Você está na página 1de 4

Kedudukan Qawaidul Fiqhiyah Kaidah fiqh dibedakan menjadi dua, yaitu :1.

Kaidah fiqh sebagai pelengkap, bahwa kaidah fiqh digunakan sebagai dalil

setelahmenggunakan dua dalil pokok, yaitu al-Quran dan sunnah. Kaidah fiqh yang dijadikans e b a g a i d a l i l p e l e n g k a p t i d a k a d a u l a m a ya n g m e m p e r d e b a t k a n n ya , a r t i n ya u l a m a sepakat tentang menjadikan kaidah fiqh sebagai dalil

pelengkap.2 . K a i d a h f i q h s e b a g a i d a l i l m a n d i r i , b a h w a k a i d a h f i q h d i g u n a k a n s e b a g a i d a l i l h u k u m ya n g b e r d i r i s e n d i r i , t a n p a m e n g g u n a k a n d u a d a l i l p o k o k . D a l a m h a l i n i p a r a ulama berbeda pendapat tentang kedudukan kaidah fiqh sebagai dalil hokum mandiri.Imam al-Haramayn al-Juwayni

berpendapat. kaidah fiqhboleh dijadikan dalilmandiri.Namun al_Hawani menolak pendapat I mam al-Haramayn al-juwayni. Menurutnya,menurut al-Hawani, berdalil

hanya dengan kaidah fiqh tidak dibolehkan. Al-Hawanimengatakan bahwa setiap kaidah bersifat pada umumnya, aglabiyat, atau aktsariyat. Olehkarena itu, setiap kaidah mempunyai pengecualian-pengecualian. Karena memilikipengecualian yang kita tidak mengetahui secara pasti pengecualian-pengecualiantersebut, kaidah fiqh tidak dijadikan sebagai dalil yang berdiri sendiri merupakan jalankeluar yang lebih bijak.Kedudukan kaidah fiqh dalam kontek studi fiqh adalah simpul sederhana dari masalah-masalah fiqhiyyat yang begitu banyak. Al-syaikh Ahmad ibnu al-Syaikh Muhammad al-Zarqa berpendapat sebagai berikut : kalau saja tidak ada kaidah fiqh ini, maka hukumfiqh yang bersifat furuiyyat akan tetap bercerai berai.D a l a m k o n t e k s t u d i f i q h , a l - Q u r a f i m e n j e l a s k a n b a h w a s ya r a h m e n c a k u p d u a h a l : pertama, ushul; dan kedua, furu, Ushul terdiri atas dua bagian, yaitu ushul al-Fiqh yangdidalamnya terdapat patokan-patokan yang bersifat kebahasaan; dan kaidah fiqhyang didalamnya terdapat pembahasan mengenai rahasiarahasia syariah dan kaidah-kaidah darifuru yang jumlahnya tidak terbatas.VII. Sistematika Qawaidul FiqhiyahPada pembagian umumnya pembahasan qawaidul fiqhiyah berdasarkan

kaidah-kaidahasasiah dan kaidah-kaidah ghairu asasiah. Kaidah-kaidah

asasiah adalah kaidah

yangd i s e p a k a t i o l e h I m a m M a z h a h i b t a n p a d i p e r s e l i s i h k a n k e k u a t a n n y a , j u m l a h k a i d a h asasiah ada 5 macam, yaitu :1. Segala macam tindakan tergantung pada tujuannya2. Kemudaratan itu harus dihilangkan3. Kebiasaan itu dapat menjadi hukum4. Yakin itu tidak dapat dihilangkan dengan keraguan5. Kesulitan itu dapat menarik kemudahan.Sebagian fuqaha menambah dengan kaidah tiada pahala kecuali dengan niat.Sedangkan kaidah ghairu asasiah adalah kaidah yang merupakan pelengkap dari kaidahasasiah, walaupun keabsahannya masih tetap diakui.VIII. Perbedaan Kaidah Ushul dan Kaidah Fiqh1. Kaidah ushul adalah cara menggali hukum syara yang praktis. Sedangkan kaidah fiqha d a l a h k u m p u l a n hukum-hukum ya n g serupa ya n g muncul kembali sebelum kepada furu satu hukum Sedangkan

y a n g sama.2. Kaidah-kaidah ushul

(cabang).

