Você está na página 1de 25

Penilaian serta Analisa Efisiensi dan Efektivitas dalam LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja) Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Pemerintah Kota Sukabumi


Makalah Audit Kinerja Sektor Pemerintah

Kelompok 6 Deddy Leonard Deta Triyawan Dimas Budi Kurnianto Dwi Purnomo Novi Purnamasari 093060016229 093060016212 093060016178 093060015745 093060016370

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


2012
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan YME atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Penilaian serta Analisa Efisiensi dan Efektivitas dalam LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah Kota Sukabumi. Penulisan makalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Audit Kinerja Sektor Pemerintah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.

Tangerang Selatan, 7 Mei 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1 1.1 PENDAHULUAN .........................................................................................................1 1.1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1 1.1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................2 1.1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................2 1.1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................2 1.1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................2 1.1.5 Batasan Masalah ................................................................................................3 1.2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................3 1.2.1 Akuntabilitas Publik ............................................................................................3 1.2.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ...........................................................4 1.2.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja ..............................................................................5 1.2.4 Pelaporan Kinerja ..............................................................................................6 1.2.5 Anggaran Berbasis Kinerja .................................................................................7 1.2.6 Evaluasi atau Audit atas Laporan Pelaksanaan Kinerja ........................................8 BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................9 2.1 Gambaran Secara Umum .......................................................................................... 10 2.1.1 Pengertian LAKIP ............................................................................................... 10 2.1.2 Tujuan LAKIP ..................................................................................................... 10 2.1.3 Tahapan Pembuatan LAKIP ................................................................................ 11 2.1.4 Evaluasi terhadap LAKIP .................................................................................... 13 2.2 Gambaran untuk Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah Kota Sukabumi13 2.2.1 Analisis 2E (Efisiensi, dan Efektivitas) Terhadap Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sukabumi ............................................................................ 13 BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 21 3.1 Simpulan dan Saran .................................................................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 22

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan kinerja dan program pemerintah di dalam pembangungan dan kesejahteraan umum, maka akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan dan kinerja pemerintah pusat dan daerah serta perangkat instansi pemerintah di dalamnya, merupakan tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik (Badjuri dan Trihapsari, 2004). Selanjutnya akuntabilitas keuangan dan kinerja tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan dan kinerja pemerintah yang dilakukan aparatur pemerintah berjalan dengan baik. Hal tersebut seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme, dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan pemerintah pusat/daerah. Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik harus didukung audit sektor publik yang berkualitas, karena jika kualitas audit sektor publik rendah kemungkinan memberikan kelonggaran terhadap lembaga pemerintah melakukan penyimpangan penggunaan anggaran dan penyelewengan tugas dan amanah rakyat yang diemban. Konsep atas pertanggungjawaban sumber daya publik (public resources) merupakan kunci dari proses pengelolaan negara serta merupakan elemen yang utama bagi demokrasi yang sehat. Pihak legislatif, eksekutif dan masyarakat sangat ingin mengetahui, apakah pelayanan pemerintah kepada masyarakat (public services) telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan ekonomis serta telah menaati hukum dan aturan yang ada. Mereka juga ingin tahu, apakah program-program pemerintah telah mencapai tujuannya dengan hasil yang diinginkan serta menghabiskan biaya berapa. Eksekutif pemerintah bertanggung jawab kepada badan-badan legeslatif dan masyarakat atas kegiatan mereka serta hasil-hasil yang telah dicapai. Audit sektor pemerintah, khususnya audit kinerja merupakan kunci utama untuk memenuhi kewajiban pemerintah dalam pertanggungjawaban kepada rakyat. Audit ini akan memberikan tingkat keyakinan atas informasi yang dilaporkan mengenai hasil-hasil program atau kegiatan. Demikian pula dalam hubungannya dengan sistem pengendalian intern dalam organisasi/lembaga. Kegiatan audit juga akan dapat memberikan arah kepada perbaikan pengelolaan pemerintah, pengambilan keputusan, dan pertanggungjawaban kepada publik. Tuntutan akan terselenggaranya suatu pemerintahan yang bersih serta tersedianya pelayanan kepada publik yang lebih baik merupakan kecenderungan yang semakin nyata dari hari ke hari. Sektor pemerintahan diharapkan secara terus menerus mengevaluasi diri serta melakukan perbaikan kinerja secara berkelanjutan agar bisa bekerja secara efektif, efisien dan ekonomis. Untuk menunjang pemenuhan tuntutan tersebut, peran audit kinerja di sektor pemerintahan merupakan kebutuhan yang mutlak untuk segera diterapkan pada masa sekarang maupun di masa-masa yang akan datang. Isu tentang Akuntabilitas adalah tentang bagaimana menerapkan akuntabilitas tidak saja untuk menghindari penyalahgunaan wewenang, tetapi juga untuk meningkatkan kinerja dari pihak berwenang. Public Answering (penjawaban publik) diperlukan demi keadilan dalam pengambilan 1

keputusan oleh pemerintah pada semua tingkatan. Dengan demikian, di dalam proses akuntabilitas, menunjukkan adanya keterkaitan hubungan antara pemberi amanah (masyarakat) dengan pengemban amanah (pemerintah). Pemberi amanah sebagai pihak pemangku kepentingan (stakeholder) utama, memberikan mandat dengan menyetujui perencanaan stratejik yang dibuat oleh penerima amanah. Selanjutnya penerima amanah menyusun rencana kegiatan, program, kebijakan serta Indikator Kinerja yang harus dicapai. Tolok ukur keberhasilan akan tercermin dari pencapaian atas Indikator Kinerja, yang setiap tahunnya dapat dilihat di dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja. Jika Laporan sudah disampaikan dengan jujur dan maksud baik, tentunya keinginan bagi warga negara untuk mengelak dari kewajiban demokratis juga akan berkurang, karena masyarakat merasa sudah menemukan saluran yang dapat memuaskan aspirasinya. Berangkat dari permasalahan tanggung jawab dan akuntabilitas seperti yang dipaparkan diatas, maka kami tertarik untuk mengupas lebih dalam mengenai peranan Laporan Akuntabilitas Kinerja pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi, baik dari sisi manfaat atau peranan internal maupun eksternal, sehingga diharapkan mampu memberikan nilai tambah dari laporan akuntabilitas tersebut jika memang laporan akuntabilitas kinerja dinas tersebut bisa menjadi solusi dalam rangka peningkatan kinerja organisasi maupun kesejahteraan masyarakatnya.

