasti akan berusaha dengan segala kekuatannya untuk menjerumuskan manusia ke dalam lubang dosa yang sangat dalam Ah kau ini emang pintar sekali ya bicara, dan selamat ya kau itu sudah sukses merusak kebahagiaanku hari ini. Wah rupanya kau marah ya, baiklah aku minta maaf deh kalau tadi kata-kataku itu kasar untukmu tapi sebetulnya apa sih yang membuatmu bahagia? Oh itu, itu semua karena hotel Sekar Arum masuk majalah, bagus kan. ucap Mina sambil tersenyum dan bertepuk tangan. Tapi bukannya mengucapkan selamat, Lina malah tertawa. Kau ini, kenapa malah tertawa? Abis kau ini aneh sekali sih, hotel Sekar Arum yang masuk majalah, kenapa jadi malah jadi kau yang senang. Ya tentu aja aku senang, hotel itu kan tempat aku kerja, lagipula mulai besok aku kan bisa bertemu dengan bintang-bintang film Ada Apa Denganmu? Oh aku tau sekarang, jadi kau senang itu bukan Karena hotel itu masuk majalah tapi pasti karena setiap hari kau bisa bertemu dengan bintang-bintang terkenal itu kan, hei minah, ingat, mau kau kemanakan si Zein itu. Kau ini, uh memang susah ya bicara dengan orang yang tidak pernah merasakan mengagumi orang lain. Siapa bilang aku gak pernah merasakannya? Kalau kau pernah merasakannya seharusnya kau menegerti dong dengan perasaanku.

He dengar ya, aku juga pernah merasakan seperti apa yang kau rasakan, mengagumi seseorang, tapi ingat ya, jangan sampai rasa kagummu itu terlalu berlebihan hingga menjadikannya idola dalam gaya hidupmu, padahal kalau saja kau tau, nabi Muhamad itu adalah sebaik-baiknya idola yang patut untuk ditiru. Kau itu memang pembohong yang ulung, kalau kau memang pernah mengagumi seseorang seharusnya kau itu tau dong dengan apa yang kurasakan sekarang. Tunggu-tunggu, kenapa sih kita malah bertengkar? Iya-ya, kita ini memang aneh. Kau itu yang aneh, bukannya aku. Sejenak mereka pun tertawa. Oh ya Lin, hampir saja aku lupa, tadi ibu kos mencarimu. Mendengar hal itu Lina langsung lemas dan menundukkan kepalanya Ada apa Lin?Apa kau sudah bertemu dengan ibu kos? Iya, tadi ia menungguku di depan rumah. Jadi kau sudah menyelesaikan masalahmu? Boro-boro bayar uang kos,hutangku pada teman-teman dan rumah sakit saja belum aku bayar. Ya ampun Lin, jadi gajimu bulan ini belum kau berikan pada ibu kos? Sebetulnya sih mau kuberikan, tapi pihak rumah sakit sudah menyitanya, mereka bilang aku harus mencicil. Sebetulnya hutangmu pada mereka itu masih berapa sih Lin? Kira-kira masih 6 juta lebih. Ya ampun Lin banyak sekali.

Padahal aku sudah bilang alasannya pada ibu kos tapi ia malah mengancam akan mengusirku jika besok aku tidak melunasinya. Lin, kau jangan menyalahkan ibu kos, mungkin saja ibu kos sekarang sedang membutuhkan banyak uang, kau tau sendiri kan kalau beliau itu termasuk orang tua tunggal, anaknya saja tiga dan semuanya masih butuh biaya untuk sekolah dan kebutuhan sehari-hari, apalagi beliau harus ngurusi semua kebutuhan anakanaknya tanpa bantuan seorang suami lagi, jadi aku yakin pasti ibu kos sangat membutuhkan uang sehingga ia bersikap seperti itu. Aku tidak menyalahkannya kok. Tiba-tiba air mata Lina mulai menetes akibat ia tak bisa lagi, menahan perasaan sedihnya. Lin, kau menangis, maaf Lin aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu. Lina pun mulai berdiri Lin, kau mau kemana? Aku mau buang air kecil. Kemudian berjalanlah Lina, tetapi tidak menuju ke kamar mandi, malahan ia pergi ke halaman depan rumah. Di sanalah ia mulai memandang langit. Tak terbendung lagi air matanya pun mengalir deras menetes. Dalam hati ia pun selalu bertanya kenapa aku harus mengalami kesulitan uang dalam dalam hidupnya. Apakah aku tak bisa merasa sehari saja tenang tanpa ada urusan uang. Waktu mau sekolah SMA dulu saja ia harus kerja baru bisa sekolah. Dan sekarang setelah aku dapat kerjaan kenapa musibah itu harus datang padaku, kenapa ayahku harus sakit parah dan harus dioperasi, kenapa Engkau harus membuat aku berhutang ke sana

kemari Tuhan untuk uang operasi ayahku yang sakit kanker Jantung? Kenapa? Ya Allah aku mohon tolonglah aku, kirimkanlah seseorang yang bisa menolongku. Itulah keluhan Lina, ia terus saja menangis. Lina tak tahu harus minta tolong pada siapa lagi kecuali kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam benaknya masih ada keyakinan yang mendalam bahwa Allah tidak akan mungkin memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya. Jadi Lina yakin pastinya ia bisa melalui kesulitan yang ia hadapi sekarng ini. Setelah Lina mampu menata hatinya, barulah Lina merasa bisa masuk ke dalam kamarnya. Pertemuan Yang Dinanti Pagi telah datang dan Lina pun harus segera menyiapkan diri untuk menjalankan aktifitasnya di rumah sakit. Seperti biasa, sepatu rodanya sudah meluncur menyelusuri jalanan ibu kota Surabaya. Walaupun jam di tangannya sekarang sudah menunjukkan pukul setengah enam, akan tetapi keadaan jalanan Banjarmasin bisa dibilang sudahlah cukup rame, karena dengan segala aktifitas penduduk menyambut pagi yang cerah dengan sapaan asap knalpot kendaraan bermotor. Sesungguhnya bukan tanpa sebab Lina memilih untuk menggunakan sepatu roda dalam segala aktifitasnya untuk berangkat ke rumah sakit. Akan tetapi alasan yang paling terpenting selain untuk megurangi polusi udara juga untuk menghemat pengeluaran, sehingga ia tak perlu mengeluarkan ongkos lebih untuk angkutan umum. Walaupun begitu jarak antara koskosan dengan rumah sakit tempatnya kerja bisa dibilang cukulah jauh, jika ditempuh dengan sepatu rodanya seperti biasanya ia bisa sampai menghabiskan waktu sekitar dua puluh lima menitan.

Lina terus saja melaju dengan sepatu rodanya, memecah kabut pagi yang cerah walaupun sudah sedikit tercermar udaranya. Seperti biasa Lina memandang terus ke arah gerbang UNLAM, seakan berharap ia bisa bertemu dengan Rio. Akan tetapi tetap saja ia tak meliahat bayangan Rio. Setelah sampai di depan Kayu Tangi satu betapa terkejutnya ia melihat seorang anak kecil yang berumur sekita tiga tahunan berjalan keluar dari tempat parkir sebuah mini market menuju ke arah jalan raya, seakan Ibunya tak menyadari karena terlalu sibuk mencari uang yang hilang dalam tasnya. Melihat hal itu Lina pun segera bergegas meluncurkan sepatu rodanya untuk meraih anak tersebut. Akan tetapi ternyata kalah cepat dengan seorang lelaki yang berpakaian batik warna merah dan bercelanakan blus yang langsung saja meraih anak kecil tersebut dan memeluknya. Lina tak bisa melihat siapa lelaki itu karena waktu itu ia hanya bisa melihat punggunya saja. Seakan kaget anak kecil itu langsung saja menangis. Mendengar teriakan tangisan anaknya, Ibu dari anak itu langsung saja sadar bahwa anaknya tak ada di sampingnya dan segeralah ia menghapiri lelaki itu. Dan saat itulah barulah ia bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas. Dan sungguh tak dapat ia percaya ternyata lelaki itu adalah Rio. Lina pun segera menghampiri Rio. Terlihat oleh Lina melihat ibunya dari anak yang ia gendong itu datang, Rio pun segera memberikan anak kecil itu pada Ibunya. Tapi anehnya bukan malah berterimakasih, Ibu itu malah memarahi Rio. Dasar ikam nih, apa nang ikam ulah sampai anakku menangis kayak ngini, sini lekasi unjuk lawan unda dasar1. ucap Ibu tersebutdengan menggunakan bahasa Banjar, sambil mengambil anaknya untuk segera ia gendong.

1. Dasar kamu ini, apa yang kamu lakukan dengan anakku sampai bisa menangis kayak begini, sini cepat berikan padaku, Akan tetapi ya seperti sifat Rio ia malah meminta maaf dan terdiam melihat Ibu tersebut segera berlalu pergi meninggalkannya. Rasanya kalau jadi aku pasti sudah aku marahi abis-abisan Ibu tersebut karena membiarkan anak kecil hampir berjalan menuju ke arah jalan raya, karena itu adalah sesuatu yang menakutkan, bisa-bisa kalau Rio tak segera mengambil anak tersebut bisa terjadi kecelakaan nantinya, tapi anehnya Ibu itu malah marah-marah, pikir Lina. Waktu itu Lina melihat Rio mulai membalikkan badannya seakan ia mau pergi dan Lina pun segera mencegahnya dengan cara memanggil namanya. Tungguh dulu Rio! Mendengar ada seseorang yang memanggilnya Rio pun segera membalikkan badannya ke arah Lina. Maaf, kau memanggilku. tanya Rio seakan tak mengenali siapakah orang yang ada di hadapannya Ya akulah memanggilmu. ucap Lina cukup datar Ada perlu apa ya? Astagfirullah haladzim, kau tak ingat siapa aku? Maafkan aku, aku tak ingat kau ini siapa. Ya Allah betapa sedinya hati Lina, ternyata Rio sama sekali tak mengenalinya Baiklah aku akan mengingatkanmu, namaku Lina temanmu waktu SMA dulu di Jombang, gimana apa kau sudah ingat. Maaf Lina siapa ya?

Ya Allah gimana ya? Ya Memang sih aku akui dulu kita tidak terlalu akrab tapi waktu kelas dua kita pernah sekelas dan kau sering meminjam juga sering meminjam buku padaku tapi sayangnya kau tak pernah mengucapkan terima kasih padaku. Oh aku ingat sekarang, ya kau ini Lina yang hitam itu kan. Apa kau bilang aku hitam? Maaf jangan tersinggung, tapi aku nggak menyangka sekarang kau itu berubah total ya, wajahmu lebih bersih tidak sehitam yang dulu lagi. Jadi maksudmu dulu aku ini kotor. Maaf tapi mungkin lebih tepatnya kurang bisa merawat diri, tapi sekarang kau sudah terlihat cantik kok dan tentunya tetap manis dengan cekungan di pipimu jika kau tersenyum. Ya terima kasih pujiannya setelah menghinaku. ucap Lina dengan nada yang ia usahakan biasa saja walaupun jujur dalam hatinya rasanya begitu sangat menjengkelkan sekali. Maaf ya atas kelakuanku dulu yang sering meminjam buku akan tetapi jarang sekali aku berterima kasih kepadamu. Ya tidak apa-apa, aku sudah melupakannya kok. Sudah dilupakan kok masih diungkit. dengan lirih Rio berucap. Apa kau bilang? Oh tidak, oh ya sekarang kau bekerja menjadi suster ya. ucap Rio setelah melihat Baju putih Lina dengan kerudung warna putih dan rok juga warna putih.

Ya kau benar tapi bagaimana kau bisa tau, oh iya pasti kau melihat dari seragamku yang putih ini ya. Rio hanya mengangguk saja. Kau sendiri apa yang kau kerjakan sekarang, apa masih kuliah di UNLAM? Ya lebih tepatnya aku sekarang menempuh S2 Jurusan Bisnis di UNLAM. Tiba-tiba ada seorang gadis kecil yang umurnya sekitar sembilan tahunan turun dari mobil dengan warna buah cheri dan segera anak kecil itu menghampiri Rio. Om, kita ini jadi nggak sih jalan-jalan? Ya tentu saja jadi dong, oh iya salaman dulu ya dengan Kak Lina, Lin kenalkan ini keponakanku namanya Gina. Lina pun segera menyalami Gina yang masih berumur sekitar tujuh tahun dan Subhanallah sungguh sangat lucunya Gina itu bagi Lina karena Gina membalas salaman Lina dengan cara mencium punggung tangannya. Oh ya gina Hakunlah1 kalau sebelum kita jalan-jalan kita antarkan kakak Lina ke rumah sakit. Memangnya Kak Lina itu sakit Om. Kadak2 sayang, tapi kak Lina kerjanya di rumah sakit, gimana hakunlah Gina. Yups, boleh-boleh. Lina merasa risih jadi ia pun segera berkomentar. Lebih baik tak usah aku pakai sepatu roda kok jadi aku bisa kok pergi ke sana sendiri. 1. Hakunlah : Maulah 2. Kadak : Tidak

Tak apa Lin, mumpung aku sekarang bisa menolongmu, jadi mau ya aku antarkan kau kerja. Rasanya Lina tak sanggup lagi menolak permintaan Rio. Mereka pun segera masuk ke dalam denga Riolah yang menyetir mobilnya sedangkan Lina duduk di sebelahnya sambil memangku Gina. Setelah memasukkan gigi melajulah mobil itu mengantarkan Lina ke Rumah Sakit Ulin. Kakak, orang sakit itu pakaiannya putih semua ya. tanya Gina eh Gimana ya menjelaskannya. ucap Lina sambil sedikit menggaruk kepala Kau tak perlu menjawabanya kalau kau tak mengerti dengan ucapan Gina, Gina main game aja ya. ucap Afgan sambil memberikan MP5 pada Gina yang di dalamnya telah terisi beratur-ratus permainan. Dan sepertinya Gina suka sekali dengan MP5 yang diberikan Rio. Terbukti dengan lihai Gina langsung bisa memainkannya. Oh ya Lin, aku punya seorang nenek namanya Noor yang sekarang ini di rumah sakit, kau pernah merawatnya? Rasanya aku nggak pernah merawat seorang nenek yang namanya Noor, tapi kalau boleh aku tanya, nenekmu itu di rawat di kelas mana. Nenekku dirawat di kelas VIP. Oh jelas saja aku nggak pernah merawatnya, biasanya aku kan ditaruh di kelas satu atau dua. Oh jadi begitu, oh iya gimana rasanya hidup di Banjarmasin.

Ya begitulah rasanya cukup sulit tapi aku harus tetap bertahan dengan kesulitanku sendiri, sedangkan Kau sendiri pastinya senang ya hidup serba berkecukupan, punya mobil, dan tak pernah rasanya menderita. Mendengar ucapanku tiba-tiba saja Rio tersenyum. Ya Allah baru kali ini aku meliatmu tersenyum. Memang aku ini orangnya nggak pernah tersenyum ya Lin. Ya menurut sepenglihatan sih, aku tak pernah melihatmu tersenyum bahkan cenderung kau itu selalu menyendiri, jarang berkawan. Ternyata kau itu memperhatikankan juga ya sikapku selama ini waktu di Jawa ya, tapi tidak semua yang kau lihat itu nyata dan menyenangkan, terkadang rasanya seperti robot yang harus selalu menuruti perintah majikannya. Maksudmu aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang aku ucapkan. Nah Kita sudah sampai. Lina pun segera berpamitan dengan Gina dan berterimah kasih dengan Afgan atas tumpangannya. Dan setelah Rio berpamitan dengan Lina, segeralah melaju mobil Rio berlalu meninggalkan Lina. Akan tetapi setelah mobil itu cukup jauh barulah Lina sadar kalau ia itu begitu amat bodoh, kenapa ia tak menanyakan dimana alamat tempat tinggal Rio dan no Hpnya. Apakah bisa ya Lina bertemu dengan Rio kembali. Ya semoga bisa, Lina yakin akan hal itu. Dan akhirnya ia hanya berdoa semoga oleh Allah ia dipertemukan lagi dengan Rio. Sesampainya di rumah sakit Lina pun segera menuju ke ruang ganti suster. Rumah Sakit Ulin itu memiliki 5 lantai. Bisa dibilang rumah sakit Ulin adalah salah satu RS tertua dan terbaik di Kalimantan. RSUD Ulin Bayarmasin adalah

rumah sakit kelas B Pendidikan. Berdiri tahun 1943 di atas lahan 63,920 m2 dengan luas bangunan 38.619 m2. Di awal berdirinya, konstruksi utama rumah sakit ini terbuat dari kayu Ulin. Kayu ini sangat kuat, kokoh, dan mampu bertahan puluhan bahkan ratusan tahun. Kayu ini khas Kalimantan dan mungkin tak dapat ditemui di daerah lain. Tahun 1985, renovasi pertama dilakukan. Bangunan Ulin diganti dengan konstruksi beton. Tahun 1997 dibangun Paviliun Aster, kemudian direnovasi lagi dan dibangun bersama Poliklnik Rawat Jalan dan Ruang Inap Aster tahun 2002. Sejak itu RSUD Ulin terus berkembang dan saat ini gedung memiliki lima lantai dengan fungsi masing-masing. Lantai satu untuk Instalasi Rawat Darurat (IRD), lantai dua untuk unit Kandungan atau Kebidanan, Lantai tiga untuk ICU/ ICCU/NICU/PICU, lantai empat untuk Kantor, sedangkan lantai lima untuk Kamar Operasi. Untuk ruangan suster terdapat di lanatai satu. Sekarang RSUD Ulin Banjarmasin telah menjadi rumah sakit Pusat Rujukan di Kalimantan, dan sebagai sarana pendidikan dan penelitian bagi para dokter dan paramedik. Fasilitas dan kelengkapannya tergolong paling lengkap, didukung dengan peralatan yang canggih. Pengembangan terus dilakukan, termasuk penambahan gedung baru yang modern dan megah. Rumah sakit Ulin ini mempunyai kapasitas tempat tidur berjumlah 478, digunakah untuk kelas III sebanyak 30 %; Kelas utama dan Aster sebesar 20 %; untuk kelas I sebanyak 15 %, kelas II 15 % untuk kelas VIP 20% dengan tingkat hunian atau BOR (Bet Ocupation rate berkisar 80 %).

Sekarang Lina masih menunggu Suci di Ruang Suster, Karena sekarang yang mendapat giliran mengambil kertas data pasien adalah Suci, jadi Lina dan teman-teman yang lain harus menunggu sambil duduk di ruang ganti suster. Dan sekali lagi Lina mulai melamun lagi memikirkan masalahnya. Sampai-sampai ia tak sadar kalau Suci sudah datang. Kemudian Suci malah segera memberikan kertas yang dia bawa kepada suster-suster yang lain dan menyuruh mereka segera pergi. Barulah ia mulai menggertakku. Hei Lin, kau ini kerjaannya suka ngelamun ya, ngelamunin siapa, iya am, baru punya cowok ya? Siapa bilang, enak aja kalau ngomong, aku itu belum punya suami tau. Kalau begitu siapa yang sedang kau lamunin? Aku tidak sedang ngelamunin siapa-siapa kok, aku sedang bingung saja dengan masalahku. Kau punya masalah, jangan-jangan masalahmu ada hubungnnya ya dengan uang? Aku belum bayar 8 bulan uang kos, jika hari ini Aku tidak bayar bisa-bisa aku diusir dari rumah itu. Kau jangan melihatku, kau kan belum bayar hutangmu padaku. Iya-iya sebelum hutangku lunas aku tidak akan berhutang lagi padamu, oh ya dimana Rima dari tadi aku tak melihatnya? Dia gak masuk hari ini? Apa dia sakit?

Ha(sambil tertawa) sakit, yang ada sekarang ini mereka sedang asik-asiknya lihat jumpa fans yang diadakan di mal.. Bagaimana kau bisa tau kalau sekarang Rima tu ada di mal melihat acara jumpa fans? Habis dia itu loh kemarin itu itu aneh banget, masa ia itu senyum-senyum sendiri kayak orang gila abis elihat berita di TV lokal tentang berita bintang Film ADA APA DENGANMU hadir di Banjarmasin dan akan mengadakan jumpa fans di mal, emang kau tak melihat beritanya di TV ya? Ah kau ini mana ada TV di koskosanku, Heh lagipula aku pikir omonganmu tentang Rima tu Cuma anggapan saja, belum tentu kan si Rima itu ngeliat acara jumpa fans yang diadakan di mal, mungkin saja anggapanmu itu salah dan Rima sekarnang malah betul-betul sakit di rumah. La kemarin itu kan si Rima sehat walafiat masak bisa sekarang ini malah sakit, tapi yang terserah kalau kau tak percaya padaku. Ya sudah aku percaya deh dengan ucapnmu, tapi kau sendiri apa tidak ikut dengannya? Apa? Jadi Kau menyuruhku membuang uangku hanya untuk melihat tampang mereka. Kau ini kenapa sih? Kok sepertinya sinis sekali dengan mereka? Bagaimana aku tidak sinis, coba deh kau pikir, mereka itu kan Cuma jual tampang mereka dan acting mereka itu loh ya Tuhan betul-betul tidak bisa

menyakinkan orang, aku jadi heran kenapa orang seperti mereka bisa sampe terkenal seperti itu.

Mendengar ucapan Suci lina malah tersenyum melihat sikap Suci yang sepertinya begitu membenci artil-artis yang sedang naik daun itu. Kau itu jangan tertawa lin, nih kertasnya! ucap Suci sambil menyodorkan kertas data pasien yangia bawa itu dan segeralah aku ambil. Maaf-maaf, aku akan menghormati pendapatmu kok. Oh ya Lin, kulihat di kertas itu kau itu akan merawat nenek yang namanya itu nenek Zatil ya? Setelah aku lihat di kertas ternyata benar ada yang namanya nenek Zatil. Iya, memangnya kenapa, apa ada yang salah? Oh tidak, tapi Aku cuma sarankan saja pada kau, lebih baik kau harus hati-hati dengan nenek pemarah itu. Nenek pemarah? Iya, apalagi untuk saat ini setelah nenek itu tidak diijinkan pulang oleh Dr Ian, ya pastinya tambah mengamuklah nenek aneh itu. Loh, aneh sekali, seharusnya nenek itu tau kan, kalau dia tidak diijinkan pulang ya pastinya karena ia belum sembuh kan. Itu dia masalahnya, nenek itu masih belum tau, kalau dia sedang mengidap radang paru-paru. Loh kenapa nenek itu sampe tidak tau? Itu karena anak-anaknya melarang Dr Ian untuk memberitahukan pada nenek, mereka takut nenek itu akan syok jika mendengar tentang penyakitnya. Apa nenek itu sedang stress berat ya Ci?

Entahlah aku sendiri juga tak tau, tapi aku benar-benar sarankan pokoknya kau harus hati-hati dengan nenek itu kalau perlu bawa obat bius, kalau nenek itu macam-macam bius aja biar benda tajam tidak menancap ke tubuhmu, pokoknya jangan biarkan nenek itu sampai memegang benda tajam, bisa jadi kau itu malah jadi sasaran kemarahannya. Apa sebegitu parahkan nenek itu? Bukan parah lagi tapi menurutku seperti orang gila, kau tau nggak, nenek itu tu sering sekali gonta-ganti suster, setiap kali ada suster yang merawatnya pasti deh segera minta dipindahkan, karena tak tahan dengan sifat sifat pemarahnya itu, dan kau tau minggu kemarin aku juga minta dipindahkan buat tak merawat nenek itu. Jadi kau pernah merawat nenek itu? Ya pernahlah , dan ujung-ujungnya nenek itu menancapkan jarum suntik menembus kulitku,emang dasar. Oh jadi minggu semalam1 tanganmu diperban itu karena nenek itu. Semalam : kemarin Yap kau benar, jadi aku sarankan kau harus hati-hati ya. Lina hanya mengangguk saja, akan tetapi ia jadi merasa penasaran, seperti apa yang sifat pemarah nenek Zatil itu sampai-sampai para suster gak ada yang mau merawatnya lagi dan dilimpahkan deh tugas itu padaku. Memang dasar, tapi ini adalah suatu tanggung jawab yang pastinya akan dimintai pertanggungung jadi walaupun mungkin sulit tapi aku harus melaksanakannya dengan profesional. Karena sadar mereka terlalu banyak bicara, mereka pun menghentikan pembicaraan mereka dan segera menjalankan tugas mereka masing-masing. Bertemu Nenek Pemarah

Seperti biasa tugas Lina adalah mencatat segala kemajuan dan kemunduran kesembuhan pasien, mengganti segala sesuatu yang dibutuhkan pasien, memberi perawatan kepada pasien, memberi keputusan klinis, melindung dan advokat klien, sebagai manajer kasus di tempat, sebagai rehabilitator, sebagai pemberi kenyamanan, sebagai komunikator dan penyuluh, serta memandikan pasien tentunya dengan cara rumah sakit. Itu semua adalah tugas yang harus Lina kerjakan setiap hari. Hari ini Lina bertugas di Kamar klas VIP. Sebuah ruangan yang hampir tak jauh beda dengan ruang hotel pada umumnya. Di ruangan itu selain disediakan sebuah pesawat televisi seperti yang ada di ruang klas I, di ruang ini pun dilengkapi pula dengan pendingan (AC) dan sebuah kulkas, serta kamar mandi sendiri, jadi bisa dibilang ini adalah tempat untuk orang-orang yang kaya alias berduit lebih. Akhirnya siang menjelang, sekarang Lina sudah sampai di kamar 403, kamar dimana tempat nenek Zatil berada. Ia sekarang berdiri di depan pintu kamar nenek Zatil. Ada sebersit perasaan takut yang tersirat dalam hatinya, akan tetapi ia harus berani. Kemudian Lina mulai membuka pintu dan masuk ke dalam. Melihat Lina datang saat itu dalam keadaan duduk di atas ranjang nenek Zatil langsung memandang dengan tatapan sinis seperti mau memakan muka Lina mentah-mentah dan kemudian nenek itu langsung menghujani Lina dengan berbagai pertanyaan. Dimana dokter Ian? ucap nenek Zatil dengan nada menggertak, keras dan juga suara yang cukup lantang melengking hingga membuat bulu roma Lina agak berdiri ketakutan

Nanti sore dokter akan ke sini nek. ujar Lina sedatar mungkin yang ia lakukan Hei, dasar, kau itu tak punya otak ya, aku itu butuhnya sekarang bukan nanti sore. Maaf nek, percuma saja, walaupun nenek sudah bertemu dengan dokter Ian, nenek tetap tidak akan diperbolehkan pulang. Kau itu jangan mengguruiku ya, aku itu lebih tua darimu, jadi cepat panggil dokter Ian sekarang juga! tukas nenek Zatil sambil menunjuk pintu kamarnya, dengan harapan penuh Lina akan segera keluar dan memanggil dokter Ian. Maaf nek saya tidak bisa. Dasar brengsek kau. ucap nenek Zatil sambil melemparkan bantal ke arah Lina dan tepat sasaran sekali mengenai muka Lina. Setelah itu bantal itu tepat jatuh di bawah kkinya. Ya Allah, Lina betul-betul sangat kaget dn ta percaya, ternyata memang benar apa yang dikatakan Suci, nenek ini betul-betul sangat pemarah. Baru pertama kali ketemu saja sdah mendapat perakuan yang tidak menyenangkan kayak gini, dapat lemparan batal lagi. Dan nenek ini juga telah berhasil membuat darah Lina mendidih. Lina pun mulai mengambil bantal yang jatuh ke tanah tadi dan berkatalah ia sambil memegang bantal. Nenek, barang yang seringan ini tidak akan bisa menyakiti anak muda sepertiku. Apa kau bilang? ucap nenek Zatil sambil mengangkat kepalan tangannya ke atas.

Tetapi setelah itu Lina lihat nenek Zatil menundukkan kepalanya, nafasnya mulai terengah-engah dan tangannya mulai memegang dadanya. Jadi Lina pun berfikir kalau penyakit kanker paru-paru nenek kambuh. Segera ia berusaha menolong nenek, mendekatinya dan menyuruh nenek untuk tenang serta menarik nafas dalam-dalam.Tapi setelah itu nenek malah mendorong Lina ke belakang hingga jatuh tersungkur kebelakang. Melihat Lina ternyata Nenek Zatil malah tertawa terbahak-bahak. Ya Allah, Lina pikir nenek itu betul-betul sudah keterlaluan, Lina pun segera berdiri dan mengatakan kata-kata yang pedas pada nenek Zatil. Nenek, apa nenek sudah puas dengan apa yang nenek lakukan ini padaku? Ya aku puas sekali.

Nenek, apa nenek tidak merasa, jika nenek begini terus nenek tidak akan bisa sembuh. Kau itu jangan mengguruiku ya, aku itu tidak sakit dan kau juga bukan dokter jadi jangan sok deh jadi orang, Ya memang saya bukanlah seorang dokter, tapi jika nenek terus

mempertahankan sifat nenek ini, para suster pasti enggan merawat nenek dan suatu hari nanti pasti nenek akan merasakan apa itu namanya kesepian, nenek dengar itu kesepian. Mendengar kata kesepian wajah nenek langsung terlihat lesu. Padahal tadinya ia terlihat begitu sangat pemarah dan begitu lantang bicaranya. Lina jadi berfikir sebetulnya apa yang sebenarnya terjadi dengan nenek Zatil, apa ia merasa kesepian, tidak mungkin anak-anaknya kan begitu sangat mencintainya, terbukti

mereka tidak mau nenek ini mengetahui penyakit yang sedang dideritanya. Lina pun mulai berusaha menenangkan hatinya, agar semuanya tidak bertambah kacau. Nenek ingin keluar dari tempat ini? Tentu saja iya, apa kau bisa membantuku. Wajah nenek langsung terlihat berseri, rasanya Lina bisa mlihat seakan nenek Zatil ini ingin segera keluar dari rumah sakit, karena mungkin merasa sudah lebih dari empat bulan mendekam terkurung dalam rumah sakit. Ya aku bisa membantu nenek, asal nenek mau memenuhi syaratku. Kau mau minta syarat apa saja pasti aku mau memenuhinya, asal kau bisa mengeluarkanku dari tempat setan ini. Baiklah, tidak banyak kok mintaku nek, aku hanya mau nenek meminum obat secara teratur dan mau memenuhi permintaan dokter. Dasar ikam gila, Aku itu tidak sakit, untuk apa aku minum obat. Ikam : Kamu dalam bahasa banjar Terserah nenek, kalau nenek tidak mau aku tidak bisa mengeluarkan nenek dari tempat ini. Baiklah berikan obatnya itu, biar aku minum sekarang! Akhirnya Lina bisa membuat nenek ini meminum obat tanpa harus melalui paksaan dengan suntikan. Setelah nenek meminum obatnya, Lina segera membantu nenek duduk di kursi roda. Nenek Zatil tidak bisa berjalan lagi alias lumpuh jadi kemana-mana ia harus menggunakan kursi roda. Kursi roda itu terus Lina dorong sampai pada tempat tujuannya yaitu pohon rindang cukup besar yang

ada di halaman rumah sakit ini. Setelah itu berhentilah Lina dan segera ia kunci kursi rodanya biar gak ke mana-mana. Loh, apa-apaan kau ini? Kenapa kau menaruhku di sini kau bilang akan mengeluarkan aku dari rumah sakit ini.? Siapa bilang aku mau mengeluarkan nenek dari rumah sakit ini? Kau jangan mengibuliku ya, tadi kau sendiri kan yang bilang? Aku kan memang sudah melakukannya nek KAu itu jangan mengibuliku ya, sekarang ini aku masih di dalam rumah sakit, bukan di luar rumah sakit. Nenek, maksudku tadi mengeluarkan nenek dari kamar itu, bukan dari rumah sakit ini. Jadi kau itu membohongiku ya? Aku tidak merasa membohongi nenek, aku kan memang sudah melakukan apa yang harus aku lakukan nek. ujar Lina dengan santainya Kau ini , aku tidak mau tau keluarkan aku dari tempat ini! sentak nenek Amah dengan emosi yang memuncak karena merasa dikibuli Nenek, nenek diam saja di sini, nikmati alam ini, sementara itu aku akan mengambilkan sesuatu untuk nenek. Tunggu-tunggu, jadi kau mau meninggalkan aku sendirian di sini? Siapa bilang nenek sendirian, apa nenek tidak lihat makhluk hidup yang mengitari nenek.

