Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. TUJUAN PERCOBAAN 1.Untuk mengetahui komponen jaringan listrik pada umumnya. 2.Mengetahui besarnya tegangan pada setiap busbar dari suatu system tenega. 3.Menghitung aliran-aliran daya dan memeriksa apakah peralatan yang ada dalam sistem cukup untuk menyalurkan daya yang diinginkan. 4.Mendistribusikan beban secara merata dan seimbang. 5.Mengetahui efek pembebanan terhadap jaringan transmisi. 6.Mengetahui jaringan dan rugi-rugi transmisi pada jaringan transmisi. 7.Melihat pengaruh pemsangan kapasitas pada busbar terhadap tegangan dan rugi-rugi transmisi. B. DASAR TEORI Suatu sistem saluran transmisi merupakan sistem transmisi sederhana yang disimulasikan dalam praktikum ini. Sistem transmisi tersebut terdiri atas 2
pembangkit tenaga listrik (posisi utara dan selatan), transformaor, 5 busbar (1 buah busbar refarensi/slack bus di utara, 1 buah bus generator/P-V bus di selatan, dan 3 busbar pembebanan /P-Q bus masing-masing di Danau Utara ELM), 5 gardu induk (2 gardu induk pembangkit dan 3 gardu induk transmisi) serta 7 saluran tranmisi yang saling interkoneksi. Selain itu juga terdapt peralatan lainnya seperti kapasitor shunt, circuit breaker, dsb yang dipassang pada saluran transmisi.
Dalam sistem transmisi tersebut akan diperhadapkan beberapa permasalahaaan menyangkut pengaliran daya disetiap saluran, antara lain : 1. Daya Pada Saluran Daya pada saluran transmisi terdiri atas 2, yaitu daya aktif dan daya reaktif. Daya aktif adalah daya termamfaatkan sedangkan daya reaktif adalah daya yang hanya berputar dalam rangkaian listrik saja, tanpa dapat dikonversikan kebentuk daya yang lain. Total daya yang mengalir didefenisikan sebagai daya semu sebesar : S = P jQ Dimana : S = Daya semu (MVA) P = Daya aktif (MW) JQ = Daya reaktif (MVAR) Besarnya daya disetiap salurans transmisi sangat ditentukan oleh besar tegangan yang diberikan/diperlukan pada saluran transmisi. Pemilihan besar tegangan ini tentunya didasarkan perhitungan analisa daya pada setiap bus dan saluran, selain itu atas dasar pertimbangan isolasi dan biaya, serta rugi-rugi. Untuk mengalirkan daya dari suatu gardu pembangkitan atau gardu induk transmisi ke saluran transmisi secara teoritis, haruslah ada perbedaan jatuh tegangan pada sisi pengiriman dan penerimaan aliran daya. Tentunya pada sisi pengiriman harus mempunyai tegangan yang lebih besar dibanding sisi penerimaan. Namun secara secara teoritis juga menyatakan syarat interkoneksi suatu sistempembangkit, yaitu tegangan jala-jala harus sama. Hal ini dapat diatasi dengan mengatur sudut fasa tegangan . Adanya perbedaan sudut fasa tegangan
menyebabkan perbedaan arah vektoryang pada akhirnya menyebabkan mengalirnya daya ke saluran transmisi sesuai dengan yang diinginkan. 2. Rugi-rugi Penyaluran Daya Hilangnya daya (rugi daya) pada saluran transmisi yang terbesar/utama adalah hilangnya aya pada penghantar. Besarnya rugi-rugi aliran daya sebesar P = 3 I2