1.1.2 Perumusan Masalah


Berikut adalah perumusan masalah yang akan kami angkat dalam term paper adalah sebagai berikut. 1. Apakah tujuan dasar (umum) dan tujuan khusus dari adanya Laporan Kinerja Akuntabilitas Instansi jika dilihat dari sudut pandang instansi maupun masyarkat? 2. Bagaimana metode perencanaan dan penyusunan laporan akuntabilitas Dinas Pertanian dan Ketahanan Sukabumi agar mampu berfungsi sebagaimana yang diharapkan dari instansi dan masyarakat ? 3. Apa pengaruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan terhadap perbaikan perencanaan dan evaluasi organisasi,dan kelemahan kinerja jika tidak melaporkan akuntabilitas kinerja dalam pelaksanaan organisasinya?

1.1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk memahami format yang terdapat di Laporan tersebut dan menganalisis tujuan pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi yang akan digunakan oleh pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara umum. 2. Untuk mengetahui tahapan dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja. 3. Untuk menilai dan menganalisis dampak efesiensi dan efektivitas yang terjadi di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah Kota Sukabumi.

1.1.4 Manfaat Penelitian


1. Memahami pentingnya Laporan Akuntabilitas Kinerja dalam membangun organisasi yang sehat dan akuntabel. 2. Memahami format yang terdapat di dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja serta tahapan dalam proses penyusunan Laporan yang seharusnya itu seperti apa. 3. Meningkatkan mutu kinerja instansi dengan berbekal dari perencanaan dan evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja yang telah ada. 2

4. Memahami indikator apa saja yang dipakai dalam proses penentuan atau penilaian efisien maupaun efektivitas dalam suatu bentuk kinerja atau program.

1.1.5 Batasan Masalah


1. Penelitian ini hanya fokus membahas sudut pandang 2E (efisiensi,efektifitas) kinerja dari organisasi. 2. Penelitian dibatasi hanya dalam ruang lingkup Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah Sukabumi.

1.2 TINJAUAN PUSTAKA


1.2.1 Akuntabilitas Publik
Isu tentang akuntabilitas adalah tentang bagaimana menerapkan akuntabilitas tidak saja untuk menghindari penyalahgunaan wewenang, tetapi juga untuk meningkatkan kinerja dari pihak berwenang. Public Answering (penjawaban publik) diperlukan demi keadilan dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah pada semua tingkatan. Siklus akuntabilitas dimulai dari penyusunan perencanaan stratejik. Perencanaan stratejik haruslah memuat rencana yang harus dicapai dari suatu aktivitas, program dan kebijakan, yang dibuat dengan Indikator Kinerja Kunci (Key Performance Indicators) sebagai tolok ukurnya. Penetapan Indikator Kinerja Kunci berdasarkan halhal sebagai berikut: 1. Indikator Kinerja Kunci ditetapkan dari Kegiatan Utama, Program dan Kebijakan yang akan dilaksanakan dan mengutamakan Hasil yang akan dicapai; 2. Indikator dikelompokkan ke dalam Indikator Input, Process, Output, Outcome, Benefit, dan Impact (dampak). 3. Indikator ini dibuat pada Renstra dan realisasinya terlihat pada LAKIP setiap tahunnya. Untuk suatu Program dan Kebijakan yang baru dilaksanakan, pada umumnya, Indikator yang terlihat baru pada Indikator Input, Process, dan Output. 4. Indikator Outcome, Benefit, dan Impact pada umumnya baru akan terlihat setelah tahun kedua. 5. Indikator Outcome, Benefit, dan Impact mencerminkan tingkat keberhasilan visi, misi dan tujuan suatu organisasi. 6. Indikator-indikator tersebut harus sudah secara jelas dicantumkan di dalam perencanaan stratejiknya (Strategic Planning). Langkah kedua dari berakuntabilitas adalah melaksanakan hal-hal atau amanah sesuai yang tercantum di dalam perencanaan stratejik. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah indikator proses, yang bertitik tolak dari aspek pelayanan serta aspek ketaatan pada peraturan perundangundangan yang berlaku (taat asas). Tahap Ketiga dari berakuntabilitas adalah membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Untuk daerah, termasuk juga Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Pembuatan Laporan Kinerja sebagai penjawaban publik akan memotivasi pengemban tanggung jawab untuk mengerahkan kemampuan dan disiplin yang tinggi untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah 3

ditetapkan. Pembuatan laporan dalam hal ini bukanlah sekedar masalah administrasi pemerintahan, namun lebih dari itu, merupakan suatu penjawaban publik (public answering) yaitu suatu bentuk akuntabilitas yang wajib dilakukan oleh pengemban tanggung jawab kepada masyarakat (publik) sebagai pemberi amanah. Tahap Keempat, adanya penilaian atas kinerja berdasarkan tolok ukur di dalam Renstra, yang didasarkan pada Indikator: 1. Dampak (Impact): Bagaimana dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai berdasarkan manfaat (benefit) yang dihasilkan. 2. Manfaat (Benefit): Bagaimana tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah. 3. Hasil (Outcome): Bagaimana tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan terwujud, berdasarkan output ( keluaran) atas kebijakan atau program yang sudah dilaksanakan. 4. Keluaran (Output): Bagaimana bentuk produk yang dihasilkan secara langsung oleh adanya kebijakan atau program, berdasarkan input (masukan) yang digunakan. 5. Masukan (Input): Bagaimana tingkat atau besaran sumber-sumber yang digunakan, baik yang menyangkut sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dsb. Dengan demikian, di dalam proses akuntabilitas, menunjukkan adanya keterkaitan hubungan antara pemberi amanah (masyarakat) dangan pengemban amanah (pemerintah). Pemberi amanah sebagai pihak pemangku kepentingan (stakeholder) utama, memberikan mandat dengan menyetujui perencanaan stratejik yang dibuat oleh penerima amanah. Selanjutnya penerima amanah menyusun rencana kegiatan, program, kebijakan serta Indikator Kinerja yang harus dicapai. Tolak ukur keberhasilan akan tercermin dari pencapaian atas Indikator Kinerja, yang setiap tahunnya dapat dilihat di dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja. Jika Laporan sudah disampaikan dengan jujur dan maksud baik, tentunya keinginan bagi warga negara untuk mengelak dari kewajiban demokratis juga akan berkurang, karena masyarakat merasa sudah menemukan saluran yang dapat memuaskan aspirasinya.