kaidah fiqh munculsetelah furu.3. Kaidah-kaidah ushul menjelaskan masalah-masalah yang terkandung di dalamberbagai macam dalil yang rinciyang memungkinkan dikeluarkan hukum dari dalil-dali Peran al-Qawaid al-Fiqhiyyah dalam Istinbath HukumDalam memposisikan al-qawaid alfiqhiyyah sebagai dalil istinbath hukum dapat diamatidari berbagai pendapat ulama tentang masalah tersebut. Dalam kaitan ini, Al al-Nadawmemaparkan sejumlah pendapat ulama tentang masalah ini. Imam Haramain al-Juwainid a l a m k i t a b n ya a l G h a y t s k e t i k a m e n j e l a s k a n t e n t a n g k a i d a h i b a h a h d a n b a r a a h zimmah menegaskan bahwa ia tidak bermaksud menggunakan kedua kaidah tersebuts e b a g a i d a l i l . I n i i s ya r a t d a r i i m a m H a r a m a i n u n t u k t i d a k m e n g g u n a k a n k a i d a h f i q h sebagai dalil istinbath hukum. Al-Hamaw dengan ungkapan lebih tegas menyatakanpenetapan fatwa tidak boleh didasarkan kepada kaidah fiqh karena ia tidak bersifat kulli,t e t a p i b e r s i f a t a q l a b i y y a h ( k e b a n y a k a n ) . I s y a r a t s e r u p a d i k e m u k a k a n p u l a o l e h A l Khaidar dalam syarah al-Majallah al-Adliyyah bahwa mereka yang

berwenangmenetapkan hukum tidak boleh menetapkan hukum dengan semata-mata berpijak padaal-qawaid al-fiqhiyyah.Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa banyak ulama yang tidak membolehkan pemakaian al-qawaid fiqhiyyah sebagai dalildalil dalam menetapkanhukum. Sebab, tidak logis menjadikan sesuatu yang merupakan himpunan dari sejumlahpersoalan fur (fiqh) sebagai dalil dari dalil syara. Namun, kesimpulan ini tidak dapatdiberlakukan secara umum, mengingat sebagian al-qawaid fiqhiyyah ada yang langsungdidasarkan dan disandarkan pada dalil-dalil dari Quran dan Sunnah (nash).Ada
2

beberapa al-qawaid fiqhiyyah yang dapat dijadikan dalil dalam menetapkan hukum.Pertama, kaidah yang menegaskan Al-qawaid al-fiqhiyyah merupakan kaidah bersifat umum meliputi sejumlah masalah fiqhdan melaluinya dapat diketahui hukum masalah fiqh yang berada dalam lingkupnya. Alq a w a i d a l f i q h i y y a h ya n g d i r u m u s k a n p a r a u l a m a ya n g t i d a k l a n g s u n g t e r a mbil danberdasarkan nash tidak dapat dipakai sebagai dalil dalam

m e n e t a p k a n h u k u m I s l a m . Sebab, tidak logis menjadikan sesuatu yang merupakan himpunan dari sejumlahpersoalan fur (fiqh) sebagai dalil dari dalil syara. Namun, apabila kaidah fiqh itulangsung didasarkan dan disandarkan pada dalil-dalil dari Quran dan Sunnah (nash), iadapat dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan hukum. Urgensi Qawaidul FiqhiyahKaidah fiqh dikatakan penting dilihat dari dua sudut :1. Dari sudut sumber, kaidah merupakan media bagi peminat fiqh Islam untuk memahamidan menguasai muqasid al-Syariat, karena dengan mendalami beberapa nashsh, ulamadapat menemukan persoalan esensial dalam satu persoalan2. Dari segi istinbath alahkam, kaidah fiqh mencakup beberapa persoalan yang sudahdan belum terjadi. Oleh karena itu, kaidah fiqh dapat dijadikan sebagai salah satu alatdalam menyelesaikan persoalan yang terjadi yang belum ada ketentuan atau

kepastianhukumnya.A b d u l W a h a b K h a l l a f d a l a m u s h u l f i q h n y a b e r t k a t a b a h w a h a s h - n a s h t a s yr i k t e l a h mensyariatkan hokum terhadap berbagai macam undangundang, baik mengenai perdata,pidana, ekonomi dan undang-undang dasar telh sempurna dengan adanya nash-nash yangmenetapkan prinsip-prinsip umum dan qanun-qanun tasyrik yang kulli yang tidak terbatassuatu cabang undang-undang.Karena cakupan dari lapangan fiqh begitu luas, maka perlu adanya kristalisasi berupakaidah-kaidah kulli yang berfungsi sebagai klasifikasi masalah-masalah furu

menjadib e b e r a p a k e l o m p o k . D e n g a n b e r p e g a n g p a d a k a i d a h k a i d a h f i q h i ya h , p a r a m u j t a h i d merasa lebih mudah dalam mengistinbathkan hukum bagi suatu masalah, yakni denganmenggolongkan masalah yang serupa di bawah lingkup satu kaidah.Selanjutnya Imam Abu Muhammad Izzuddin ibnu Abbas Salam menyimpulkan bahwakaidah-kaidah fiqhiyah adalah sebagai suatu jlan untuk mendapatkan suatu kemaslahatandan menolak kerusakan serta bagaimana menyikapi kedua hal tersebut. Sedangkan al-Qrafy dalam al-Furuqnya menulis bahwa seorang fiqh tidak
3

akan besar pengaruhnyatanpa berpegang pada kaidah fiqhiyah, karena jika tidak berpegang paa kaidah itu makahasil ijtihatnya banyak pertentangan dan berbeda antara furu-furu itu. Denganberpegang pada kaidah fiqhiyah tentunya mudah menguasai furunya dan mudahdipahami oleh pengikutnya

Você também pode gostar