R pada saluran tiga fasa. Rugi-rugi tersebut diperoleh dari selisih antara daya pada pangkal pengiriman (sending end) dengan daya pada ujang penerimaan (receiving end). 3. Kemampuan Kerja Komponen Jaringan Transmisi Dalam hal ini adalah sejauh maana suatu kinerja komponen jaringan transmisi yang bekerja secara interkoneksi apabila akan melayani suatu beben atau daya yang di alairkan tidak sesuai denagan batas kemampuan kerja peralatan tersebut sebagai salah satu contoh pada gambar sistem saluran transmisi pada Gambar 3.1 yaitu apabila kita meninjau sisi pembebanan pada gardu induk UTAMA yang memperoleh aliran dari daya dari 2 gardu induk, yaitu gardu induk transmisi DANAU (saluran4) dan gardu induk pembangkit SELATAN (saluran 5) jika pada saluran 4 tiba-tiba mengalami masalah/gangguan yang menyebabkan gardu induk transmisi SELATAN tidak dapat mendistribusikan daya ke gardu induk transmisi UTAMA sementara gardu induk tersebut melayani beben yang cukup besar bila di lakukan pemaksaan secara penyaluran daya melalui salurann 5 untuk menjaga kontinuitas pelayanan, tentunya karena berdampak pada kabel trasmisi yang di gunakan pada saluran tersebut, kabel transmisi tersebut tidak mampu
mengalirkan/menerima daya .besar dalam hal ini besaran arus dapat merusak kawat penghantar yang di guanakan pada saluran 5 . 4. Arah Aliran Daya Didalam suatu sistem saluran transmisi arah aliran daya aliran merupakan hal yang sangat penting arah aliran daya yang dimaksud disini adalah arah aliran daya di setiap salurarr yang menghubungkan gardu induk dengan yang lain. Ada dua sisi pada sistem transmisi yang menyangkut pada hal ini, yaitu sisi pengiriman aliran daya dan sisi penerimaan aliran daya setiap gardu induk. Dimana kondisi yang ideal adalah aliran daya akan mengarah dari gardu induk utama menuju ke gardu induk transmisi. Arah aliran daya yang yang rawan berlawanan dengan kondisi ideal adalah jenis daya reaktif JQ , tanda sangat di tentukan oleh beban yang di gunakan yaitu beban induktif (L) dan beban kapasitif (C). Beban
induktif menandakan arah vektor langging yang berakibat kondisi yang berlawanan kondisi ideal. Untuk mengatasi hal tersebut di pasang kapasitor (capasitor shunt) pada gardu induk bersangkutan. Karena sifat kapasitif dan kapasitor yang menyebabkan arah vektor leading ( menyebabkan kondisi ideal ) Data Data yang di perlukan dalam anlisa aliran daya a. Data saluran transmisi b. Data transpormator dan tap nya c. Data bus ( pembangkitan dan pembebanan ) d. Data tambahan ( misalnya kapasitor )
Data saluran transmisi yang di maksud adalah harga-harga tahanan (R) reaksi (X) dan suspetansi ke tanah (Y/2) setiap cabang saluran transmisi data tersebut biasanya per unit untuk transformator adalah reaksi dan tap-tapnya. Data-data bus yang dimaksud adalah data pembangkitan ( Pg dan QB ) yang dinyatakan dalam per MW , dan MVAR serta tegangan bus dalam satuan persen atau per unit. Data tambahan yang dimaksud misalnya penggunaan kapasitor shunt. Macam macam bus dan besaran besaran Dalam study tenaga listrik, di kenal tiga macam bus. Bus-bus tersebut adalah a. Slack bus/Swing bus atau bus referensi Adalah suatu bus yang selalu mempunyai besaran dan sudut-sudut fasa yang tetap dan telah di berikan sebelumnya, pada bus ini berfungsi untuk mencatu rugi-rugi kekurangan daya pada jaringan, dimana hal ini penting karena kekurangan daya tidak dapat di capai kecuali terdapat suatu bus yang mempunyai rugi daya tak terbatas sehingga dapat mengimbangi rugi-rugi b. Voltage controlled bus atau bus generator (p-v) Pada tipe bus ini dimana besarnya tegangan dan daya reaktif di ketahui, sedangkan dua lainya di dapat dari hasil perhitungan hasil akhir perhitungan . c. Load bus bus atau beban (P-Q bus) Tipe bus ini daya akti dan daya reaktif di ketahui sedangkan dua lainya di dapat dari hasil perhitungan pada tiap-tiap terdapat 4 besaran, yaitu : Daya rela p Daya reakti Q