1.2.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik (good governance) dan memerangi praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) telah secara tegas dituangkan dalam TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Dengan disemangati oleh amanat Undang-undang nomor 28 Tahun 1999, pemerintah telah menerbitkan Inpres nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Inpres ini merupakan jawaban atas pentingnya penyelenggaraan pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel. Pemerintahan yang berkinerja tidak hanya diukur dari keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program kerjanya, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana seluruh kebijakan, program dan kegiatan tersebut dapat dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat. Inpres No. 7 Tahun 1999, tertanggal 15 Juni 1999, mengintruksikan kepada para eksekutif berikut ini: Para Menteri Panglima Tentara Nasional Indonesia Gubernur Bank Indonesia 4

Jaksa Agung Kepala Kepolisian Republik Indonesia Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen Pada Pimpinan Sekretariat Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara Para Gubernur; dan Para Walikota/Bupati.

Instruksi Presiden tersebut mewajibkan semua intansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah untuk antara lain : 1. Melaksanakan AKIP sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai visi dan tujuan organisasi; 2. Pada tanggal 30 September 1999, setiap instansi pemerintah sampai tingkat eselon II telah mempunyai Perencanaan Strategis tentang program-program utama yang akan dicapai selama satu sampai dengan lima tahunan yang di dalamnya memuat uraian tentang : a Visi, misi, strategi dan faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi; b Tujuan, sasaran, dan aktivitas organisasi; serta c Cara mencapai tujuan dan sasaran tersebut. 3. Pada setiap akhir tahun anggaran, mulai tahun anggaran 2000/2001 menyampaikan Laporan AKIP (LAKIP) kepada Presiden dan salinannya kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan menggunakan pedoman penyusunan Sistem AKIP (SAKIP). Pengertian akuntabilitas kinerja dalam Inpres ini adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara secara periodik.

1.2.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja


Tujuan dikembangkannya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan dipercaya. Secara operasional, sasaran yang diinginkan dalam akuntabilitas kinerja adalah menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel dalam melaksanakan aktivitasnya, responsif terhadap masyarakatnya, terbuka, dipercaya masyarakat, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Ruang lingkup akuntabilitas kinerja instansi pemerintah meliputi semua kegiatan dan sasaran instansi pemerintah dalam memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi instansi pemerintah. Kegiatan yang menjadi perhatian utama adalah mengenai tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah, program kerja yang menjadi isu nasional dan aktivitas dominan dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansi. Dengan AKIP, instansi pemerintah didorong untuk berfokus pada pencapaian sasaran. Untuk mengetahui tingkat pencapaian pencapaian sasaran tersebut, maka diperlukan alat ukur keberhasilan atau kegagalannya. Instansi perlu suatu kepastian bahwa yang telah dicapainya memang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan (stakeholders).Dengan demikian peran suatu alat ukur menjadi sangat penting. Dalam praktik pengukuran kinerja, alat ukur tersebut tersebut dikenal sebagai Indikator Kinerja. Pencapaian kinerja di perlihatkan melalui pencapaian target kinerja yang telah disepakati sebelumnya.

Menurut Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999, pelaksanaan penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mempersiapkan dan menyusun perencanaan strategis (Strategic Planning). 2. Merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan (success key factors), tujuan, sasaran dan strategi instansi pemerintah. 3. Merumuskan Indikator Kinerja (Performance Indicators) instansi pemerintah dengan berpedoman pada kegiatan yang dominan. 4. Memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dengan seksama. 5. Mengukur Pencapaian Kinerja dengan : a Perbandingan antara kinerja aktual dengan rencana atau target; b Perbandingan antara kinerja aktual dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya; c Perbandingan antara Kinerja Aktual dengan Kinerja di Negara-negara lain atau dengan Standar Internasional; d Membandingkan pencapaian tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya; e Membandingkan kumulatif pencapaian kinerja dengan target selesainya rencana strategis. 6. Melakukan Evaluasi Kinerja dengan : a Menganalisis hasil pengukuran kinerja. b Menginterpretasikan data yang diperoleh. c Membandingkan pencapaian program dengan visi dan misi instansi pemerintah.

1.2.4 Pelaporan Kinerja


Sarana untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Mekanisme penyampaian LAKIP sesuai dengan yang diatur dalam Inpres 7 tahun 1999 adalah sbb : 1. Setiap Pemimpin Departemen/Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND), Pemerintah Daerah (Pemda), Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya, WAJIB membuat LAKIP secara berjenjang serta secara berkala untuk disampaikan kepada atasannya. 2. Masing-masing menteri/pemimpin LPND, WAJIB menyampaikan LAKIP Tahunan dari setiap Departemen/LPND kepada Presiden dan Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menko Bidang Wasbangpan dan Kepala BPKP. 3. LAKIP tahunan dari setiap kabupaten/kota disampaikan kepada presiden/wakil presiden dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Kepala BPKP. 4. LAKIP tahunan dari setiap propinsi disampaikan kepada gubernur/ kepala daerah yang terkait dengan dengan tembusan kepada Kepala Perwakilan BPKP di daerah. Dalam melaksanakan Inpres ini, LAN dan BPKP melakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Menyusun Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang dapat digunakan oleh seluruh instansi pemerintah dalam menyusun Perencanaan Strategis dan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK). 2. Menyiapkan bahan-bahan untuk implementasi Pedoman Pelaporan AKIP. 3. Mempersiapkan sosialisasi konsepsi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 4. Menyusun Pedoman Pelaporan AKIP. Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak awal tahun anggaran 1999/2000 dalam suatu tim kerja yang terdiri dari unsur Lembaga Administrasi Negara, BPKP, Sekretariat Negara, Bappenas, Departemen Dalam Negeri, dan Kantor Menkowasbangpan 6

(sekarang Kantor Menpan). Pembahas an intensif tersebut menghasilkan surat Keputusan Kepala LAN No. 589/IX/6/Y/99 tahun 1999 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi. Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 23 Maret 2003 dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah diuraikan secara ringkas mengenai: Pengertian Akuntabilitas; Prinsip-prinsip Akuntabilitas; Perencanaan Stratejik; Perencanaan Kinerja; Pengukuran Kinerja; dan Pelaporan. LAKIP harus disusun secara Jujur,Objektif,dan Akurat, dan transparan, serta memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut : 1. Prinsip Lingkup Pertanggungjawaban. Hal-hal yang harus dilaporkan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dan memuat baik mengenai kegagalan maupun keberhasilan. 2. Prinsip Prioritas. Yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya. 3. Prinsip Manfaat. Manfaat Laporan harus lebih besar dari pada Biaya Penyusunannya; serta Laporan harus mempunyai Manfaat bagi Peningkatan Pencapaian Kinerja. Format LAKIP tersebut di atas lebih merupakan suatu standar minimal, apabila instansi pemerintah bermaksud menambahkan informasi lain yang relevan dan bermanfaat, tentunya akan lebih baik. Penyusunan LAKIP juga harus mempertimbangkan level Penerima Laporan. Semakin tinggi jenjang kedudukan dan jabatan Penerima Laporan (Para Eselon I dan Menteri), maka yang menjadi ruang monitoringnya lebih menekankan kepada hasil (outcome) dan dampak (impact) dari suatu kegiatan atau Program yang dijalankan. Sebaliknya untuk Pimpinan instansi pemerintah yang levelnya lebih rendah, ukuran-ukuran atau indikator yang menjadi pantauannya lebih kepada indikator keluaran (output) dan efisiensi (perbandingan antara output dan input).

