Você está na página 1de 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari suatu hal yang bernama migrasi

atau perpindahan penduduk. Pada zaman dahulu, perpindahan penduduk semacam itu

dilakukan dengan jalan kaki. Teknologi pun berkembang, peraadaban pun menjadi

semakin maju. Mobilitas manusia pun menjadi semakin tinggi. Manusia akhirnya

mampu mengkreasikan atau bahkan menciptakan suatu alat yang mampu mengantar

mereka dari satu tempat ke tempat yang lain.

Alat tersebut adalah alat transportasi yang perkembangannya pun bertahap.

Alat transportasi yang pertama kali digunakan adalah kapal laut sederhana. Setelah

itu, timbul penemuan lain seperti mobil yang disusul dengan kereta api. Semua alat

transportasi terkesan sudah cukup bagi kebutuhan manusia. Namun semua alat

transportasi itu tetap saja memiliki kekurangan, contohnya adalah belum adanmya

dari alat transportasi tersebut yang melewati jalur udara, sehingga lamanya perjalanan

bukan lagi masalah. Hal itu diperparah lagi dengan sifat manusia yang memang telah

dikaruniai sifat tidak pernah puas dengan apa yang telah ada.

Manusia pada masa itu kemudian berlomba-lomba mencoba menciptakan

suatu alat transportasi udara. Banyak yang gagal, bahkan ada yang sampai kehilangan

nyawanya demi menciptakan suatu alat transportasi yang dapat terbang laksana

1
burung. Ketika semua orang hampir menyerah, akhirnya sinar terang muncul di

kediaman Orville Wright dan Wilbur Wright yang dikenal dengan Wright Bersaudara.

Mereka berhasil menciptakan prototipe pesawat terbang dan dapat menerbangkannya

untuk waktu yang cukup lama. Penemuan itulah yang menanamkan tonggak awal era

pesawat terbang dimulai di bumi ini. (Parker:1998)

Perkembangan pesawat terbang dari hari itu hingga saat ini sangat pesat.

Pesawat terbang sudah digunakan dalam berbgai tujuan dan fungsi. Mulai dari

kepentingan pribadi, komersil, untuk angkutan manusia bahkan barang, sampai

keperluan militer. Pesawat terbang kian dibutuhkan karena dapat mencapai suatu

tempat dengan cepat, sehingga suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih

efisien.

Melihat dari sejarah perkembangan pesawat terbang itulah, penulis mencoba

menyusun karya tulis ini. Karya tulis ini juga disusun karena penulis merasa bahwa

perkembangan pesawat terbang saar ini sudah sangt menarik untuk dibahas, namun

bukan dari sisi ekonomisnya, melainkan dari sisi ilmu pengetahuannya. Segala hal

itulah yang melatarbelakangi pembuatan karya tulis ini.

1.2 Permasalahan

Pesawat terbang merupakan karya umat manusia yang sungguh luar biasa,

namun sebesar apapun sebuah karya manusia, tentunya memiliki suatu bagian yang

sederhana, namun merupakan dasar yang penting. Maka penulis akan

2
mempermasalahkan hal-hal dasar dalam cara kerja pesawat terbang, namun tetap

merupakan bagian yang penting, seperti sbb:

1) Bagaimanakah penerapan hukum bernoulli pada pesawat terbang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sbb:

2) Mengetahui garis besar penerapan hukum bernoulli pada pesawat terbang

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini menguliti secara dalam tentang cara kerja pesawat

terbang, khususnya aerodinamika bentuk sayap pesawat terbang ketika mengangkasa.

Sehingga kegunaan penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan

pengetahuan pembaca, terutama penulis tentang pesawat terbang. Selain itu, karya

tulis ini tentu akan berguna bagi pihak-pihak yang berada di lingkungan Labschool

Kebayoran, khususnya siswa dan siswi SMA Labschool Kebayoran yang mencari

informasi terkait tentang cara kerja sebuah pesawat terbang.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Fluida

Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan

terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Oleh karena itu yang termasuk fluida

hanyalah zat cair dan gas. Fluida secara umum dibagi menjadi dua kajian, yaitu

hidrostatika yang mempelajari tentang fluida tak bergerak dan hidrodiunamika yang

mempelajari tentang fluida bergerak.

2.1.1 Fluida Tidak Bergerak

Tekanan di dalam zat cair bergantung pada kedalaman; makin dalam letak

suatu tempat di dalam zat cair, makin besar pula tekanan pada tempat itu.

Gambar 2.1 Ilustrasi gelayang memancarkan


air, membuktikan bahwa semakin dalam, maka
tekanan semakin besar.

4
Berdasarkan gambar 2.1, dapat terlihat bahwa pancaran air dari lubang yang

paling bawah akan menempuh lintasan yang paling jauh. Peristiwa ini membuktikan

pernyataan diatas, yakni makin dalam letak suatu tempat di dalam zat cair, makin

besar tekanan pada tempat itu.