Dasar bocah tengik, aku tidak mau berbasa-basi lagi denganmu, cepat keluarkan aku dari sini! teriak nenek Zatil hingga membuat semua orang melihatnya dan seperti biasa nenek sama sekali tak memperdulikan orang-orang yang melihatnya. Maaf ya nek, aku pergi dulu. ujar Lina dengan tenang tanpa sedikit pun panik Hei tunggu ., cepat kembali, jangan tinggalkan aku sendirian disini, hei Nenek masih terus saja mengomel-ngomel dan berkuciak (berteriak) saat Lina pergi. Setelah Lina sampai di ruangan suster, ia segera menuju ke lokernya untuk mengambil buku komik yang selalu menemaninya di saat ia sedang jaga malam. Setelah ia kembali ke sana, nenek Zatil hanya terlihat diam saja, jadi Lina pikir pasti nenek Amah sudah kecapekan ngomelnya. Setelah sampai di depan nenek Amah Lina segera menyodorkan komik yang ia bawa kepada nenek Zatil. Ini untuk nenek. Apa ini? apa nenek tidak tau, ini komik nek? Aku tau itu komik, tapi untuk apa kau berikan padaku? Ya tentu saja untuk dibaca. Kau pikir aku ini anak kecil apa? Dasar suster tengik. Nenek, komik itu bukan hanya untuk anak kecil, orang dewasa seperti nenek juga bisa membacanya. Nenek Zatil mulai mengambil komik yang disodorkan Lina tetapi bukan dibacanya malah ia buang komik itu. Melihat tindakan nenek, Lina segera mengambil komiknya dan menaruh komiknya itu di samping kiri kursi roda nenek.

Nenek mau membacanya atau tidak itu terserah nenek, tapi aku sarankan lebih baik nenek membacanya karena nenek pasti akan kesepian, karena aku tidak bisa menemani nenek, banyak tugas yang banyak menantiku jadi selamat membaca ya nek. Lina segera melangkahkan kakinya meninggalkan nenek sendirian di sana. Namun tidak seperti biasanya saat Lina pergi nenek sama sekali tidak mengomel hanya diam membisu. Tanpa diketahui nenek, Lina mulai memantau nenek dari kejauhan. Di lorong rumah sakit di depan salah satu jendela rumah sakit di lantai satu inilah, Walaupun cukup lama hingga lima belas meniat ia menunggu tapi alhamdulilah akhirnya lina mulai melihat nenek mengambil buku komik tersebut dan keluarlah senyuman manis dari bibirnya.Syukur alhamdulillah langsung ia ucapkan. Tetapi tiba-tiba dari belakang Suci mengagetkan Lina dengan menepuk pundaknya sambil berkata. Hei, ngelamun saja. Ngelamun apaan sih, aku ini sedang melihat orang tau. Ngeliat apaan sih?(Suci mulai mengalihkan pandangannya ke arah taman)hah itu kan nenek Zatil, Ya Allah astagfirullah haladzim, dia tertawa, bagaimana bisa kau buat dia tertawa. Aku cekik dia agar dia mau menurutiku. Ah kau ini jangan bercanda cepat beritau aku. Nggak mau ah, abis kau memukulku sih. Ah kau ini pemarah sekali sih, aku kan tadi hanya bercanda Lin.

Sambil berjalan mereka pun masih terus bercanda. Selang waktu setengah jam Lina kembali ke taman untuk melihat keadaan nenek dan ternyata nenek sudah tertidur di atas kursi roda. Rasanya tak tega hati ia membangunkannya. Tapi ini adalah pengalaman pertama kali Lina merawat orang yang super pemarah seperti nenek Zatil ini. Akan tetapi Rasanya Lina sekarang malah jadi penasaran Sebetulnya apa yang membuat nenek merasa kesepian. Tapi sudahlah suatu hari Lina yakin, ia pasti akan tahu kenapa nenek Zatil merasa kesepian. Tamparan Lina Malam telah tiba dan jam tugas kerja Lina telah habis. Saat ini Lina sudah berada di luar rumah sakit. Sekarang ini ia sedang memandang ke arah rumah sakit. Rasanya tidak ada kecemasan lagi dalam hatinya, karena ia dengar dari Suci kalau cucu nenek Zatil sudah datang menjenguk nenek dan bisa dipastikan cucunya itu akan menginap di kamar nenek Zatil, jadi Lina yakin pasti nenek tidak akan mersa kesepian lagi. Akan tetapi kalau saja Lina Tau siapa sebenarnya cucu dari nenek Amah itu , pasti ia akan senang sekali bisa bertemu dengan nenek yang suka marah seperti nenek Zatil ini. Rasanya Lina tidak merasa berat lagi menjalankan sepatu rodanya pergi secepat mungkin meninggalkan rumah sakit.Tapi belum sempat ia jauh dari rumah sakit Suci sudah memanggilanya dari belakang sambil berlari. Lina pun segera berhenti. Ada apa ci? Ah kau itu jangan pulang dulu kenapa sih? ucap Suci sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Loh kau ini aneh ya, kenapa kau melarangku pulang?

Ah kau ini tak tau ya, Mawar sekarang itu sedang ulang tahun. Ah kau ini, kau ini tak tau ya dengan keadaanku, aku tidak bisa membelikan Mawar kado, jadi jangan minta padaku dong. Siapa yang mau minta kado, uh dasar kau ini, justru Mawar itu mau mentraktir kita di restoran terkenal, lagipula Anggun dan Lia juga ikut kok. Oh jadi dia mau mentraktir kita, ya sudahlah syukur kalau begitu, aku tunggu di sini ya. Ah kau ini tulalitmu masih belum hilang juga ya, apa kau tak lihat dirimu, kau itu masih pakai sepatu roda neng, jadi sekarang ayo kita balik ke rumah sakit, ganti sepatumu itu dengan sepatu biasa, aku heran kenapa sih kau itu suka sekali menggunakan sepatu roda! Oya ya kau benar juga. Lina dan Suci segera kembali ke rumah sakit. Setelah mereka semua berkumpul dan Lina mengganti sepatunya dengan sepatu biasa, mereka pun segera berangkat ke tempat restoran yang diinginkan Mawar. Berbeda dengan yang lainnya Lina masih memakai baju tugas, atasan putih lengan panjang warna putih dan rok panjang putih serta kerudung warna putih juga. Pokoknya semua serba warna putih. Beda halnya dengan teman-temannya yang sudah mengganti baju mereka dengan baju santai. Lina tak bisa melakukannya karena lokernya sudah terlalu penuh dengan komik sebagai peneman hatinya di kala sedang jaga malam dan tambahan pula sepatu cats sebagai gantinya jika ia bekerja, jadi lokernya tak cukup lagi buat menaruh baju ganti.

Mereka memutuskan untuk jalan kaki saja karena jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Setelah sampai di restoran Monggo Mampir yang mana tentunya yang mempunyai restoran ini tentunya adalah orang jawa, karena bisa terlihat dari nama restorannya Monggo mampir yang artinya adalah mari berkunjung menikmati santapan makan enak. Bagi Lina ini agak terasa aneh karena ternyata yang dimau Mawar restoran itu cukup bergengsi untuk orang yang berduit. Mereka segera masuk ke dalam. Dan bertepatan sekali di dalam sudah terlihat rame karena ada banyak artis dan para pendukung film Ada Apa

Denganmu berkumpul untuk merayakan keberhasilan jumpa pers yang mereka adakan di Banjarmasin. Di sana sekitar ada 8 orang sedang merayakan keberhasilan film tersebut dengan makan-makan, termasuk di sana juga ada sutradara terkenal Agung Catmico dan juga actor yang sedang naik daun, Afgan. Film mereka sekarang ini memang sedang membludak-bludaknya di bioskop. Akan tetapi bagi Lina, ia tak punya waktu lagi guna memikirkan sesuatu yang bisa membuang uangnya yaitu menonton di bioskop. Semuanya segera memasuki restoran Monggo Mampir dan mencari tempat duduk. Setelah duduk, barulah kami sadari kalau Dari tadi Lia itu berdiri seperti patung bengong, sambil memandang Afgan dari kejauhan. Bagi Lia ia begitu sangat senang sekali karena bisa dengan mata telanjang melihat bintang idolanya ada di depan wajahnya. Segera saja Lia ditarik oleh Suci untuk segera duduk di tempat duduk yang sudah mereka pilih yang sudah dipesan Mawar. Tapi belum sempat Lina memesan makanan ia sudah merasa mules perutnya ingin buang air

ke belakang. Saat itu juga Suci pun mulai mengatakan kesulitan uang yang dialami Lina kepada teman-temannya. Eh teman-teman kalian tau nggak ada berita duka. ucap Suci Memangnya siapa yang meninggal dunia Ci. tanya Anggun Ini bukan masalah orang meninggal, tapi Lina itu kena musibah lagi, kalian tau nggak, dia itu ya terancam diusir dari koskosan karena sudah delapan bulan menunggak membayar biaya kos. Ci, kau itu tau kan gimana sikap Lina itu kayak apa, ia itu pasti nggak akan mau menerima uang pemberian dari kita. ucap Mawar Ia Ci apa yang dikatakan Mawar benar, dulu aja waktu ayahnya dioperasi kita kan bilang kalau uangnya nggak usah diganti, tapi ia bersikeras kalau itu adalah utang, jadi yang mau gimana lagi, ia itu mau bersikeras mengembalikan uang kita dulu, padahal kau tau sendiri kan kalau kita semua itu sama sekali tak mengnganggap kalau itu adalah utang, karena kami iklas memberikan uang itu pada Lina untuk biaya operasi Ayahnya. tambah Lia Nah karena itu aku punya ide, tapi kalian itu harus membantu ideku ini. ucap Suci Dengan serius mereka pun mulai membicarakan rencana menurut ide yang dirancang sendiri oleh Suci, agar Lina mau menerima uang yang mereka kumpulkan untuk membantu Lina membayar uang kos dan tak menganggap uang itu adalah hutang akan tetapi sebuah hasil jeripayahnya sendiri. Setelah selesai dari kamar mandi Lina pun segera kembali ke ruang makan dan duduk di tempat tidurnya.

Teman-teman, kalian taulah kenapa aku metraktir kalian di tempat mewah seperti ini, ada yang tau nggak . Tanya Mawar sambil memandang secara bergantian mata teman-temannya Karena kau baru dapat durian runtuh kan Ro Mawar? jawab Anggun setangh tersenyum karena tak yakin dengan jawabannyasendiri Yap kau benar sekali, akan tetapi lebih tepatnya dua minggu lagi, aku menikah. ucap Roslina denga senyuman yang begitu lebar Ah . Selamat ya Mawar menyalami tangan Mawar Tapi Mawar kau itu kan belum punya pacar, bagaimana kau bisa menikah secepat ini. tanya Anggun Anggun-anggun kau itu jangan cemburu dengan Mawar. sindir Lia Apa maksudmu, siapa juga yang cemburu. jawab Anggun Ala aku yakin kau itu pasti cemburu dengan Mawar karena pacarmu Anton itu . ucap seluruh temannya sambil bergantian

nggak segera-segera melamarmu, padahal kau dan Anton itu kan sudah lebih dari empat tahun pacaran. ucap Lia Anton mau melamarku atau tidak itu bukan urusanmu, jadi kau itu jangan suka ikut campur. pertegas Anggun dengan suara yang mulai meninggi sepertinya keadaanya menjadi tambah panas, karena itu Roslina segera turun tangan. Eh kalian, aku ini kan sedang bahagia, jangan merusak kebahagianku dong. Sindir Mawar

Ia kalian ini, hormati Mawar dong, tapi Mawar kalau kami boleh tau berasal dari mana jodohmu itu, terus siapa namanya? tanya Lina Dia berasal dari Solo Jawa Tengah, kerjaan adalah pembisnis Batik dan namanya Hartono. Ucap Roslina Wah dari Jawa, berarti pastinya kau akan ikut suamimu ke jawa dong. tanya Suci Yap kau benar sekali. Mawar membenarkan ucapan Suci Wah Mawa,r, kau ini betul-betul keterlaluan berarti ini pertemuan kita yang terakhir dong? tanya Anggun. Ya tentu saja tidak, dua minggu lagi setelah resepsi pernikahan baru aku pindah ke Solo, tapi jangan khawatir teman-teman, kita masih bisa kok kontekkontekkan. ucap Mawar untuk menenangkan teman-temannya Mawar jangan kau bilang selain merayakan ulang tahunmu kau itu juga ingin merayakan kepergiannmu dengan kami? tanya Lia Maaf teman-teman itu memang benar. perjelas Mawar Tapi sebelum aku pergi, aku punya permainan ni. Dan siapa yang bersedia melakukan permainan ini aku kasih dia uang delapan ratus rupiah, ayo apa ada yang mau. tawar Mawar Dengan cepat Suci pun langsung mengangkat tangannya akan tetapi ternyata Lia juga mengangkat tangannya namun kalah cepat dengan Suci. Kau juga mau uang itu Ci? tanya Lia Ya tentu saja tidak, emangnya aku ini orang kere apa? jawab Suci Lalu kenapa kau mengangkat tanganmu Ci? tanya Lina

Aku hanya ingin menyarankan satu orang yang cocok melakukannya dan orang itu adalah Lina. ucap Suci sambil menunjuk Lina Kenapa harus Aku. ucap Lina seraya bingung Lin, ingat kos-kosanmu, ini itu kesempatanmu. ucap Suci sambil berbisik Lina pun segera mengerti dengan maksud Suci, kalau uang hadiah dari permainan itu bisa ia gunakan untuk membayar koskosan. Memangnya permainan apasih yang kalian maksud? tanya Lina Permainan yang mudah kok Lin, tapi pasti menyenangkan, Kau Lihat lelaki yang duduknya membelakangi kita itu. ucap Mawar sambil menunjuk orangnya. Ya tentu saja aku tau, dia itu kan Afgan, aktor terkenal, pemain film ADA APA DENGANMU. Baguslah jika kau tau, hadiahnya adalah uang delapan ratus ribu rupiah ini (ucap Roslina sambil meletakkan uang delapan ratus ribu rupiah di atas meja) sedangkan permainannya, siapa yang berani menampar Afgan, dia yang akan berhak mendapakan hadiah uang ini. Hanya menampar saja mudah sekali, aku mau Mawar melakukannya. ucap Lia Eh enak saja kau itu bepandir, aku kan yang mengangkat tangan terlebih dahulu, jadi aku dong yang berhak memutuskan siapa yang berhak mendapatkan kesempatan melakukan permainan asyik itu. Suci langsung saja menerobos menimpali Eh kenapa bisa begitu. gertak Lia

Kalau menurutku apa yang dikatakan Suci itu benar Lia, dia itu kan yang mengangkat tangan terlebih dahulu jadi tentunya dia yang punya hak. ucap Mawar membenarkan ucapan Suci Tapi sepertinya Lina sendiri tak mau melakukannya, jadi ya berikan saja padaku. sindir Lia Memangnya kau tak mau Lin, pina diam terus, ya sudah kalau begitu aku berikan saja permainan ini pada. Tunggu, aku mau melakukannya, tapi berikan dulu uangnya padaku. Lina langsung saja memotong ucapan Mawar Mawar menyanggupi apa yang dimau Lina. Akan tetapi walaupun begitu Lina merasa begitu ketakutan menerima permainan konyol itu. Tapi jika ia tak mengambil permainan itu bisa-bisa hari ini juga ia diusir dari tempat koskosannya, tapi jika ia menerima permainan itu berarti ia harus menampar Afgan, ya aku punya ide beri tamparan kecil saja pada Afgan, pasti dia juga takkan marah, pikir Lina. Setelah Mawar memberikan uang segeralah Lina melaksanakan permainan yang aneh ini. Ia mulai keluar dari tempat duduknya berjalan meninggalkan teman-temannya. Rasanya tangan Lina mulai gemetaran, jantungnya juga berdebar keras sekali, rasanya ia takut tapi ia harus melakukannya agar bisa mendapatkan uang itu. Setelah sampai di depan Afgan duduk, Lina mulai sedikit berbasa-basi. Assalamuallaikum Afgan! Wallaikum salam, ada perlu ap?

Tamparan Kecil langsung Lina layangkan di pipi Afgan dan setelah itu ia langsung lari sekecang mungkin meninggalkan restoran itu, lari dan terus berlari tanpa melihat ke belakang lagi. Saat itu Lina begitu sangat ketakuatan kalau Afgan akan mengejarnya dan membalas apa yang ia lakukan. Sesampainya di depan rumah koskosan, barulah Lina merasa bisa menghentihkan langkahnya. Sambil masih mengatur nafasnya yang masih terengah-engah, ia mulai melihat ke belakang dan Lina merasa berutung karena Afgan tidak mengejarnya. Senyuman pun mulai merekah di bibirnya. Setelah nafasnya stabil barulah ia masuk ke dalam rumah kos dan ternyata Ibu kos sudah menunggunya di ruang tamu sambil duduk di atas sofa. Kemudian Lina segera memberikan uang yang ia dapatkan dari cara yang tidak benar itu kepada Ibu kos dan akhirnya ia bisa terhindar dari pengusiran dari rumah koskosan. Waktu itu juga Ibu Aulia langsung meminta maaf kepada Lina, bukannya ia memaksa Lina untuk segera melunasi hutangnya yang telat membayar uang kos-kosan selama 5 bulan tapi ia terpaksa melakukannya. Hal ini karena ia sedang membutuhkan uang yang banyak untuk biaya anak laki-lakinya yang pertama mau masuk universitas, sedangkan anaknya yang duduk di Sekolah Dasar kelas Lima mau naik ke kelas enam, sedangkan anak perempuannya yang masih duduk di SMA kelas tiga juga membutuhkan biaya untuk ujian UAN. Lina pun berusaha mengerti dengan penderitaan yang dialami Bu AUlia. Akan tetapi bagaimana dengan Afgan, tamparan yang dilakukan Lina itu sungguh sekarang malah membuat semua orang melihatnya. Dan spontan Nikki yang duduk di sampingnya langsung menanyainya.

Loe tu kenal ya dengan tu gadis ? Loe tu bercanda Apa Nik, ya jelaslah , Enggak sama sekali. ujar Afgan dengan cukun tegas. Kalau you nggak kenal terus kenapa ia menamparmu? tambah ANNA yang waktu itu sedang duduk di hadapannya. Ya mana gue tau, gue aja sendiri aja nggak kenal siapa tu gadis? ucap Afgan sera ingin membela diri. Sudahlah, loe tu nggak perlu merasa malu dengan kami, seorang wanita itu nggak bakal mungkin menampar orang jika tanpa sebab yang pasti jadi cepat deh, loe cepat kejar kekasihmu itu dan minta maaf sana dengannya, nanti keburu dia kabur loh. tambah sutradara. Ya Allah gue harus bilang berapa kali lagi supaya loe-loe semua ni percaya sama gue, gue tu memang nggak kenal dengan wanita itu, lagipula please deh tolong jangan memandanggue ni kayaknya seperti seorang narapidana aja? Kayak gue ni baru aja ngelakuin sesuatu yang salah lagi. Lalu untuk apa tu cewek nampar loe he? Tanya ANNA lagi. Ya emang gue tahu, emangnya gue tu bapaknya apa. ucap Afgan kekesalan Sudahlah masak hanya karena wanita aneh kita jadi bertengkar kayak begini, kita kan sekarang sedang happy karena film kita laris manis, jadi sudahlah kita

lupakan saja kejadian tadi,toh lagipula juga nggak ada wartawan, jadi masalah ini pasti nggak bakal ada orang yang tau. usul sang sutradara. Mereka pun segera melupakan kejadian dimana Lina menampar Afgan dan kembalilah mereka bersenang-senang.

Meminta Maaf Akhirnya Lina bisa terbebas dari apa itu namanya pengusiran dan kemudian segeralah ia masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan badannya ke atas ranjangnya, tanpa mengganti baju tugasnya. Di dalam kamar sekarang ini ia sendirian, anehnya Minah sekarang tidak berada di Kamar. Waktu Lina Lina tak sempat memikirkan Minah, karena ia sendiri sudahlah sangat capek, karena itu rasanya ia ingin segera tidur, akan tetapi saat Lina mulai menutup matanya, seketika itu juga bayangan ia menampar Afgan langsung saja muncul. Sepertinya sekarang perasaan bersalah sedang menghantuinya. Dengan cepat ia pun segera membuka matanya kembali. Ia coba lakukan lagi tapi hasilnya nihil, bayangan itu keluar lagi. Rasanya ia mulai ketakutan sendiri menutup matanya. Ia lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 9.00, sedangkan Minah belum juga pulang dari kampus. Rasanya Afgan sudah seperti hantu bagi Lina karena sudah berusaha sebisa mungkin untuk menutup mata akan tetapi bayangannya ituselalu saja muncul. Lina pun segera bangun dari ranjangnya dan berteriak dalam hati. Tidak, aku tidak boleh begini terus, jika begini terus aku tidak akan bisa tidur, Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Astagfirulahaladzim, bagamana bisa aku mendapakan uang dengan cara yang tak benar, Ya Allah Mungkin jika aku minta maaf padanya, aku akan bisa tidur dengan nyenyak, tapi apa dia akan memaafkanku ya? Ah aku ini kenapa jadi berfikiran negative, aku kan belum mencobanya, tapi gimana aku bisa menemuinya, oh iya hampir saja aku lupa, Minah kan sekarang kan kerja dengan artis-artis terkenal itu, ya Hotel Sekar

Arum. Untuk saat ini keputusan Lina sudah bulat, ia akan meminta maaf pada Afgan agar tidak dikejar terus dengan persaan bersalah. Ia pun mulai meminjam sepatu roda milik Minah tentunya tanpa meminta ijin sebelumnya kepadanya, karena ia harus segera bergegas pergi sebelum kemalaman bertemu dengan Afgan, tapi ia janji dalam hatinya setelah Minah pulang ia pasti segera minta maaf kepada Minah karena telah memakai barangnya tanpa minta ijin terlebih dahulu. Kemudian setelah itu bergegaslah ia meluncur bersama dengan sepatu rodanya menuju ke Hotel Sekar Arum. Cukup jauh letak hotel itu dari koskosannya yaitu ada di jalan Pahlawan, dekat kawasan Taman Maskot. Membutuhkan waktu setengah jam barulah ia sampai di hotel Sekar Arum. Setelah sampai di sana, segeralah ia menuju ke depan receptionist yang hanya ada satu orang saja. Saya ingin bertemu dengan Afgan Sucatmimiko, bisa kan mbak? Maaf ya mbak, bintang-bintang terkenal itu sekarang sedang keluar. ucap Aida selaku receptionis yang kala itu sedang jaga Anda jangan membohongi saya ya, masa sampe jam sembilanan begini kok mereka masih belum pulang. Kalau anda ngefans berat dengan mereka, datang saja besok ke mal. Maaf ya mbak, saya itu bukan pengagum mereka dan saya ingin bertemu dengannya sekarang juga, bukannya besok. Setelah itu lina Lina lihat Aida mulai mengangkat gagang telp, ia pikir akan menghubungi Afgan tapi ternyata malah menghubungi satpam. Lina pun jadi gelagapan.

Apa maksud anda memanggil satpam,saya ini kan sudah bilang, saya ini bukanlah pengagum mereka. Dalam hitungan detik satpam itu sudah ada di samping kiri Lina Pak tolong usir wanita ini! Mendengar perintah Aida satpam itu segera mengusir Lina dengan cara yang kasar dan hampir menyentuh tangan Lina. Spontan Lina pun langsung marah dan menghindar. Jangan menyentuhku, kau bukan muhrimku, aku bisa kok keluar sendiri. Kalau begitu cepat keluar! Lina mulai menjalankan sepatu rodanya keluar dari hotel sambil di belakang satpam itu membututinya seperti ekor. Sampai di luar pagar satpam itu langsung memperingatkan Lina, jika ia berani masuk ke dalam lagi maka satpam itu akan memanggil polisi untuk mengusir Lina. Alhasil akhinya Lina putuskan menunggu di luar pagar hotel. Untung di sana ada di sana ada tempat duduk besar yang terbuat dari beton, jadi Lina tidak harus berdiri menunggunya. Tunggu ditunggu ternyata Lina hampir lebih dari satu jam menunggunya. Lina jadi berfikir, apa receptionist itu membohongiku ya, ah lebih baik aku tunggu 5 menit aja lagi, jika ia belum datang juga aku bakalan masuk lagi ke dalam. Namun belum habis waktu 5 menit itu, dari kejauhan Lina melihat mobil bertipe SYV yang meluncur ke arah hotel. Dan lina yakin mobil itu adalah milik Afgan jadi segera ia cegat mobil itu dengan cara seperti orang yang mau bunuh diri tepat di depan arah mobil merentangkan tangannya. Dan dengan terpaksa akhirnya mobil itu pun mau berhenti. Lina segera menuju kearah jendela

depan dan Nikki, artor yang saat itu ialah yang menyetir mobil itu langsung membuka kaca jendela dan memarahi Lina karena tindakan Lina tadi begitu ceroboh, kalau sampai ia tertabrak pastinya Nikkilah yang akan bertanggung jawab. Hei, loe tu sudah gila ya? Loe itu mau bunuh diri apa? Anna, seorang aktris cantik yang duduk di samping Nikki langsung mengenali wajah Lina Loh, Nik, itu kan wanita yang ada di restoran tadi. ucap Anna Dimana Afgan? aku ingin bertemu dengannya, kumohon ijinkan aku bertemu dengannya. Tanya Lina tanpa menghiraukan ucapan mereka. Hei, hormati dong kalau orang sedang Tanya. ucap Nikki penuh emosi Apa kau bilang? tanya? Hai, kayaknya kau tadi itu memarahiku, bukannya menanyaiku. ucap Lina dengan sikap yang tenang. Mendengar suara Lina yang cukup lantang, akhirnya Afgan memutuskan keluar dari mobil, dan Nikki langsung mengalihkan pandangannya ke arah Afgan dan juga langsung menanyainya. Loh Afgan, loe ini kenapa malah turun? Hei kau itu jangan meladeni wanita sinting ini Sudahlah, biar gue selesaikan masalah gue dengan gadis ini. Eh tunggu dulu, alhamdulillah aku merasa sangat senang sekali jika kau mau bicara denganku, tapi aku mau Anna juga ikut turun, karena jika dua orang yang bukan muhrimnya berduaan yang ketiga itu adalah setan, jadi aku mohon Anna, kau mau sekiranya turun! pinta Lina

Loe ini sok agamis banget sih, emangnya, Afgan itu mau apa menyentuh wanita jelek sepertiloe. ucap Nikki seraya dengan nada yang mengejek Sudahlah, please deh, stop Nik! Hentikan omongan loe itu! kasar sekali tau, Anna tolongin gue please, loe turun sekarang juga! temani kami! Afgan! teriak Nikki Nik, gue tu mohon loe please deh, biarin, gue selesaikan masalah yang dibuat sendiri oleh wanita ini selesai, okey! Baiklah jika itu mau Loe, tapi gue sarankan Loe itu harus hati-hati dengan wanita yang pintar bicara ini. ucap Nikki Kemudian Anna segera turun dari atas mobil dan berjalan menuju ke tempat duduk yang terbuat dari beton itu lalu duduk di sana. Berbeda dengan Lina yang memakai baju serba tertutup, hanya tangan dan mukanya saja yang kelihatan, akan tetapi Anna hanya memakai baju yang serba terbuka dan juga seksi, hanya memakai baju tang top dan celana jins. Akan tetapi di sini Anna hanya diam saja duduk di atas kursi beton, hanya melihat pembicaraan dan juga pertekaran antara Lina dengan Afgan. Setelah mobil itu masuk, barulah Afgan menanyai Lina. Okey, sekarang katakan! Apa yang kau mau? Aku hanya ingin minta maaf padamu. Oh , jadi itu tadi caramu minta maaf.. sindir Afgan Maaf, jika menurutmu apa yang kulakukan tadi salah, tapi aku tadi hanya merasa kesal saja, abis aku harus menunggu satu jam, lebih lagi, baru aku bisa menemuimu.

Aku tidak menyuruhmu untuk menungguku. Memang benar sih, tapi , sudahlah, aku ke sini kan bukan untuk membuat garagara lagi denganmu, tapi ingin minta maaf denganmu. Okey, baiklah, jika kau ingin membuat agar masalah yang kau buat sendiri ini selesai, baiklah, aku akan memaafkanmu. Betulkah? Seketika itu senyuman kecil langsung keluar dari bibir Lina tapi Afgan langsung mengeluarkan kata-kata yang membuat rasa senang Lina jadi turun. Kau jangan senang dulu, aku akan memaafkanmu, tapi kau harus menerima syaratku. Syarat? Iya, syarat, aku hanya ingin kau merasakan apa yang kurasakan saat di restoran tadi. Jadi maksudmu? Apa kau mau menamparku. Yap, kau betul sekali. Jadi kau mau menampar wanita? Jika itu diperlukan. Tapi kan aku hanya memberikan tamparan kecil padamu. Ya, memang itu adalah sebuah tamparan kecil, tapi, apa kau tak sadar dengan apa yang kau lakukan itu, kau itu sudah berhasil membuat orang-orang yang ada di restoran itu langsung melihatku, dan aku yakin pasti mereka berfikir jiaka aku mempunyai hubungan yang khusus denganmu, padahal aku sama sekali tak mengenalmu, untung saja di sana tidak ada wartawan, jika ada wartawan,

masalahnya kan bisa jadi tamba gawat tambah runyam, bisa-bisa gossip yang tidak-tidak itu bisa menyebar. ujar Afgan dengan nada suara yang tegas serta keras hingga membuat tangan Lina menjadi gemetar Baiklah jika itu maumu, ayo cepat tampar aku, biar masalah ini cepat selesai, ayo cepat tampar aku ucap Lina sambil menyodorkan pipinya untuk ditampar.

Dan seketika itu juga meneteslah air mata Lina. Sungguh Afgan tak menyangka, sekarang ia telah membuat seorang wanita menangis tepat di hadapannya. Tapi setelah Lina mau menerima syarat itu, Afgan malah tidak segera menampar Lina. Ia malah berjalan ke arah Anna dan duduk di samping Anna. Melihat tingkah Afgan Linapun jadi kebingungan. Kau ini? Sebetulnya apa sih maumu, katanya kau mau menamparku. Gak jadi ah, rasanya aku jadi ga tega menampar wanita yang sedang menangis. Hai, kau itu jangan menghinaku ya, aku ini bukan wanita lemah seperti yang kau pikirkan,jika kau mau menamparku, tampar saja aku, aku tak butuh rasa kasianmu itu. ucap Lina dengan penuh emosi Loh-loh, kenapa sekarang jadi kau yang marah-marah, seharusnya aku kan yang marah-marah. Sudahlah jangan banyak basa-basi lagi! Jika kau mau menamparku tampar saja aku sekarang, jangan banyak basa-basi lagi! Aku pikir aku tak perlu melakukannya, karena aku kan sudah memaafkanmu. Apa kau bilang? Kau memaafkanku, Apa? Kau ini tidak boong kan? Hei, memangnya wajahku ini tukang boong apa. Bukannya begitu tapi

Sudahlah, duduklah di samping Anna, kau tidak capek apa berdiri terus. Lina pun mulai duduk di samping Anna. Betul kau memaafkanku? Kau ini masih belum percaya ya? Bukannya begitu, tapi tadi kau kan terlihat pemarah sekali. Abis aku marah kan karena ulahmu sendiri, oh ya jika aku boleh tau sebetulnya untuk apa kau menamparku, kau menamparku pasti ada alasannya kan? Lina mulai ketakuatan, Ia pikir jika ia menceritakan sejujurnya pada Afga jika tamparan itu adalah sebuah permainan untuk bisa mendapatkan uang, pasti Afgan nantinya akan berpikir jika ia dijadikan sebagai alat permainan, ya lebih baik ia rahasiakan saja hal ini, pikir Lina. Kenapa malah diam? tegur Afgan Maaf Afgan, aku tidak bisa mengatakannya, jika kau mau menamparku tampar saja aku. Kau ini, aku kan sudah bilang tidak akan menamparmu jadi sudahlah jangan bahas itu lagi. Betul dengan yang kau ucapkan? Iya wanita aneh , oh ya siapa namamu? Namaku Lina. Kau ini berkerja sebagai suster ya? Hah, bagaimana kau tau? Dari seragammu.