1.2.5 Anggaran Berbasis Kinerja


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang ditetapkan oleh Presiden pada tanggal 3 April 2006 ini merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang mempertegas tanggung jawab instansi pengelola fiskal dan pengguna anggaran/barang untuk menyelenggarakan akuntansi dan mempersiapkan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kinerja sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. PP ini berlaku bagi setiap instansi pemerintah pusat mulai tahun anggaran 2006 dan bagi pemerintah daerah mulai tahun anggaran 2007. PP ini, selain memperjelas satuan instansi yang berkedudukan sebagai entitas pelaporan atau entitas akuntansi, juga mewujudkan pengintegrasian laporan pertanggungjawaban kinerja pada laporan pertanggungjawaban keuangan. Pengintegrasian pelaporan keuangan dan kinerja ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan anggaran berbasis kinerja (output) dan memfasilitasi 7

penyederhanaan sistem pelaporan yang selama ini terpisah. Sehubungan dengan itu, PP ini mengintruksikan pengembangan sistem akuntabilitas kinerja yang terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran, sistem perbendaharaan, dan sistem akuntansi pemerintahan. Dengan demikian, terbitnya PP ini berarti memberi pedoman bagi instansi pemerintah bahwa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang selama ini disusun dan disajikan secara terpisah dengan laporan keuangan, harus disusun dan disajikan secara terintegrasi dengan laporan keuangan, sehingga memberi informasi yang komprehensif berkaitan dengan keuangan dan kinerja. Sebagaimana diketahui bahwa dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintah, setiap pengelola keuangan negara/daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan secara akurat, komprehensif, dan tepat waktu. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara telah mensyaratkan penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara/daerah dan badan lainnya. Dinyatakan pula bahwa dalam laporan tersebut perlu dijelaskan mengenai prestasi kerja setiap kementerian negara/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah. Berdasarkan hal tersebut di atas, PP Nomor 8 Tahun 2006 ini mengatur penyajian dan penyampaian laporan keuangan yang terintegrasi dengan laporan kinerja atau prestasi kerja dari setiap instansi pemerintah. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa PP ini mengatur mengenai pelaporan keuangan dan kinerja, serta komponen laporan keuangan. Peraturan pemerintah ini terdiri dari 15 bab dan 38 pasal, serta 6 lampiran, dimana di dalamnya mengatur mengenai pelaporan keuangan dan kinerja, komponen laporan keuangan, penyusunan laporan keuangan, laporan kinerja, suplemen laporan keuangan, pernyataan tanggung jawab, laporan keuangan dan kinerja interim, laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi/tugas perbantuan, laporan pertanggungjwaban bendahara, laporan manajerial di bidang keuangan, laporan pengendali intern, serta ketentuan mengenai sanksi administratif.

1.2.6 Evaluasi atau Audit atas Laporan Pelaksanaan Kinerja


Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) diserahkan kepada pihak terkait segera setelah berakhirnya tahun anggaran. LAKIP disusun sendiri oleh instansi pemerintah berdasarkan pengukuran kinerja yang juga dilakukan sendiri oleh instansi yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan prinsip yang diterapkan dalam Sistem AKIP, yaitu adanya kebebasan dan kemandirian dalam merumuskan, merencanakan, melaksanakan, mengukur, menganalisis dan melaporkan Kinerjanya. Dengan adanya sistem self assestment tersebut, maka akan sulit bagi masyarakat untuk mempercayai begitu saja informasi yang terkandung di dalam laporan kinerja tersebut. Pihak pembuat laporan tentunya akan berupaya dan cenderung untuk menampilkan kinerja yang sebaik mungkin, sehingga mereka akan mendapat penilaian berhasil dan akuntabel. Lebih lanjut dari situasi ini adalah tidak dapat dipercayainya informasi kinerja yang telah disampaikan tersebut. Dalam Inpres 7 tahun 1999, yang ditugasi untuk melakukan evaluasi terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang 8

hasil evaluasinya akan diserahkan kepada Presiden. Dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 10 dan 11 tahun 2004, tugas ini ditata ulang antara Kementerian PAN dangan BPKP. Alasan-alasan diperlukannya Evaluasi Kinerja dalam suatu Proses Implementasi Akuntabilitas adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pengelolaan aktivitas organisasi ke arah yang lebih baik; 2. Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja organisasi; 3. Untuk memberikan Informasi yang lebih memadai dalam menunjang proses pengambilan keputusan. 4. Meningkatkan pemanfaatan alokasi sumber daya yang tersedia; 5. Sebagai dasar peningkatan mutu Informasi mengenai pelaksanaan kegiatan organisasi; 6. Mengarahkan pada sasaran dan tujuan organisasi; 7. Memberikan manfaat Portofolio Individual. Selain itu dalam evaluasi atau tindak lanjut dari Akuntabilitas Kinerja secara spesifik bertujuan untuk a membantu pihak eksekutif dalam mengarahkan tindakan yang akan diambil terkait dengan hasil audit yang diterimanya, dan b memberikan masukan (input) bagi perencanaan strategis audit kinerja pada lembaga audit,dan mendorong pembelajaran dan pengembangan instansi. Ada beberapa standar yang dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi kinerja (performance evaluation standards), yaitu: 1. Ketaatan (compliance), berkaitan dengan upaya audit, dengan mempertanyakan sejauh mana transaksi oleh pemerintah telah sejalan atau sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan; 2. Efisiensi (efficiency), berkaitan dengan sejauh mana instansi pemerintah telah mencapai tingkat produktivitas optimum atas dasar sumber daya yang telah digunakan; 3. Efektivitas (effectiveness), berkaitan dengan sejauh mana tingkat pencapaian tujuan kebijakan atas dasar pemanfaatan sumber daya publik.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Secara Umum
2.1.1 Pengertian LAKIP
Sejak Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) diterbitkan, maka setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah setiap tahunnya menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). SAKIP dibangun di setiap instansi harus mengacu pada Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP merupakan media akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi pemerintah untuk melaksanakan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Media akuntabilitas dibuat secara periodik memuat informasi yang dibutuhkan oleh pihak yang memberi amanah memberikan delegasi wewenang. Melalui media inilah secara formal dapat dilakukan pertanggungjawaban dan bahan untuk menjawab berbagai permasalahan yang diminta oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk menetukan fokus perbaikan kinerja yang berkesinambungan.