Gambar 2.2 Semakin besar kedalaman suatu bendungan, maka ketebalan bendungan
semakin ke bawah akan semakin besar.

Hal ini juga dapat dilihat dari pembuatan bendungan. Tekanan zat cair yang

bekerja pada di dinding dasar bendungan lebih besar daripada yang bekerja pada

dinding atas bendungan. Untuk luas dinding yang sama, gaya tekan zat cair pada

dinding dasar bendungan lebih besar daripada yang bekerja pada dinding atas

bendungan. Itulah sebabnya desain bagian dasar bendungan selalu dibuat lebih tebal

daripada bagian atasnya.

Gaya gravitasi menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke

bawah. Makin tinggi zat cair dalam wadah, makin berat zat cair itu, sehingga makin

5
besar tekanan yang dikerjakan zat cair pada dasar wadah. Tekanan zat cair yang

hanya disebabkan oleh beratnya disebut tekanan hidrostatik.

Misalnya kita anggap zat cair terdiri dari beberapa lapis. Lapisan bawah

ditekan oleh lapisan-lapisan di atasnya sehingga menderita tekanan yang lebih besar.

Lapisan paling atas hanya ditekan oleh udara sehingga tekanan pada permukaan zat

cair sama dengan tekanan atmosfer.

Penurunan Rumus Tekanan Hidrostatis

Bayangkan luas penampang persegi panjang (luas yang diarsir), p x 1, yang

terletak pada kedalam h dibawah permukaan zat cair (massa jenis = ) seperti

tampak pada gambar 2.3. Volum zat cair di dalam balok = p x 1 x h, sehingga massa

zat cair di dalam balok adalah

Gambar 2.3 Ilustrasi sebuah balok

6
m= xv

= xpx1xh

Berat zat cair dalam balok

F=mxg

= x p x1 x h x g

Tekanan zat cair di sembarang titik pada luas bidang yang diarsir adalah

F ρ × p×l ×h× g
p= = = ρ×g×h
A p×l

Jadi, tekanan hidrostatik zat cair (h) dengan massa jenis ρ pada kedalam h

dirumuskan dengan

p h
= ρ × g ×h ….. (2.1)

Keterangan notasi :

ρ = massa jenis (kg/m3)


h = tinggi (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
v = volum (m3)
m = massa (kg)
F = gaya (N)
ph = tekanan hidrostatis (N/m2)
A = luas (m2)

7
2.1.2 Fluida Bergerak

Tidak semua fluida yang berpindah dinamakan fluida bergerak. Jika Anda

memindahkan air dari ember ke bak mandi, air itu tidak bisa disebut bergerak. Fluida

disebut bergerak jika fluida itu bergerak terus terhadap sekitarnya. Bagian fisika yang

mempelajari fluida bergerak dinamakan hidrodinamika.

A) Fluida Ideal

Ciri-ciri umum aliran fluida adalah sebagai berikut.

1) Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (steady) atau tak tunak (non-steady).

Jika kecepatan v di suatu titik adalah konstan terhadap waktu, maka aliran fluida

dikatakan tunak. Contoh aliran tunak adalah arus air yang mengalir dengan tenang

(kelajuan aliran rendah). Pada aliran tak tunak, kecepatan v disuatu titik tidak

konstan terhadap waktu. Contoh aliran tak tunak adalah gelombang pasang air

laut.

8
2) Aliran fluida dapat termampatkan (compressible) atau tak termampatkan

(incompressible). Jika fluida yang mengalir tidak mengalami perubahan volum

(atau massa jenis) ketika ditekan, maka aliran fluida dikatakan tak termampatkan.

Hampir semua zat cair yang bergerak (mengalir) dianggap sebagai aliran tak

termampatkan. Bahkan, gas yang memiliki sifat sangat termampatkan. Pada

kondisi tertentu dapat mengalami perubahan massa jenis yang dapat diabaikan.

Pada kondisi ini aliran gas dianggap sebagai aliran tak termampatkan contoh

adalah pada penerbangan dengan kelajuan yang jauh lebih kecil dari pada kelajuan

bunyi di udara (340 m/s). Gerak relatif udara terhadap sayap-sayap pesawat

terbang dapat dianggap sebagai aliran fluida yang tak termampatkan.

3) Aliran fluida dapat merupakan aliran kental (viscous) atau tak kental (non-

viscous). Kekentalan aliran fluida mirip dengan gesekan permukaan pada gerak

benda padat. Pada kasus tertentu, seperti pelumasan pada mesin mobil, kekentalan

memegang peranan sangat penting. Akan tetapi, dalam banyak kasus kekentalan

dapat diabaikan.

