Você está na página 1de 3

ANIF MAGHFUR 2201409068 FRIDAY, 507-508

LANGUAGE TEACHING METHOD


MENDORONG PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DALAM KELAS BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA ASING Ketika Rosane Correia mengetahui bahwa salah satu siswanya lebih memilih mengerjakan soal matematika daripada membaca materi bacaan, ia mulai memikirkan cara untuk membuat kegiatan membaca menjadi aktifitas yang menarik dan membuat siswanya menjadi pembaca yang kritis. Ia memberikan contoh pembelajaran membaca melalui aktifitas alternatif yang berbeda dan tidak membosankan. Aktifitas yang membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pembaca yang kritis. Pembelajaran membaca aktif dan pasif Davies (1995) membedakan pembelajaran membaca menjadi dua jenis yaitu aktif dan pasif. Pembelajaran membaca pasif meliputi aktifitas membaca dimana siswa hanya diharapkan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan pilihan ganda, pernyataan benar-salah, dan beberapa kosakata dengan memberikan sinonim atau antonim. Siswa tidak harus memahami isi bacaan secara menyeluruh sehingga mengakibatkan potensi belajar siswa menjadi sangat terbatas. Sementara itu pembelajaran membaca aktif mengharuskan setiap siswa untuk membaca dan memahami isi bacaan secara menyeluruh. Aktifitas ini biasanya melibatkan siswa untuk belajar secara berpasangan atau belajar dalam kelompok, baik melalui maupun tanpa melalui bimbingan dari guru untuk menemukan jawaban dari suatu pertanyaan. Siswa dapat menentukan pokok pikiran suatu bacaan dan membedakannya dengan informasi pendukung lainnya. Hal tersebut dapat membantu siswa menjadi pembaca yang lebih efisien. Pembelajaran membaca aktif dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya meminta siswa untuk membuat rangkuman atau mereview suatu buku. Kelebihan utama pembelajaran membaca aktif adalah mampu meciptakan interaksi antara siswa dengan materi bacaan maupun dengan siswa yang lain. Guru disini lebih berperan sebagai fasilitator namun dapat juga berpartisipasi dalam kegiatan diskusi. Kegiatan ini dapat mendorong siswa untuk lebih berani mengungkapkan pendapat mereka sendiri terhadap suatu bacaan dan mendiskusikan pendapatnya dengan siswa lain maupun dengan guru. Berdasarkan studi kasus Rosane Correia dalam pengalamannya mengajar delapan mahasiswa asal Brazil yang sudah belajar bahasa Inggris selama lima tahun, ia menyimpulkan
1|Reading Response

bahwa materi bacaan yang berhubungan dengan latar belakang atau budaya siswa akan lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa. Materi tersebut dapat dengan mudah diperoleh dari koran dan majalah berbahasa inggris yang berhubungan dengan topik sehari-hari. Seperti yang disarankan oleh Brown (1994), seharusnya ada tiga fase dalam pembelajaran membaca. Fase pertama adalah diskusi sebelum membaca untuk mengenalkan dan memberikan gambaran umum mengenai topik bacaan kepada siswa sehingga memudahkan mereka untuk memahami teks. Aktifitas ini disebut ReQuest. Siswa diminta untuk membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan topik sebelum mereka membaca teks yang akan dibahas. Fase berikutnya adalah fase kegiatan saat membaca. Dalam fase ini, siswa membaca teks bacaan secara menyeluruh untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang telah mereka buat sebelumnya. Dalam kenyataannya, tidak semua siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaan mereka didalam teks yang telah mereka baca. Setelah itu, guru mengajak siswa untuk berdiskusi bersama mengenai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dalam bacaan. Hal ini dapat membantu siswa menjadi lebih kritis dalam menyikapi suatu bacaan. Fase terakhir adalah fase setelah membaca. Siswa diberikan beberapa pertanyaan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap teks yang telah mereka baca. Tujuan penting dari kegiatan ini adalah agar siswa mampu berpikir kritis dan dapat mengerti apakah teks yang telah didiskusikan sebelumnya itu bertujuan untuk memberikan informasi, mempengaruhi, atau hanya untuk menghibur pembacanya. Di fase ini, guru dan siswa juga dapat berdiskusi mengenai struktur teks dan penggunaan-penggunaan majas atau gaya penulisan dalam teks. Setelah selesai berdiskusi, Siswa diminta untuk membuat rangkuman dari materi tersebut untuk dibahas secara bersamasama dalam pertemuan selanjutnya. Siswa saling bertukar hasil dari rangkuman yang telah mereka buat. Dari kegiatan tersebut siswa diajarkan untuk memahami bahwa perbedaan pemahaman itu adalah hal yang wajar dan memang diperlukan dalam pengembangan membaca kritis siswa. Sebagai seorang mahasiswa bahasa Inggris, pembelajaran membaca sudah tidak asing lagi bagi saya. Namun hal yang saya dapatkan dalam pembejaran membaca sangat jauh berbeda dengan pembelajaran membaca aktif. Dalam beberapa mata kuliah membaca (reading) yang sudah saya lalui, masih ada dosen yang menggunakan metode mengajar tradisional. Siswa hanya diberikan materi bacaan bentuk buku pegangan (handout) dimana semua materi bacaan tersebut sudah dilengkapi dengan beberapa pertanyaan pilihan ganda, teks rumpang, dan beberapa kosakata yang harus dicari sinonimnya. Siswa tidak perlu berfikir mengenai isi keseluruhan dari teks bacaan tersebut, yang perlu dilakukan adalah mencari tahu kata kunci dari pertanyaan yang ada kemudian menemukan jawabannya yang sudah pasti ada atau tertera didalam teks bacaan. Tujuan dari kegiatan ini sebenarnya cukup bagus yaitu untuk melatih siswa mendapatkan informasi dengan cepat tanpa harus membaca dan memahami isi bacaan secara menyeluruh. Jika dilakukan sekali atau dua kali mungkin akan membuat siswa menjadi bersemangat untuk melakukan kegiatan tersebut. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang menyepelekan kegiatan tersebut karena kegiatan dilakukan selama satu semester penuh yang membuat siswa
2|Reading Response