2.1.2 Tujuan LAKIP


Tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP adalah untuk mewujudkan akuntabilitas instansi pemerintah kepada pihak-pihak yang memberi mandat. Dengan demikian, LAKIP merupakan sarana bagi instansi pemerintah untuk mengkomunikasikan dan menjawab tentang apa yang sudah dicapai dan bagaimana proses pencapainnya berkaitan dengan mandat yang yang diterima instansi pemerintah tersebut. Selain itu, penyampaian LAKIP kepada pihak yang berhak (secara hierarki) juga bertujuan untuk memenuhi antara lain sebagai berikut. 1. Pertanggungjawaban dari unit yang lebih rendah ke unit yang lebih tinggi, atau pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan. LAKIP ini lebih menonjolkan akuntabilitas manjerialnya; 2. Pengambilan keputusan dan pelaksanaan perubahan-perubahan ke arah perbaikan, dalam mencapai penghematan, efisiensi, dan efektifitas pelaksaaan tugas pokok dan fungsi, serta ketaatan terhadap peraturan peperundangundangan yang berlaku, dalam rangka pelaksnaan misi instansi; 3. Perbaikan dalam perencanaan, khususnya perencanaan jangka menengah dan jangka pendek. LAKIP yang disampaikan oleh instansi pemerintah antara lain bermanfaat:

10

1. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas instansi di mata instansi yang lebih tinggi dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi tersebut. 2. Sebagai umpan balik untuk peningkatan kinerja instansi pemerintah, antara lain melalui perbaikan penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar, mulai dari perencanaan kinerja hingga kepada evaluasi kinerja, serta pengembangan nilai-nilai akuntabilitas di lingkungan instansi tersebut. 3. Mengetahui dan menilai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab instansi. 4. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara baik, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menjalankan kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggungjwabkan kepada masyarakat. 5. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel, sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif, dan resposif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya.

2.1.3 Tahapan Pembuatan LAKIP


Sebelum mengetahui tahapan dalam pembuatan LAKIP, kita harus mengetahui terlebih dahulu format LAKIP. Format LAKIP dapat dilihat di bawah ini. 1. Pengantar Bagian ini menguraikan tentang apa yang sedang dikerjakan oleh satuan kerja, kemudian dasar hukum kewajiban pembuatan LAKIP, kemudian dikemukakan pula capaian-capaian yang telah berhasil dan bila perlu dibndingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya agar ada korelasi dari tiap - tiap capaian. 2. Ikhtisar Eksekutif Pada bagian ini disajikan mengenai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis, serta sejauh mana usaha-usaha yang telah dilakukan oleh satker tersebut dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Menyajikan pula kendala-kendala yang terjadi selama pelaksanaan dalam kurun waktu satu tahun. Menguraikan pula langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan dan langkah-langkah antisipasi dalam mengatasi kendala-kendala yang mungkin terjadi di tahun yang akan datang. Menguraikan pula secara ringkas mengenai beberapa capaian kinerja dari indikator kinerja utama yang dapat menggambarkan antara realisasi dan target (alangkah baiknya dalam bentuk tabel). 3. Bab I : Pendahuluan Pada Bagian ini menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang bersifat umum tentang Latar belakang, Tugas dan Fungsi Instansi, Struktur Organisasi, Rencana Strategis, Rencana Kinerja, Penetapan Kinerja dan Sistematik Penyajian. 3.1 Latar Belakang Menjelaskan mengenai kedudukan satker dan peraturan yang mewajibkan membuat LAKIP sebagai pertanggungjawaban instansi. 3.2 Tugas dan fungsi instansi Menguraikan tentang kedudukan, tugas dan fungsi organisasi dan tata cara kerja. 3.3 Struktur Organisasi Menguraikan dan menjelaskan struktur organisasi serta tatacara kerja instasnsi tersebut dalam sebuah bagan dan menuraikan tugas dan kewnangannya. 3.4. Sistematik penyajian LAKIP 11

Bagian ini menjelaskan sistematik penyajian laporan kinerja dalam kurun satu tahun, yang terdiri dari Pendahuluan, Kebijakan-kebijakan yang akan dicapai, rencana strategik atau rencana kinerja (menyajikan gambaran secara singkat mengenai sasaran utama yang akan dicapai pada tahun yang bersangkutan dan dikaitkan dengan capaian visi dan misi instansi) alangkah baiknya diuraikan satu persatu dimulai dari arah kebijakan, program utamanya, program turunannya serta kegiatan pokok. 3.5. Rencana Kinerja Adalah rencana kegiatan per-tahun yang direncanakan. 3.6. Penetapan Kinerja Pernyataan atau perjanjian mengenai pelaksanaan DIPA. 4. Bab II : Rencana Strategis Merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Muatan Renstra adalah sebagai berikut. a Memuat secara jelas arah masa depan yang hendak dituju (Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran). b Renstra mempertimbangkan kondisi saat ini (Nilai-nilai luhur, analisis dan Misi organisasi). c Memuat cara-cara mencapai tujuan dan sasaran (Kebijakan, Program). d Memuat ukuran keberhasilan (Indikator kinerja). e Rencana Kinerja Tahunan (RKT). f Penetapan Kinerja (PK). 5. Bab III : Kinerja Tahun Berjalan Bab ini menguraikan tentang indikator kinerja masukan, indikator keluaran dan indikator outcome (hasil). Juga menguraikan mengenai hasil capaian kinerja yang strategis dari berbagai output atau outcome yang dihasilkan dari masingmasing satuan kerja. Capaian kinerja kemudian diukur dengan menggunakan indikator tersebut, dimana hasil pengukuran tersebut dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. 6. Bab IV : Capaian Kinerja dan Evaluasi Pada bagian ini diuraikan dan dijelaskan hasil pengukuran kinerja dan evaluasi serta analisis kinerja. Termasuk di dalamnya menguraikan keberhasilan atau kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dialami dan langkan yang telah diambil. Sebaiknya untuk tiap program dibuat dalam bentuk tabel. Analisis capaian kinerja yang akan dilakukan disajikan dalam tabel pula dengan menyebutkan target serta realisasinya, kemudian menjelaskan keberhasilan serta kegagalan program tersebut. Penjelasan mengenai pencapaian sasaran atau program harus disertakan pula kegiatan-kegiatan yang menunjang sasaran atau program tersebut. 7. Penutup Dibagian penutup dikemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan atau kegagalan, dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kinerja instansi serta strategi pemecahannya. 8. Lampiran a. Formulir rencana Strategis; b. Formulir Rencana Kinerja Tahunan; c. Formulir Penetapan Kinerja (PK), PKK dan PPS. Dari format LAKIP tersebut, dapat disimpulkan tahapan dalam penyusunan LAKIP, yaitu: a. Menetapkan dan merumuskan rencana strategis pada tahun berjalan,