Lina pun segera melihati baju yang ia pakai, dan barulah ia sadar kalau baju yang ia pakai masihlah baju tugasnya. Oh, iya aku lupa belum sempat ganti baju. ucap Lina sambil kemudian menguap karena tak tahan lagi menahan kantuk Kau mengantuk? Iya ni, aku mau pulang dulu sudah malam. Perlu diantar. Tidak usah, aku kan sudah pake sepatu roda, ya sudah aku pulang sekarang Assalamualaikum, mbak Anna juga Assalamualaikum. Lina segera pergi meninggalkan mereka. Sedangkan Afgan ia terus saja memandang kepergian Lina, Rasanya ia tak tega melihat Lina pulang malammalam sendirin, jadi ia pun minta tolong pada Anna. Anna, gue bisa nggak minta tolong ama loe? Ya gue tau, loe mau nyuruh geuw buat ngantarin tu anak kan? ucap Anna sambil berdiri dari tempat duduknya. Anna, dia itu wanita Anna, apa loe tak kasian ama dia, pulang selarut malam ini, gimana jika ada yang mengganggunya di jalanan. Hah , Afgan-afgan Kenapa kau tak antarkan saja dia sendiri, kenapa harus gue? Loe lihat sendiri kan, tipenya itu kayaknya agamis banget deh, bicara berduaan saja ia tak mau, harus ada pendamping, alasannya karena yang ketiga itu setan, Nah apalagi jika aku antarkan ia pulang otomatis ia pasti bakalan nggak mau, tapi

aku yakin jika yang mengantarkannya itu adalah kau pasti ia mau, percaya deh sama aku. Heh, aku tak menyangka, ternyata loe bisa jatuh hati juga ya sama wanita berkerudung itu. Anna please deh, jangan bergurau. Iya-iya, gue ambil mobil dulu, loe puas kan Makasilah An. Anna pun segera bergegas meluncur seperti kilat untuk mengambil mobil di garasi hotel dan mengejar Lina dengan mobil, tentunya untuk mengantarkannya pulang. Anna pun segera menancapkan gas mobilnya guna mengejar Lina. Setelah melihat Batang hidung Lina ia pun segera membunyikan klakson mobil, sehingga membuat Lina yang tadinya terus memandang lurus ke depan ia langsung Dengan tetap di dalam mobil Anna setelah mobilnya di depan Lina, ia segera menawari Lina untuk segera naik ke mobil. Hei, Lin, cepat masuk, gue antarkan kau pulang. Aku pulang sendiri aja, aku bisa kok pulang sendiri. Ayolah guys, kau janganlah mempersulitku dong, nanti kalau Afgan marah sama aku karena tak jadi mengantarkanmu, kan masalahnya jadi berabe, jadi lebih cepat kau itu masuk ke dalam mobil. Akhirnya Lina pun mau masuk ke dalam mobil, ia nduduk di depan bersama dengan Anna. Maaf mbak Anna, kata sampean Afgan yang menyuruh anda untuk mengantarkan saya pulang.

Yap kau benar, kenapa, kau jangan salah sangka ya, bukan berarti Afgan itu jatuh cinta dengan wanita sepertimu, karena sebetulnya ia itu sudah punya pacar tapi sayangnya pacarnya itu malah pergi meninggalkan dia ke luar negeri, lagipula Lin, ia menyuruhku tu hanya karena dia takut, dia tidak ingin kalau sampai terjadi apa-apa denganmu, kau ini kan seorang wanita lemah, bisa bahaya kalau pulang malam-malam sendirian Mbak Anna, maaf sampean jangan tersinggu ya, saya mau Tanya satu hal yang mungkin akan membuat sampean merasa tersinggu. Mau Tanya soal apa? Itu sampean itu pakai baju lengan pendek seperti itu, sampean tidak merasa kedinginan apa mbak? Kemudian Langsung saja Anna tertawa. Kenapa mbak, apa ada yang lucu dengan diri saya? Enggak, aku hanya merasa kau itu lugu sekali, tetapi aku memang suka kok pake baju seperti ini, aku itu nggak suka namanya kepanasan, sedangkan kau sendiri suka ya dengan baju seperti itu, nggak kepanasan apa setiap hari memakai kerudung? Kalau aku sih nggak betah. Lagian kalau aku pakai baju ya aku kondisikan kok sesuai situasi, kalau situasinya formal ya aku nggak bakal pakai baju santai kayak begini. Kalau kau sendiri, merasa kepanasan nggak? Alhamdulillah sudah terbiasa jadi nggak terlalu panas lagi, lagipula saya melakukan ini kan karena perintah dalam agama, dan jelas itu tercantum dalam surat An-Nur ayat 31 dan Al-Adzab ayat 59 yang memerintahkan kita memakai

kerudung dan juga jilbab, dan sebetulnya jilbab dan kerudung itu tidak sama, ada bedanya. Tapi coba kau itu membacanya baik-baik dalam ayat-ayat yang kau katakan tadi, tak ada yang namanya perintah diwajibkan atasmu untuk menjulurkan kerudung hingga menutup dada, seperti perintah untuk berpuasa ramadhon ada kata

diwajibkan kamu untuk berpuasa di bulan ramadhon tapi dalam surat Annur dan Al-Adzab tak ada kata wajibnya, jadi menurutku berarti memakai kerudung itu tak wajib hukumnya, toh kita kan juga nggak tinggal di negeri arab, anaknya raja arab King Abdulloh saja tidak memakai kerudung waktu kuliah di Amerika. Subhanallah bagi Lina ia cukup kagum dengan ucapan Anna, karena berarti Anna sebetulnya mengerti perintah Berjilbab dan berkerudung dalam Al-Qur an, dan pemikirannya bisa dibilang cukup cermelang bagi Lina sayangnya belum terarah. Kalau begitu coba saya Tanya kepada Mbak, mbak pastinya pernah sholatkan? Ya tentu saja dong, begini-begini walaupun pakaianku ini serba seksi dan aku juga sering ke llabing tapi aku ini orangnya rajin sholat 5 waktu. Nah sekarang saya tantang mbak, kalau mbak bisa mencarikan kata bahwa melakukan sholat itu wajib, saya akan menuruti satu permintaan mbak, tapi jika mbak tak bisa membuktikannya, saya harap mbak mau belajar dengan saya lebih dalam lagi tentang hukum islam itu seperti apa, gimana mbak mau menerima tantangan saya. Wah aku tu suka banget dengan yang namanya tantangan, jadi okeylah, aku mau tapi kau harus memegang kata-katamu ya?

Baik mbak, oh itu mbak rumah kos-kosan saya yang pagarnya warna hijau. ucap Lina sambil menunjuk ke arah kos-kosannya yang sudah semakin dekat Mobil pun segera menepi dan Lina pun segera turun masuk ke dalam kamar kemudian ia pun mulai tidur lelap dengan tenang seperti tak ada pikiran yang menggganggu tidurnya. Tapi beda halnya dengan Anna, setelah sampai di kamar hotel, ia tak langsung tidur begitu saja tetapi malah membaca AlQuran untuk mencari apa ada kata wajib dalam perintah sholat apakah ada dalam AlQuran. Semalaman ia mencari untuk mencari hakekat apakah memakai kerudung itu adalah kewajiban bagi seorang muslim. Beda halnya dengan Lina, setelah ia sampai di tempat koskosan dan masuk ke kamarnya ia malah mendapati Titin sedang duduk di atas ranjang sambil menangis tersedu-sedu. Karena khawatir Lina pun segera menghampirinya, dan duduk di samping Titin untuk berusaha menenangkannya. Ada apa Tin, Apa yang menyebabkanmu menangis, coba kau ceritakan kepadaku, mungkin aku bisa menolongmu. Apa yang harus aku lakukan Lin, aku tadi lihat di papan pengumuman kalau aku nggak dapat beasiswa lagi, dan yang lebih parah lagi aku tadi dipecat Lin. ucap Titin sambil menangis tersedu-sedu Apa dipecat, bagaimana bisa Tin? Memangnya apa kesalahanmu? Aku tak tau, kata bu Bella, ia menuduhku kalau akulah yang mencuri dompet milik bapak Agung. Tapi memang benarkan kau tak mencurinya.

Ya tentulah Lin, aku sama sekali tidak mencurinya, apa kau tak percaya padaku? Lalu kenapa Ibu itu menuduhmu? Karena waktu itu akulah yang membersikan kamar hotel yang ditempati Bapak Agung Lin, makanya Ibu itu menuduhku, padahal aku bersumpah Lin demi Allah, aku sama sekali tak mencurinya. ucap Titin sambil meneteskan air mata. Sudahlah Min tenang, istigfar, Apakah kau merasa akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu? Mereka ditimpa oleh mala petaka, serta digoncang dengan bermacam-macam cobaan, maka Berkatallah Rasul dan orang orang yang beriman bersamanya bilakah datang pertolongan Allah? ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat Minah kau yakin kan dengan ayat-ayat Allah, Allah tak pernah berbohong Allah begitu sangat dekat denganmu, bahkan lebih dekat dari urat nadimu, jadi kau harus yakin kepadaNya dan berdoalah, karena sesungguhnya segala sesuatu yang hilang dari diri kita, bisa harta, keluarga maupun jabatan itu adalah sesuatu yang memang sudah digariskan untuk kita oleh Allah dan bisa jadi sekarang Allah sedang menguji kita, jika kita sabar maka kita adalah orang yang lulus dari ujian Allah, tapi jika kita berputus asa dan malah menyalahkan Allah maka kita bukanlah orang yang lulus, bahkan bisa jadi kita masuk dalam golongan syetan, karena sifat syetan itu adalah suka berputus asa serta sombong. Tapi bagaimana aku bisa membiayai kuliahku Lin, kau tau kan Orang tuaku itu bukanlah orang yang mampu, karena itu aku kuliah sambil bekerja paruh waktu sebagai cleaning servise, Ya Allah kenapa kau itu begitu teganya memberikaan

aku masalah seperti ini, ah saja waktu itu.

aku ini memang bodoh, kenapa aku tak menyontek

Titin, kenapa kau malah berfikiran seperti itu? Kau tak tau sih Lin, Siska yang orangnya suka nyontek, ia dapat nilai sempurna dan kau taulah, ia itu juga dapat beasiswa untuk mahasiswa tak mampu, padahal ia orang kaya, punya sepeda montor, coba saja kau bayangkan, aku yang jujur, yang semalaman belajar malah mendapatkan nilai yang pahit, sedangkan ia, ia dapat nilai sempurna dengan cara kotor Lin, aku rasanya begitu jengkel dengannya, tapi aku juga menyesal, kenapa waktu itu nggak juga ikut mencontek saja, kalau saja aku itu mencontek, pastinya aku bisa meneruskan beasiswaku lagi, tapi sekarang aku tak bisa meneruskan beasiswaku karena ipkku jelek Lin, nilaiku itu jelek, ipk ku itu NASAKOM lin. Maaf Tin, aku itu nggak mengerti, Apa itu NASAKOM? Nasib mahasiswi ipknya satu koma. ucap Minah sambil tetap meneteskan air mata Sebetulnya Lina tak paham apa yang dimaksud dengan ipkanya satu koma, tapi ia bisa menebak pastinya nilai segitu sangat jelek sekali sekali. Sebelum menjelaskan panjang lebar tentang haramnya mencotek, Lina mulai menarik nafas terlebih dahulu, barulah ia mearasa mampu untuk berucap. Ya Allah Titin, seandainya saja kau tau, bahwa sebetulnya tidak artinya dunia ini dibandingkan dengan surganya Allah yang begitu luas, seluas langit dan bumi, Tidak ada artinya harta ini Tin, di hadapan Allah, jika kita tidak menginfakkannya untuk perjuangan di jalan-Nya, Tidak ada artinya waktu ini Tin, jika dakwah

bukan prioritas hidup yang utama dan harus dijaga, Dan tak artinya hidup ini di hadapan Allah Tin, jika kita hanya mengejar nilai dunia saja, materi saja, yang mana itu takkan bisa kita bawa ke alam baka, dan juga karena semua itu tak ada artinya di hadapan Allah, tak ada Tin, bahkan malahan dosa yang yang akan kita dapatkan, karena mencontek itu sama artinya mengambil rezki nilai yang sebetulnya bukanlah miliknya. Lagipula Allah itu melihat proses seperti dengan cara apa kita mendapatkannya, bukannlah hasil yang Allah lihat, dan mungkin jika orang sukses dengan jalan yang tidak benar seperti Siska, di mata manusia memang benar ia adalah orang yang sukses dan berhasil mendapatkan nilai yang bagus dan juga beasiswa, akan tetapi di mata Allah, dia sebetulnya adalah orang yang gagal. Kau itu bicara sepertinya tanpa dosa saja, padahal aku dengar dari Ragil, temanmu waktu SMP dulu, kau itu adalah ratunya si pencontek, sampai-sampai guru yang paling killer pun bisa kau kelabui, dan sekarang kau malah mengatakan kalau mencontek itu haram, apa aku aku tak salah dengar, seorang ratu penyontek menasehatiku untuk tak mencontek. Ya aku akui, waktu SMP aku itu adalah orang yang suka mencontek, bahkan Pak Bakri guru yang paling terkenal killer di sekolahku dulu bisa aku kibuli, akan tetapi setelah aku SMA, aku bertemu dengan Dina, dan Alhamdulillah ialah yang merubahku untuk tak mencontek lagi, dengan kata-kata yang aku ucapkan tadi padamu, bahwa hidup ini memang tak ada artinya jika hanya materi saja yang kita kejar, karena semua itu tak ada artinya di hadapan Allah, bahkan ia mengajukan tiga pertanyaan penting padaku, yaitu uqdatul kubro.

Tiga pertanyaan penting? Ya, tiga pertanyaan penting itu adalah dari manakah asal manusia dan kehidupan ini? mau kemana manusia dan kehidupan setelah ini? dan untuk apa manusia dan kehidupan ini ada? Aku bisa menjawab pertanyaanmu itu Lin, darimana kita berasal, ya kita berasal dari tanah, dari tanahlah kita diciptakan oleh Allah SWT, lalu untuk apa kita hidup di dunia ini, kalau menurutku ya untuk berbakti kepada kedua orang tua, dan setelah meninggal kita akan kemana, tentunya kembali kepada Allah yang menciptakan kita. Ya kau betul, terlepas dari kau bisa atau tidak menjawab pertanyaan itu, akan tetapi mengaplikasikannya dalam kehidupan itulah yang paling sulit, karena apakah kita betul-betul yakin dibalik alam dan kehidupan ini ada Sang Pencipta yang selalu mengawasi kita, yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya sendiri, memberi tugas atau amanah kehidupan pada manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini, yang akan menghisab seluruh perbuatannya kita di dunia, maka jika kita menyakini hal ini dan betul-betul menanamkan dalam hidup kita maka kita akan hidup, berekonomi, berbudaya, berpolitik dan berinteraksi dengan kaum lain, itu berdasarkan aturan Sang Pencipta bukan malah menggunakan aturan selain dari Sang Pencipta apalagi manusia sendiri dalam membuat peraturan kehidupan. Standar baik-buruk juga berdasarkan aturan Sang Pencipta, yang mana aturan ini sudah jelas terdapat dalam Al-Qur an dan Al hadist, dan sekaligus menjadi standar amal yang harus dipertanggungjawabkannya di hadapan Sang Pencipta, jadi dari sinilah segala perbuatan yang kita lakukan

pastinya akan ada namanya pertanggung jawaban di mata Allah SWT, dari pertanyaan yang disampaikan Dinalah aku mulai berfikir, bahwa segala susuatu yang aku lakukan pasti akan aku pertanggung jawabkan, dan jika aku tak segera bertaubat maka nerakalah yang akan menjadi tempatku nanti, na uzubillah himinjalik, karena itulah sejak SMA aku tak pernah lagi namanya menyotek dan aku bersukur Allah menjagaku dari godaan syetan yang terkutuk. Tapi coba aku Tanya kepadamu, dari mana aku mendapatkan uang mulai sekarang untuk membayar koskosan dan uang kuliahku, Apa kau bisa memanggil Tuhanmu itu. Astagfirullah hal adzim, Titin istifar, pertolongan Allah itu begitu dekat, Apakah kau tahu Min, Rasullulloh pernah bersabda dalam hadistnya bahwa Allah SWT berfirman Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada Aku. Aku bersamanya

ketika dia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku akan mengingatnya dalam diriKu, Apabila ia mengingatlku dalam suatu kau kaum, niscaya Aku akan mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik dari mereka. Apabila ia mendekatiku dalam jarak sejengkap, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta, apabila ia mendekatiKu dengan jarak sehasta maka Aku akan mendekati nya dengan jarak sedepa. Apabila ia dating kepadaKu dalam keadaan berjalan, niscaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan berlari, maka janganlah berprasangka buruk kepada Allah, karena segala sesuatu yang yang diberikan Allah kepada kita itu pastinya adalah yang terbaik walaupun terkadang kita berfikir itu adalah hal yang terburuk, dan janganlah ragukan kekuasaan Allah janganlah menjauhiNya, dekatkan diri lebih dekat lagi

kepada Allah dengan doa dan kau tahu Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya, yaitu orang yang shaum hingga buka, imam yang adil, dan doa orang yang dizhalimi. Allah akan mengangkat doanya hingga di atas awan dan akan dibukakan baginya pintu pintu langit. Dan Allah pun berfirman Demi

kemuliaanKu, sungguh Aku akan menolongmu kapan saja. Titin pun mulai bangkit dari tempat tidurnya Kau mau kemana Tin? Tanya Titin penuhg kekhawatiran Aku ingin wudhu, aku ingin sholat, dan aku ingin berdoa, Aku ingin mendekatkan diriku pada Allah. Kemudian berlalulah Titin melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Lina yang waktu itu duduk terdiam terpaku. Subahanalllah dalam diri Lina merasa begitu sangat bersyukur, walaupun memang Lina akui ia bukanlah orang yang bukan tidak pernah merasakan putus asa tapi sering sekali akan tetapi ia bersyukur, masih bisa merasakan indahnya saling memberi. Tiba-tiba Hp Lina berdering, setelah ia lihat ternyata dari Anggun, ia pun segera mengangkatnya. Halo Assalamualaikum, ada apa Gun? Wallaikum salam, maafkan Aku Lin, aku nggak bisa mencegah kau melakukan permainan yang pastinya tidak kau inginkan. Sudahlah tak apa-apa kok, aku tak menyalahkanmu kok Gun. Tapi Lin kalau kau saja kau tau sebetulnya permainan itu memang sudah sengaja direncanakan oleh Suci dan teman-teman.. Apa kau bilang, jadi maksudmu Suci yang merencanakan permainan itu? potong Lina

Iya Lin, kau tau sendiri kan seperti apa sikap Suci itu, ia itu kan orang tak suka dengan artis yang hanya mengandalkan tampang saja seperti Afgan, jadi.. ucap Anggun tapi segera dipotong lagi oleh Lina Sudahlah kau tak perlu lanjutkan lagi aku tau maksudmu. Lina pun segera mematikan Hp, Rasanya ia mulai marah karena tak menyangka ia mempunyai teman-teman yang begitu teganya memntingkan emosi sesaat dari pada memikirkan orang lain, orang seperti Suci memang harus sepantasnya Lina beri pelajaran. Lina pun mulai merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dan mungkin karena terlalu capek maka dengan sekejam alam mimpipun langsung ia jamahi. Pelajaran Untuk Suci Pagi telah datang dan hari ini Lina terlambat Ya Allah rasanya Lina begitu amat jengkel dengan dirinya sendiri. Kenapa ia begitu amat pelupa jika sepatu rodanya masih di rumah sakit, masih belum ia ambil. Dengan terpaksa deh Lina harus berlari dan berlari sekencang mungkin agar tidak sampai terlambat. Tapi kalau terus lari bisa-bisa ia malah terlambat karena itu setelah melihat ada taksi ia pun dengan terpaksa langsung memberhintakan taksi itu dan pergilah ia dengan taksi itu menuju ke rumah sakit. Setelah sampai di depan rumah sakit barulah Lina berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan melihat jam tangannya dan untunglah dia tidak terlambat karena jam masih menunjukkan pukul enam lebih empat lima. Jadi ia tidak akan dihukum oleh ibu kepala suster karena alasan terlambat, karena jam masukkanya kan tepat jam tujuh pagi. Setelah nafasnya stabil ia mulai masuk kedalam rumah sakit menuju ke ruangan suster. Setelah

sampai di sana dan membuka pintu dan ternyata di sana hanya ada Suci sedang duduk di kursi panjang. Melihatnya dating Sucipun segera berdiri dan menyapa Lina. Lin kau baru datang? Mendengar ucapannya rasanya Lina malas menjawabnya, Tanpa menghiraukannya Lina langsung melangkah menuju kelokernya untuk menaruh tasnya di sana. Kemudian Suci mulai mendekati dan menanyainya lagi. Lin kenapa kau tidak menjawab sapaanku tadi? Lina masih tetap sajadiam sambil tetap melanjutkan kegiatannya. Lin kau ini kenapa sih, kau marah ya padaku? Mendengar ucapannya rasanya Lina tak tahan lagi dan dengan keras ia pun langsung menutup pintu loker dengan keras hingga menghasilkan suara yang keras dan membuat Suci kaget. Memangnya siapa yang membuatku seperti ini? Kau sendiri kan yang melakukannya? Lin, kenapakau bicara seperti itu? Sudahlah Ci, aku tidak ingin berdebat dengannmu lagi, tolong ya jangan ajak aku bercanda atau mengobrol jika itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Lin,kenapa kau bicara seperti itu? Ya Allah,kau masih bertanya, dengar ya Ci, mulai detik ini kau bukan sahabat karibku lagi, sahabat karib tidak akan mungkin membiarkan temannya dipermalukan seperti tadi malam, bahkan memanfaatkan teman padahal ia dalam keadaan susah.

Tapi Lin Dengarkan aku dulu, mulai detik ini, mulai saat ini kau bukan sahabatku lagi dan lebih baik kau menyadari kesalahanmu itu, mana kertasku.! Suci mulai ketakutan, tapi segera ia berikan kertas data pasien yang ia pegang pada Lina. Lina segera pergi dari tempat itu tetapi dalam hati sebetulnya Lina tak ingin melakukannya. Tapi jika ia tak melakukannya ia takut Suci takkan pernah sadar dengan kesalahannya itu. Maafkan Aku Suci semoga suatu hari aku bisa melihatmu berubah, ucap Lina dalam Hati sambil berlalu meninggalkan Suci. Bertemu Sang Pujaan Pagi ini Lina bekerja di kamar VIP lagi dan sekarang ini ia sudah berada di depan kamar nenek Zatil Sambil membawa meja dorong yang di dalamnya terdapata peralatan untuk memandikan pasienLina segera masuk ke dalam kamar dan betapakagetnya ia melihat Rio ada di dalam sedang duduk di samping nenek dan menyuapinya. Karena sama kegetnya Lina pun langsung memanggil nama Rio, sama halnya dengan Rio, melihat tingkah kami, nenek pun jadi terheranheran. Kalian sudah saling kenal? Dia temanku waktu di SMA dulu nek, Tapi Lin aku kan pernah bertanya padamu kalau ada nenek yang namanya Noor dirawat di rumah sakit ini, kenapa kau bilang tak pernah mearawatnya, padahal sekarang malah kau yang merawat nenekku. Tanya Rio

Maaf yang aku tau nama nenek yang aku rawat sekarang itu Zatil bukannya Noor, jadi aku tak tau kalau yang kau maksud itu adalah nenek Zatil, tapi sebetulnya tunggu dulu, nama lengkap nenekmu itu siapa sih. perjelas Lina Nama nenekku Noor Izzatil Khasanah. Oh pantas kalau aku tau. Wah Jadi Lina itu temanmu ya Rio, bagus dong kalau begitu(ucap nenek sambil bertepuk tangan sekali),tapi (nenek mulai melihat alat yang Lina bawa) mau kau apakan aku dengan alat itu? Oh ini, sudah saatnya nenek untuk mandi. ucap Lina Baiklah nek, kalau begitu aku keluar sekarang. ucap Rio Rio kau tak perlu keluar,ini memandikannya dengancara rumah sakit kok.! Ya aku tau, setiap hari aku kan selalu menjenguk nenek. Tapi kenapa kau malah keluar? Aku hanya ingin membiarkanmu bicara lebih leluasa dengan nenekku, aku keluar dulu ya nek. Nenek hanya mengangguk saja, tanda kalau ia setuju. Melihat Rio pergi Lina terus saja memandangnya tanpa mengedipkan kedua matanya. Ya Allah Engkau pertemukan Aku lagi aku dengannya? Apakah memang Aku berjodoh dengannya?ucap Lina dalam hati. Bahkan ketika Rio sudah keluar dari kamar anehnya Lina masih masih terus memandang pintu yang sudah tertutup itu. Hai, kau itu melamun aja, naksir Ya dengan cucuku? Bentak nenek Lina pun segera sadar dengan lamunannya

Siapa yang melamun, aku, aku hanya merasa heran saja, kok bisa ya nenek punya cucu yang sifatnya bertolak belakang sekali dengan sikap nenek. Kau itu sengaja menghinaku apa? Maaf nek, cuma bercanda kok nek. Tanpa basa-basi lagi, Linapun segera melaksanakan tugasnya memandikan nenek dengan cara rumah sakit. Ia mulai mangambil baskom kemudian mencampur air dingin dengan air panas sehingga airnya jadi agak hangat, kemudian ia ambil handuk lalu ia celupkan ke dalam baskom yang berisi air tadi kemudian, setelah itu ia peras handuknya, kemudian ia coba usap sedikit di punggung tangannya. Setelah merasa kalau airnya cocok karena sudah pas hangatnya, kemudian ia pun mulai mengusapkan handuk itu ke tubuh nenek, nah seperti itulah cara mandi ala rumah sakit. Setelah selesai mereka pun mulai sedikit berbincang-bincang. Bagaimana nek, apa nenek sudah merasa segar? Iya, tolong aku ingin duduk! Lina segera membantu nenek untuk duduk di atas ranjang. Cucuku tadi itu adalah cucu yang paling setia padaku. Kenapa nenek beranggapan seperti itu. Karena setiap hari dia itu tidak pernah absent menjengukku, beda sekali dengan anak-anakku dan cucu-cucuku yang lainnya, mereka itu memang kurang ajar, neneknya sakit kok nggak pernah dijenguk. Memangnnya nenek punya anak dan cucu berapa?

Aku punya tiga orang dan cucuku ada lima orang, kalau Rio itu adalah anak pertama dari dari anakku yang ke dua. Lalu kenapa nenek beranggapan jika Rio adalah orang yang paling setia dengan nenek? Jadi kau ini masih belum paham, kau itu taruh otakmu di mana sih? Bukannya begitu nek, maksudku begini ya nek, kan tidak relevan jika nenek menganggap orang yang tidak setiap hari menjenguk nenek berarti dia tidak sayang dengan nenek,bisa saja kan nek mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga mereka tak sempat menjenguk nenek. Tapi mereka kan bisa mengirim istri mereka untuk menjagaku. Mungkin saja mereka takut dengan sikap nenek yang pemarah. Muka nenek langsung terlihat lesu, dan rasanya LIna tak ingin lagi melanjutkan pembicaraan tentang keluarganya. Ia pun berusaha segera mencari sesuatu yang bisa menghibur nenek. Oh iya nek, aku punya komik baru, apa nenek mau membacanya? Komik baru? Apa judulnya, ceritanya gimana? Lucu gak kayak kemarin? Tanya nenek dengan penuh antusias. Dijamin deh nek, sampean pasti tertawa terbahak-bahak. Ya sudah sekarang bawa aku ke taman lagi,biar aku baca di sana! Eh tunggu dulu nek. Mau nunggu siapa lagi sih? Kau ini risih banget deh. Nenek kan belum meminum obat. Apa, minum obat lagi?

Kenapa? Nenek mau bilang kalau nenek tidak sakit lagi? Dasar, Kau ini seperti ibuku saja. Nenek, aku kan hanya menjalankan tugasku. Iya-iya,begitu saja ngambek,mana obatnya, biar aku minum. Lina tak menyangka nenek bisa berkata seperti itu tapi baguslah daripada nenek marah-marah terus yang gak jelas ya lebih baik begitu. Nenek Kesepian Setetlah menyelesaikan semuanya, Lina segera memindahkan nenek ke kursi roda. Kemudian Lina dorong kursi roda itu keluar dari kamar. Melihat mereka keluar saat itu Rio yang sedang duduk di luar kamar segera berdiri dan menghampiri kami. Kalian mau ke mana? Tanya Rio Aku mau ke taman.? ucap nenek Rio maaf, bisa nggak aku minta bantuan padamu? pinta Lina Memangnya bantuan apa yang kau perlukan? Tanya Rio Begini, aku mau menggambilkan sesuatu untuk nenek, apa kau bisa Bantu aku antar nenekmu ini ke taman. ucap Lina Hai, kau itu tak perlu kawatir, Rio itu kan cucuku yang paling setia, iya kan Rio. ucap nenek Iya nek. ucap Rio dengan lembut kepada nenek Dengan cepat tanpa berlari Lina pun segera meninggallkan nenek menuju ruangan suster. Ia tak bisa berlari karena peraturan rumah sakit yang melarangnya untuk berlari di koridor rumah sakit. Hal ini ditakutkan akan mengganggu

ketenangan pasien. Lina lihat tadi tersirat dari wajah Rio ia begitu sabar mengahadapi nenek Zatil Tidak heran jika nenek menganggap Rio adalah orang yang paling setia padanya. Setelah Lina mengambil komiknya di lokernya, ia segera kembali ke tempat nenek berada sekarang yaitu di dekat pohon. Ia segera memberikan komik yang ia bawa itu pada nenek. Karena merasa risih nenek pun menyuruh mereka pergi. Kalian ini kenapa terus berdiri di sini? Seperti patung saja. sindir nenek dengan suara lantang seperti biasanya ia ngomong Jadi nenek mengusir kami. protes Lina Ah, kau ini, maksudku itu bukan itu, katanya kalian dulu kan teman akrab, apa tidak sebaiknya kalian cari tempat mengobrol untuk mengenang masa SMA kalian. saran nenek Sebetulnya Lina mau memberitahukan nenek jika ia dan Rio sebetulnya bukan teman akrab tapi Rio langsung menyahut omongan nenek. Ide yang bagus, nenek pintar sekali, baiklah aku tinggal dulu ya nek, ayo Lin! Tanpa bertanya aku mau atau tidak Rio langsung saja menarik tangan Lina. Sebetulnya Lina sih ingin marah karena Rio kan bukan muhrimnya, tapi melihat ketampanannya ia jadi tak bisa marah, Bagi Lina Rio memang sangatlah tampan dan juga memiliki badan yang tinggi serta kulit yang muka yang bersih serta putih beda halnya dengannya yang pendek serta memiliki tubuh yang kecil, Tapi tidak, Lina yakin menurut agama ini tidak boleh ini bisa menimbulkan fitnah. Lina segera menghentikan tindakan Rio. Rio maaf tolong lepaskan tanganmu!