menjadi merasa sangat bosan dan menyepelekannya karena menganggap hal tersebut sangat mudah dan tidak menantang. Kebanyakan siswa umumnya sudah mengetahui kebiasaan dosen dalam memberikan kegiatan tersebut dimana siswa hanya perlu memberikan jawaban yang sama atas beberapa pertanyaan yang sudah disediakan. Meskipun sebenarnya pertanyaan tersebut sangat mudah namun banyak siswa yang merasa bosan dan akhirnya tidak mau membaca dan hanya tinggal menyalin jawaban dari beberapa teman yang sudah mengerjakan ataupun menyalin jawaban dari kelas yang sudah berlangsung sebelumnya. Hal baru yang saya dapatkan dari artikel ini adalah saya menjadi sadar dan tahu pentingnya mengajarkan siswa untuk menjadi pembaca yang kritis. Melatih siswa untuk menjadi pembaca yang kritis akan membuat siswa menjadi lebih aktif. Selain itu siswa juga akan berusaha untuk memahami isi teks secara menyeluruh dan memberikan opini mereka terhadap suatu bacaan berdasarkan latar belakang dan pemahaman yang berbeda dari masing-masing siswa. Hal ini akan membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan pendapat. Siswa juga diajarkan untuk menyikapi perbedaan pendapat tersebut melalui diskusi untuk mengutarakan pendapat sendiri dan mendengarkan pendapat orang lain sehingga wawasan siswa akan semakin luas dengan berbagi perbedaan pendapat yang ada. Dan pada akhirnya siswa akan mampu menentukan mana jawaban yang lebih baik terhadap suatu pertanyaan atau masalah yang sedang dihadapi. Materi bacaan yang aktual dan berkaitan dengan latar belakang atau budaya siswa juga akan membuat siswa lebih tertarik untuk membaca dan mengkajinya lebih dalam. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator harus bisa memberikan variasi topik yang menarik agar siswa menjadi tertantang dan tidak merasa bosan. Sebagai seorang calon guru saya menjadi tersadarkan dan sangat terbantu oleh artikel karya Rosane Correia ini. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan untuk siswa agar mereka merasa nyaman sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Kita juga harus memahami karakteristik dari siswa kita sehingga dapat menentukan materi pembelajaran dan metode pembelajaran yang paling efektif untuk digunakan. Partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran akan membuat materi yang yang dibahas mampu diserap optimal oleh siswa. Oleh karena itu sebisa mungkin guru harus menghindari pembelajaran yang monoton atau hanya menjelaskan materi secara lisan kepada siswanya. Dalam menjelaskan suatu materi sebaiknya guru mendengarkan terlebih dahulu pendapat siswa mengenai topik tersebut sehingga guru akan mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang akan dibahas. Dari hal tersebut guru dapat mengetahui hal apa saja yang sudah dikuasai siswa dan dapat menentukan bagian mana yang harus lebih ditekankan sehingga pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien. Jadilah guru yang cerdas untuk menciptakan generasi yang cerdas.

3|Reading Response

Você também pode gostar