12

b. Menetapkan kebijakan dan dan program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, c. Menentukan indikator kinerja sebagai ukuran keberhasilan, d. Menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT), e. Menguraikan indikator kinerja masukan, indikator keluaran dan indikator outcome (hasil), f. Menguraikan hasil capaian kinerja yang strategis dari berbagai output atau outcome yang dihasilkan, dan g. menguraikan dan menjelaskan hasil pengukuran kinerja dan evaluasi serta analisis kinerja, termasuk di dalamnya menguraikan keberhasilan atau kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dialami dan langkan yang diambil.

2.1.4 Evaluasi terhadap LAKIP


Evaluasi LAKIP adalah aktivitas analisis kritis, penilaian yang sistematis, pemberian atribut, pengenalan permasalahan serta pemberian solusi untuk tujuan peningkatan kinerja dan akuntabilitas instansi pemerintah. Alasan perlunya evaluasi dalam suatu proses implementasi akuntabilitas adalah: 1. untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pengelolaan aktivitas organisasi yang lebih baik, 2. untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja organisasi, 3. untuk memberikan informasi yang lebih memadai dalam menunjang proses pengambilan keputusan, 4. meningkatkan pemanfaatan alokasi sumber daya yang tersedia, 5. sebagai dasar peningkatan mutu informasi mengenai pelaksanaan kegiatan organisasi, dan 6. mengarahkan pada sasaran dan memberikan informasi kinerja. Tujuan pelaksanaan evaluasi AKIP adalah sebagai berikut. 1. Untuk memberikan analisis kritis dan penilaian terhadap implementasi sistem AKIP. 2. Untuk memberikan saran perbaikan terhadap implementasi sistem AKIP. 3. Memberikan saran ataupun rekomendasi yang penting guna peningkatan kinerja organisasi instansi dan peningkatan akuntabilitasnya.

2.2 Gambaran untuk Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah Kota Sukabumi
2.2.1 Analisis 2E (Efisiensi, dan Efektivitas) Terhadap Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sukabumi
Indikator kinerja input yang digunakan adalah dana dengan satuan rupiah, tenaga kerja/SDM dengan satuan orang dan kelompok, sarana/prasarana dengan satuan paket, alsintan dengan satuan unit, serta luas lahan dengan satuan Ha. Indikator output yang digunakan bervariasi tergantung pada jenis sasaran yang ditetapkan, seperti jumlah pelatihan yang dilakukan (kali), peningkatan PSK petani/peternak (persen), sarana prasarana (paket). Seperti juga pada indikator output, indikator 13

kinerja outcome yang digunakan juga bervariasi tergantung pada sasaran yang ingin dicapai. Namun demikian terdapat satu kesamaan dalam merumuskan indikator kinerja outcome ini, yaitu indikator tersebut menggambarkan sejauhmana Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi melaksanakan fungsinya dalam melayani masyarakat. Dalam melakukan analisis terhadap 3E, maka kita perlu mengetahui apa saja yang menjadi tujuan serta visi dan misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi tersebut. Visi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi adalah Dengan Iman dan Taqwa Terwujudnya Agribisnis dan Ketahanan Pangan Tahun 2013. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi harus mempunyai misi yang jelas sesuai dengan mandat yang diterima, yaitu: 1. Melaksanakan agribisnis pertanian tanaman pangan dan holtikultura 2. Melaksanakan agribisnis perkebunan dan kehutanan 3. Melaksanakan agribisnis peternakan 4. Melaksanakan agribisnis perikanan 5. Meningkatkan ketahanan pangan. Berdasarkan visi dan misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Sukabumi, maka ditentukan tujuan dan sasaran yang harus dicapai, antara lain sebagai berikut. 1. Meningkatan sumber daya manusia yang profesional di bidang agribisnis. 2. Meningkatkan penguasaan teknologi yang mendukung agribisnis. 3. Memfasilitasi pendanaan yang berpihak pada agribisnis. 4. Memfasilitasi regulasi yang berpihak pada agribisnis. 5. Mewujudkan lingkungan yang mendukung agribisnis. 6. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, sinergitas stakeholder agribisnis. 7. Meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung agribisnis. 8. Meningkatkan ketersediaan pangan dan gizi. 9. Meningkatkan pola konsumsi pangan dan gizi. Berikut ini adalah rincian indikator keberhasilan atau capaian dari tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Sukabumi. a. Terwujudnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang agribisnis Indikator keberhasilan yang diharapkan dari sasaran ini adalah jumlah petani yang mengikuti pelatihan agribisnis (PHT), jumlah kelompok tani yang PSK-nya meningkat, jumlah KTNA yang wawasannya meningkat. Adapun sasaran ini ditunjang oleh tiga program yaitu: Program Peningkatan kesejahteraan petani dengan kegiatan Pelatihan petani dan pelaku agribisnis dan peningkatan kemampuan lembaga tani, Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian dengan kegiatan Penyuluhan dan pendampingan bagi petani. No Indikator Kinerja Satuan 1 Jumlah petani yang mengikuti Orang pelatihan agribisnis (PHT) 2 3 Jumlah kelompok tani yang Kelompok tani PSK- nya meningkat Jumlah KTNA yang KTNA Target 50 50 7 Realisasi 50 50 7 Capaian Kinerja (%) 100 100 100 14

wawasannya meningkat Kumulatif rata rata 100 Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran terwujudnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari tiga buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 100 % yang mempunyai makna baik. b. Terwujudnya penggunaan teknologi yang mendukung agribisnis Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah jumlah petani yang mengikuti sosialisasi mekanisme penangkaran benih padi dan Jumlah kambing PE yang dihasilkan dalam satu tahun. Sasaran ini didukung oleh Program Peningkatan Produksi Pertanian dengan Kegiatan Sertifikasi bibit unggul pertanian dan Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan dengan Kegiatan Pembibitan dan Perawatan Ternak. No Indikator Kinerja Satuan 1 a. Jumlah Petani yang mengikuti Orang sosialisasi dan pelaksanaan penangkaran benih padi b. Luas areal penangkaran HA Target 30 Realisasi 30 Capaian Kinerja (%) 100