Oh maaf Lina, tapi kenapa aku tak boleh memegang tanganmu? ucap Rio setelah berhenti dan melepaskan tangan Lina Karena kau bukanlah muhrimku, jadi kau tak boleh memegang tanganku. Tapi menurut sepengetahuanku nabi Muhamad saja pernah memegang tangan dalam arti berjabat tangan loh dengan seorang wanita saat melakukan baiat dan sebetulnya sepengetahuanku hukum berjabat tangan atau memegang tangan orang yang bukan muhrim itu mubah loh, kalau nggak pasti sebagaian ulama melarang keras orang yang bersalaman bukan dengan muhrimnya waktu lebaran. Ya hadist yang kau ucapkan tadi memang benar ada, dan hadist itu diriwayatkan dari Ummu Athiyah, beliau berkata: Kami membai at Rasulullah Saw, lalu Beliau membacakan kepadaku Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu , dan melarang kami melakukan histeris menangis mayat, karena itulah seorang wanita dari kami menggenggam tangannya dan berjabat tangan, lalu wanita itu berkata: Seseorang perempuan telah membuatku bahagia dan aku ingin terlebih dahulu membalas jasanya dan ternyata Rasulullah Saw tidak berkata apa-apa. Lalu wanita itu pergi kemudian kembali lagi. Hadist Riwayat Bukhari, dan ya memang benar aku akui hukumnya memang benar sebetulnya adalah mubah, maka dibolehkan bagi kaum muslimin untuk berjabat tangan dengan yang bukan mahram baik secara langsung maupun dengan pembatas, Ada juga pendapat yang membolehkan berjabat tangan dengan bukan mahram tetapi itu pun harus ada syaratnya yaitu harus tanpa syahwat. Kalau ada syahwat maka hukumnya bukan lagi mubah melainkan haram. Akan tetapi sebetulnya antara syahwat dan tidak itu sangat samar, maka haruslah kita berhati-hati pada saat

berjabat tangan atau memegang tangan orang. Terutama sekali kalau yang berjabat tangan adalah pria dan wanita muda yang sebaya seperti kita, sebab sangat mungkin menimbulkan syahwat atau menimbulkan fitnah. Itulah yang paling kutakutkan, fitnah sebetulnya, akan tetapi kalau tidak khawatir timbul fitnah maka tidak apa-apa berjabat tangan dengan yang bukan mahram. Misalnya ya dengan orang-orang yang sudah tua atau dengan anak-anak kecil. Dan sebetulnya memang ada segolongan ulama yang membolehkan berjabat tangan dengan bukan mahram, bukanlah karena mereka senang berjabat tangan dengan bukan mahram. Tetapi karena mereka tidak berani untuk mengharamkan sesuatu yang dengan sangat jelas Allah SWT telah membolehkannya lewat perbuatan Nabi Muhamad SAW. Sebab termasuk dosa besar kalau ada orang yang berani mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah SWT atau menghalalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT. Sebab Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya orang yang mengharamkan sesuatu yang halal sama dengan orang yang menghalalkan sesuatu yang haram. Ini adalah Hadist Riwayat dari As-Sihab. Berarti benar dong dengan pendapatku tadi, tapi kenapa kau tak

memperbolehkan aku memegang tanganmu, sedangkan sudah jelas-jelas hukum dari itu adalah mubah. Ya memang benar hukumnya mubah akan tetapi perlu diingat bahwa sesuatu yang mubah itu kan tidak harus selalu dilakukan. Sebab kalau itu tidak berguna dan dapat menimbulkan fitnah ya lebih baik dihindarkan kan. Tapi ini bukan berarti aku mengharamkan berjabat tangan, tapi sebetulnya juga ada kok hadist

yang menunjukkan larangan

menyentuh wanita kau tau

yang diriwayat

Thabrani yang berbunyi Ditikam seseorang dari kalian dikepalanya dengan jarum dari besi, itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya. Dari hadist itu kau bisa menyimpulakn sendiri seperti apa sebetulnya hukum dari berjabat tangan atau memegang tangan orang yang bukan mahramnya itu sendiri. Subhanallah, hebat sekali, kau ini hapal hadist, bagaimana bisa, padahal kau ini kan bukan lulusan pondok pesantren, bagaimana bisa kau ini hapal hadist? Kau salah, walaupun aku SMA nya di Surabaya akan tetapi waktu SMP dan SD aku itu pondok pesantren di Bairuny. Di Bairuny, dimana itu? Bairuny itu ada di Jombang. Oh kau itu pernah pondok pesantren di Jombang, terang saja kau itu hapal hadist, Jombang itu kan terkenal kotanya santri. Ya kau benar Jombang kotanya santri tapi kotanya kriminal juga, asal Rian si penjagal kan asalnya dari jombang. Mendengar guyonan Lina mereka pun mulai tertawa bersama-sama. Oh ya Lin, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu tentang nenek, gimana kalau kita duduk di sana saja. ucap Rio sambil menunjuk kursi panjang yang ada di bawah pohon rindang. Ya memang sejuk sih di sana, tapi aku lagi haus nih, jadi gimana kalau kita sambil minum di kantin sambil mengobrol tentang nenek? Baiklah kalau itu maumu.

Mereka pun segera menuju ke kantin memesan minuman dan duduk di tempat duduk yang telah tersedia, Suasana mulai hening karena jujur saja dalam hati Lina merasa sanga tegang, tangannnya pun mulai gemetar, rasanya baru kali ini ia mulutnya terkatup karena tegang. Akan tetapi akhirnya Rio mulai membuka pembicaraan. Lin, terima kasih ya untuk semuanya. Terima kasih untuk apa? Karena kau bisa menahan rasa amarah nenekku. Menahan amarah nenekmu maksudmu? Begini Lin, dulu setelah kakekku meninggal, sifat amarah nenekku sungguh tak bisa dikontrol, apalagi jika ia bertemu dengan orang sepertimu, seharusnya ia pasti tak akan mau kalah bertengkar mulut denganmu, tapi tadi beda Lin,dan aku baru melihatnya sekarang di rumah sakit ini. Ya allah rasanya Lina sungguh merasa sangat malu, pasti Rio menganggapnya adalah wanita yang pemarah. eh tunggu-tunggu tadi kau bilang setelah kakekmu meninggal baru sifat nenekmu berubah, jadi dulunya nenekmu tidak begitu dong dan ini pasti penyebab terbesarnya adalah karena nenekmu tidak bisa menerima kematian kakekmu kan? Sebetulnya ini semua seratus persen bukan karena kematian kakek. Jadi masih ada penyebab lain? Yap, dan itu adalah penyebab yang [aling utama, yaitu kelumpuhan kaki nenek. Ya Allah, aku malah jadi bingung, apa hubungannya kaki nenekmu dengan sifat nenekmu yang pemarah itu.

Perlu kau ketahui Lin, dulu waktu nenekku masih muda,Beliau itu adalah wanita yang sangat aktif dalam berbagai bidang politik dan kegiatan social, dan beliaujuga orang pintar bergaul jadi tidak heran jika tahun 2004 kemarin ia terpilih menjadi gubenur. Wah hebat sekali. Tatapi itu hanya sementara saja Lin, empat tahun setelah itu nenek harus menerima kepergian kakek, sebetulnya aku tau nenek sebetulnya tidak bisa menerima kematian kakek. Bagaimana kau bisa tau? Itu semua bisa terlihat dari sikap nenek yang mulai berubah setelah kematian kakek, ia mulai sering menyibukkan diri dengan mengambil alih took buku yang dulu dikelola kakae, padalah tugasnya sebagai gubenur sudah menyita banyak waktunya apalagi jika ditambah dengan mengelola sebuah toko yang bisa dibilang cukup besar. Kenapa keluargamu tidak melarangnya? Sebetulnya ayah dan bibiku sudah melarangnya tapi nenek tetap bersikeras untuk mengelola took itu sendirian jadi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Tadi kau bilang ini ada hubungannya dengan kaki nenek.? Ini itu masih ada lanjutannya Lin. Eh, maaf, lanjutkan! Setelah selesai masa jabatan nenekku, ia harus menerima jika ia tak terpilih lagi menjadi gubenur, dan satu bulan kemudian nenek juga harus menerima kalau kakinya lumpuh karena tulang-tulangnya sudah sangat keropos, di saat itulah

semua kegiatan nenekku mulai berhenti, ia tak mau lagi bergaul dengan dunia yang telah membesarkan namanya dan juga mulai sering uring-uringan. Tapi menurutku dengan cara membohongi nenek itu salah Rio. Ya aku atu itu salah, tapi kami takut Lin, nenek akan tambah syok jika mendengar penyakitnya. Wah ternyata di samping pertolongan medis nenekmu juga perlu pertolongan spikiater. Mungkin untuk dulu iya, tapi sekarang aku pikir tidak perlu lagi, semua ini berkat kau Lin, terima kasih banyak, Karena aku? Aku tau kalau kau tidak merasa kaulah yang mengubah sifat nenekku yang pemarah, tapi aku merasa sangat berhutang budi padamu Lin, dan mewakili keluargaku aku mengucapkan rasa terima kasihku sebanyak-banyaknnya untukmu Lin. Kau jangan bicara seperti itu dong aku jadi malu, semua kesembuhan itu datangnya dari Allah SWT bukan dari aku dan jika boleh aku sarankan tolong jangan tinggalkan nenek lagi ajaklah keluargamu untuk menjenguknya karena jika saja kau tau nenek itu merasa sangat kesepian. Ya aku akan berusaha mengajak semua keluargaku untuk kembali menjenguk nenek. Ya sudah, rasanya aku sudah banyak ngobrol padahal pekerjaan sudah menungguku jadi aku permisi dulu ya. Eh tunggu dulu Lin, maaf apa nanti sore kau ada acara?

empat hari yang lalu sih aku ia sudah jaga malam jadi bisa dipastikan untuk hari ini aku bakalan pulang agak siangan sekitar jam 2 siangan, memangnya ada apa? Oh tidak kok, ah gimana ya? Oh begini aku punya tiga tiket bioskop, apa nanti sore sekitar jam setengah tiga kau mau nonton denganku dan juga nenek? Rasanya seperti ada petir yang menyambarnya, rasanya baginya ini seperti mimpi tapi Lina tak bisa berkata apa-apa, ia sekarang malah terdiam bengong. Kau tak mau Lin? Ya sudah kalau kau tak mau tak apa. ucap Rio sambil mulai memasang muka sendu. Eh kau salah aku mau kok tapi... ucap Lina Tapi kenapa? Gimana kalau kita kalau kita jangan pergi ke bioskop saja, gimana kalau kita pergi ke tempat lain saja. Kenapa? Maaf kau pasti berfikir kalau aku ini adalah orang yang kolot dan tak modern, tapi aku tak bisa pergi ke bioskop, karena tempat seperti itu pastinya adalah tempat yang tak bisa menjaga dari yang namanya ihtilat. Apa itu ihtilat? Itu campur baur antara laki-laki dan perempuan, maaf aku nggak bisa pergi ke tempat seperti itu. Oh aku tau maksudmu, jadi kau ingin pergi ke tempat yang rame tapi ada pemisahan tempat antar lelaki dan perempuan, memangnya kenapa? Apa ada yang salah jika tempat antara laki-laki dan perempuan digabung? Sebelumnya aku minta maaf, akan tetapi menurutku tempat yang membiarkan percampurbauran antara lelaki dan perempuan itu adalah tempat yang rentang sekali mebiarkan orang melakukan yang sesuatu yang zina maupun yang mendekati zina, seperti berpegangan tangan dengan yang bukan mahram lalu berciuman di saat film berputar cahaya lampu dimatikan sehingga keadaan ruangan menjadi tak bercahaya dan redup, dan takkan ada yang melihat dua sejoli itu sedang melakukan sesuatu yang mendekati zina, seakan-akan semua itu sudah

terfasilitas, jadi semoga kau mengerti kalau aku nggak bisa pergi ke tempat seperti itu. Kalau begitu menurutmu tempat yang asyik untuk nenek tapi tidak ada pencampur bauran antara lelaki dan perempuan memangnya ada Lin? Ya tentu saja, Gimana kalau kita pergi ke acara Islamic Booc Fair aja. Eh tunggu dulu, kalau aku berjanji akan membawamu ke bioskop yang nggak ada ihtilatnya sama sekali, gimana kau mau? Memangnya ada bioskop yang antara tempat lelaki dan perempuannya yang pisah. Ya aku bersumpah aku akan berusaha mencarikannya untukmu, hingga dapat, gimana kau mau pergi denganku dan nenek ke bioskop. Ya, Baiklah karena kau berjanji tempanya bersih dari yang namanya ihtilat aku. Seketika itu juga Lina melihat Rio tersenyum lebar, bagi Lina ini begitu sangat menyenangkan, baru pertama kalinya ia bisa melihat Rio tersenyum lebar secara langsung. Dan emang Rio itu adalah orang yang tampan, semakin tersenyum ketampanannya semakin bertambah, orangnya tinggi dan putih, beda halnya dengan Lina, ia mulai merasa malu dengan keadaannya yang bisa dibilang bertolak belakang sekali dengan Rio. Bukan seorang mahasiswi, tubuh pendek dan kulit yang tak terlalu putih tapi kuning langsat. Akan tetapi astagfirullah haladzim, Lina merasa telah melakukan dosa besar karena tak bisa menjaga pandangan karena itulah ia segera menundukkan wajahnya sambil terus beristifar. Melihat gelagat Lina seperti itu, Rio pun menjadi terasa aneh. Kenapa Lin, kenapa kau menundukkan kepalamu? Oh tidak apa-apa. Baiklah kalau begitu, gimana kalau menurutmu jika kau mau nanti aku jemput di depan maskot taman, gimana kau mau? Baiklah jika gak ada urusan lagi permisi ya, aku pergi dulu masih banyak pekerjaan yang menungguku. Bergegaslah Lina segera meninggalkan Rio berlajan menyusuri lorong rumah sakit, setelah sampai di depan jendela rumah sakit, sambil menghadapkan tubuhnya ke arah kaca jendela, Lina pun mulai tersenyum-senyum sendiri dan

menghayalkan yang tidak-tidak. Apa yang akan terjadi ya, baru kali ini aku bisa bicara dengan dengannya begitu akrab, padahal dulu waktu SMA ia begitu dingin sekali denganku, lalu film apa ya yang akan kami tonton nanti ya, apa film romanstis, ah aku jadi tak sabar, astagfirullah haladzim Ya Allah apa yang aku pikirkan astagfirullah, ucap Lina dalam hati sambil terus beristifar. Tapi tiba-tiba dari belakang Suci malah mengagetkan Lina dengan menepuk bahunya. Kau tak mau Lin? Ya sudah kalau kau tak mau juga tak apa-apa. ucap Rio Kau, apa-apaan sih bikin aku kaget saja. ucap Lina. Makanya jangan suka melamun dong, nanti bisa kemasukan setan. ucap Suci sambil tersenyum Saat itu barulsh Lina sadar, sekarang ia kan sedang bermusuhan dengan Suci, tapi kenapa ia malah mau bicara dengannya. Hai kau sudah lupa ya dengan apa yang aku katakana tadi pagi? Ya Ampun Lin, kau ini sedang bercanda kan. Siapa juga yang bercanda, aku ini serius. Ayolah Lin, kau jangan perlakukan aku sama dong seperti apa yang dilakukan Ros dan Lia padaku. Oh, jadi maksudmu sekarang Ros dan Lia juga sedang mencuekkanmu, bagus dong kalau begitu. Lina kenapa kau malah bicara seperti itu? Sudahlah Ci aku sudah tak ingin berdebat denganmu lagi dan aku sarankan lebih baik kau renungkan kesalahanmu itu. Lina segera pergi meninggalkan Suci tapi sungguh ia tak ingin melakukan hal ini pada Suci. Tapi jika ia tak melakukannya Suci pasti tidak akan pernah sadar dengan kesalahan yang ia buat.

Berbohong Lagi Jam 2 lewat 15 menit Lina sudah sampai di koskosan, ia pun mulai menyiapkan diri untuk pergi nonton. Baju yang ia pilih adalah jubah warna hitam dengan hiasan bordiran bunga dan kerudung warna hitam pula, itulah baju yang menjadi pilihan. Setelah itu untuk dandan, Lina hanya memakai bedak saja dan celak tanpa liptik karena baginya ia sangat anti dengan namanya Lipstik, baginya sebelum menikah ia tidak akan memakai lipstik, itu pun ia baru akan memakai lipstick hanya di depan suaminya saja. Yang anehnya sebetulnya ia tak terbiasa memakai celak jadi ia tinggal pasang saja di garis matanya, dan hasilnya ia malah seperti hantu. Tapi sudahlah biarkan begiuni saja. Setelah Lina selesai dengan dandanannya yang alami tanpa kosmetik yang menurutnya itu bagus, tiba-tiba saja Titin masuk ke dalam kamar, dan cukup kaget ia melihat dandanan Lina yang serba memakai baju warna hitam, dan celak yang sangat tebal sehingga Lina tampak seperti hantu, Titin pun langsung saja tertawa. Hei Tin, Kau itu kenapa sih datang-datang bukannya mengucapkan salam eh malah tertawa terbahak-bahak, taulah orang yang tertawanya terbahak-bahak itu mudah sekali hatinya dimatikan setan, lagian coba kau pikir, pantas apa wanita keturunan ningrat sepertimu tertawa terbahak-bahak kayak gitu. Ah kau itu jangan membuka kedokku dong, keturunan ningrat miskin itu baru betul, tapi ialah aku minta maaf, and Assalamuallaikum, (sambil menutup mulutnya Minah mulai tersenyum lagi) tapi ya Allah kau itu mau pergi ke mana he, mau pergi ke kuburan apa?

Wallaikum salam, Ah kau ini bisa diam nggak sih, jangan terus tertawa dong, Aku itu mau pergi nonton bioskop. Ha apa? Pergi ke bioskop, dengan siapa? Dengan Rio dan Ha kau pergi dengan laki-laki, tak kusangka akhirnya kau itu pacaran juga. ucap Titin sambil teriak. Ah, Kau itu bicara apa sih, dengarkan aku selesai bicara dulu dong, aku itu perginya bukan hanya dengan Rio tapi juga dengan neneknya. Oh rupanya pihak keluarga sudah melamarmu ya? Titin jangan berfikiran yang aneh-aneh dong, sudah deh aku ini mau telat. Ya Maaf deh, tapi neng kau itu mau pergi ke pemakaman ya? Maksudmu itu apa? Kau itu meledekku saja terus. Abis bajumu serba hitam kayak orang lagi berkabung aja lagipula kulit sudah hitam pakai baju hitam lagi, ya mana kelihatan mukanya. Titin pun mulai tertawa lagi dan itu membuat Lina cukup kesal. Kau itu suka ya menghina orang, menertawakan orang lagi, iya-iya memang aku tak bisa dandan tak bisa memilih baju mana yang cocok untuk diriku sendiri, tapi bantu dong aku, kau itu temanku bukan sih, dasar. Hoi, marah-marah ni ye, iya-iya, aku bakal Bantu you, Titin gitu loh, dalam lima menit aku pasti bisa mengubahmu jadi wanita yang cantik. KAu itu ngomong saja sih cepat carikan aku jilbab yang cocok, aku bisa telat ni. Kau ini aneh selalu saja menyebut jubah itu jilbab.

Min aku nggak bisa jelaskan denganmu sekarang nanti aja kalau aku sudah pulang, ni aku nanti bisa telat. Cie-cie yang mau kencan semangat banget nih. Titin, jangan ngaco deh! Aku itu nggak kencan tapi menemani seorang nenek. Wah, nenekmu itu gaul sekali, mau juga diajak jalan-jalan. Titin . teriak Lina dengan penuh sesak Ia-ia, gitu aja marah, sekarang kau ganti bajumu itu, lalu kau bersihkan wajahmu itu nah sementara itu aku carikan jubah yang cocok untuk warna kulitmu yang kecoklatan itu. Kenapa aku harus membersikan wajahku, kayaknya nggak ada yang salah deh dengan wajahku. Titin pun segera mengahadapkan wajah Lina ke arah cermin dan memperlihatkan mata Lina yang seperti Hantu. Sudah liat matamu sendiri, kau itu betul-betul seperti hantu, kalau nggak bisa pakai celak tunggu aku, biar aku membantumu memakaikan dan mengajarimu bagaimana menghiasi mata dengan celak, jadi sekarang bersihkan wajahmu dengan pembersih muka ok. Lina segera menuruti perintah Titin, sedangkan Titin sendiri ia segera mencarikan jubah yang pantas dengan Lina. Dan dapat Titin memilih jubah panjang warna biru dengan hiasan manik-manik dan bordiran bunga. Sedangkan untuk kerudungnya menurutnya yang cocok adalah campuran warna merah dengan coklat. Indah sekali jubah itu setelah Lina pakai, dan soal dandanan Titin memang jagonya. Tapi Lina tak mau memakai kosmetik jadi lina hanya memakai

bedak kuning langsat saja dan tambahan hiasan celak khas orang arab di matanya. Tapi walaupun begitu wajah lina yang coklat bersih tanpa jerawat, jadi pakai kosmetik maupun tidak ia tetaplah terlihat cantik cantik. Setelah semua selesai berangkatlah Lina tapi tidak dengan sepatu roda tetapi dengan sepatu biasa saja. Karena menurut Titin dalam acara seperti itu tidak cocok memakai sepatu roda. Kemudian segeralah Lina menuju ke taman maskot dengan menggunakan taksi. Pertunangan Sekarang ini, di rumah Rio yang cukup megah dan terletak di daerah perumahan elit, dalam kamar yang dominan cat warna biru dengan langit-langit yang datar bercatkan warna putih serta bertekel warna putih, sekarang ini Rio sedang bersiap-siap pergi nonton dengan neneknya dan juga Lina. Berkali-kali Rio mencoba pakaian tapi ia merasa selalu saja tak maching. Rio takut kalau bajunya nanti nggak enak kalau dipandang Lina. Sampai akhir ia tenukan pakaian yang menurutnya cocok yaitu Baju batik warna merah dan celana blus warna hitam. Ya ia ingat sekali, ini kan baju yang ia pakai waktu pertama kali bertemu dengan Lina. Setelah memandang penampilannya dalam kaca, Rio pun mulai mengalohkan pandangannya ke arah ranjangnya dan sungguh ia tak menyangka kalau sudah ada 6 baju di atas ranjang, ini berarti ia sudah enam kali berganti baju. Saat itunjuga ia pun mulai tertawa. Karena ia merasa sepertinya ada yang aneh dalam dirinya, bagaimana bisa sekarang ini ia terlalu memperhatikan penampilan. Apa mungkin ya sekarang ia sudah mengalami apa itu namanya jatuh cinta. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dan ternyata itu adalah Siti, ibunya Rio.

Rio pun segera membuka pintunya dan mempersilakan ibunya masuk. Melihat anaknya berpakaian cukup rapi Siti pun mulai menanyakannya pada Rio. Rio, ikam tu handak tulak kemana garang?1 tanya Siti dengan menggunakan bahasa Banjar Ulun handak tulak lawan nini ke bioskop mak ai, kenapa garang mak betakun?2 Umai anakku, kadak ingatkah ikam, sore ini tu ada acara betukar cincin lawan si Pipit.3 Na bujuran ulun kadak ingat lalu mak ae.4 Nah anang yang baik rupa ni, rancak banar mamak sudah mengingatkan, ayoha ha lekasi beganti baju, Ditunggui kula sudah di bawah sebagai saksi ikam bertunangan.5 Bedahulu ja mak ae, kena ulun tunti pean ke sana, ulun ada yang handak di gawi mak ae.6 Dilekasi nang ae gawian ikam tu, beri maras urang lawas menghadangi ikam keina.7 Inggih mak ae.8
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Rio, kamu itu mau pergi kemana? Saya mau pergi ke bioskop sama nenek ibu memangnya ada apa ibu, kenapa bertanya? Anakku, tidakkah ingat kamu, kalau kamu hari ini ada acara tunangan dengan Pipit Benar ibu saya sama sekali nggak ingat Nah anak lelakiku yang ganteng, sering sekali kan ibu sudah mengingatkan, ya sudah cepat berganti baju, ditunggui keluarga di bawah sebagi saksi pertunanganmu Duluan saja Ibu, nanti saya susul pean ke sana, saya mau ada urusan yang haris saya kerjakan ibu Dicepatkan ya kerjaanmu itu nak, beri kasian orang yang menunggumu nanti Ia Ibu Siti pun segera turun ke bawah dan segeralah bergegas ia dan seluruh

keluarga yang telah

berkumpul menuju ke kediaman Pipit. Namun beda halnya dengan Rio yang mulai bergegas mengganti bajunya dengan baju toksedu warna hitam. Kemudian bergegaslah ia keluar dari rumah menuju ke taman maskot dengan menggunakan mobil pribadi untuk bertemu langsung dengan Lina. Akan tetapi ia sendiri bingung apa yang nantinya ia katakan pada Lina. Karena sesungguhnya ia sendiri

merasa sangat kecewa, kenapa ia harus melepaskan kebahagiannya yang mungkin hanya sesaat. Kekecewaan Lina Sekarang ini Lina sudah sampai di tempat yang dijanjikan yaitu di depan taman maskot. Taman Maskot adalah sebuah taman kota yang didalamnya dibangun patung Maskot Kalimatan Selatan yaitu Pohon Kasturi dan Bekantan. Pohon Kasturi adalah pohon mempunyai buah seperti mangga yang berbau harum dan rasanya manis yang khas. Sedangkan Bekantan (Nasalis Larvatus) adalah fauna khas kalimantan yang unik sejenis kera yang mempunyai hidung yang panjang dan sangat pemalu, hewan ini bisa kita temukan di Pulau Kaget. Taman ini juga terletak di Jl. Djok Mentaya disamping Komplek Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada di pusat Kota Banjarmasin. Taman Maskot dibuka untuk umum pada hari Sabtu dan Minggu. Dan sangat cocok sekali karena hari ini adalah hari Sabtu jadi ia bisa masuk ke dalam tanpa harus membayar. Taman Maskot merupakan tempat yang cocok bagi keluarga untuk bersantai dengan keluarga, karena disini juga disediakan fasilitas bermain untuk anak-anak. Taman maskot biasanya ramai dikunjungi orang pada pagi hari, sekitar jam 06.00 08.00, terutama oleh muda mudi yang sedang berlari pagi ataupun

yang hanya sekedar menikmati pemandangan yang ada. Terjadi setiap harinya, terlebih-lebih pada hari minggu. Kemudian sore harinya, taman tersebut dijadikan tempat nongkrong anak-anak muda, khususnya para breaker yang melakukan atraksi breakdance di halaman taman tersebut, biasanya mereka terdiri dari komunitas-komunitas yang jumlahnya kurang lebih ada 10 sampai 20 orang.

Selain itu, taman maskot juga biasanya dijadikan tempat start dalam lomba jalan santai yang diadakan di kota Banjarmaisn. Selain sebagai tempat sarana rekreasi, taman maskot juga berfungsi sebagai paru-paru kota, dan ikut memperindah kota Banjarmasin. Pepohonan yang rindang dan teduh di taman tersebut membuat taman terasa asri dan nyaman. Di tengah kota Banjarmasin yang semakin lama semakin tidak mempunyai hutan, keberadaan sebuah taman yang asri dan nyaman sangatlah diperlukan. Waktu itu ia datang jam sudah menunjukkan pukul 2.28, tapi Rio juga belum datang juga. Tapi setelah ditunggu beberapa menit tiba-tiba ada mobil mercedes yang berhenti di depannya. Setelah orang yang di dalam mobil itu membuka kaca spion depan barulah Lina tau kalau ternyata orang itu adalah Rio. Lina pun segera berdiri menghampiri Rio. Rio Alhamdulillah akhirnya kau datang juga, mana nenek? Maafkan aku Lin, aku lupa sekali kalau hari ini ku di rumah ada acara penting sore ini jadi janjiku untuk mengajak nenek dan kau nonton tidak bisa aku penuhi, tapi kau bisa pakai tiket ini Lin jika kau mau, aku sudah membelikan 3 tiket bioskop untukmu, kau bisa ajak temanmu yang lain untuk menemanimu. Apa? Maaf lin, sebetulnya aku betul-betul sudah lupa kalau aku sore ini ada acara penting di rumah, jadi sekali lagi aku tak bisa menemanimu. Tapi

Maaf ya Lina, aku pergi sekarang, aku sudah ditunggu di rumah, nih tiketnya (dengan tetap di dalam mobil Rio berikan tiket itu pada Lina) aku pulang dulu Lin, assalamualaikum. Tapi Rio segera menancapkan gas mobilnya dan pergi meninggalkan Lina sendirian di sana. Lina merasa begitu aneh dan marah. Tapi ., ah ., sungguh betul-betul keterlaluan, apa ia tak bisa melihatku, oh , betul-betul keterlaluan ucap Lina dalam hati. Melihat tiket yang ia pegang rasannya ia ingin sekali membuangnya tapi sadar bahwa tiket ini gratis Lina pun tak jadi melakukannya. Tapi sekarang ia bingung, ia harus pergi dengan siapa, kalau dengan Suci, ah tidak-tidak, sekarang ini ia kan sedang kuhukum, kalau Titin, ah tidak-tidak, ia sekarang pasti sedang menyiapkan diri pergi ke kampus, ah tidak-tidak aku tidak boleh mengganggunya. Tapi aku harus pergi dengan siapa dong. Ah ya Afgan, ia pasti bisa membantuku. Lina segera mengambil hpnya utnuk menelpon Afgan tapi saat mau menekan nomor barulah ia sadar kalau tak punya no telp Afgan. Lalu bagaimana bisa ia menghubungi Afgan. Lina mulai berfikir cukup keras dan oh iya, sekarang kan Afgan menginap di hotel tempat Minah dan aku punya no telpnya, pikir Lina. Lina pun segera memencet no telepon hotel Sekar Arum. Halo, dengan receptionist Hotel Sekar arum, ada yang bisa dibantu? ucap ucap aida Ya Allah ini kan suara receptionist yang pernah mengusirku dulu, ucap Lina dalam hati.

Maaf mbak, saya ingin bertemu dengan Afgan bisa tolong hubungkan saya dengannya. ucap Lina dengan suara yang ia usahakan datar, agara receptionist yang pernah mengusirnya dulu tidak mengenali suaranya. Oh maaf mbak, pesan manajer mereka, Afgan itu sekarang sedang istirahat jadi tidak bisa diganggu. Ya Allah, ternyata receptionist ini tidak mengenali suaraku, ucap Lina dalam hati. Tapi saya ada urusan penting dengannya mbak. Dan tanpa basa-basi lagi oleh Aida telepon langsung ditutup dan hal ini betulbetul membuat Lina jengkel. Lina pun segera menelpon lagi. Anda ini jangan main-main ya kenapa anda malah menutup teleponnya, saya ini sedang ada urusan penting dengan Afgan. ucap Lina sambilmenahan emosinya. Dan anda tolong juga ya jangan main-main, saya ini sedang repot jadi tolong jangan ganggu saya. Aida menetup telepon lagi dan oh ini betul-betul membuat Lina geram rasanya.

Eh dengar ya saya ini sedang ada urusan penting dengan Afgan jadi tolong hubungkan dengannya sekarang juga kalau tidak aku akan menuntut Anda. Menuntutku, memangnnya siapa kau ini, pengacara, hakim, ia? Hei dengar ya, aku, aku aku ini adiknya Afgan dan ibu sekarang sedang sakit parah jadi tolong hubungkan aku dengannya. Eh lucunya, kalau kau memang adiknya Afgan kenapa kau tidak telepon saja ke hpny masa adik sendiri gak punya no telepon kakaknya. Hei dengar ya aku, aku, aku tak tau kenapa sudah berkali-kali kucoba telepon kakak tapi selalu saja hpnya gak aktif jadi cepat hubungkan aku dengannya!