Harga skalar tegangan (v) Sudut fasa tegangan Pada tiap-tiap bus hanya 2 macam besaran yang di tentukan, sedangkan 2 macam besaran yang lainya merupakan hasil akhir perhitungan. Besaran-besaran yang ditentukan itu adalah : a. Slack bus : harga skalar (v) dan sudut Fasnya b. Voltage controlled bus : daya ril p dan harga tegangan (V) Metode perhitungan daya dalam suatu sistem transmisi memanfaatkan analisa penyelesaian persamaan non linear yang cukup rumit metode yang biasa di gunakan untuk menghitung aliran daya pada sistem saluran transmisi adalah metode Fast decouple pada praktikum ini untuk menghitung aliran daya pada sistem tersebut di bantu dengan menggunakan program komputer yang merupakan aplikasi pemanfaatan metode fast decouple. C. ALAT DAN BAHAN 1. 2. 3. komputer 1buah floppy disk 1 buah kertas secukupnya
D. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Menyiapkan perlatan yang di gunakan baik piranti keras maupun lunak 2. Menghidupkan komputer dengan menggunakan program DOS kedalam sistem komputer (Drive C) 1. Memasukan disket program ke draive C, untuk melihat isinya di tuliskan C/DIR ENTER
(Program daya aliran ini di tulis misalnya dengan nama file ALDA, datanya di tulis dengan nama file data 1 dan hasilnya dngan nama file HASIL PRO ) . 2. Pada saat masukan ada tiga buah data trafo dengan tap yang dapat diubah-ubah dan beberapa buah kapasitor. Pada RUN pertama mengatur ketiga trafo pada tap 1,0 dan kapasitor = 0,000.untuk itu dapat dituliskan A\ALDA ENTER
5. Memeriksa hasil-hasil perhitungan dengan aliran daya untuk itu dapat di tuliskan : A\TYPE HASIL PRO PRN ENTER
setelah di perbaiki daya hasil yang telah di tulis dicetak di kertas. 6. Jika hasil-hasil pada point 5 tidak memenuhi kriteria, maka tap-tap transformator diatur pada posisi 0,950. Cara mengubah data di tuliskan A\SK ENTER
Buku file data 1 dan data 1 di tulis pada Name of to edit ? data 1 ENTER
Setelah di perbaiki mensave data yang telah di edit, untuk itu menekan F2 setelah melakukan RUN 2
7.Menambahkan kapasitor pada salah satu atau beberapa kapasitor, melihat pengaruhnya. Mengganti trafo dan melihat bagaimana pengaruhnya memodifikasi data-data sperti P, X dan Y/2 (shunt). Kemudian
E.
DATA PENGAMATAN Data percobaan pertama G1 = G2 = G3 = R1 = 100 V 150 V 200 V 4 ohm 1. Variasi pertama. Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 = Ampere -23,2558 -11,6279 -11,6279 1,1628 -11,6279 -12,7907 100 V 150 V 200 V R2 = R3 = R4 = R5 = 3 ohm 5 ohm 3 ohm 1 ohm
Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Ampere -11,6071 -11,6071 -10,7143 -0,8929 -0,8929 0,0000 100 V 150 V 200 V
G2 = G3 = R1 =
R3 = R4 = R5 =
1. Variasi pertama. Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 = Ampere -12,1860 -4,0930 -4,0930 -0,7907 -8,0930 -7,3023 220 V 250 V 260 V
Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Arus
Ampere
Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
G3 = R1 =
R4 = R5 =
3 ohm 1 ohm
Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Ampere -9,7442 -5,3721 -5,3721 0,8372 -4,3721 -5,2093 380 V 400 V 425 V
Arus Ia
Ampere 0,0000
Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Arus Ia Ib Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
Arus Ia Ib
Ic Id If Ig G1 = G2 = G3 =
E.
Dalam analisa perhitungan ini, sebagai contoh perhitungan diambil ari percobaan I untuk contoh perhitungan : 1. Untuk variasi pertama percobaan 3 loop.