4 24

4 24

100 100

c. Jumlah benih sebar (ES/label Ton biru) yang dihasilkan 2 a. Jumlah kambing PE yang Ekor dipelihara dalam 1 tahun b. Jumlah pakan yang digunakan Kg dalam pemeliharaan Kumulatif rata rata

80

76

95

15654

15654

100

99

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran terwujudnya penggunaan teknologi yang mendukung agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari dua buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 99 % yang mempunyai makna Baik. c. Terwujudnya fasilitas pendanaan yang berpihak pada agribisnis Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah Jumlah kemitraan dengan pedagang pengepul gabah yang mendapat bantuan permodalan dan Jumlah gabah yang diproduksi oleh RPC. Sasaran ini didukung oleh Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian dengan Kegiatan Penguatan Modal Kemitraan Pengumpul Gabah. No Indikator Kinerja 1 Satuan Target 1 Realisasi Capaian Kinerja (%) 1 100

a. Jumlah kemitraan dengan pedagang Kelompok pengepul gabah yang mendapat bantuan permodalan

15

b. Jumlah gabah yang diproduksi oleh RPC Kumulatif rata rata

Ton

165

165

100 100

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran terwujudnya fasilitas pendanaan yang berpihak pada agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari satu buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata rata angka capaian Kinerja sebesar 100 % yang mempunyai makna Baik d. Terwujudnya iklim investasi Indikator keberhasilan yang diharapkan dari sasaran ini adalah Jumlah investor dan sektor pendanaan yang berpihak pada agribisnis. Sasaran ini belum didukung oleh program dan kegiatan anggaran, namun demikian dari sektor agribisnis peternakan Cikundul telah bermitra dengan investor. Dan tercapai secara swadaya 50%. No Indikator Kinerja Satuan 1 Intensitas sosialisasi antara investor Kali dan Stakeholders masyarakat agribisnis pertanian Kumulatif rata rata Target 4 Realisasi 2 Capaian Kinerja (%) 50

50

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran terwujudnya iklim investasi agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari 1 (satu) buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif ratarata angka capaian Kinerja sebesar 50 % yang mempunyai makna kurang. e. Terwujudnya lingkungan yang mendukung agribisnis Indikator keberhasilan yang diharapkan dari sasaran ini adalah Jumlah alat laboratorium pertanian dan bibit tanaman yang teroperasionalisasikan dalam mendukung agribisnis dan Luas kawasan lingkungan yang mendukung agribisnis (penghijauan Cikundul). Sasaran ini didukung oleh program peningkatan ketahanan pangan pertanian/perkebunan dengan kegiatan pengembangan perbenihan pembibitan dan program rehabilitasi hutan dan lahan dengan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan. No 1 Indikator Kinerja Jumlah alat-alat laboratorium pertanian dan bibit tanaman yang teroperasionalisasikan dalam mendukung agribisnis Luas kawasan lingkungan yang mendukung agribisnis (penghijauan Cikundul) Kumulatif rata rata Satuan Target Jenis 3 Unit 1 Realisasi 3 1 Capaian Kinerja (%) 100

HA

19

19

100

100

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran Terwujudnya lingkungan yang mendukung agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari dua buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 100 % yang mempunyai makna baik.

16

f. Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, serta sinergitas stakeholder agribisnis Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah Luas lahan yang termanfaatkan dan Jumlah bibit yang termanfaatkan. Sasaran ini didukung oleh program peningkatan ketahanan pangan pertanian/perkebunan dengan kegiatan pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan dan program peningkatan produksi pertanian/perkebunan dengan kegiatan pengembangan bibit unggul pertanian. No Indikator Kinerja 1 Luas lahan yang termanfaatkan 2 Jumlah bibit yang termanfaatkan Kumulatif rata rata Satuan m2 Unit Target 600 1 Realisasi 600 1 Capaian Kinerja (%) 100 100 100

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, serta sinergitas stakeholder agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari 2 (dua) buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 100 % yang mempunyai makna baik. g. Terwujudnya partisipasi aktif masyarakat pertanian dalam pembangunan agribisnis Indikator keberhasilan yang diharapkan dari sasaran ini adalah Jumlah petani yang terlatih agribisnis hortikultura. Sasaran ini didukung oleh program peningkatan kesejahteraan petani dengan kegiatan pelatihan petani dan pelaku agribisnis. No Indikator Kinerja 1 Jumlah petani yang hortikultura Kumulatif rata rata Satuan Target Realisasi Capaian Kinerja (%) agribisnis Orang 50 50 100 100

terlatih

Dari hasil evaluasi outcome terhadap Sasaran Terwujudnya partisipasi aktif masyarakat pertanian dalam pembangunan agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari 1 (satu) buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 100 % yang mempunyai makna baik. h. Terwujudnya sarana dan prasarana pendukung agribisnis Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung agribisnis dan Jumlah benih ikan dalam mendukung agribisnis. Sasaran ini didukung oleh program pengembangan budidaya perikanan dengan kegiatan pengembangan bibit ikan unggul dan pembinaan dan pengembangan perikanan. No Indikator Kinerja Satuan 1 Jumlah sarana dan prasarana yang Unit mendukung agribisnis 2 Jumlah benih ikan dalam ekor mendukung agribisnis Kumulatif rata rata Target 15 Realisasi 15 Capaian Kinerja (%) 100 100 100

3685000 3685000

17

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran terwujudnya sarana dan prasarana pendukung agribisnis diperoleh gambaran bahwa dari dua buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 100 % yang mempunyai makna baik. i. Tersedianya pangan dan gizi Indikator keberhasilan yang diharapkan dari sasaran ini adalah Jumlah pengawasan pupuk dan pestisida. Sasaran ini didukung oleh program peningkatan ketahanan pangan pertanian/perkebunan dengan kegiatan peningkatan mutu dan keamanan pangan. No Indikator Kinerja 1 Jumlah pengawasan pupuk dan pestisida Kumulatif rata rata Satuan Target Realisasi Capaian Kinerja (%) kali 12 12 100 100

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran tersedianya pangan dan gizi diperoleh gambaran bahwa dari satu buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 100 % yang mempunyai makna baik. j. Terpenuhinya gizi berimbang Indikator keberhasilan yang diharapkan dari sasaran ini adalah Frekuensi siaran informasi harga pangan pokok. Sasaran ini didukung oleh program peningkatan ketahanan pangan pertanian/perkebunan dengan kegiatanpemantauan dana analisis Harga Pangan Pokok. No Indikator Kinerja Satuan 1 Frekuensi siaran informasi harga pangan kali pokok Kumulatif rata rata Target 40 Realisasi 36 Capaian Kinerja (%) 90 90