Maaf ya mbak saya gak bisa.. Aida berniat untuk segera menutup teleponnya tetapi Lina langsung saja berteriak Jangan ditutup .. teriak Lina Karena ketakutan teleponnya ditutup lagi tanpa pikir panjang lagi Lina pun segera teriak cukup kencang hingga membuah Aida menjauhkan gagang tetelepon karena tidak tahan dengan suara Lina. Waktu itu Hana teman seperkerja Aida yang waktu itu berada di sampingnya cukup bingung melihat ekpresi muka Aida, setelah itu ia pun langsung menanyainya. Ada apa Da? Ini ni, ada yang ngaku-ngaku jadi adinya Afgan sampe bilang ibunya sakit segala lagi. Kenapa tidak kau hubungkan saja? Abis aku rasa aku kenal sekali dengan suara orang ini, jadi pasti orang ini sedang berbohong. Sudahlah kau sambungkan saja, kalau jika benar-benar adiknyaAfgan dan Ibunya Afgan benar-benar sedang sakit gimana? bisa-bisa urusannya bisa tambah gawat loh Da, kau itu bisa kena masalah nanti. Aida pikir benar juga. Di lain pihak Lina kebingungan karena telepon tidak ditutup tapi kenapa suaranya gak ada. Ia pun terus bilang halo dan halo dan halo. Baiklah saya akan segera sambungkan dengan kamar Afgan. ucap Aida dengan nada suara datar.

YA Allah rasanya ini seperti mimpi, rasanya Lina seperti disambar petir. Bagaimana tidak setelah berusaha keras menyakinkan bahkan bertengkar dengan receptionist itu dan juga berbohong, eh akhirnya receptionist itu mau juga juga menyambungkan. Setelah disambungkan oleh Aida ke kamar Afgan Dan diberitau kalau adiknya telepon dan mengabarkan bahwa ibunya sedang sakit parah, sontak Afgan yang tadinya baru mau tidur langsung bangun dari tidurnya dan segera minta disambungkan ke adik gadungnnya itu alias itu adalh Lina. Halo, Yati, gimana kabar ibu sekarang Ibu di rumah sakit apa, apa yang terjadi dengan ibu hei Yanti kenapa kau diam sja Kau ini masih di situ kan. Tanya Afgan penuh kecemasan dengan adik gadungannya. He , maaf Afgan ini aku lina bukan Yanti. ucap Lina sambil sedikit tertawa Apa lina, Lina yang pernah menamparku dulu. Eh , iya. Kau ini apa-apaan sih, kenapa kau menyamar-nyamar jadi adikku, bilang ibuku sakit lagi. ucap Afgan dengan marah-marah. Maaf Afgan aku tidak bisa memberitahunya di sini kau datang saja sekarang di dekat taman kota di samping telepon umum nanti ku terangkan semuanya oke assalamualaikum. Setelah itu Lina langsung tutup teleponya. Ya Allah betapa takutnya Lina kalau nantinya Afgan akan hanya marah-marah saja di telepon, karena itulah ia segera menutup teleponnya. Tapi pa Afgan mau datang ya, entahlah Ia tak tau. Setelah menunggu beberapa detik akhirnya Afgan datang dengan mobil jibnya. Saat itu Lina liat Afgan yang memakai topi hitam dan kaca mata hitam, segera

keluar dari mobilnya sambil menutup pintu mobil dengan kerasnya, seakan-akan ia ingin menunjukkan kalau ia sedang marah. Wah Lina jadi ketakutan. Tapi aku harus tenang, ucapnya dalam hati. Setelah Afgan berdiri di depan Lina, ia segera melontari Lina dengan pertanyaan yang sinis. Sekarang cepat katakan, sebetulnya apa maksudmu, kau itu kenapa heh, bisabisanya kau itu mengaku jadi adikku bilang ibuku sakit lagi, kau tau nggak aku itu cemas sekali tadi, sekarang cepat katakana kenapa kau melakukan hal bodoh tadi? ucap Afgan dengan wajah yang penuh dengan emosi yang rasanya mau meledak. Aku hanya ingin mengajakmu melihat nonton bioskop saja, karena aku tak tau no telpmu makanya aku melakukan hal yang kau bilang bodoh tadi. Mengajakku nonton bioskop ? Ya, Aku hanya masih merasa bersalah padamu tentang apa yang kulakukan kemarin, jadinya untuk membalas kesalahanku yang kemarin itu, aku ingin mengajakmu nonton bioskop, gimana kau mau kan? Aduh astagfirullah haladzim aku berbohong lagi deh, ucap Lina dalam hati. Tapi bukannya bilang mau atau tidak Afgan malah mulai melihat Lina dari atas sampai bawah. Hei, kau itu, kenapa melihatku seperti itu, gak baik tau. protes Lina Cukup kaget Afgan dengan teguran Lina, karena jujur dalam hati Afgan merasa kagum dengan kecantikan Lina yang terpancar bukan dari keseksiannya karena jelas seluruh tubuhnya terbalut jubah dan kerudungnnya yang sopan tapi tetap cantik dan elegan, hanya wajah dan tangannya saja yang kelihatan karena ia

juga memakai kaus kaki. Akan tetapi kecantikan itu semua yang terpancar dari muka Lina. Baru kali ini ia bisa melihat kecantikan wanita berkerudung. Dengan dandanan tanpa kosmetik ternyata Lina terlihat sangat cantik sekali. Afgan pun segera mencari kata-kata yang mengelak Enggak, aku, aku, aku hanya heran saja, dimana sepatu rodamu? biasanya kau kan pakai sepatu rodamu. Kau ini gimana sih, kita kn mau pergi nonton bioskop masa aku harus pakai sepatu roda itu kan gak pantas. Tapi ini kan bukan acara resmi Lina, jadi kalau kau mau pake sepatu roda atau gak itu kan terserah kamu Lin. ucap Afgan Kau itu, cerewet sekali sih, kalau kau gak mau pergi bilang saja, aku kan bisa pulang sekarang. Loh-loh,loh , kau ini aneh sekali sih, kenapa malah jadi kau yang yang marah, seharusnya yang marah kan aku? Abis dari tadi kau mengomentari sepatu rodaku terus, memangnya aku ini terlihat aneh ya kalau gak pake sepatu roda. Ya- iya deh aku minta maaf, gitu aja marah dan karena niatmu itu baik okeylah aku mau ikut kok nonton bioskop. Betulkah? Ia neng, ayo kita berangkat. Eh tunggu dulu! Tunggu apa lagi? Itu dalam islam kan wanita dan laki-laki tidak boleh berdua-duan karena.

Yang ketiga itu setan. Yap kau betul, jadi gini nih, aku punya tiga tiket, bisa gak kau bawa satu wanita lagi, mungkin bisa saja si Anna! Kau ini memang wanita aneh, tapi ya baiklah kalau begitu kita kembali dulu ke hotel buat jemput Anna. Dengan mengendarai mobil bertipe SYV milik Afgan kami pun segera kembali ke hotel untuk menjemput Anna, dan beruntung sekali Anna mau ikut dengan kami. Berbeda hal nya dengan kemarin sekarang ini Lina sangatlah senang sekali karena melihat Anna memakai pakaian yang sopan dan serba tertutup. Walaupun begitu ia tetap tak memakai kerudung. Tapi tak apalah, bagi Lina melihat Anna memakai pakaian sopan seperti itu membuatnya sudah cukup senang. Sedangkan Rio sendiri, ia mengenakan kaos dengan rompi warna dan juga celana jeans serta tak ketinggalan kacamata hitam dan topi hitam, sama halnya dengan Anna yang juga memakai kacamata hitam serta topi hitam, hal ini mungkin untuk memnutupi jati diri mereka yang seorang artis. Akan tetapi melihat Afgan seperti itu rasanya ia terlihat seperti orang yang santai. Selama perjalanan Lina berharap sekali Afgan tidak akan menanyakan film apa yang akan kami tonton nanti karena jujur ia sendiri juga gak tau film apa yang sudah dipilih oleh Rio. Setelah sampai di gedung bioskop ternyata apa yang tidak diinginkan Lina terjadi juga Afgan menanyakan tentang film itu. Oh ya Lin, film apa yang akan kita tonton nanti? Tanya Afgan Aduh mampus aku, apa yang harus aku katakan? ucap Lina dalam hati Oh iya kan nonton film kalau gak makan popcorn kan gak lengkap rasanya, aku beli popcorn dulu ya. Ucap Lina sambil segera berlalu meninggalkan Afgan dan juga Anna. Melihat tingkah Lina, Anna pun mulai mengomentarinya. Gan, kayaknya ada yang aneh deh dengan pacarmu itu. Udahlah An, Loe ini bicara apaan sih, jangan ngaco deh, jangan mikir yang aneh-aneh.

Namun setelah sedikit jauh dari mereka barulah Lina sadar kalau dia kan sama sekali tak punya uang sekarang ini. Aduh rasanya ia jadi serba salah menjauh salah mendekat juga salah. Tapi akhirnya ia beranikan diri untuk kembali ke tempat Afgan. MelihatLina kembali Afgan pun jadi cukup keheranan. Loh kenapa malah balik? Katanya mau beli Popcorn Lin? Tanya Afgan Maafkan aku, aku lupa bawa dompet? ucap Lina Jadi kau mau bilang kalau ketinggalan uang? Ya maaf, aku juga gak tau kalau aku ketinggalan uang. Anna pun turun tangan Ya sudahlah, biar aja, biar gue aja yang beli popcornnya ya dengan uangku sendiri ok? Berlalulah Anna pergi meninggalkan kami. Ya Allah rasanya ini betulbetul membuatku merasa sangat malu. Tapi sudahlah, simpan saja malu itu dalam hati, pikir Lina. Setelah beli popcorn kami segera masuk ke tempat pemutaran film. Setelah menunjukkan tiket kepada penjaga pintu masuk, kami pun diperbolehkan masuk ke dalam gedung pemutaran film. Dan ini sungguh membuat Lina tercengang serta aneh bagian yang lainnya karena ternyata Rio betul-betul memenuhi janjinya. Tempat antara lelaki dan perempuannya terpisah dan itu pun ada tandanya yakni bagian tempat duduk sebelah kanan untuk lelaki sedangkan bagian tempat duduk sebelah kiri untuk perempuan. Jadi untuk mematuhi peraturan Afgan duduk di sebelah kanan dekat lintasan tangga jalan sedangkan Lina dan Anna duduk di sebelah kiri dengan Lina dekat lintasan jalan tangga dan Anna duduk di sebelah kirinya. Mereka bertiga duduknya sebarisan. Dalam hati sebetulnya Afgan merasa sangat aneh sekali karena baru kali ini ada bioskop yang terpisah tempatnya antara lelaki dan perempuan seperti sekarang ini. Tapi ia merasa untuk diam saja nanti saja kalau sudah selesai filmnya dan di luar nanti baru ia tanyakan pada Lina. Tapi beda halnya denga Anna karena menurutnya sangat aneh gedung bioskop ini karena itu langsung ia tanyakan pada Lina. Lin, kayaknya ada yang aneh deh, kenapa di sini sepi sekali hanya ada kita bertiga, memangnya nggak ada penonton yang lain apa, terus kenapa tempatnya

jadi terpisah kayak gini, baru kali ini aku menemukan bioskop yang aneh seperti sekarang ini. Aku juga tak tau kenapa tempatnya sepi sekali nggak ada orang hanya ada kita bertiga, tapi sebelum film diputar lebih baik aku tanyakan terlebih dahulu dengan petugas penjaga pintu tadi ya. Bergegaslah Lina segera keluar dari tempat duduknya dan segera menuju ke pintu masuk untuk menanyakan kepada wanita penjaga pintu masuk tersebut tentang keganjilan ini. Maaf mbak, tapi saya merasa sangat heran, kenapa di dalam sama sekali tak ada orang hanya ada kami bertiga ya mbak. Oh ini memang sudah permintaan dari tuan Rio. Apa maksud mbak, jadi Rio yang mengatur semua ini? Iya mbak, dan Tuan Rio yang memboking tempat ini hanya untuk tiga orang saja, sekaligus ia meminta kepada kami untuk mengatur agar tempatnya terpisah antara lelaki dan perempuannya, gimana mbak apa adayang kurang mbak dengan fasilitas yang kami berikan. Oh tidak apa-apa mbak, terima kasih atas informasinya. Ya Allah, Lina merasa tak percaya ternyata Riolah yang memboking gedung bioskop hanya untuk memenuhi permintaannya untuk menjauhi ihtilat. Betul-betul tak dapat ia sangka. Tapi sayangnya sekarang ini ia tak jadi pergi dengan Rio dan nenek. Setelah itu ia pun segera kembali ke tempat duduknya. Sekembalinya di sana Anna langsung saja menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. Gimana Lin, apa yang terjadi, terus kenapa penontonya sedikit sekali terus tempatnya terpisah lagi. ujar Anna Tempat ini sebetulnya sudah diboking orang tapi karena orangnya nggak jadi nonton bioskop jadi kita pakai saja nggak pa-pa kok. Oh jadi begitu ya, tempat ini sudah ada yang boking, tapi orang yang memboking sampai menyeting tempat seperti ini pasti dia itu adalah orang yang romantis. Andai saja ada seorang lelaki yang melakukan hal yang seperti ini

padaku sampai memboking gedung bioskop hanya untuk berdua saja, uh sungguh romantic sekali. Setelah itu film pun dimulai, ruangan menjadi redup dan filmnyapun diputar. Tapi sungguh ini filmnya betul-betul mengagetkan Lina. Karena ternyata film yang akan mereka tonton ini adalah film horror. Oh tidak, rasanya Lina tak ingin menontonnya, karena Lina kan orangnya penakut jadi ia pun langsung teriak dan itu pun membuat Afgan dan Anna jadi langsung kaget. Kau ini kenapa Lin? Tanya Anna Iya Lin ada apa Lin? Tanya Afgan juga YA Allah apa yang aku lakukan kalau aku begini terus nanti bisa ketahuan kalau bukan aku yang membeli tiket bioskop itu, tenang Lina kau harus tenang, pikir Lina waktu itu. Oh gak pa-pa kok, aku hanya lupa saja kalau hari ini aku, aku belum bayar tagihan listrik. ucap Lina sambil sedikit tersenyum, terpaksa ia pun berbohong lagi, karena itu langsung yang terpikir dalam otaknya sesuatu yang aneh. ia am jadi hanya karena itu kau menjerit Lina-lina. ucap Afgan Ya sudah deh nanti setelah pulang kau pikirkan nanti aja sekarang kita bersenang-senang dulu menikmati filmnya, wah seru banget nih, kau itu pintar Lin, Kau tau saja kalau kami ini suka sekali dengan film horror, Apalagi Afgan dia itu penggila yang namanya film horror. Iya maafkan aku. Lina pun berusaha untuk diam walaupun kalau begini sih dia nggak bisa namanya menikmati film. Tapi Ok untuk masalah ini sudah selesai tapi bagaimana dengan film horror itu tidak aku tidak boleh kabur aku harus hadapi rasa takutku itu tapi, Ya Allah rasanya ini begitu menyakitkan, kenapa hanya dia seorang yang tak suka dengan film horror. ah teriak LIna dalam hati. Ingin sekali rasanya ia kabur dari tempat ini tapi itu tak mungkin ia lakukan. Karena itulah ia mencari cara untuk menutupi rasa takutnya itu. Ketika film main terus Lina terus saja menutup matanya. Ingin rasanya ia menutup telinganya karena suara yang ngeri keluar dari film tersebut tetapi tak dapat ia lakukan karena nanti bisa ketahuan Anna dan Afgan. Karena itulah ia

mulai meremas-remas bangku duduknya jika ia merasa takut. Dan saat itu Lina yakin sekali cara ini berhasil. Afgan tidak tau dengan ketakutannya itu tapi ternyata salah. Tanpa sengaja sebetulnya niat Afgan ingin meminta popcorn kepada Lina karena Popcornnya sudah habis, Akan tetapi walaupun jarak yang memisahkan mereka Cuma sehasta tetapi Afgan malah bisa melihat ekspresi muka Lina yang terlihat ketakutan sambil memejamkan mata. Tangannya juga seringkali meremas-remas gagang kursi. Ia merasa heran dan juga cukup kaget dengan apa yang dilakukan Lina. Akan tetapi rasa heran itu berubah menjadi rasa inginnya untuk menyentuh wajah Lina. Ia pun mulai mengulurkan tangannya ke arah wajah Lina akan tetapi melihat ekpresi muka Lina yang mulai membuka matanya Afgan segera menarik tangannya. Dan ia pun mulai tersenyum sendiri. Ia merasa begitu Linglung. Apa yang ia lakukan tadi. Hampir saja ia menodai Lina. Ia yakin jika Lina tau apa yang akan ia lakukan tadi pasti ia akan sangat marah, piker Afgan. Tapi ia cukup heran dan juga kaget kenapa Lina kelihatan ketakutan ya padahal kan ia sendiri yang memilih film ini. Apa ada sesuatu yang ia sembunyikan ya. Apa aku tanyakan saja nanti dengannya setelah film ini selesai. Dan yang membikinnya cukup aneh kenapa tempatnya jadi terpisah kayak gini, baru kali ini ia menemui bioskop seperti ini, jadi Afgan bingung, apa Lina sendiri yang menyeting tempat duduknya seperti ini dan juga apa ia juga yang memboking gedung bioskop ini. Tapi apa aku Tanya saja ya nanti dengannya, ah tidah ah, aku yakin pasti suatu hari lambat laun nantinya nanti aku yakin aku akan tau kenapa ia melakukan hal ini padaku, pikir Afgan. Afgan pun melanjutkan menikmati filmnya sedangkan Lina tetap berusaha bertahan dengan segala kemampuannya agar tak ketahuan kalau ia adalah seorang penakut kelas tinggi. Pertunangan Rio Di lain pihak sekarang ini di rumah Rio yang cukup megah sedang diadakan pesta pertunangan yang cukup meriah tapi hanya dihadiri oleh kalangan keluarga saya. Inilah yang membuat Rio membatalkan acara nontonnya dengan

nenek dan Lina. Sekarang ini jari manis Rio telah terpasang sebuah cincin pertunangannya dengan Pipit, itulah nama tunangannya. Sungguh tak pernah ia bayangkan ia akan bertunangan dengan orang yang sama sekali tak ada rasa cinta di hati, walaupun sudah mencoba berpacaran selama sebulan dengannya tapi tetap saja ia merasa tak cocok dengan Pipit. Sikapnya yang suka marah dan tak sabaran serta suka belanjanya membuatnya tidak sreg dengan Pipit. Akan tetapi ia tetap harus memasang topeng dengan muka senyumnya karena ini adalah perintah orang tua yang tak bisa ia bantah. Karena jika ia bantah maka ia merasa termasuk anak yang durhaka. Akan tetapi apakah ini akan bertahan selamanya, ia tak tahu, sampai kapan ia bisa melepaskan topengnya itu, karena sampai sekarang dia juga belum merasakan cinta menyentuh hatinya. Akankah nanti ada yang bisa menyentuh hatinya, hanyalah Allah SWT yang tahu jalan takdirnya nanti berakhir seperti apa. * & * & * Filmnya da abis jadi mereka segera keluar dari gedung bioskop. Ketika mereka berjalan menuju mobil Rio, tiba-tiba Anna mengajak makan. Eh perutku lapar nih guys, gimana kalau kita makan dulu di restoran dekat sini. Wah bisa-bisa aku nih yang bayar, aku kan yang sekarang traktir mereka, pikir Lina, Lina pun langsung teriak Jangan! ini pun membuat mereka bingung. Jangan kenapa Lin? Tanya Afgan. Ah, maksudku, gimana ya? aku tak bisa ikut kalian makan, karena aku, aku, harus cepat-cepat bayar tagihan listrik. ucap Lina Kalau gitu biar aku antar saja. tawar Afgan.

eh, e NGgak usah, aku pergi saja sendiri, lebih baik pulang aja langsung ke hotel makan di sana, bagus kan ideku. Emangnya kau pergi ke sana pake apa? Kau kan sekarang nggak pake sepatu roda. Tanya Afgan Aduh, aku harus ngomong apa lagi dong. ucap Lina dalam hati Ya sudah kau antar saja aku pulang ke rumah sekarang, nanti biar aku sendiri yang bayar ke bank semua tagiahanku. ucap Lina Kau ini cukup aneh ya Lin, memangnya bank itu dekat dengan rumahmu ya, dan coba kau itu fikir apa sore-sore begini bank itu masih buka saying. sindir Anna Oh iya kau benar juga, tapi aku merasa sudah kecapekan nih, kan dari rumah sakit sampe sore ini aku belum sama sekali istirahat jadi aku ijin pulang ke rumah aja ya. Baiklah kalau itu maumu Lin tapi aku antar kau pulang ya. Baiklah. Kalau begitu, cepat masuk mobil. perintah Afgan. Lina pun segera masuk ke dalam mobil dan kemudian Afgan segera mengentarkannya pulang ke rumah. Setelah sampai di depan rumah koskosan sungguh kagetnya Afgan melihat kos-kosan Lina yang dia kira itu rumahnya Lina. Dan Afgan mengira Lina itu orang kaya tapi yang ia heran, orang kaya seperti Lina kok suka sekali ya kemana-mana pake sepatu roda, harusnya ia kan pake mobil mewah yang sejenis dengn rumahnya yang mewah ini. Ya, sekarang sudah sampai, makasih banyak ya atas tumpangannya. ucap Lina Ini rumahmu Lin. Tanya Afgan.

Ya anggap saja ini rumah ke duaku. Ya sudah aku masuk sekarang, terima kasih atas segalanya, Assalamualaikum. ucap Lina. Setelah mereka membalas sapaan Lina, Lina pun segera masuk ke dalam. Sambil mobil terus melaju dan dengan tetap konsentrasi Afgan menyetir mobilnya, Anna yang duduk di sampingnya mulai memborbardirnya dengan berbagai presipsinya tentang Lina. Afgan, gue yakin loe itu nggak nyangka kan, orang kayak Lina eh ternyata dia tu termasuk orang konglomerat, dan sepertinya kau mulai jatuh cinta ya dengan Lina. ucap Anna Jangan ngaco deh loe, gue tu kagum ma sikapnya yang nggak sombong, walaupun dia tu orang kaya, puas loe. ucap Afgan sambil mulai menjalankan mobilnya. Alaah, ngaku aja deh loe, nggak usah malu gitu dong, dari muka loe aja keliatan loe itu sudah menaruh hati ama tu gadis, tapi gue tau pasti dia tu nggak bisa gantiin Anggunmu pacarmu kan, yang tiba-tiba dengan teganya ninggallin loe gitu aja, pergi ke luar negeri lagi sama cowok lain. Gue minta loe jangan bicarain soal Anggun lagi, kalau nggak loe langsung gue turunin dari mobil gue. Iya-iya maaf, begitu saja kau marah. Mobil itu berlalu pergi meninggalkan koskosan Lina. Bagi Afgan, Anggun itu a kekasih tercintanya sejak ia duduk di bangku kuliah, tapi anehnya tiba-tiba ia mengirim surat dan mengabarkan kalau ia akan menikah dengan seorang lelaki

bule di luar negeri, sungguh sakit hati sekali hati Afgan setelah mengetahui kenyataan ini. Seakan ia merasa Anggun telah mempermainkan dirinya. Di lain pihak Lina, Ia segera mengambil air wudhu kemudian sholat Ashar Setelah selesai sholat kemudian ia mulai mengaji sambil menunggu waktu adzan magrib. Setelah adzan magrib berkumandang ia segera sholat. Barulah setelah itu ia rebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kemudian ia pun mulai berfikir kenapa ya orang seperti Rio itu, ah kenapa aku bisa bertemu dengannya lagi. Ya Allah kenapa Engkau mempertemukan aku dengannya lagi Ya Allah, apa ini petunjuk kalau ia itu adalah jodohku dan astagfirullah halazim apa sih yang sedang aku pikirkan, tapi aku ini kok bodoh sekali sih, sesuatu yang belum begitu pasti kenapa aku begitu berharap. Tapi pa yang dilakukan Rio sekarang ya. Mata Lina pun mulai terpenjam tanda kantuk mulai menjari tubuhku. Rio melamar Lina Esoknya Lina tak menyangka Rio mengajaknya pergi makan di restoran terkenal dan cukup mewah. Ia juga tak menyangka ternyata Rio orangnya cukup romantis. Hanya di meja makanku saja terdapat Lilin dan sebuket kembang mawar. Setelah selesai makan stik, tiba-tiba Rio mendekatinya dan menyodorkan sebuah kotak cincin padanya sambil berlutut dan berkata. Lin, baru kutahu sekarang kau adalah pujaan hatiku, kekasih yang selama ini aku cari, kau adalah wanita super yang bisa menaklukkan nenekku yang pemarah juga diriku yang pendium dan cenderung tertutup, walaupun kau orangnya pemarah tapi kau bisa menempatkannya dalam kondisi yang tepat dan Walaupun kau

orangnya sok kenal padaku walaupun jujur saat pertama kali kita ketemu aku sama sekali tak ingat kau Tapi . Sudah cukup deh, kalau kau mau mengejekkuku jangan di depan umum dong nanti aja di luar aku kan malu. ucap Lina Ya Lin maafkan aku tapi sekarang aku tanya padamu Lin, Apa kau mau jadi istriku. Ya ini seperti sebuah tamparan lembut bagi Lina dan sungguh ia tak menyangka setelah mengejek Rio malah melamarnya. Dan tiba-tiba orang-orang yang ada di restoran langsung mengelilingiku dan sambil menepuk-nepuk tangan mereka berkata terima-terima . Tapi anehnya Lina ingin mengatakan ya tapi

kenapa lidahnya terasa kaku, ia ingin mengatakan ya aku mau menjadi istrimu. Kenapa ... Dan anehnya sekarang ia malah tiba-tiba mendengar suara Titin. Lin-lin bangun Lin, sudah mau magrib nih ayo bangun mandi wudhu lalu sholat sana, Lin bangun ..! Lina mulai membuka matanya dan betapa kagetnya ia sekarang ada di tempat tidur. Ia pun mulai menatap wajah Minah dan ia pun merasa marah pada Titin. Kau itu nggak suka ya liat orang senang, aku kan belum menjawabnya tau. Kau itu kenapa sih, marah-marah lagi, sudah untung aku banguni, ini itu sudah mendekati magrib, kau itu nggak siap-siap sholat magrib apa. Abis aku kan belum menjawabnya. Menjawab kepalamu peang, dasar menjawab apa sih maksudmu? Lamarannya, masih Tanya lagi.

Hei bangun neng, kau ini sedang mimpi kalau ada orang yang melamar mu. Barulah Lina tersadar, kalau ternyata apa yang baru dia alaminya tadi hanyalah mimpi. Ah .kenapa Cuma mimpi ..? ucap Lina dengan penuh kekesalan. Memangnnya siapa sih Lin yang melamarmu? Kau itu jahat jadi jangan harap aku akan memberitahukanmu. Eh kau ini aneh sekali sih, aku kan nggak tahu kalau kau itu sedang mimpi dilamar, jangan salahkan aku dong. Sudahlah aku mau mandi repot ngurusi orang aneh sepertimu, da Uh dasar awas kau ya. Lina segera beranjak dari tempat tidur tapi ia pun baru sadar, Ia pun mulai sadar bahwa mimpi itu sebetulnya hanyalah bunga tidur, tapi sebetulnya walaupun begitu ia berharap bahwa mimpi itu betul-btul akan terjadi tapi Wallahualam, hanya ALLAhlah yang tau nantinya akn jadi seperti apa. Permintaan maaf Saat ini Lina sudah sampai di depan ruang ganti suster. Saat ia masuk ke dalam sungguh kagetnya ia melihat tiga temannya Suci, Mawar, dan Lia berkumpul di dalam ruangan tersebut. Kalian ini apa yang sedang kalian lakukan disini, hei Mawar, kau nggak jaga ruang receptionis apa, bagaianmu kan ada di sana? Aku sudah titipkan sementera pekerjaanku dengan orang lain dan sekarang kami bertiga ingin bcara denganmu Lin, bisa kan, jadi aku mohonlah duduklah

sebentar. ucap Mawar sambil mulai memegang tanganku untuk duduk di kursi panjang yang ada di dalam ruangan. Jangan sentuh aku, aku tak ingin tangan kotormu itu menyentuh tubuhku, aku tau kok dimana aku harus duduk, jadi kau tak perlu menuntunku. ucap LIna dengan suara yang lantang. Baiklah jika itu maumu. tanggap Mawar Setelah aku duduk lalu tiba-tiba mereka semua berlutut di hadapanku. Apa-apaan kalian ini? ucap Lina. Lin kami tau kami punya salah besar padamu jadi aku mewakili teman-temanku mau meminta maaf padamu atas kejadian di restoran kemarin. ucap Mawar. Akhirnya kalian sadar juga dengan kesalahan fatal yang kalian lakuakn, tapi aku nggak menyangka Mawar, di hari kelahiranmu, di hari bahagiamu itu, bagaimana bisa kau membuat permainan yang gila itu. Tanya Lina Lin, jangan salahkan Mawar Lin, yang buat permainan itu aku Lin bukannya Mawar. ucap Suci. Jangan kau piker ya aku itu hanya menyalakan Mawar saja, dan memang aku nggak tau kalau biang keladinya adalah kau, aku tau kau itu baru patah hati karena pacarmu yang berprofesi artis itu mencampakanmu, tapi bukan berarti dong kau membalaskan dendammu yang nggak beralasan pada Afgan yang tak tau apaapa. ucap Lin. Lin, cukup Lin, kami ke sini itu bukan untuk membuat masalah lagi denganmu tapi untuk menyelesaikan masalah Lin denganmu. ucap Lia.

Dan kau Lia, jangan sok suci ya, he aku nggak menyangka katanya kau itu pengagum berat Afgan tapi bagaimana mungkin kau membiarkan aku menampar orang yang kau kagumi itu, apa kau sungguh-sungguh ngefans berat dengan Afgan. ucap Lina dengan nada kata yang kasar Lin, waktu kemarin itu kami itu berniat menolongmu Lin. Apa menolongku? Niat kalian menolong seseorang, tapi apa ia harus dipermalukan terlebih dahulu, apa itu yang namanya menolong, lagian aku tahu pasti kalian merasa senang dan happy kan waktu aku berhasil menampar Afgan, kalian pasti langsung bersorak gembira kan kemarin. ucap Lina. Lin kau salah, justru setelah kau menampar Afgan dan pergi meninggalkan restoran, pesta jadi kacau Lin, semua orang jadi memandangi kami dan kami merasa risih Lin, jadi kami putuskan untuk segera keluar dari restoran itu. ucap Mawar. Bagus dong kalau begitu, berarti Allah itu memang Maha Adil. ucap Lina dengan nada mengejek. Aku tau kau pasti senang melihat ini semua, tapi Lin kami mohon Lin, maafkanlah kami, kami nggak ingin terus bermusuhan dengan teman terbaik kami Lin. ucap Mawar. Baiklah aku akan memaafkan kalian, tapi jika kalian mau memenuhi syaratku. Syarat Lin? Tanya Suci. Ya syarat, aku mau kalian meminta maaf terlebih dahulu dengan Afgan, jika ia mau memaafkan kalian maka otomatis aku juga bakalan maafin kalian.