Diketahui : G1 G2 G3 = 100 V = 150 V = 200 V R1 R2 R3 R4 R5 Penyelesaian : = 4 ohm = 3 ohm = 5 ohm = 3 ohm = 1 ohm
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff I, maka : Ib = Ia - Ig .................................................................................... (1) Ic = Ib - Ig .................................................................................... (2) Id = If - Ig .................................................................................... (3) Untuk loop I Ib . R1 + Ic . R3 = G3 G1 R1 (Ia Ig ) + R3 (Ib + Id) = G3 G1 R1 (Ia Ig) + R3 (Ia Ig) + R3 . (If + Ig) = G3 G1
4 (Ia Ig) + 5 (Ia Ig) + 5 (If + Ig) = 200 100 9 Ia 4 Ig + 5 If = 100 Untuk loop II : -Ic . R3 Id . R2 If . R5 = G2 G3 -R3 (Ib + Id) R2 (If + Ig) If . R5 = G2 G3 -R3 (Ia Ig) R3 (If Ig) R2 . If + R2 . Ig If . R5 = G2 G3 -5 (Ia Ig) 5 (If Ig) 4 . If + 4 Ig If = 150 200 -5 Ia 9 Ig 10 If = -50 Untu lopp III : R4 . Ig + R2 . Id R1 . Ib = 0 3 . Ig + 3 (If + Ig) 4 (Ia Ig) = 0 -4 . Ia + 2 . Ig + 3 . If = 0 Maka dalam matriks :
9 5 4 4 9 2 5 10 3 Ia 100 Ig = 50 If 0
.............................................................(4)
.............................................................(5)
.............................................................(6)
........................ (7)
9 5 4 Ig =
100 50 0 513
5 10 3
............(8)
Subtitusi persamaan 7 dan 8 ke persamaan 6 : -4 Ia + 2 Ig + 3 If = 0 -4 (3,51) + 2 (-6,14) + 3 If = 0 -26,32 + 3 If = 0 -26,32 = 3 If If = 26,32 = 8,77 A 3
Ib = Ia Ig = 3,51 (-6,14) = 9,65 A Id = If + Ig = -8,77 + (-6,14) = -14,91 A Ic = Ib = 9,65 A Dengan cara yang sama untuk percobaan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1hasil analisa percobaan. Dengan metode matriks, maka Ib diperoleh pada persamaan 3 dan 4.
4 0 Ib = 4 1
5 3 5 3
= 12 = 1,71 A 7
= 8,63 A Subbtitui nilai Ib dan Id ke persamaan 1 : Ic = Ib + Id = 1,71 + 8,63 = 10,34 A Dengan cara yang sama untuk percobaan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1hasil analisa percobaan.
If = Ig + Id .................................................................................... (2) Untuk lopp II : Ic (R3 R5) + Id . R5 = G3 G2 Ic (5 1) + Id = 200 150 4 Ic + Id = 50 4 (Ib + Id) + Id = 50 4 Ib + 5 Id = 50 Untuk loop III : Ig . R4 Ib . R1 Id . R2 = 0 ........................................................................ (3)
= 8,63 A Subbtitui nilai Ib dan Id ke persamaan 1 : Ic = Ib + Id = 1,71 + 8,63 = 10,34 A Dengan cara yang sama untuk percobaan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1 hasil analisa percobaan.
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff I, maka : Ig = Id Ic = Ib + Id Untuk loop I : Ib . R1 + Ic . R3 = G1 G3 R1 . Ib + R3 (Ib + Id) = G1 G3 4 Ib + 5 (Ib + Id) = 100 200 9 Ib + 5 Id = -100 Untuk loop III : Id (R4 + R2) Ib . R1 = 0 Id (3 + 3) Ib . 4 = 0 6 Id 4 Ib = 0 ........................................................................ (3) .........................................................................(2) .................................................................................... (1)
Nilai Ib dapat diperoleh dari perhitungan matriks dari persamaan 1 dan 2. 100 0 Ib = 9 4 5 6 5 6 = 600 = 8,1081 A 74
= -5,4054 A Subtitusi Nilai Ib ke persamaan 1 : Ic = Ib + Id = -8,1081 + (-5,4054) = -13,5135 A Ia = Ib + Ig = -8,1081 + (-5,4054) = -13,5135 A Dngan cara yang sama untuk percobaan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1 hasil analisa percobaan.
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff I, maka : Ib = Ic + Id Untuk loop I : Ib . R1 + Ic . R3 = G1 + G3 4 (Ic + Id) + 5 Ic = 100 200 4Ic + 4 Id + 5 Ic = -200 9 Ic + 4 Id = -100 Untuk loop II : -Ic . R3 + Id (R2 + R5) = G3 G2 -5 Ic + Id (3 + 1) = 200 150 -5 Ic + 4 Id = 50 ........................................................................ (3) .........................................................................(2) ................................................................................... (1)
9 5 Id = 9 5
100 50 4 4
= 50 = 0,8928 A 56
= -9,285 Ib = Ic + Id = -9,285 + 0,8928 = -8,393 A Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada tabel 1 hasil analisa data. 5. Perhitungan persentase kesalahan. Pada perhitungan ini, diambil data percobaan I dengan nilai pada Ia sebagai contoh perhitungan. Diketahui : Iaktual Iteoritis Penyelesaian : = -23,2558 A = 3,51 A
% kesalahan =
= 85,06 % Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada tabel hasil analisa data. 6. Perhitungan Prugi-rugi, Pgenerator, dan efisiensi. Pada perhitungan ini, diambil dari data percobaan I sebagai contoh perhitungan.