Dari hasil evaluasi outcome terhadap sasaran terpenuhinya gizi berimbang diperoleh gambaran bahwa dari satu buah Indikator Sasaran yang ditetapkan menghasilkan kumulatif rata-rata angka capaian Kinerja sebesar 90 % yang mempunyai makna baik. Dari kesembilan rincian tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi, rata-rata menghasilkan rata-rata angka kumulatif yang menunjukan bahwa kesepuluh program memiliki capaian kinerja yang cukup baik bahwa mencapai 100% dalam capaian kinerja. Prosentasi capaian kurang baik itu ditunjukkan dengan rata-rata angka kumulatif yang hanya mencapai 50% yaitu di sasaran Terwujudnya iklim investasi. Faktor yang menyebabkan sasaran tersebut hanya mencapai 50% adalah karena kurangnya pendanaan dan penganggaran untuk dapat mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut, sehingga dapat diharapkan tujuan dan sasaran ini dapat tercapai pada tahun 2013 nanti sesuai dengan visi dan misi dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi. Analisis Efisiensi Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan dan kegiatan pendukung lainnya yang merupakan kegiatan program khusus. Penetapan Indikator Kinerja Kegiatan didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus

18

diorganisir. Rencana kinerja tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi pada TA. 2009, disusun dalam bentuk kegiatan yang terdiri dari : 1. Pemanfaatan Pekarangan Untuk Pengembangan Pangan 2. Pengembangan Pembenihan/Pembibitan 3. Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan 4. Pelatihan Petani dan Pelaku Agrobisnis 5. Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani 6. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian Perkebunan 7. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian 8. Sertifikasi Bibit Unggul/Pertanian 9. Penyuluhan dan Pendampingan Bagi Pertanian 10. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak 11. Pembibitan dan Perawatan Ternak 12. Pendistribusian Bibit Ternak 13. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana Pasar Produksi Hasil Peternakan 14. Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitas Hutan dan Lahan 15. Pengembangan Bibit Ikan Unggul 16. Pembinaan dan Pengembangan Perikanan 17. Pemantauan dan analisis akses harga pangan pokok 18. Penguatan Modal Kemitraan Asosiasi Para Pengumpul Gabah. Dari Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi tahun 2009 dan setelah diadakan PengukuranKinerja Kegiatan (PKK) dengan membandingkan antara Input dan Output, maka dapat dianalis efisiensi dan efektifitasnya seperti disajikan pada tabel berikut. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kegiatan %Efisiensi %Efektivitas Pemanfaatan Pekarangan Untuk 99,14 100 Pengembangan Pangan Pengembangan Pembenihan/Pembibitan 98,26 100 Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan Pelatihan Petani dan Pelaku Agrobisnis Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani 100 99,52 98,16 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Keterangan Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan 19

Penyediaan Sarana Produksi Pertanian 95,37 Perkebunan Pengembangan Bibit Unggul Pertanian 99,13 Sertifikasi Bibit Unggul/Pertanian 96,73

Penyuluhan dan Pendampingan Bagi 97,45 Pertanian Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan 88,39 penyakit menular ternak Pembibitan dan Perawatan Ternak 104,19

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Pendistribusian Bibit Ternak

100

100 100 100 100 100 100 100

Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan 97,89 prasarana Pasar Produksi Hasil Peternakan Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan 98,95 Gerakan Rehabilitas Hutan dan Lahan Pengembangan Bibit Ikan Unggul 98,95 Pembinaan dan Pengembangan Perikanan 99,52

Pemantauan dan analisis akses harga 111,11 pangan pokok Penguatan Modal Kemitraan Asosiasi Para 100 Pengumpul Gabah

dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif Sesuai Harapan dan Efektif

Analisis efisiensi kinerja kegiatan yang tercantum dalam tabel atas merupakan hasil ringkasan dari isi LAKIP ini. Walaupun dari jumlah capaian tingkat efisiensi dan efektivitas yang sesuai dengn harapan namun terdapat kelemahan yang terdapat dalam LAKIP ini yaitu tidak tersedianya lampiran yang menunjukan data kinerja kegiatan tersebut serta tidak jelasnya suatu standar indikator penilaian yang tercantum untuk ke-18 Rencana Kerja Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi.

20

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan dan Saran
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi sudah memenuhi standar atau format umum yang terdapat dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 23 Maret 2003 dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Walaupun terdapat kelemahan yaitu tidak terdapatnya data atau lampiran tambahan yang menunjukan indikator dan penjelasan tentang analisis efisiensi kinerja Rencana Kerja Tahunan. Kalau dilihat dari program rencana tersebut tidak ada suatu program yang bersifat rahasia sehingga seharusnya data atau lampiran pendukungnya dapat disajikan kepada masyarakat umum sebagai salah satu bentuk komunikasi dan pertanggungjawaban pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan kepada masyarakat (stakeholders). Melihat dari sisi efisien dan efektivitas dari beberapa tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan program yang dijalankan untuk mencapai visi dari Dinas tersebut yaitu Dengan Iman dan Taqwa Terwujudnya Agribisnis dan Ketahanan Pangan Tahun 2013, sudah memiliki prosentasi capaian yang baik bahkan mencapai 100%. Dari kesembilan macam tujuan dan sasaran yang harus dicapai terdapat satu sasaran yang hanya mencapai 50%, penyebabnya adalah belum tersedianya anggaran untuk mewujudkan sasaran tersebut pada tahun 2009. Masih ada selang waktu perbaikan yang harus dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk mencapai kinerja yang sangat memuaskan dengan indikator semua tujuan dan sasaran tercapai 100% pada tahun 2013. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan bantuan dan dorongan tidak hanya dari Pemerintah Kota Sukabumi melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan tetapi juga masyarakat yang ikut serta dalam mewujudkan visi tersebut sehingga dampak kepada masyarakat secara langsung dapat terasa yaitu meningkatnya ketahanan pangan, meningkatnya jumlah produksi pertanian yang dihasilkan, serta meningkatkan perekonomian masyarakat Sukabumi.

21

DAFTAR PUSTAKA

http://images.opayat.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@AkcQoKCCkAAFzCXU 41/MODUL%20PELATIHAN%20Pengantar%20Evaluasi%20LAKIP.pdf?key=opayat:journal:146 &nmid=86942345 http://www.ipsk.lipi.go.id/file/SOSIALISASI%20PENYUSUNAN%20LAKIP%20FINAL.pdf

22

Você também pode gostar