Lin kau itu jangan ngaco deh masak kau menyuruh kami, melakukan hal yang tak mungkin terjadi, Afgan itu kan seorang artis terkenal, pasti sulit kan menemuinya. ucap Suci. Kau belum mencobanya kan, kenapa kau sudah bilang sulit, pokoknya aku nggak mau tau, jika kalian tak mendapatkan maaf Afgan otomatis sampai mati aku tak akan pernah mau memaafkan kalian. ancam Lina Baiklah Lin, kami usahakan, tapi kami nggak bisa janji apa yang kau mau itu bisa kami laksanakan. ucap Mawar. Mawar, kau itu jangan ngaco deh, Afgan kan aktor terkenal, pasti sulit kan menemuinya. ucap Suci. Sudahlah Ci, kita coba aja dulu, berhasil atau tidak itu urusan belakangan. ucap Mawar. Melihat tingkah mereka yang kelabakan sepertinya Lina rasa pemainan ini harus ia sudahi saja. Ia pin mulai tertawa lepas dan tentunya itu membuat mereka bingung. Ah .., rupanya kalian bisa juga tertipu dengan aktingku tadi, aku tadi kan hanya bercanda, ucap Lina sambil kemudian tertawa. Kau ini Lin . ucap mereka secara bersamaan dan langsung saja mereka

menimpali tubuh Lina. Ada yang mencubit dan ada yang menggelitik perut Lina. Rasanya Lina pun jadi tak tahan dan ia pun langsung berontak. Eh, aduh, jangan-jangan geli ..jangan gelitiki aku berteriak. ucap Lina sambil

Mendengar teriakan Lina akhirnya mereka langsung berhenti mengerjai Lina. Rasakan tu, makanya jadi orang itu mbok jangan bikin orang ketakutan. Tukas Mawar Iya Lin, kau ini hampir saja membuat jantungku copot, masa kau manyuruh kami menemui Afgan, itu kan pasti sulit sekali. ucap Suci. Siapa bilang, tak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika kita punya maksud baik pasti Allah bakalan Bantu kita, buktinya aku berhasil menemuinya dan meminta maaf padanya langsung. Kau pasti bercanda kan Lin, mana mungkin kau bisa melakukannya. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu, Lina yakin itu pasti lakilaki, karena ia tak segera masuk ke dalam, karena ini kan khusus ruangan cewek. Ya, mau cari siapa? teriak Suci. Ini aku Rio, apa Lina ada di dalam? teriak Rio dari balik pintu. Ya aku ada di dalam, tunggu di luar dulu, aku ganti sepatu rodaku dulu. Teriak Lina. Ok. balas Rio. Setelah selesai mengganti sepatu rodanya dengan sepatu biasa, Lina segera keluar, tapi sebelum keluar dia sempatkan memberi wejangan pada ketiga temannya. Aku tadi tak boong teman-teman, aku memang sudah bertemu dengan Afgan dan meminta maaf padanya ucap Lina sambil berlalu.

Setelah ia sampai di depan Rio, sungguh kagetnya ia karena Rio langsung memegang tangannya dengan ekspresi muka yang berseri. Lina pun mulai malihat tangannya yang dipegang Rio. Astagfirullah haladzim, maaf tangannmu Rio. kemudian Rio pun baru sadar dengan apa yang ia lakukan dan segera melepas tangan Lina. Astagfirullah, Maafkan aku Lin, aku tidak bertindak sopan padamu, ini semua karena hari ini aku merasa sangat Senang sekali Lin. Memangnya apa yang membuatmu bahagia Rio? Hari ini, nenekku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter Ian Lin, dan semua ini berkat pertolonganmu Lin. Kenapa karena aku? Karena kaulah orang yang bisa membuat nenekku tersenyum setelah sekian lama ia terpenjara Lin dengan kesedihannya. Tapi nenekmu kan masih sakit, bagaimana munkin dokter Ian membiarkan nenekmu pulang. Ya kau memang benar nenekku masih sakit, tapi kata dokter, keinginan nenek untuk sembuh itulah yang terpenting, dan menurut dokter lebih baik nenek menjalani rawat berjalan saja di rumah, karena nenek pasti sudah bosan selama 4 bulan di penjara terus di rumah sakit. ya aku senang sekali mendengar hal ini, tapi aku sarankan kau harus menasehati sikap keluargamu itu pada nenek, agar mereka bisa mengerti pederitaan nenek kenapa ia bisa marah-marah dan suka membentak, keluargamu itu harus

menyadari hal itu agar nenek bisa tetap betah di runahbya sendirian, ups maaf Rio aku bukannya ingin ikut campur. Tak apa-apa Lin, kau memang benar, dan aku juga sudah bicara dengan keluargaku agar mereka bisa mengerti keadaan nenek dan tidak malah menjauhinya. Baguslah kalau begitu, rasanya aku jadi tenang, tapi sekarang nenek ada di mana? Aku ingin bertemu dengannya. Kebetulan sekali nenek juga ingin sekali bertemu denganmu, sekarang nenek sedang menunggumu di depan rumah sakit, ayo ikut aku! Lina dan Rio segera keluar dari rumah sakit menuju ke tempat nenek Zatil berada. Dan ternyata sekarang ini nenek Zatil berada di dalam mobil duduk di bagian belakang dan mobil itu tepat terpakir di depan pintu masuk utama rumah sakit. Melihat Lina datang, Nenek Zatil segera melambaikan tangannya sambil tetap duduk di dalam mobil. Setelah sampai di depan nenek Zatil, Lina pikir nenek Zatil akan menyampaikan salam perpisahan kepadanya, tapi ternyata duagaanya itu salah. Akhirnya, kau ini datang juga, lama sekali sih, dasar lelet, cepat sekarang katakan padaku dimana biasanya kau itu merental komik. Ya betapa kecewanya Lina, nenek malah bersikap seperti biasanya suka memerintah dengan suara yang tidak mengenakkan Dasar, jadi nenek memanggilku ke sini hanya untuk menanyakan soal itu. Memangnya kau pikir untuk apa aku memanggilmu ke sini he?

Ya ucapin salam perpisahan dong nek, masak, nenek ini kan mau pergi jauh, dan nanti kita kan nggak bakal ketemu lagi, nggak merasa kangen apa denganku. Ah kau itu suka basa-basi sudahlah cepat sekarang katakana padaku dimana tempat rental komik yang enak! Nenek ini aneh ya, nenek ini kan orang kaya, kenapa nenek nggak beli komik aja, kenapa malah ngerental, kalau nenek beli kan nenek bisa puas-puasin baca komiknya ampe tuntas. Eh, yang punya uang itu siapa, aku apa kamu he, aku kan, jadi terserah aku kan mau aku apakan uang mau aku buang jurkir balik kek, itu terserah aku, bukan urusanmu. Rasanya Lina kesal sekali dengan nenek ini, sungguh menyebalkan dan Rio pun segera turun tangan. Lin, ayolah Lin, katakan saja! Ya Allah, Lina pun baru sadar kalau di sampingnya sekarang ada Rio, dan rasanya ia tambah jadi malu karena Rio sekarang sedang melihatnya marah-marah Jengkel aku mengahadapi nenek, tapi Baiklah aku akan memberi tau nenek, tapi nenek harus janji satu hal padaku. Kau ingin aku berjanji apa, rajin minum obat. Ya itu termasuk juga tapi ini lain, nenek harus janji, kalau ketemu aku di jalan atau di manapun nenek berada nenek harus menyapaku, tidak boleh sombong denganku, nenek mau. Memangnya aku ini pernah sombong apa dengamu? Ya kalau nenek merasa, tapi udahlah nek, nenek mau nggak?

Dasar perjanjian yang aneh. terserah kalau nenek tak mau, aku nggak bisa memberitahukan alamatnya pada nenek. Iya-iya, kau tenang saja, kau itu sudah kuanggap cucuku yang paling baik jadi sekarang cepat katakan dimana kau biasanya rental komik! Rasanya Lina senang sekali mendengar ucapan nenek, ternyata nenek sudah menganggapku seperti cucunya sendiri, pikir Lina. Ia pun mulai meminta kertas pada nenek dan nenek memberikan sebuah buku harian padanya. Lalu Lina pun segera menulis di dalam buku itu alamat di mana biasanya dia merental komik. Namun setelah itu nenek kemudian malah menyeliapkan sebuah pucuk surat dengan amplob warna coklat yang sudah dilipat-lipat empat kali ke dalam saku baju Lina yang berwarna putih. Spontak Lina pun kaget. Nenek, ini apa nek? Sudah, jangan dibuka di sini, buka saja kalau aku sudah pergi jauh, kau tenang saja isi surat itu bukan bom kok, Cuma curahan perasaanku selama kau merawatku saja. Tapi nek, aku ingin liat sekarang. Kau ini ingin ingin membuatku marah ya. gertak nenek sambil memperlihatkan muka seram. Iya-iya nek, gitu aja kok marah, aku kan hanya bercanda. Ya sudah aku minta maaf kalau selama ini aku bicaranya keras, tapi kau sendiri ya yang memulainya, bukan aku.

Lina pun jadi mulai tersenyum, nenek ini memang aneh, mau minta maaf tapi gengsinya minta ampun nggak bisa ditolong. Iya-iya nek, aku memaafkan nenek. Kemudian Nenek Zatil mulai mengalihkan pandangnnya ke arah wanita yang duduk di mobil bagian depan. Hei wanita plastik, kau itu tidak punya tata krama apa, cepat ayo turun dan salami cucuku. Lina rasa ucapan nenek itu cukup kasar pada wanita itu dan sepertinya wanita itu tak mau mendengarkan omongan nenek, pikir Lina. Hei kau itu tuli ya? Apa tak punya telinga, cepat turun dan salami cucuku. Wanita itu tak juga beranjak dari tempat duduknya, sehingga Rio pun jadi turun tangan. Ayolah Pit, turunlah beri salammu pada Lina ya? Mendengar permohonan Rio akhirnya wanita itu mau turun dan menyapa Lina. Bagi Lina Pipit adalah wanita yan sangat cantik, rambutnya yang panjang ia biarkan terurai dan kulitnya yang putih serta gaunnya lengan panjangnya yang anggun, sungguh membuat lina cukup terkagum, ia pikir kalau saja Pipit mau memakai kerudung ia pasti akan sangat cantik sekali. Hei kenalkan namaku Lina, suster yang selama ini merawat nenek di rumah sakit ini. ucap Lina sambil mulai mengangkat tangannya untuk berjabat tangan dengan Pipit. Oh, kenalkan namaku Pipit, (ucap Pipit sambil membalas jabatan tangan Lina, tapi betapa kagetnya Lina setelah mendengar) aku tunangannya Rio.

Sungguh sekarang rasanya LIna seperti disambar petir, matanya terbelalak, ia begitu tak menyangka ternyata Rio sudah mempunyai tunangan. Dan sepertinya Pipit menyadari kalau Ekpresi muka Lina memperlihatkan

kekagetannya, karena itu ia pun mulai menyidir Lina. Kenapa, kaget ya, kau nggak mengira ya ternyata Rio sudah mempunyai seorang calon istri? Spontan Rio pun kembali turun tangan. Pit, bicara apa kau ini, jaga omonganmu! Mas, mas tak liat apa, ekspresi mukanya waktu dia dengar kalau kau ini tunanganku, sepertinya dia itu menyimpan rasa mas sama kamu. Aku minta sekarang cepat kau masuk ke mobil! Kita pulang sekarang. Ya memang itu yang aku mau, rasanya aku juga sudah muak mas di sini. Kemudian Pipit pun menuruti perintah Rio dengan segera masuk ke dalam mobil. Dan setelah minta maaf Rio pun berpamitan meninggalkan Lina sendirian di sana. Entah apa yang sekarang Lina harus lakukan. Ia merasa bingung, gamang sedih, semua bercampur jadi satu. Tanpa ia sadari ia pun berjalan menjauh dari rumah sakit, rasanya ia ingin sendiri, ia tak sanggup bekerja dalam keadaan seperti ini. Lalu ia mau pergi ke mana. Ia sendiri tak tau. Cinta yang Tak Diinginkan Di lain pihak sekarang ini sedang terjadi pembicaraan yang alot antara Rio dan Pipit di dalam mobil yang Rio sekarang sedang kendarain. Walaupun begitu Rio tetap konsentrasi juga waktu menyetir mobil.

Sebetulanya apa maksudmu tadi, untuk apa kau beri tau Lina kalau kau ini adalah tunanganku? Memangnnya apa salahnya jika aku beri tau dia kalau aku itu adalah tunanganmu, toh itu memang benar kan, lagipula apa mas tak liat ekspresi muka Lina waktu aku bilang aku tunangan mas, sepertinya ia itu menyimpan rasa sama mas, dan aku tak suka hal itu. Jangan ngaco kau, bagaimana mungkin, wanita seperti Lina bisa jatuh cinta pada lelaki menyedihkan seperti aku ini.? Oh, jadi mas rupanya juga menyimpan rasa cinta ya padanya? Sudahlah! Aku tak mau membahas ini lagi. Tidak, aku tidak mau, sekarang mas harus jujur padaku, sebetulnya siapa sekarang yang ada di hati mas sekarang, Apakah aku atau, apa Lina? Aku tak ingin membahas ini lagi, jadi tolong berhentilah! Aku taidak aku mau berhenti membehas hal ini sebelum mas jujur padaku. Melihat mereka bertengkar rasanya nenek Zatil jadi sebel. Ia pun mulai berusaha menghentikan pertengkaran mereka. Hei, kalian ini dari tadi bertengkar saja, bisa diam nggak sih, kupingku ini panas dengarnya, lagian nanti bisa-bisa kita ini tertabrak. ucap nenek Hei diam kau, dasar tua bangka, hidupmu itu hanya bisa bikin orang susah saja tau. ucap Pipit dengan nada kata yang kasar. Mendengar hal itu betapa marahnya Rio, ia merasa tak terima neneknya dihina sampe seperti itu. Dan seketika itu juga ia pun langsung menghentikan mobil. Dan itu pun tentunya membuat nenek Zatil dan Pipit cukup kaget.

Rio, apa-apaan kau ini, kenapa tiba-tiba kau hentikan mobilnya. protes Pipit. Aku tak suka jika ada orang yang menghina nenekku, jadi sekarang aku minta kau keluar dari mobilku! Kau ini bercanda kan Rio. Aku tak bercanda, aku minta sekarang kau keluar dari mobilku,

sekarang ..! ucap Rio sambil berteriak. Akhirnya Pipit terpaksa keluar dari mobil dan apa yang dikatakan Rio betul-betul ia lakukan, ia meninggalkan Pipit di tengah jalan yang sepi, dan butuh waktu yang cukup lama baru mendapatkan angkutan umum. Setelah turun dan melihat mobil Rio yang semakin menjauh, Pipit pun mulai mengomel-ngomel. Awas kau Rio , liat saja jangan kau pikir setelah kejadian ini aku akan

memutuskan pertunanganku denganmu justru aku tak akan biarkan kau bahagia dengan Lina, Kau tunggu pembalasanku . teriak Pipit.

Sedangkan di dalam mobil nenek Zatil sedang membujuk Rio untuk mau menjemput pipit. Rio, jangan begitu,tak baik meninggalkan wanita sendirian di tengah jalan. Sudahlah nek, jangan membela dia! Bukannya nenek membela Pipit Rio, tapi sebetulnya yang salah kan memang nenek, kalau saja nenek tak menyebutnya wanita plastik pasti semua kejadiannya nggak bakal kayak gini. Jangan salahkan diri nenek, orang yang tak punya sopan santun dan bermulut besar seperti Pipit itu memang layak dikasih pelajaran. Tapi dia itu tunanganmu Rio.

Nenek, tolong mengertilah perasaanku, aku tak pernah menganggapnya sebagai tunanganku, tolonglah nek, pahamilah aku, seperti aku berusaha memehami nenek. Akhirnya nenek Zatil hanya bias diam saja, akan tetapi ia bias paham bahwa sebetulnya pertunangan itu hanyalah untuk status palsu saja. Dan cinta kadang tak bermain dalam permainan ini. Ini memang adalah Cinta yang tak diinginkan oleh Rio. Dan nenek bisa merasakan hal itu. Akan tetapi anehnya setelah Pipit sampai di rumah, ia bersikap malah biasa dengan Rio dan nenek Zatil, seakan-akan tak terjadi apa-apa. Dan hal inilah yang memang Pipit mau, pertunangan tetap berjalan walaupun ia tau hati Rio tak menginginkannya dan bisa dimiliki tetapi ia ingin balas dendam pada Rio atas apa yang ia lakukan tadi pagi padanya. Dan hal ini sungguh menyiksa hati Rio karena ia tak sanggup mengecewakan hati kedua orang tuanya. Lina Patah Hati Beberapa hari yang lalu jadwal manggung yang padat untuk

mempromosikan film telah mereka jalani dan itu cukup menyita waktu dan juga tenaga para artis. Karena itulah untuk hari terakhir ini para artis pendukung film Ada Apa Denganmu memutuskan untuk berlibur sehari penuh di kota Banjarmasin. Dan sekarang ini Nikki, Anna, Boby dan Afgan berada dalam satu mobil dengan yang menyetir mobil adalah Nikki. Nikki dan Boby duduk di depan sedangkan Anna dan Afgan duduk di belakang. Sambil membunuh waktu Afgan mendengarkan lagu di earphone, sambil itu juga ia menikmati pemandangan kota Banjarmasin lewat kaca jendela mobil

yang sengaja ia biarkan terbuka. Namun anehnya setelah melewati taman maskot, ia serasa melihat Lina yang sedang duduk menangis di pinggiran taman maskot. Spontan ia pun kaget dan segera menyuruh Nikki untuk menepikah mobil. Cepat tepikan mobilnya, cepat tepikan ! ucap Afgan sambil menepuk-nepuk bahu Nikki. Ia-ia aku tepikan. ucap Nikki sambil segera menepikan mobil ke pinggir jalan. Setelah mobil menepi Afgan pun segera turun dari mobil, tanpa menghiraukan mereka ia pergi menuju ke Lina. Tapi sebelum pergi Anna melemparkan sebuah topi dan kaca mata pada Afgan agar jati dirinya sebagai artis tak ada yang tau. Akan tetapi Afgan sadar akan sesuatu yang penting, karena itu ia pun segera kembali ke tempat Anna berada yaitu duduk di job mobil bagian belakang. Setelah Afgan ada di depan Anna, Anna cukup heran dengan apa yang dilakukan Afgan. Loe itu kenapa malah balik sih? Gue lupa, Loe tau sendiri kan kayak apa sifat Lina itu, jadi loe mau nggak temeni gue ketemu ama Lina. Ah loe tu ya mau ngganggu liburanku apa, nggak ah, gue tu kan mau refresing, mana mau gue tu berhubunga dengan orang sedih, bisa-bisa gue malah ikutan sedih, ah enggak ah. Ayolah An, tolongin gue, gue janji kok, jika loe mau menghibur Lina, loe minta apa aja, bakalan gue kabulin deh.

Baiklah kalau gitu gue minta loe tu susul Anggun ke Jepang, gimana loe mau nggak? Loe ini, bisa ngga sih permintaan loe itu lebih realistis! Memangnya permintaan gue tu nggak realistis apa? loe itu tau sendiri kan, gue tu nggak mungkin bakalan ngabulin permintaan loe yang aneh tu, apalagi jika berhubungan dengan Anggun. Loe masih marah dengannya. Loe tau sendiri kan kenapa gue tu bias marah dengan Anggun, karena dia itu penghianat, jadi tolong loe jangan sebut lagi deh namanya di depan gue! Tapi loe sendiri kan yang bilang, Gue tu bisa minta apa ja yang gue mau. Selain yang tak berhubungan dengan Anggun gue kabulin permintaan loe, apapun tu, Loe sudah jelas kan? Okey baiklah kalau begitu, gue minta loe lepasin kontrak iklan sabun kogase itu dan Loe harus berikan kontrak kerja itu pada Anton pacar gue, gimana loe bisa? Afgan terdiam sejenak tapi beda halnya dengan Nikki yang duduk di depan langsung saja menanggapi ucapan Anna yang keterlaluan. An, Loe tu sudah nggak punya otak apa, kontrak iklan itu kan nilainya jutaan, gimana bisa loe itu nyuruh Afgan buat ngelepasi kontrak itu. Afgan sendiri kan yang bilang, gue bisa minta apapun yang gue mau, jadi terserah gue dong mau minta apa pun yang gue mau. tukas Anna dengan mata menantang terarah Afgan Baiklah, gue bakalan berikan kontrak kerja yang loe mau itu, tapi loe harus janji dua hal dengan gue, pertama gue mau loe hibur Lina, buat dia tersenyum dan juga

cari tau kenapa ia bisa menangis, trus yang kedua aku minta loe bawa dia jalanjalan, mungkin ke taman hiburan atau ke tempat lain yang menurut dia itu bagus, Loe bisakan? Ujar Afgan Baiklah bagi gue itu tu kecil mudah kali, jadi cepat sekarang berikan topi dan kacamata yang loe pakai itu padaku, gue nggak ingin nanti ada keributan di sana. Afgan pun segera memberikan topi dan kaca mata yang ia pakai pada Anna setelah ia masuk ke dalam mobil, setelah itu bergegaslah Anna keluar dari mobil berjalan dengan santai namun pasti menuju ke arah Lina. Akan tetapi Nikki terus saja memandang Afgan jadi Afgan merasa cukup risih. Loe itu kenapa sih, kenapa terus memandangku seperti itu, ada yang aneh apa dengan diriku. Bukan dirimu Afgan, tapi otakmu itu, sudah gila ya loe ini, masak hanya karena seorang gadis Loe tu berikan kontrak berharga loe tu yang nilanya bisa sampai jutaan, loe taruh dimana otak loe itu heh? Ya gue taruh di kepalalah, masak gue taruh di dengkul, lagipula loe tu tau sendiri kan, gue tu kan, kerja jadi artis tu bukan untuk mencari nafkah tapi hanya untuk membunuh waktu doang tidak lebih dari itu, jadi kontrak seperti itu tidak ada harganya dengan gaji bokap and yokap gue. Ya gue akui kalau ortu loe tu tajir abis, tapi seharusnya loe itu kan nggak seharusnya membuang-buang uang hanya untuk menyenangkan seorang gadis, atau jangan-jangan apa loe itu sudah tergila-gila ya dengan tu gadis. Afgan hanya tersenyum tapi ia segera menyuruh Nikki melupakan kejadian hari ini dan menjalankan mobil untuk berangkat ke tempat pariwisata

seperti pantai tangkisung dan tempat lainnya, tentunya bersenang-senang. Sedangkan Setelah Anna sampai di tepat di depan Lina, ia pun mulai menanyainya. Hei, gadis berjilbab putih, Kau itu suka ya menangis di tepi jalan? He dasar seperti anak kecil saja. Cukup kaget Lina mendengar suara itu, karena sepertinya ia kenal dengan suara itu, ia pun mulai mengangkat mukanya untuk melihat siapa orang itu. Mbak Anna, apa yang mbak lakukan di sini? tanya Lina Betapa kagetnya Anna setelah melihat wajah Lina yang sembab, dengan hidung yang memerah serta mata yang memerah karena banyaknya air mata yang deras mengalir, menyusuri pipinya yang merah merona. Ya Allah Lin, kau ini kenapa, sampai bisa menangis kayak ni? Di tepi jalan lagi. tanya Anna Aku mohon mbak, pergilah, aku ingin sendiri jangan hiraukan aku mbak! ujar Lina lalu ia pun langsung menundukkan kepalanya lagi dan tetap air matanya masih terus saja menetes. Anna pun mulai beranjak duduk di samping Lina. Terkadang kita itu tak bisa hidup sendirian di dunia ini, Karena suatu hari pasti kita akan membutuhkan orang lain, sama halnya dengan kau sekarang ini Lin, Seharusnya jika kau nggak ingin ada orang yang tau kalau kau tu sedang sedih, ya jangan nangis di sini! tukas Anna

Hei, taman ini tu bukan milik nenek moyangmu jadi terserah aku kan mau nangis dimana saja, itu bukan urusanmu mbak. ucap Lina sambil air matanya tetap saja tak mau berhenti. Ternyata kau ini bisa marah juga ya, tapi apa tak salah arah, aku kan Cuma mengkhawatirkanmu, apa aku salah Lin? Maafkan aku Mbak, tapi sekarang aku betul-betul ingin sendiri, jadi tolong tinggalkanlah aku sendiri, aku mohon dengan sangat mbak! Aku suka sekali dengan kata-kata Ali Bin Abu thalib yang mengatakan kalau manusia yang paling lemah adalah manusia yang tidak mampu mencari teman, tapi kau tau nggak Lin, ternyata kata beliau manusia lebih lemah lagi dari itu adalah manusia yang sudah mendapatkan teman tapi malah menyia-nyiakannya, sama halnya dengan kau sekarang ini Lin, aku menganganggapmu adalah temanmu, jadi jangan sia-siakan aku, Kalau kau punya masalah lebih baik cari seseorang teman yang bisa buat kamu sebagai tempat curhat, pasti deh masalahmu itu bakalan berkurang bebannya. Jadi kau menganganggapku teman. Yap, mulai dari sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah menganganggapmu, kalau kau itu adalah temanku, jadi cobalah ceritakan masalahmu itu padaku, mungkin aku bisa membantumu. Aku tak tau mbak aku harus mulai dari mana, sejak lama aku berharap, dan aku sama sekali tak pernah memikirkan kalau apakah harapanku itu bisa saja menjadi buruk, tapi apa aku salah jika aku berharap terhadap orang lain agar suatu hari ia akan melihat cintaku yang tulus.

Apakah ini tentang cinta Lin, apa sekarang kau ini sedang jatuh cinta Lin? Aku jatuh cinta sudah lama sejak aku duduk di bangku SMA, aku sudah jatuh cinta dengan Rio, tapi Aku benci Rio, Sudah lama aku menunggunya, tapi setelah ia datang aku senang sekali karena dia menaikkan angan-anganku, kenapa aku bisa jatuh cinta padanya, kenapa aku harus bertemu dengannya, dengan neneknya? dan kenapa sekarang ia malah menjatuhkan aku begitu dalam hingga jatuh terperosok dengan bilang, kalau dia sudah bertunangan, kenapa ..? Hatiku sakit .. ucap Lina sambil mulai merengek dan Anna pun segera memeluk Lina. Cukup lama Lina menangis dalam pelukan Anna. Seakan ia

menumpahkan segala kesedihan yang sekarang ada dalam hatinya. Sudah lama ia menunggu akan tetapi ternyata sudah jelas sekarang Rio telah bertunangan ini berarti cintanya sudah bertepuk sebelah tangan. Setelah puas menangis selama sekitar hampir setengah jam akhirnya Lina berhenti menangis. Kemudian Anna pun mulai melepaskan pelukannya pada Lina. Terima kasih ya mbak karena sudah menemani saya hari ini. ujar Lina setelah pearasaanya sedikit mulai lega karena rasanya setelah menangis ia merasa bisa menerima sesuatu yang bukan ditakdirkan untuknya. Gimana apa kau itu sudah baikan Lin, apa sekarang kau sudah jauh lebih tenang. Ya insyaAllah sekarang keadaanku jauh lebih tenang, maafkan aku ya mbak jika aku terkesan kekanak-kanakan. Apa kau patah hati Lin? Aku tak tau harus bilang apa, karena rasanya aku merasa cukup malu.

Kenapa kau malu? Cinta itu adalah suatu anugrah yang indah dari Allah, tapi jika cinta itu tak bisa kita gapai ya wajar aja kan kita itu sedih, lagipula memang itu kan cinta indah jika ia gapai yaw ajar aja kalau rasa sakitlah yang akan kita rasakan. Mbak pernah jatuh cinta? Ya tentu saja aku pernah, tapi ya begitulah. Mbak pasti nggak pernah kan patah hati, mbak ini kan cantik langsing tinggi, putih lagi, jadi pasti banyak lelaki yang jatuh hati dengan mbak. Kau ini memang dasar. ujar Anna sambil sedikit terkekeh Kenapa mbak? Enggak, tapi memang sih sebagian yang kau ucapkan itu benar, tapi tidak semuanya, terkadang aku menginginkan seseorang mencintaiku tapi terkadang aku malah mendapati orang lain yang mencintaiku, tapi sebetulnya itu tak aku harapkan. Jadi mbak juga pernah patah hati? Lebih parah dari itu Lin, lebih tepatnya cinta yang berlumur dosa, itulah yang pernah aku alami. Mbak ini bercanda kan, mbak ini pasti Bohong kan? Tidak, aku tak bohong Lin, aku memang pernah merasakan cinta yang berlumur dosa, akan tetapi.. Akan tetapi kenapa. Maafkan aku Lin Aku tak bisa cerita denganmu.

Kenapa mbak, mbak bilang mbak sudah menganggap saya sebagai teman mbak, tapi kenapa mbak nggak mau cerita dengan saya padahal saya mau bercerita tentang masalah saya dengan mbak, apa mbak ini tak menganggap saya sebagai teman mbak. Ini bukan masalah teman Lin, tapi jika kau tau dengan masalahku ini, aku yakin kau ini pasti akan mengganggapku adalah wanita kotor, dan aku tak mau hal itu terjadi Lin, aku tak bisa menceritakan hal yang memalukan padamu Lin, maafkan aku. Sekarang mbak telah menganggapku sebagai teman, jadi susah, sedih dan senangnya mbak itu juga susah, sedih dan senangnya saya mbak, jadi janganlah mbak merasa malu menceritakan penderitaan mbak kepada saya, dan jika pun menurut mbak itu memalukan maka bagi saya tentunya akan berusaha memberikan yang terbaik kepada mbak, jadi jangan malu mbak, ceritakanlah masalah mbak kepada saya. Tapi cintaku ini sangatlah memalukan Lin. Tak apa-apa mbak, saya siap mendengarkannya. Cintaku ini tak lazim Lin, Aku jatuh cinta dengan seorang lelaki yang telah beristri Lin, menurutmu apakah itu memalukan. Astagfirullah haladzim, jadi gossip mbak di TV yang menyebutkan kalau mbak ini merebut suami orang itu benar mbak? Aku tak merebutnya Lin, tapi mas surya sendiri yang datang padaku karena istrinya sendiri tak bisa memberikan kebahagiaan.

Tapi mbak katanya mbak ini sudah mengklarifikasi kan kalau gossip itu salah mbak juga sudah mengklarifikasi kalau mbak ini sudah punya pacar Anton, jadi gossip mbak merebut suami orang itu tak benar, Ya ALLAH mbak rasanya saya jadi bingung sebetulnya informasi yang benar itu seperti apa mbak? Apa benar yang tentang Anton itu mbak? Tidak semua yang kau dengar itu benar Lin. Maksud mbak? Anton itu hanya kujadikan sebagai alat saja Lin, alat untuk menghindari kejaran pers yang bisa saja menjatuhkan karirku di dunia hiburan, dan memang semua itu sudah diatur secara apik oleh manajerku. Astagfirullah halazim, jadi mbak berbohong di hadapan orang banyak, lalu apa mbak masih berhubungan dengan Surya. Ya Lin, aku masih belum bisa melepaskan mas Surya, tapi mas Surya janji akan melindungiku dari istrinya yang ganas itu, lagipula kau tau nggak orang yang menyebarkan video saat aku berlibur dengan mas Suya di pantai ya istrinya itu sampai hampir saja karirku di dunia hiburan hampir jatuh tak terselamatkan, untung saja ada manajerku yang selalu setia membantuku. Mbak, apakah mbak pernah memikirkan bagaimana perasaan istrinya Surya? Kenapa aku harus pusing-pusing memikirkan wanita aneh itu, toh ia sendiri juga orang yang egois. Apa mbak pernah berfikir kalau mbak ada di posisi sebagai istrinya Surya, apa mbak pernah memikirkan kalau hati istrinya mas Surya itu pasti sangatlah sedih.

Sudah kuduga setelah kau mendengar kisahku kau pasti berfikir kalau aku ini wanita kotor, wanita yang suka merebut suami orang, tapi Lin, kalau saja kau itu tau, bukan aku yang merebut mas Surya tapi memang benar mas surya sendiri yang datang padaku, ini semua karena istrinya itu terlalu sibuk dengan pekerjaanya, hingga sampai di rumah sudah kelihatan letih dan tak bisa mengurus mas Surya lagi, apalagi istrinya itu orangnya egois tak mau mendengarkan ucapan orang bisanya hanya menggertakku saja tanpa melihat apakah ia juga punya kesalahan sendiri hingga membuat suaminya datang padaku meminta kebahagian cinta. ucap Anna. Dan tiba-tiba saja Lina malah melihat air mata Anna mengalir membasahi pipinya. Mbak maksud saya bukan begitu, tapi mbak coba kita pikirkan, kalau pun memang mas Surya itu cinta dengan mbak, maka mas Surya itu nggak akan menjadikan mbak sebagai seorang kekasih, akan tetapi sebagai seorang istri, dan tentunya mas Surya harusnya jujur dulu terlebih dahulu kepada istrinya, dan tidak malah menjadikan mbak sebagai objek pelarian belaka. Jadi kau itu menganggapku sebagai objek pelarian Lin. Maafkan aku mbak, akan tetapi coba kita pikir, seharusnya jika mas Surya itu mempunyai masalah dengan istrinya, harusnya mas surya itu bermusyawarah dengan istrinya dengan baik-baik, membicarakan dengan baik-baik jalan keluar untuk pernikahan mereka selanjutnya yang paling tepat itu seperti apa, bukannya malah datang ke mbak dan malah menjelekkan kejelekan istrinya yang gila kerja dan egois mbak, itu bukanlah cara yang tepat.