Ia Ib Ic Id If Ig
G1 G2 G3
Penyelesaian : Prugi-rugi = (Ia)2. R0 + (Ib)2. R1 + (Ic)2. R3 + (Id)2. R2 + (If)2. R5 + (Ig)2. R4 = (-23,2558)2. 1 + (-11,6279)2 . 4 + (-11,6279 )2 . 5 + (1,1628)2 . 3 + (-11,6279)2 . 1 + (-12,7907)2 . 3 = 2387,775 watt Pgenerator = (G1 . Ia) + (G2 . Ic) + (G3 . If) = (100 . -23,2558) + (150 . -11,6279) + (200 . -11,6279) = 6395,345 watt Efisiensi = Pgenerator Prugi rugi Pgenerator 100 %
= 62,66 % Dengan cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada tabel 2 hasil analisa data.
G.
TABEL HASIL ANALISA PERCOBAAN Tabel 1. Data hasil analisa Iaktual dan Iteoritis.
No 1
Perc I
Keterangan Gambar
II
III
Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan
Ib -11,62 1,05 -8,10 -11,60 -4,09 0,37 -2,85 -5,53 -5,37 0,92 -3,64 -5,00
Iaktual (A) Ic Id -11,62 1,16 5,55 3,70 -13,51 -5,40 -10,71 -0,89 -4,09 -0,79 1,11 0,74 -5,71 -2,85 -3,57 -1,96 -5,37 0,87 2,77 1,85 -6,08 -2,43 -5,00 0
Ib 9,65 1,71 -8,10 -8,39 4,34 4,28 -3,24 1,61 -4,37 0,9 -3,52 -3,21
Iteoritis (A) Ic Id 9,65 -14,91 10,34 8,63 -13,51 -5,40 -9,28 0,89 4,34 -6,91 2,86 -1,42 -1,08 2,16 3,57 -1,96 -4,37 1,26 2,6 1,72 -6,03 -2,22 -3,43 -1,9
Tabel 2. Data hasil analisa untuk Prugi-rugi, Pgenerator, Efisiensi. No Perc. Keterangan gambar
Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan
Prugi-rugi 2387,775 249,84 1532,52 1249,49 521,74 9,97 276,85 231,99 456,68 62,23 310,23 250
Pgenerator 695,345 1942,5 3377,5 2944,5 5805,5 566,1 1256,2 2618,7 7706,45 2285,25 2587,8 3900
Efisiens i 62,66 87,14 54,63 57,57 91,01 98,24 77,96 91,14 94,07 97,28 88,01 93,59
II
III
Tabel 3. Data hasil analisa untuk persentase kesalahan. Perc I II Keterangan Gambar
Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan
Persentase Kesalahan (%) Ib Ic Id If 16,95 16,95 13,71 24,52 7,56 9,67 1,33 9,67 0 0 0 0 27,67 13,35 0 0 6,11 6,11 7,74 56,24 10,56 1,57 2,92 1,57
III
Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan Variasi dengan 3 loop Variasi dengan loop I dihilangkan Variasi dengan loop II dihilangkan Variasi dengan loop III dihilangkan
0 0 79,4 6,13 0 0
H. KESIMPULAN 1. Dari hasil analisa percobaan diperoleh bahwa nilai arus teoritis (Iteoritis) yang jauh lebih besar dari pada arus aktual (Iactual ). 2. Dari hasil analisa percobaan didapatkan bahwa semakin kecil daya generator maka daya rugi-ruginya semakin besar. 3. Untuk percobaan I. Variasi dengan 3 loop = 62,66 %. Variasi dengan loop 1 dihilangkan = 87,14 % Variasi dengan loop 2 dihilangkan = 54,63 % Variasi dengan loop 3 dihilangkan =57,57 %
Untuk percobaan II. 98,24 % 77,96 % 91,14 % Untuk percobaan III. 97,28 % 88,01 % 93,59 % Variasi dengan loop 3 dihilangkan = Variasi dengan loop 2 dihilangkan = Variasi dengan 3 loop = 94,07 % Variasi dengan loop 1 dihilangkan = Variasi dengan loop 3 dihilangkan = Variasi dengan loop 2 dihilangkan = Variasi dengan 3 loop = 91,01 % Variasi dengan loop 1 dihilangkan =