Tapi aku mencintainya Lin dan kami juga sama-sama saling mencintai. Mbak Cinta itu tak harus memiliki, dan yakinlah mbak bahwa yang mengatur jodoh rezki dan maut itu adalah Allah, jadi berdoalah kepada Allah, Semoga mengganti musibah yang mbak alami ini dengan sesuatu yang lebih baik, dan aku jadi ingat cerita dari Ummu Salamah, istri dari Rasullulloh SAW, beliau setelah suaminya meninggal beliau sempatkan berdoa kepada Allah semoga musibah dengan meninggalnya suaminya itu akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik, dan subhanallah doanya itu dikabulkan Allah, setelah beberapa bulan atau hari maaf mbak aku sudah lupa ceritanya tapi intinya Ummu Salamah akhirnya dilamar Rasullulloh. Mendengar kisah itu Anna pun mulai menghapus air matanya dan berkatalah ia. Sepertinya doa itu bukan hanya untuk aku saja Lin, tapi juga untuk kau juga, betul nggak ucapanku. Ya mbak benar juga. Mereka pun mulai tertawa kecil Oh ya Lin, menurutmu setelah ini apa yang harus aku lakukan dengan mas Surya. Ya kalau menurut saya mbak harus sarankan kepada Mas Surya untuk bicara baik-baik dengan istrinya tentang kelemahan-kelemahan yang membuat suami istri itu mulai merenggang keharmonisannya, jika urusan dengan istrinya sudah clear barulah setelah itu mbak tanyakan pada Mas Surya apakah beliau mau menikahi mbak secara syah di hadapan Allah dan catatan sipil, jika beliau mau berarti betul beliau memang cinta dengan mbak, tapi jika tidak maka bisa jadi

mbak hanya dianggap sebagai pelariannya saja, dan dengan iklas mbak harus mau menerima kenyataan manapun baik buruk maupun yang baik, karena sebetulnya mungkin bagi mbak itu adalah suatu kenyataan yang buruk tapi mungkin bagi Allah itu adalah suatu kebaikan bagi mbak, Wallahu alam mbak, hanya Allahlah yang tau. Anna pun mulai tertawa lagi. Ada apa mbak, kenapa mbak tertawa, apa ada yang salah dengan ucapan saya tadi? Oh enggak Lin, justru aku itu merasa heran, kan aku tu ya disuruh Afgan datang ke sini kan untuk menghiburmu agar kau itu tak sedih, eh sekarang malah kau yang menghiburku, aneh kan. ujar Anna dengan sedikit terkekeh Apa? jadi maksud mbak Afgan yang menyuruh mbak ke sini? terkaget Lina mendengar ucapan Anna Kenapa, kau kaget ya, nggak menyangka kan, sebetulnya sih Afgan yang mau datang langsung menghiburmu tapi sepertinya ia tu sangat menghormatimu deh, terbukti ia sampai ingat sekali ucapanmu yang mengatakan, kalau dua orang yang bukan muhrim itu dilarang berdua-duaan karena yang ketiga itu setan, ya jadinya aku deh yang disuruh ke sini untuk menghiburmu dan membawamu ke tempat wisata yang kau suka. Lina pun menjadi terdiam, sungguh ia merasa sama sekali tak menyangka betapa baiknya Afgan padanya, padahal ia sudah banyak sekali berbohong di depan Afgan. Kenapa sekarang kau itu malah diam Lin?

Ah nggak apa-apa kok mbak. Sudah gini aja, sekarang cepat kau beritahu tempat wisata mana yang ingin kau kunjungi? Maksud mbak? Sudah sebutkan saja tempat mana yang mau kau kunjungi, maka aku akan membawamu ke sana, gimana masa kau nggak mau dengan tawaranku ini. Kalau kita pergi ke mall mbak gimana? Apa ke mall, gue nggak salah dengar nih atau kau ini sedang bercanda ya Lin, masa kau ini mau rekreasi ke mall, emangnya kau itu nggak pernah ke mall ya. Ya maaf mbak, memang saya jarang sekali atau bisa dibilang nggak pernah sih mbak pergi ke mall. Ah kau ini jangan ngaco deh Lin, kau ini kan tinggal di kota besar, masa nggak pernah yang namanya ke mall sih, memangnya selama ini kau itu kemana aja heh, aku aja yang sejak kecil tinggal di Jakarta sudah merasakan tu berkali-kali shoping di mall. Ya mbak kan beda dengan saya, saya ke Banjarmasin ini kan untuk kerja bukan untuk membuang uang jadi mana sempat saya pergi ke mall kayak gitu. Tapi masa kita rekreasi ke mall sih Lin, cari tempat yang lain aja ya Lin, mungkin tempat wisata yang paling terkenal di Banjarmasin, kayak apa Lin? Ya sudah kalau begitu gimana kalau kita ke Pulau Kembang aja mbak? Ya ide yang bagus, tapi jauh nggak dengan Banjarmasin? Enggak kok mbak, Pulau Kembang itu letaknya di tengah-tengah sungai Barito, dan sungai Barito kan adanya di Banjarmasin.

Ya sudah ayo kita ke sana! Tapi mbak Tapi kenapa? Maaf mbak, tapi sekarang ini saya lagi tak punya uang, jadi Ah, Kau tenang saja, Afgan yang mentraktirmu jadi kau gak perlu takut lagi soal biaya, lagian sekarang ini pasti si Afgan juga sedang main arum jeram di loksado. Jadi sekarang Afgan sedang rekreasi di loksado? Yap kau benar sekali, jadi sekarang lebih baik cepat kita berangkat ke Pulau Kembang, nanti keburu siang kan nggak enak suasana liburannya nanti, panas. Anna pun segera menarik tangan Lina menuju ke tepi jalan untuk bersama-sama menghentikan taksi alias angkutan umum. Sebelum kami menuju ke kawasan Pasar terapung sebelumnya mereka sempatkan mampir dulu ke pasar untuk membeli pisang. Saat itu sepertinya Anna sedikit kebingungan dengan apa yang dilakukan Lina. Kenapa kau itu beli banyak sekali pisangnya, buat kita piknik di sana ya Lin. Sudahlah mbak, nanti mbak juga tau pisang ini untuk apa. tukas Lina tanpa penjelasan panjang lebar. Setelah dapat kami segera menuju ke daerah pasar terapung dengan menggunakan taksi kuning dan untunglah Anna memakai topi dan kaca mata, jadi jati dirinya sebagai artis tak ada yang mengetahui. Pakaiannya juga cukup sopan kali ini dengan menggunakan kaos putih lengan pendek dan celana jins serta tas

punggung warna pink, tapi tetap ia tak menutupi mahkota rambutnya yang panjangnya sepinggul dengan kerudung dan ia biarkan terurai. Setelah melewati Kompleks Makam Sultan Suriansyah di Kuin Utara, Banjarmasin mereka pun berhenti di dermaga Manunggal, Jalan Kuin Selatan. Di sinilah terdapat dekat dengan pasar terapung, kami segera turun dan masuk ke dalam menuju ke tepi sungai barito. Saat ini Anna sama sekali tak menyangka kalau sungai Barito yang dimaksud Lina itu areanya sangatlah luas sekali seperti lautan, tidak seperti sungai-sungai yang ada di Jawa. Dan memang sungai Barito adalah sungai terluas yang ada di Banjarmasin. Lin, jadi ini ya kawasan sungai Barito, tapi kenapa nggak ada pasar terapung, di depan sana tadi terpanpang papan masuk yang menandakan ini daerah pasar terapung kan. Mbak ini ingin melihat pasar terapung ya? Ya tentu saja dong, katanya pasar terapung itu kan objek wisata yang paling terkenal dari Banjarmasin. Berarti esok mbak harus datang ke sini jam 05.00 pagi, baru mbak bisa melihat pasar terapung, nanti mbak bisa melihat banyak sekali para pedagang dan pembeli yang berasal dari berbagai penjuru kota dan desa itu mulai bertransaksi, masingmasing mereka berada di atas perahu mbak saat bertransaksi jual beli dan pasar terapung ini hanya ada hingga jam 07.30 saja, selebihnya nggak ada lagi. Jadi maksudmu kita sudah telat nih.

Ya Iyalah mbak, kan sudah ulun bilang, bubarnya pasar terapung itu kan jam 7.30, lagian sekarang kan sudah jam sepuluh lebih mbah. tukas Lina sambil melihati jam tangannya. Lalu dimana pulau Kembangnya. Itu mbak, mbak lihat nggak, di tengah-tengah sungai Barito itu. Ucap Lina sambil menunjuk Pulaunya Itu pulau Kembangnya? Yap mbak benar. Jadi di tengah-engah sungai kayak gitu, trus, gimana kita bisa ke sana? Ya kita pakai klotok. Apa itu klotok? Klotok itu sejenis perahu dari kayu tapi bermesin mbak. Tiba-tiba ada seorang paman yang mungkin umurnya sudah di atas tiga puluh tahun lebih mendatangi mereka, dan sepertinya ia tau Lina sedang mencari paman yang mau mengantarkan kami dengan klotok ke pulau Kembang. Mbak mau ke pulau Kembang? Tanya paman itu Ya paman, berapa bayarnya? Tanya Lina Seratus neng, mau? tukas paman Ya paman kami mau. ucap Anna seketika itu juga akan tetapi Lina langsung saja mencegahnya. Eh tunggu paman, Tidak paman, kemahalan, kami nggak mau seratus ribu tapi lima puluh ribu, gimana paman mau nggak, kalau nggak kami cari yang lain aja. tawar Lina tanpa basa-basi lagi

Ya sudah mbak saya mau. Melihat sikap Lina Anna cukup terheran dan tak menyangka ternyata Lina itu orang pintar menawar juga. Setelah akad jelas mereka pun segera masuk ke dalam klotok. Dan sebagai berangkatlah klotok tersebut menyusuri sungai Barito Lin, pulau kembang, pasti di sana banyak bunga yang berwarna-warni ya Lin? Sepengetahuanmu bunga apa saja yang ada di sana Lin? Mendengar pertanyaan Anna Lina pun langsung tertawa. Kenapa kau tertawa Lin? Oh nggak apa-apa kok mbak, tapi mbak nanti juga tau sendiri di sana banyak bunga atau nggak, tapi saya sarankan lebih baik mbak itu lepas kaya mata dan topi mbak, taruh di tas mbak saja, biar nanti di sana aman. Sudahlah tak apa jua, lagian juga siapa yang mau mencuri kaca mataku. Ya sudah tapi saya sudah memperingatkan mbak ya, jadi nanti kalau terjadi apaapa jangan salahkan saya ya mbak. Iya-iya kau itu tenang saja. Selama 10 menit perjalanan barulah kami sampai di Pulau Kembang. Sesaat sebelum klotok tambat di dermaga Pulau Kembang, puluhan monyet sudah siap siaga mau memasuki klotok.Tujuannya pasti satu nyari makanan gratis dari para wisatawan yang itu tentunya dari mereka. Setelah mereka turun di Pulau Kembang betapa terkejutnya Anna karena semakin banyak sekali monyet yang menyambutnya, ternyata selama ini yang ia bayangankan salah total tentang Pulau Kembang. Ia mengira kalau pulau Kembang itu banyak bunga yang berwarnawarni seperti namanya eh ternyata sekarang malah banyak monyet yang

menyambutnya. Dan yang paling membuat risih monyet-monyet itu naik ke punggung Anna dan mengambil topi dan kaca mata Anna. Langsung saja Anna berteriak kaget tapi tak bisa berbuat apa-apa karena para monyet itu sudah lari cepat sekali meninggalkan mereka. Kalau mengejar pun pastinya Anna tak akan bisa mengejar monyet-monyet yang nakal itu. Anna pun mulai mengeluh pada Lina yang mulai tertawa melihat tingkah Anna yang kebingungan. Lin, jangan tertawa dasar, kau itu membohongiku ya, katanya pulau Kembang kenapa sama sekali nggak ada bunga yang cantik-cantik di sini malah banyak banget monyetnya lagi, nyuri kaca mataku lagi emang dasar, ih kesal deh aku. Lah, kan sudah saya peringatkan embak, buat naruh kaca mata dalam tas, tapi mbak nggak mau sih dengarin saya. Tapi kau kan nggak bilang kalau di sini itu banyak sekali monyetnya, ih menakutkan sekali, gimana kalau mereka mencakar kita. Maaf mbak, tapi tenang aja kok, monyet-monyet yang ada di sini semuanya jinak aja, dan sebetulnya mereka mungkin itu Cuma iseng dengan apa yang mbak pake, lagian nggak ada pernah berita kok mbak ada wisatawan yang pernah celaka di sini karena monyet. Tapi kau itu taulah kenapa pulau ini disebut pulau kembang, kalau menurutku salah nama tu , pulau ini itu seharusnya dinamakan pulau monyet, bukannya malah pulau kembang, la wong nggak ada kembang sama sekali kok dikasih nama pulau kembang, salah tu. sebetulnya sih mbak kenapa pulau ini disebut Pulau Kembang, gini ceritanya mbak, konon katanya Pulau yang merupakan delta dari sungai Barito ini hanya

berupa tumpukan tanah biasa dan lama berkembang terus dengan semakin banyak tanahnya dan kemudian ditumbuhi tumbuhan sehingga terus berkembang, sehingga nama delta tersebut menjadi Pulau Kembang, pulau yang mengembang dari gundukan tanah. Oh jadi itu toh maksudnya pulau Kembang. Nah, karena itu mbak saya beli banyak pisang ya untuk monyet itu. ujar Lina sambil menunjuk tas plastik yang ia pegang, dalam tas plastik itu berisi banyak pisang Namun sebelumnya, tepat diatas dermaga terdapat loket yang diisi oleh petugas yang kayaknya tingkat keprofesionalan kerjanya sangat meragukan. Harga masuknya hanya Rp.3500. Setelah Anna membayar, mereka bisa sepuasnya mengelilingi Pulau Kembang. Di Pulau Kembang ini terdapat sebuah jembatan dari kayu yang meliuk-liuk seperti ular. Di atas jembatan itulah, Lina dan Anna bisa menikmati alam sambil memberi makan monyet. Pulau Kembang ini masih sangat asri dengan ditumbuhi tanaman khas Kalimantan seperti tanaman jenis rambai, jingah, piai, dan bakau serta tanaman akasia. Di Pulau ini mereka juga yang dapat melihat banyak sekali kera abu-abu, selain kera terkadang dapat juga dijumpai Bekatan, Bajing tanah, Burung elang abu-abu dan berbagai jenis ular serta alap-alap juga bisa kami jumpai. Akan tetapi sangat disayangkan Kera jenis bekantan lebih banyak berhabitat di Pulau Kaget. Jadi sagat jarang Anna dan Lina bisa melihatnya. Kondisi yang asri seperti ini sangat berbeda sekali dengan suasana sekitarnya di Sungai Barito yang selalu sibuk dengan kapal tanker, depo Pertamina, bongkar muat di Pelabuhan Trisakti, lalu lalang kapal pengangkut

batubara, pabrik dan masih banyak lagi. Itulah resiko yang dihadapi semua kota besar tak terkecuali juga untuk kota Banjarmasin. Setelah cukup asyik kami pun muali beristirahat di atas jempatan kayu. Kala itu Hp Anna berbunyi, dan telepon itu dari Afgan, Anna pun segera mengangkatnya. Ya ada apa loe tu telepon? Assalamualaikum. Walaikum salam. Gimana kabarnya Lina, sudah baikan belum sekarang, kau ajak dia liburan ke mana? Terus sekarang masih nangis ngga terus . Eh satu-satu kenapa sih ah loe ini, mulut gue tu Cuma satu.

Iya-iya maaf, trus gimana kabarnya Lina sekarng? Iya dia baik-baik aja, dan sekarang kami sedang rekreasi di Pulau Kembang. Terus dia masih nangis nggak. Nggak tenang aja, Lina orang tegar kok jadi loe tu nggak perlu khawatirkan ia, trus sekarang loe sendiri sedang dimana ang ngapain? Aku sekarang sudah sampai di Loksado, wah An di sini indah banget pemandangan pegunungannya. Ah sudah deh loe tu jangan cerita, bikin mut gue jadi hancur aja, gara-gara loe gue nggak bisa ikut ke Loksado. Ya maaf, tapi kan gue udah kasih loe kontrak itu jadi jangan marah ya! Loe nggak ingin bicara dengan Lina.

Nggak usah deh, tapi loe tu taulah kenapa ia bisa nangis di tengah jalan kayak gitu? Ya itu karena ia lagi patah hati. Apa patah hati, jadi maksud Loe Lina itu sudah punya pacar? Enggak tapi mungkin lebih tepatnya calon suami. Emang apa yang dilakukan calon suaminya itu sampai membuat Lina menangis. Calon suaminya itu ternyata membohonginya, ternyata ia tu sudah punya tunangan, jadinya Lina patah hati deh. Dasar betul-betul keterlaluan laki-laki itu, mana sekarang gue mau bicara ama Lina, berikan Hpnya ma ia! Anna pun segera memberikan Hpnya pada Lina dan memberitahunya kalau sekarang yang sedang menelepon adalah Afgan. Halo Assalamualaikum. ujar Lina Walaikum salam, gimana Lin sekarang keadaanya? Tanya Afgan Ya Alhamdulillah, Aku baik-baik saja, Afgan sendiri sekarang sedang beapa? Ya sekarang aku sedang rekreasi di Loksado, Lina sebelumnya maaf ya tapi aku Cuma kasih saran aja agar laki-laki yang penipu itu lebih baik tak usah kau ingat lagi, lupakan saja, masa sudah punya tunangan malah mengerjaimu. Apa yang kau maksud Rio Afgan? Oh jadi nama lelaki itu Rio, dasar betul-betul lelaki tak bertanggung jawab. Astagfirullah halazim, maaf Rio kau itu salah sangka, Rio itu tak sejahat yang kau pikirkan.

Sudahlah kau itu jangan membelanya, aku tau melupakan seseorang yang kita cintai itu sulit, tapi kalau kita berusaha pasti bisa. Tapi . Tiba-tiba telepon terputus. Lina pun segera memberikan Hpnya kembali kepada Anna. Kenapa Teleponya bisa terputus mbak? Tanya Lina. Mungkin aja sinyalnya kali, atau pulsa Rio habis. Tapi mbak saya ingin menjelaskan sesuatu pada Afgan, ingin menclearkan sesuatu mbak. Ya sudah kapan-kapan kau itu bisa juga kok bicara dengannya. Kemudian Lina pun mulai termenung terdiam sebetulnya ia cukuplah sangat malu, ia pikir betapa baiknya Afgan, akan tetapi apa yang ia lakuakn, ia malah banyak berbohong dengan Afgan. Melihat Lina melamun rasanya Anna pun jadi tak tenang. Kenapa Lin, apa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatimu? Mbak maaf mbak, sepertinya mbak tadi ingin sekali rekreasi ke Loksado. Ya memang sih tapi kan Afgan menyuruhku untuk menghiburmu, jadi mau diapakan lagi, tapi tenang aja kok, lain kali kalau aku ke sini lagi aku bakalan main ke Loksado. Ya Allah mbak maafkan saya, gara-gara saya mbak nggak jadi rekreasi dengan teman-teman mbak, maafkan saya ya mbak. Sudahlah Lin, tak apa-apa kok Lin. Terima kasih banyak ya mbak, mbak ini sangat baik sekali dengan saya.

Sudahlah jangan seperti itu, aku itu tak sebaik yang kau pikirkan kok Lin. Kenapa mbak bicara seperti itu? Karena aku sendiri mau menemanimu ya karena si Afgan itu mau ngelepasin kontrak sabunnya dan ia berikan deh kontrak itu sama aku, jadi aku datang menemanimu sekarang ini karena ada imbalan Lin dari Afgan Lin, bukan karena Cuma-Cuma. Astagfirullahaladzim, berarti mbak mau menghibur saya karena ada imbalan mbak. Ya begitulah Lin, kenapa kau marah ya? Tidak, untuk apa saya marah, marah itu kan salah satu sifat buruknya setan, tapi oh ya mbak saya punya cerita bagus buat mbak, mau dengar nggak mbak. Emang cerita soal apa? Cerita ini saya ambil dari buku motivasi net karya bapak Andi Muzaki, nah gini mbak ceritanya, suatu hari ada seorang pedagang yang sangat kaya raya, ia itu mempunyai empat orang istri dan ia sangat mencintai keempat istrinya itu, suatu ketika pedagang ini sedang sakit dan hampir meninggal, ia takut sendirian mbak jadi ia pun mengajak istrinya untuk mendampinginya jika nantinya ia meninggal, ia pun mulai bertanya kepada istrinya yang ke empat, Wahai istriku engkaulah yang paling aku cintai, aku belikan kau gaun, dan perhiasan untuk menghiasimu, sekarang apakah kau mau menemaniku? Ia tediam tentu saja tidak jawab

istrinya yang ke 4 itu dan segera berlalunya ia meninggalkan suaminya itu. Jahat sekali istrinya yang ke 4 itu, terus istrinya yang ke 3 kayak apa?

Waktu ditanya pertanyaan yang sama seperti istri yang ke 4 mbak, istri yang ketiga malah menjawab hidup ini sangat indah, untuk apa aku menemanimu, lebih baik aku menikah lagi , sedangkan istri ke 2 malah menjawab setiap kali ada masalah mas selalu berpaling kepadaku dan tentunya dengan sepenuh hati aku akan menolongmu, tapi untuk yang ini maafkan aku mas, aku tak bisa menolongmu, aku hanya bisa mengantarmu sampai ke liang kubur saja . Waktu itu pedagang itu pun mulai putus asa, dan kecewa. Sungguh jahat sekali, terus Lin, gimana dengan istrinya yang pertama itu? Disaat itu istrinya yang pertama malah bilang, kalau ia akan tetap tinggal bersamamu dan menemanimu dimana pun kau berada, aku akan tetap setia kepadamu dan takkan pernah meninggalkanmu. Kala itu si pedagang itu pun mulai memperhatikan istrinya yang pertama itu, dan betapa sangat menyesalnya ia mbak melihat istrinya pertamanya itu sangatlah kurus tak terawat, serta sering kali tak ia hiraukan, pedagang itu pun lalu berkata Kalau saja aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, mungkin kau takkan jadi kurus seperti sekarang ini Nah mbak dari cerita ini mbak taulah apa sebetulnya makna dari apa yang saya ceritakan tadi? Lelaki itu tidak bisa bersikap adil walaupun ia itu ingin melakukannya, jadi menurutku ya jangan mau dipoligami. Tidak mbak, mbak kurang tepat sekali, karena kalau mbak tau sebetulnya empat istri itu ada dalam hidup kita mbak, untuk istri ke 4 itu bisa diibaratkan adalah tubuh kita mbak, pernah nggak mbak kita berfikir kalau banyak sekali waktu dan biaya yang kita buang untuk mempercantik tubuh kita agar terlihat cantik, padahal

jika kita sudah menghadap kepada kepada Yang Maha Kuasa, semua itu tak ada gunanya mbak, keindahan itu tak ada sisanya lagi di hadapan Allah SWT bahkan pergi meninggalkan kita,Nah sedangkan untuk istri yang ke 3, itu bisa diibaratkan adalah status social dan kekayaan kita mbak, saat kita meninggal semua itu akan pergi kepada yang lain mbak, status social dan kekayaan itu akan berpindah dan melupakan kita yang pernah memilikinya, ini artinya sebesar apapun mbak kedudukan kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta yang kita miliki, semua itu akan berpindah tangan dalam sekejab ketika kita tidak ada di dunia ini lagi, kalau istri ke 2 itu bisa dibaratkan adalah teman dekat kita, seberapa dekat pun kita dengan teman dekat kita ini, kita tidak akan bisa terus bersama mereka, dan hanya sampai liang kuburlah ia bisa menemani kita, gimana mbak menarik tidak kalau sebetulnya keempat istri itu ada dalam diri kita. Ya menarik sekali Lin, trus kalau untuk istri pertama Lin? Untuk istri pertama itu bisa diibaratkan adalah jiwa dan amalan yang kita lakukan di dunia ini mbak, yang sebetulnya sering sekali kita meremehkannya bahkan melupakannya, padahal hanya merekalah yang terus setia menemani kita kemana pun kita melangkah dan hanya amalan itu saja mbak yang mampu menolong kita kelak di akherat nanti, akan tetapi terkadang kita lebih memilih kesenangan dunia dari pada memilih pahala dari amalan yang kita kerjakan, ya tentunya hanya kesenangan di dunia saja yang ia dapatkan sedangkan pahala tidak mbak, apalagi jika kita menolong orang, maka jika kita tidak iklas ya kesenangan dunia saja yang kita dapatkan mbak. Jadi kau itu bercerita panjang lebar hanya untuk menyindirku ya Lin.

Ya tidak mbak nasehat itu ya bukan untuk mbak aja tapi juga bisa untuk saya. Seketika itu Anna terdiam akan tetapi setelah itu ia malah tertawa terbahak-bahak. Kenapa mbak tertawa? Enggak, aku hanya tang menyangka kau itu menganggap serius omonganku soal kontrak sabun itu. Maksud mbak, mbak ini sedang membohongi saya ya mbak? Enggak, kau jangan salah sangka kayak gitu dong Lin, tapi kalau kau tau sebetulnya aku memberikan syarat pada Afgan terlebih dahulu baru aku menolongmu, ya itu hanya untuk mengetesnya saja, sejauh mana ia itu mau berhubungan lebih denganmu, eh sekalinya ia malah menuruti permintaanku untuk memberikan kontrak sabunya yang bernilai jutaan itu, padahal kalau saja kau tau, jika ia berikan kontrak itu padaku ya pastinya si Afgan itu bakalan bayar hutang yang tentunya itu tidak dalam jumlah sedikit, tapi anehnya waktu aku ngjuin syarat itu eh ia malah nyanggupi asal aku mau menemanimu dan menghiburmu, sungguh sangat romantis dan baik kan si Afgan itu? Sekarang Lina mulai terdiam, ia pun mulai berpikir cukup dalam dan juga sungguh sangat menyesal dengan apa yang selama ini ia lakukan dengan Afgan, berbohong, memanfaatkannya utnuk mendapatkannya uang. Sungguh ia merasa apa yang ia lakukan itu betul-betul sangat keterlaluan. Air matanya pun tiba-tiba mengalir. Loh Lin kenapa kau malah menangis?

Oh enggak mbak, (LIna segera mengusap air matanya), oh ya mbak, menurut mbak apa yang akan dilakukan Afgan jika ia mempunyai teman yang suka berbohong? Kalau setahuku sih pastinya ia akan membenci orang itu seumur hidupnya, karena teman seperti itu kan bisanya hanya memanfaatkan orang aja, Tapi Lin, sebetulnya ia sudah pernah mengalami yang dinamakan dibohongi, tapi bukan teman yang melakukannya, tapi pacarnya sendiri, Anggun namanya, ia itu dulu pernah bilang dengan Afgan kalau ia itu mau kuliah ke pransic, sekali waktu Afgan jalan-jalan ke Jepang ia malah tanpa sengaja melihat Anggun jalan dengan cowok keturunan Jepang, ya jadinya ia sangat sangkal sekali dengan Anggun, dan ya sudah deh, dalam hati ia berazam gak bakal mau ia bicara dengan Anggun walaupun Anggunnya sendri meminta maaf dengannya, lagian sih kalau menurutku sendiri aku juga tak suka dengan teman yang pembohong seperti itu, emangnya kenapa kau bertanya tentang itu Lin, apa ada cerita lain yang berhubungan dengan pembohong? Lina terdium membisu, sekarang terasa badannya panas karena mungkin merasa ketakutan. Baginya ia tak menyangka ternyata Afgan bisa bersikap seperti itu dengan pembohong, lalu apa ia akan bersikap seperti itu juga jika ia tau kalau aku ini adalah orang yang suka membohonginya, pikir Lina. Lin, kau itu kenapa, kenapa mukamu pucat kau itu sakit ya? Mbak, maaf bisa nggak kita pulang aja sekarang, aku merasa nggak enak badan nih mbak! pinta Lina

Dengan senang hati Anna pun bersedia untuk pulang dan mengantarkan Lina dengan menggunakan taksi. Setelah sampai di rumah Lina segera berpamitan dengan Anna dan segera masuk ke dalam rumah menuju ke atas kamarnya. Tapi rasanya kepala Lina begitu pening, Ia takut jika Afgan tau siapa dirinya yang sebenarnya, pasti ia akan membencinya, pikirnya. Ia pun segera masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai atas. Kemudian segera ia rebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mungkin karena terlalu lelah ia pun jadi malah tertidur lelap. Rasanya Lina bisa tidur cukup nyenyak sampai-sampai ia tak ingat akan kewajibannya di rumah sakit. Dan tentunya yang menjadi getahnya adalah Suci. Suci sekarang sedang minum jus di kantin rumah sakit. Dari kejauhan Lia lihat Suci terus saja menggurutu ngomel-ngomel sendiri. Lia pun segera menghampirinya. Kau itu kenapa sih Ci, lagi kesal ya? Ya hari ini aku kesal sekali dengan si Lina tu. Memangnnya apa yang dilakukan Lina sampai kau sepertinya emosian seperti ini. Gara-gara dia aku diomelin gila-gilaan oleh ibu kepala suster. Memanggnya apa salah Lina sampe membuatmu diomelin ibu? Dia itu loh, tiba-tiba saja meninggalakan tugas begitu saja, padahal pagi tadi banyak pasien yang harus ia rawat, jadinya banyak pasien deh yang terkatungkatung, dasar Lina. Kenapa tak kau hubungi saja hpnya. Itu dia masalahnya, Hpnya itu nggak aktif.

Lalu kau bilang apa pada Ibu kepala suster. Aku bilang kalau Lina sakit jadi pulang mendadak. Bagus dong kalau begitu, berarti Lina nggak bakal kena masalah. Ia dia bagus, tapi aku, dimarahin abis-abisan, katanya karena ulahku semua pasien yang akan dirawat Lina jadi terbengkalai dan seharusnya aku memberitahukannya lebih awal jadi ibu bisa segera mencari pengganti Lina. Sudahlah, mungkin saja sekarang Lina sedang ada masalah jadi relakan saja ya kau dimarahi. Suci hanya bisa manatap Lia dengan tatapan mata yang tajam. Tapi ya sudahlah nanti ia harus cari tahu. Kalau Lina memang rasional ya diamaafkan, tapi kalau enggak awas kau Lina, tunggu saja kemarahan dariku, pikir Suci. Pemberian Nenek Lina merasa sekarang ia di taman dan sedang mencium wangi bunga mawar yang sungguh sangat harum, tapi tiba-tiba Afgan ada di hadapanku dengan muka penuh amarah ia mulai memandangku dengan tatapan yang sinis. Aku tak menyangka, ternyata kau itu seorang penipu ulung, bagaimana bisa kau membohongiku sampai berulang-ulang kali he. Apa maksudmu Afgan, aku tak mengerti dengan apa yang kau ucapkan? Jangan berlagak bodoh di depanku padahal kau itu adalah sorang penipu ulung, dan orang yang suka memanfaatkan orang lain, dan kau dengar baik-baik, mulai detik ini aku tak mau melihat mukamu lagi dan pertemanan kita putus sampai di sini, kau dengar itu!

Afgan pun segera pergi meninggalkan Lina, Lina pun segera berusaha mengejar Afgan tapi entah kenapa kakiku tak bisa aku gerakkan. Dan tiba-tiba Lina mendengar suara Titin. Lin, bangun Lin, kau itu jangan bikin aku takut. ucap Titin sambil mengguncang-guncang tubuh Lina. Lina pun terus mengigau mengucapkan kata jangan pergi Akhirnya karena tak bisa membangunkan Lina, Titin pun segera mengambil air di tempat minum yang ada di kamar dan langsung saja ia siramkan ke muka Lina. Dan otomatis Lina pun jadi terbangun. Kau sudah bangun sekarang. Tin, cepat kejar dia Tin, aku harus minta maaf padanya, aku tak bermaksud banyak membohonginya Tin, cepat kejar dia. ucap Lina sambil merengek dan menangis. Lin tenang Lin, istifar Lin istifar! Tapi dia pergi Tin aku harus mengejarnya Lin . teriak Titin sadar Lin, kau tadi itu sedang mimpi Lin. Air matanya Lina pun menetes. Ia pun mulai memeluk tubuh Titin karena tak tahan lagi dan juga sambil menangis terisak-isak. Lin, kau itu mimpi apa sih sih sampai kau bisa sampai seperti ini? Aku sudah banyak membohongi teman terbaikku, aku takut jika ia tau kebohongan ku dan ia tak akan mau berteman denganku lagi dan bahkan membenciku, aku takut Tin. Kenapa kau tak jujur saja Lin padanya.

Aku takut Tin, ia akan membenciku jika ia tau kebohonganku, ia takkan mau menjadi temannku lagi, dan itu yang tak aku inginkan Tin. Ya sudah aku punya ide, bagaimana kalau kau tuliskan saja semua kebohonganmu padanya dalam sepucuk surat, lalu kau berikan padanya, tapi kau harus bilang surat itu harus dibaca setelah kau pergi, dan mungkin setelah baca surat itu ia akan marah padamu, tapi mungkin setelah beberapa hari mungkin amarahnya akan reda, dan waktu itulah kau baru bisa temui dia, gimana ideku bagus kan? Betulkah? Aku tak tau tapi apa salahnya jika kau coba. Lina hanya terdiam saja. Ya udah Lin kau tak perlu memikirkannya lagi lebih baik sekarang kau sholat saja, ini tadi sudah adzan dhuhur jadi cepat gih sana mandi lalu sholat dan minta petunjuk Allah! Lalu Lina pun mulai keluar mandi lalu wudhu, kemudian ia gantungkan pakaian tugasnya di belakang pintu. Dan kemudian Sholatlah ia. Setelah selesai sholat dan berdoa saat itulah ia baru ingat kalau isi baterai Hpnya abis yang ia taruh di saku kantongnya. Ia pun segera mengambil Hpnya dan bersamaan dengan Hp yang ia ambil keluar sepucuk surat dari kantong bajunya. Saat itulah ia baru ingat dengan surat dari nenek Zatil belum ia baca. Ia pun tak jadi mengeces Hp malah mengambil surat itu, ia ambil kertas surat yang ada di dalamnya, ditaruhnya amplopnya di atas meja, dan berjalanlah ia menuju ke ranjang dan ia baca surat itu di sana.

To Suster Lina Assalamualaikum W.B. Gimana kau menuruti kan perintahku, jangan kau buka saat aku masih belum pergi! Awas jika kau melakukannya, kau akan kupukul, dan aku tak mau melihat wajahmu lagi. kau dengar itu!

Lina berhenti membaca, ia pun mulai tersenyum dan berkata,

Ya Allah,

walaupun dalam surat nenek ini tetap saja pemarah, he dasar memang nenek yang aneh tapi ngangenin juga sih.

Jangan menghinaku, aku tau sekarang kau lagi menghinaku kan.

Juga kaget Lina membaca isi surat selanjutnya. Ya Allah, bagaimana nenek tau aku sedang menghinanya, ajaib. ucapnya sambil tersenyum.

Aku tau sekarang ini kau pasti berfikir bahwa aku adalah nenek yang membosankan, sampai-sampai kau berikan aku komik untuk menghilangkan kebosananmu itu, dasar suster aneh, tapi sudahlah, gara-gara komik yang kau berikan itu akhirnya aku bisa tertawa, Aku juga heran kenapa aku bisa tertawa dengan barang yang tak pernah kubaca dan aku perhatikan itu, barang yang menurutku remeh tapi ternyata bisa membuatku tertawa setelah sekian tahun aku

merasa sendirian, aku terkurung dalam kesedihan. Aku sedih karena aku merasa sendirian dan aku tak suka jika ada orang yang mengurungiku di rumah sakit selama berhari-hari, walaupun aku tahu sebetulnya aku sedang sakit parah. Dan walaupun anakku sendiri tak mau memberitahukan apa penyakitku tapi aku tau kalau mereka menyanyangiku. Tapi aku tak tahu kenapa mereka menjahuiku, tak ada yang mau menjengukku waktu di rumah sakit, suster-suter juga silih berganti merawatku, hingga akhirnya giliran kau yang menjadi sasaran kemarahanku. Ya kemarahanku, barulah aku tau dari kau. Karena kemarahanku, orang-orang yang aku menyanyangiku menjahuiku. Aku tahu kau pasti tak merasa bahwa kaulah yang berhasil membantuku, dan aku juga berterima kasih atas segala kemarahanmu yang membuatku sadar dan juga komik-komikmu yang lucu itu.Sebagai ucapan terimakasihku ini, aku harap kau akan mau menerima hadiah dariku ini. Hadiah ini tidaklah seberapa dengan apa yang kau lakukan padaku. Dan aku berharap kau akan mau menerimanya. Aku menaruh hadiah ini di dalam amplop. Dan ingat gunakan sebaik-baiknya hadiahku ini.

Wassalamualaikum w.b.

Lina jadi penasaran, hadiah apa ya yang akan nenek berikan padanya. Moga aja bukan surat kemarahan. Ia pun mulai berjalan menuju meja tempat di mana ia menaruh amplop surat tadi. Setelah ia mengambil surat yang ada di dalam amplop itu betapa kagetnya ia karena ternyata kertas yang ia ambil itu adalah

berupa cek uang dengan nominal yang tertera adalah Sepuluh juta rupiah. Tangan Lina pun mulai gemetar, ia tak pernah merasakan uang sebesar itu, apalagi memegangnya. Dan karena merasa shok ia pun mulai pingsan. Melihat Lina pingsan betapa kagetnya Titin, dan ia pun segera menolong Lina dengan segera mengambil minyak kayu putih, lalu ia tumpahkan sedikit minyak kuyu putih itu di atas kapas dan kemudian ia usapkan kapas itu di hidung Lina. Setelah beberapa menit akhirnya usaha yang dilakukan Titin berhasil, Lina tersadar. Lin, gimana, kau sudah sadar kan? Tin, cek itu Tin, uang itu, aku tak bermimpi kan? ucap Lina sambil mulai menangis. Tidak Lin, kau tak bermimpi, kau punya uang yang banyak sekali Lin sekarang, sepuluh juta. Ya Allah aku bisa bayar hutangku Tin ., aku bisa bayar hutangku . ucap Lina sambil meneteskan air matanya. Lin, istifar Lin, jangn sampai kau meninggal gara-gara uang ini Lin, bersyukurlah Lin, Bersujud syukurlah Lin pada Allah. Lina pun segera bangun dari tidurnya dan kemudian ia pun segera melakukan sujud syukur. Ia merasa begitu berterima kasih kepada Allah atas rezki yang diberikanNya. Dan air matanya pun makin tumpah karena bahagia yang ia rasakan. Terima kasih Ya Allah atas karunia yang kau berikan pada hambaMu ini, ucap Lina dalam hati.

Perpisahan Pagi hari ini sudah ada pasien yang masuk ruang Unit Gawat Darurat. Kali ini Linalah yang bertugas untuk membantu Dokter Ian menolong pasien korban kecelakaan itu. Sekarang ini Lina sedang berada di ruang operasi. Tugasnya sekarang adalah membantu operasi usus buntu yang sedang dikerjakan Dokter Ian. Tugas Lina ini cukup sepele yaitu mengusap keringat yang keluar dari dahi Dokter Ian, jangan sampai keringat itu masuk ke dalah tubuh pasien Walau pekerjaann ini dibilang ringan akan tetapi harus dikerjakan dengan sungguhsungguh, karena jika sampai keringat dokter ian masuk ke dalam tubuh pasien, bisa-bisa berakibat fatal pada tubuh pasien. Cukup lama operasi berlangsung hingga 2 jam lebih barulah selesai. Setelah Lina keluar dari ruang operasi tiba-tiba Ayu, si penjaga receptionis itu, ia langsung menarik tangan Lina. Ada apa sih, jangan tarik tanganku kayak gitu deh? ucap Lina sambil berusaha melepaskan tangan Ayu Maaf-maaf, tapi kau punya hubungan apa sih dengan Afgan? Bagaimana kau bisa tahu kalau aku punya hubungan khusus dengan Afgan? Tadi dia mencarimu, tapi karena kau sedang ikut operasi jadi dia tak bisa nunggu lama dan menyuruhku untuk memberikan surat ini padamu. ucap Ayu sambil memberikan surat yang ia pegang pada Lina dan Lina pun segera meraihnya dan ia masukkan ke dalam saku bajunya tanpa sebelumnya ia sempat membacanya. Lalu sekarang dia ada di mana? Mungkin sekarang ia ada si bandara, dia kan mau pulang ke Jakarta.

Apa kau bilang? Ya Allah, apa kau tahu kapan pesawatnya berangkat? katanya sih jam 2 pesawatnya berangkat. Lina pun mulai melihat jam tangannya dan betapa kagetnya ia karena sekarang sudah menunjukkan jam 2 kurang empat menit. Tanpa basa-basi dengan Ayu Lina pun segera keluar dari rumah sakit sambil berlari, dan Ayu pun segera mengejarnya dan setelah dapat ia segera menarik tangan Lina. He kau itu mau ke bandara dengan lari apa? Ingat bandara itu jauh neng, ingin kakiku patah apa? Ya Allah aku lupa, oh ya bolehlah aku pinjam uangmu nggak, seratus ribu aja, ni aku dikasih orang uang tapi belum aku cairkan jadi uangnya masih di bank jadi boleh ya aku pinjam uangmu. Ah kau ini, memang tak pernah absen dengan uang, ya sudah nih mumpung aku ada. Tapi Ayu kau ikut denganku sekarang ya. Ke mana? Ke bandara, bertemu dengan Afgan, kau mau kan? Bertemu dengan Afgan artok itu? Iya, kau mau ya? Ya tentu saja aku mau, bertemu denga artor terkenal masa aku tak mau, sudah melihat wajahnya aja aku sangat senang sekali. Mereka pun segera mencari taksi, setelah dapat mereka segera masuk dan Lina menyurh sopir taksi untuk ngebut ke bandara. Setelah sampai di bandara ia segera berlari keluar menuju ke tempat receptionist, Baru pertama kali ini ia pergi

ke bandara jadi ia sama sekali tak tau di mana letaknya karena itulah ia Tanyatanya dengan orang-orang. Setelah ditunjukkan tempatnya ia pun segera berlari dengan dikuti Ayu di belakang berlari juga menuju ke sana. Saat ia berlari bersama dengan Ayu melewati restoran, tanpa ia sadari Afgan yang saat itu sedang makan siang dengan Anna dan Nikki, melalui kaca jendela yang tembus pandang Afgan melihat Lina berlari. Sontak ia pun terkejut. Hei, itu kan Lina. ucap Afgan Loe salah liat kali. timpal Nikki Enggak, loe piker mataku sudah rabun tapi, tapi untuk apa dia kemari ya? Mungkin mau ngucapin salah perpisahan am aloe. ucap Nikki Udah, kalau dia benar-benar Lina, loe keluar sana, kejar dia! saran Anna Afgan pun segera melaksanakan apa yang disarankan Anna. Tapi ia sendiri tak tau kemana Lina tadi perginya. Terpaksa ia berkeliling-keliling mencari Lina.Sedang Lina sendiri, setelah sampai di depan receptionist, ia segera menanyakan perihal pesawat yang ditumpangi Afgan. Maaf mbak apa pesawat jurusan Jakarta yang jadwal keberangkatnya jam 2 sudah berangkat mbak. tanya Lina sambil nafas yang masih tersengal-sengal. Sama halnya dengan Ayu. Reseptionist itu mulai mengecek dan Wah maaf mbak, pesawatnya sudah berangkat lima menit yang lalu. Rasanya Lina tak percaya, seakan ada orang yang memukulnya dengan balok yang sangat besar. Ia pun mulai berjalan menjauhi tempat itu dengan berjalan dan mencari tempat duduk. Setelah dapat ia segera duduk di tempat di

sana.

Dan meneteslah air matanya sambil berkata Aku terlambat . . Ayu

berusaha menenangkan Lina tapi tetap saja Ia tak dapat membuat Lina berhenti menangis. Namun dari arah samping tiba-tiba ia malah mendengar suara Afgan. Sedang apa kau di sini Lin? Tanya Afgan Lina mulai mengalihkan pandangannya ke arah orang itu dan ternyata memang benar yang ia duga, ternyata orang itu adalah Afgan. Tapi waktu itu ia sangatlah kaget jadi ia pun langsung berteriak dan seketika itu juga membuat orang-orang yang ada di sekitarnya langsung melihatnya. Kau ini kenapa pake teriak sih Lin, malu tau dilihat orang. ucap Afgan Iya Lin sekarang banyak orang melihat ke arah kita Lin. ucap Ayu Abis kau ini, kau kenapa kau masih di sini, orang itu bilang pesawatmu kan sudah berangkat, kau ini bukan hantu kan? ucap Lina Dasar kau ini masa kau kira aku ini hantu, lagian mana ada neng siang-siang bolong kayak gini itu ada hantu. ucap Afgan Tapi Lina tak percaya, ia pun mulai berdiri dan malah menginjak kaki Afgan. Spontan afgan pun terpingkal-pingkal mengangkat kakinya karena kesakitan. Kau ini, kenapa kau menginjak kakiku, sakit tau. protes Afgan Ternyata kau memang bukan hantu, oh syukurlah ku kira kau ini hantu yang sedang gentayangan. ucap Lin sambil terkekeh Kau ini dasar, kau piker aku ini sudah mati, Ah kau ini, dasar aneh, masa kau kira aku ini hantu. Abis, seharusnya kau kan nggak ada di sini, tapi di Jakarta.

Ada terjadi kesalahan, pesawatnya telat cuacanya lagi mendung jadi nggak bisa mendarat, tapi sudahlah, cepat katakan sekarang kenapa kau tadi itu menangis. Oh ya aku lupa aku tadi kan sedang nangis. Lina pun mulai kembali duduk dan menangislah ia kembali. Hei kau ini, Yailah , kenapa malah menangis lagi? Biarkan aku melanjutkan tangisanku. Apa, Ya ALLAH ., memangnya menagis ada lanjutanya apa, seperti sinetron saja, kau ini memang seperti anak kecil ya Lin. Mendengar ejekan Afgan Lina pun malah mengeraskan suara tangisannya dan itu pun membuat Afgan cukup kelabakan, ia pun mulai duduk di samping Afgan dan mulai menenangkannya. Aduh Lin kenapa kau malah mengeraskan volume suaramu, kau tak malu apa, sekarang orang-orang itu malah melihat kita tau. ucap Afgan dengan suara lirih Ini semua salahmu, kenapa kau meninggalkan aku begitu saja? Kau itu betul betul keterlaluan. ucap Lina sambil tetap tak mau berhenti menangis. Ayu hanya terdiam terpaku melihat Afgan dan Lina bertengkar. Tapi Tibatiba ada seorang nenek yang agak ubun umurnya menghampiri kami dan langsung saja ia mengomentari kami. Wah-wah kau ini, kenapa meninggalkan istrimu begitu saja, kasian kan. ucap nenek itu sambil menujuk dengan jari ke telunjuknya ke muka Afgan. Mendengar ucapan nenek itu sungguh betapa kagetnya Lina, ia pun segera melihat keselilingnya dan tak menyangka ia kalau sekarang ini banyak orang mengerumunginya.

Ia nek, saya salah, saya akan jaga istri saya biar nggak menangis lagi. ucap Afgan sambil tersenyum karena tak menyangka nenek itu menyangka Lina adalah istrinya. Nah bagus kalau begitu, ingat ya, jangan bikin istrimu nangis di tengah kerumunan orang seperti ini lagi, ya sudah ayo semuanya bubar, acara tontonannya dah selesai, biarkan suami istri ini berbaikan. Mendengar nasehat nenek itu Afgan hanya mengangguk saja, karena ia juga bingung harus menjawab seperti apa. Semua orang pun juga bubar setelah mendengar perintah nenek itu. Begitu juga nenek itu kemudian pergi juga menjauhi kami. Saat itu aku pun baru sadar kalau apa yang kulakukan sekarang ini menimbulkan fitnah, aku pun segera pindah duduk menjauhi Afgan. Kenapa kau menjauhiku, istriku? Jangan bilang aku ini istrimu, aku ini bukan istrimu, kita kan belum menikah Kenapa, kau tak mau jadi istriku, seluruh wanita di jagad raya ini saja mau jadi istriku, kenapa kau tak mau. Sudah deh kau itu berhenti memanggilku istrimu, hii geli tau. Afgan pun mulai tertawa terbahak-bahak Jangan tertawa, memangnya ada yang lucu apa. Abis, kau ini, kau pikir aku mau apa punya istri yang pemarah, suka nangis dan . Kau ini suka ya menghina orang, sudahlah sekarang cepat katakan kenapa kau tak memberitahukanku kalau kau akan pulang sekarang.

Aku sudah berusaha memberitahukanmu, aku kan datang ke rumah sakit, tapi kau kan ikut operasi jadi aku kan nggak bisa menemuimu. Tapi kau kan bisa menungguku. Siapa bilang aku tak menunggumu, selama satu jam lebih lagi, aku menunggumu tapi kau juga belum selesai operasinya, karena takut ketinggalan pesawat ya jadi terpaksa deh aku pergi. Tapi buktinya sekarang kau nggak ketinggalan pesawat kan. Hei, mana kutau kalau cuacanya jadi buruk, hingga jadwal pesawatnya berubah, ini kan kehendak yang Kuasa. Tapi kau kan bisa menelponku. Hei neng, teleponmu itu nggak aktif, gimana aku bisa menghubungimu. Ah kau ini, kenapa sih jawab terus, kau ini nggak bisa ngalah apa?. Afgan mulai diam. Hei aku bicara denganmu, jawab dong! kenapa kau malah diam. Kau bilang jangan jawab ya aku nggak jawab. Sekarang malah Lina yang diam. HEI .., kau marah ya.

Enggak, kau benar juga, ya udah, sekarang lebih baik aku pulang, tapi aku punya sesuatu untukmu. Apa itu? Lina pun segera berdiri, kemudia mengambil surat yang ia taruh di saku bajunya. Setelah ia ambil ia segera berikan surat itu padanya.

Hanya sepucuk surat, tapi kau harus janji ya, jangan dibuka sebelum aku pergi. ucap Lina Okey baiklah. Ya sudah kalau begitu aku pulang sekarang Assalamualaikum. Wallaikum salam. Lina pun mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Afgan bersama dengan Ayu, tapi belum sempat pergi, Afgan mulai mengejar Lina dan memanggilnya. Ada apa? Tanya Lina Itu, aku sebetulnya juga punya hadiah untukmu, aku harap kau mau menerimanya. ucap Afgan Kemudian Afgan mulai mengeluarkan kotak cincin sambil berkata Ni untukmu. Lina pun segera mengambil kotak cincin itu dan segeralah ia buka isinya. Cincin, hah kenapa ada tulisan seperti ini. ucap Lina setelah melihat tulisan TAMPARAN LINA yang terpatri di bagian dalam cincin. Kenapa memangnya? Kenapa memangnya, itu kan peristiwa memalukan, kenapa malah kau ukir di sini. Menurutku tidak, coba saja bayangkan, kalau nggak ada peristiwa itu, kau sekarang pasti tak akan bisa bertemu denganku kan. Lina mulai mengingat mimpinya, ya ada seorang lelaki yang memberinya cincin, tapi ini Afgan bukan Rio.

Hei jangan ngelamun, kau tak mau menerima pemberianku ya. Tidak, aku mau kok, makasih ya, tapi aku boleh nggak minta satu permintaan denganmu. Kau ingin minta apa Lin? Aku dan Titin temanku ingin sekali melihat kota Jakarta itu seperti apa, jadi bisa nggak nanti kau membiayai tiket plus akomodasiku pergi ke Jakarta, kau kan orang kaya, please, bisa ya? Bisa aja, gimana kalau waktu aku diwisuda, aku undang kau. Diwisuda, memangnya kau ini kuliah? Memangnya aku nggak ada tampang apa anak kuliahan apa? Bukannya begitu .? Sudahlah tak apa kalau tampangku ini tak seperti seorang mahasiswa, tapi untuk tiket dan akomodasi aku nggak gratis memberikannya padamu Lin, kau harus memenuhi syaratku dulu. Ah kau ini perhitungan sekali sih, syarat, memangnya syarat apa lagi yang akan kau berikan padaku? Ha yang sepele tapi mungkin sulit untuk kau lakukan. Memangnya apa itu? Aku minta kau berjanji lupakan laki-laki yang membuatmu menangis di taman kemarin, kau bisa? Lina mulai terdiam membisu dan suasana terasa hening, ia tak tau harus menjawab seperti apa, tapi ia juga tak tau apakah cinta pada Rio apakah masih ada dalam hatinya.

Kenapa Lin diam kau tak bisa melakukannya. Jodoh rezeki dan maut yang mengatur itu adalah Allah SWT, jadi jika Allah berkehendak maka semuanya akan terjadi, Maafkan aku, melupakan seseorang yang kita cintai itu tak semudah membalikkan telapak tangan, jadi maafkan aku aku tak bisa memenuhi janji itu. Baiklah kalau begitu aku mengerti. ucap Lina Ya sudah, sebelumnya makasih banyak ya, sekarang aku harus pulang dulu, Assalamualaikum. Wallaikum salam. Bergegaslah Lina dan Ayu pergi. Akhirnya mereka berpisah juga, Lina pergi meninggalkan Afgan, dan Afgan hanya bisa melihatnya punggung Lina pergi meninggalkannya. Rasanya baru kali ini ia seperti ditolak cinta, Rasanya ia tak bisa mengatakan Agar Lina mau menjadi pacarnya, ah bukan istri, kalau pacar Lina pasti tak mau. Tapi kenapa yang keluar malah permintaan melupakan orang lain. Baru kali inilah Afgan merasa dirinya begitu merasa sangat bodoh. Andai saja Lina tadi menyadari maksud Afgan, sebetulnya Afgan berharap Lina mau melupakan lelaki itu jadi ia bisa memasuki hatinya. Tapi memang tak mudah melupakan orang lain, tapi Tiba-tiba Nikki dan Anna datang mengagetkan Afgan. Hei gimana, loe da jadian ya ma tu anak. tegur Nikki dari belakang Ah kau ini membuatku kaget saja. Cie-cie yang baru jadian nih. sindir Anna

Jadian apaan sih, Lina tu orangnya nggak suka pacaran tau. ucap Afgan sambil mukanya mulai memerah Oh ya, kalau begitu langsung aja loe lamar dia, beres kan urusannya jadinya. Ucap Nikki tersenyum terkekeh-kekeh. Ah loe ini, tak semudah itu tau. ucap Afgan Emangnya kenapa, cewek berkerudung itu tak suka ya dengan pria urakan seperti loe. tambah ANNA Ah dasar LOE ini An, gue ini bukan pria urakan, ENAK AJA loe itu ngomong, lagian di hatinya masih ada orang lain jadi, gue tak mungkin bisa memasukinya. Wah rupanya loe benar-benar sudah jatuh cinta ya oh capcai deh . ucap Nikki And, Wanita impian loe sekarang memang sudah berubah Gan, memangnya kau sudah melupakan Anggun? Tanya Anna Ya kata Lina, jodoh rezeki dan maut yang mengatur itu adalah Allah SWT, jadi jika Allah berkehendak membuatku melupakan Anggun dan membuatku mencintai wanita yang baru maka tiada yang tidak mungkin di hadapan Allah SWT.

Oh ini, surat dari Lina. Baca dong sekarang. Nggak nanti aja, minggir aku mau makan lagi. Afgan pun segera kembali ke restoran sedangkan Lina segera kembali ke rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit, tiba-tiba saat ia bertemu suster Anggu, Suster Anggun mengatakan kalau dari tadi Lina dicari suster Suci. Lina

pun segera men cari Suci, setelah mendapati Suci sedang duduk di taman, Lina pun segera menghampiri Suci. Untuk apa kau mencariku, Ci? Ah akhirnya aku melihat batang hidungmu juga. Ada apa sih? Kau itu sama sekali gak merasa bersalah ya, meninggalkan tugas begitu saja. Ah iya, aku lupa, aku kan sekarang harus merawat pasien lantai satu. Baru nyadar ya, emangnya tadi itu kau ke mana aja he, tau gak, aku tadi dimarahin abis-abisan ama Ibu kepala suster, gara-gara ulahmu itu, dia piker aku gak ngasir surat tugas denganmu, jadi sampe kau nggak tau mana yang harus kau dirawat. Tiba-tiba dering tanda sms Hp Lina berbunyi dan ternyata itu dari Afgan. Tapi betapa bergetarnya tangan Lina setelah membaca sms kiriman Afgan punya. Karena is isms itu Aku tak menyangka ternyata kau itu wanita pembohong, bagaimana bisa kau memanfaatkan aku untuk mendapatkan uang, rasanya aku tak ingin jadi temanmu lagi dan lupa kan saja aku selamat tinggal wanita pembohong. Lina pun mulai meneteskan air mata dan tangannya bergetar memegang Hpnya dan sungguh Suci menjadi aneh dengan gelagat Lina. Kau kenapa Lin? Tanya Suci. Dia membenciku Ci, Afgan membenciku dan semua ini gara-gara kau, kenapa kau menyuruhku menamparnya, aku sekarang kehilangan teman yang sangat berarti bagi hidupku. ucap Lina sambil menangis terisak-isak.

Dan tiba-tiba lagi Lina mendengar Hpnya berbunyi. Dan ternyata itu dari Afgan, Lina pun segera mengangkatnya. Maafkan aku Afgan sungguh waktu itu aku tak berniat memanfaatkanmu untuk membuat orang lain senang dalam pesta itu tapi aku terpaksa gan, jadi tolong maafkan aku. ucap Lina sambil terisak-isak. Lin kau menangis ya. Aku mohon maafkan aku. Hei, ruapanya kau pasti belum baca suratku yang aku titipkan pada suster Ayu ya. Surat, Ya Allah aku lupa belum membacanya. Yailah, pantas aku bisa mengibulimu, tapi kenapa kau belum membacanya? Maaf-maaf, aku tadi kebingungan, mendadak aku baru tau kalau kau mau balik ke Jakarta tadi pagi, jadi aku segera ke bandara untuk memberikan surat yang tadi malam sudah aku tuliskan padamu. Ya sudah kalau begitu kau baca isi suratku itu nanti kau juga tau apakah aku sudah memaafkanmu atau belum. Segera Afgan menutup teleponnya. Kemudian Lina pun segera surat yang tadinya ia taruh di saku bajunya dan juga segera membacanya.

Untuk suster Lina. Hari ini tugasku di Banjarmasin untuk mempromosikan film terbaruku sudahlah selesai jadi aku harus segera kembali ke Jakarta. Tapi aku nggak akan pernah meluapakan pengalamanku saat kau menamparku waktu di retoran

Monggo Mampir, Bagiku itu sesuatu yang sangat mengejutkanku karena baru kali itu aku ditampar oleh seseorang yang sama sekali tak kukenal. Sampai-sampai tau tidak kalau orang-orang disekelilingku mulai menanyaiku. Apa aku punya hubungan khusus denganmu. Langsung saja aku jelaskan pada mereka kalau aku sama sekali tak punya hubungan khusus denganmu. Tapi cukup kaget rasanya, karena setelah itu malam-malam kau malah mencariku sampai ke tempat hotel aku menginap dan itu hanya untuk meminta maaf. Dan sebetulnya sungguh aku waktu itu masih sangat penasaran kenapa kau tak mau menceritakan alasan kenapa kau menamparku. Di samping itu juga waktu kau mengajakku nonton bioskop, menurutku aneh, kau memesan sendiri filmnya tapi kenapa sepertinya kau nggak tau film apa yang kita tonton nanti, dan yang lebih parah lagi kau takut dengan film horror, film yang pilih sendiri, Aku piker kalau kau takut kenapa kau malah memilih film horror, kenapa kau tidak memilih menonton film yang lain saja. Kau bertanya kenapa aku bisa tau kau ini ternyata penakut, waktu itu aku berniat untuk meminta popcornmu, eh tapinya aku malah melihat kau menutup matamu, Kau ingat tidak saat kau menutup matamu karena tak tahan melihat film horror, wajahmu terlihat seperti orang ketakutan. Rasanya waktu itu aku ingin sekali segera menegurmu untuk menanyakan sikapmu yang aneh itu, tetapi aku segera mengurungkan niatku itu karena aku sebetulnya berharap kau mau menceritakan yang sejujurnya padaku. Dan Aku juga berharap semoga kau tidak merasa canggung untuk bisa lebih jujur denganku. Aku berjanji apa pun yang Kau katakana Padaku, aku akan berusaha memahaminya dan takkan

marah padamu. Dan akan memaafkan segala kesalahanmu. Jadi semoga sekiranya kau bisa lebih jujur padaku. Dari temanmu barumu, Afgan.

Setelah membaca itu, membaca surat yang ditulis sendiri oleh Afgan Lina merasa begitu lega ternyata dari dalam hati Afgan sudah lama memaafkannya. Lina pun mulai tersenyum bahagia. Dan Sucipun segera menyambarnya. Apa isi suratnya Lin? Ini rahasia jadi kau nggak perlu tahu. Ah kau ini jahat sekali sih oh ya memangnya kau ini ada hubungan apa dengan Afgan? Oh rahasia dong, hubungan ini khusus aku dengan dia, jadi kau nggak perlu tau dong. Apa kau bilang, jadi kau itu ada hubungan khusus dengan Afgan. Enggak, jangan mikir yang macam-macam, aku tadi Cuma berbohong kok, bukan hubungan khusus tapi mungkin bisa dibilang teman. Tapi kau kan sudah menamparnya. Aku sudah minta maaf kok dengannya, lagian trims ya, kalau kau nggak menyuruhku menamparnya aku pasti tidak punya teman seorang artis. Apa, jadi kau sudah minta maaf dengannya, bagaimana bisa, dia itu kan artis pasti sulit kan menemuinya. Makanya jadi orang tu jangan menyerah dulu sebelum bertindak, toh buktinya akhirnya aku bisa kan meminta dengannya, dan Afgan sendiri juga sudah

memafkanku, dan bahkan kau tau lah nanti kalau dia wisuda dia mau mengundangku untuk melihat acara wisudanya itu di Jakarta, Oh terima kasih Tuhan Akhirnya aku bisa melihat Kota Jakarta lebih jelas lagi. Ya sudahlah, sekarang lebih baik kau mengahadap Ibu kepala suster jelaskan pada beliau dan minta maaf sana. Okey bos. ucap Lina sambil tersenyum. RASANYA Lina sekarang sudah lega, ia merasa tak takut lagi dengan kehidupan ini karena hanya Allahlah sebagain tempatnya bertumpunya, dan ia juga merasa bersyukur karena ia bisa mendapakan teman dari permainan yang yang aneh itu, sambil jalan ia mulai melihat cincinnya ada tulisan terpatri, TAMPARAN LINA. Setelah Lina pulang dari tempat kerja ia menyempatkan diri ke bank untuk mengambil sejumlah uang guna ia pinjamkan untuk Titin guna membayar uang SPPnya.

TAMAT Berlanjut di Tamparan Lina 2 Season Perlajalanan Lina Ke Jakarta

Você também pode gostar