B) Garis Alir

Lintasan yang ditempuh oleh suatu partikel dalam fluida yang mengalir

dinamakan garis alir (flow line). Ada dua jenis aliran fluida, yaitu aliran garis arus

(streamline) atau aliran laminar dan aliran turbulen.

9
Pada aliran tunak, kecepatan v di suatu titik konstan aterhadap waktu.

Kecepatan v di titik A (gambar 2.4 tidak berubah terhadap waktu, sehingga tiap-tiap

partikel yang tiba di A akan terus lewat dengan kelajuan dan arah yang sama. Hal ini

juga berlaku untuk titik B dan C. Jadi tiap partikel yang sampai di A akan selalu

menempuh lintasan yang menghubungkan A, B, dan C seperti ditunjukkan pada

Gambar 2.4. Lintasan yang ditempuh oleh aliran fluida ini dinamakan garis arus. Jadi,

garis arus adalah aliran fluida yang mengikuti suatu garis (lurus melengkukng) yang

jelas ujung dan pangkalnya.

Garis arus juga disebut aliran berlapis atau aliran laminar (laminar flow)

Gambar 2.4

Kecepatan-kecepatan partikel fluida di tiaip titik pada garis arus searah

dengan garis singgung di titik itu. Dengan demikian garis arus tidak pernah

berpotongan lihat gambar 2.5(a). Beberapa contoh garis arus ditunjukkan pada

gambar 2.6. .

10
Gambar 2.5
(a) terlihat sebuah aliran yang tidak
bersinggungan
(b) sebuah aliran yang bersinggungan
sehingga terjadi turbulen.

Gambar 2.6

11
Ketika melebihi suatu kelajuan tertentu, aliran fluida menjadi turbulen.

Aliran turbulen ditandai oleh adanya aliran berputar (Gambar 2.5(b)). Ada partikel-

partikel yang arah geraknya berbeda dan bahkan berlawanan dengan arah gerak

keseluruhan fluida. Untuk mengetahui apakah suatu aliran zat cair merupakan garis

arus atau turbulen, Anda cukup menjatuhkan sedikit tinta atau perwarna ke dalam zat

cair. Itu. Jika tinta menempuh lintasan yang lurus atau melengkung tetapi tidak

berputar-putar membentuk pusaran, maka aliran fluida itu berupa garis arus. Akan

tetapi, bila tinta itu kemudian mengaliar secara berputar-putar dan akhirnya

menyebar, aliran fluida itu termasuk turbulen.

C) Hukum Bernoulli

Gambar 2.7

12
Jika kita perhatikan sejumlah fluida dalam pipa yang mengalir dari titik 1 ke

titik 2. Titik 1 lebih rendah daripada titik 2, dan ini berarti energi potensial fluida di 1

lebih kecil daripada energi potensial fluida di 2 (EP = mgh). Kemudian luas

penampang 1 lebih besar dari luas penampang 2. menurut persamaan kontinuitas

(Av = konstan), kecepatan fluida di 2 lebih besar daripada di 1, dan ini berarti bahwa

1 2
energi kinetik fluida di 1 lebih kecil daripada energi kinetik fluida di 2 ( EK = mv ).
2

Jumlah energi potensial dan energi kinetik adalah energi mekanik. Dengan demikian

energi mekanik fluida di 1 lebih kecil daripada energi mekanik fluida di 2.

Jika energi mekanik di 1 lebih kecil daripada enrgi mekanik di 2, bagaimana

mungkin fluida berpindah dari titik 1 ke titik 2? Melalui penggunaan teorema usaha-

energi mekanik yang melibatkan besaran tekanan p (mewakili usaha), besaran

kecepatan aliran fluida v (mewakili energi kinetik) dan besaran ketinggian terhadap

suatu acuan h (mewakili energi potensial), akhirnya Bernoulli berhasil menurunkan

persamaan yang menghubungkan ketiga besaran ini secara matematis, yaitu

1 1 1
p1 + ρ1v12 + ρgh1 = p2 + ρ2 v22 + ρgh2 ….. (2.2)
2 2 2

13
1 2 1
Jika anda perhatikan ρv mirip dengan energi kinetik EK = mv 2 dan ρ
2 2

1 2
gh mirip dengan energi potensial EP = mgh. Ternyata ρv tak lain adalah energi
2

kinetik per satuan volume dan ρgh tak lain adalah energi potensial per satuan volum.

Oleh karena itu, persamaan diatas dapat dinyatakan sebabgai berikut:

1 2
p+ ρv + ρgh = C C = konstan ….. (2.3)
2

ρ = massa jenis (kg/m3)


h = tinggi (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
v = kecepatan (m/s)
p = tekanan (N/m2)

Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (p), energi

1 2
kinetik per satuan volum ( ρv ), dan energi potensial per satuan volum ( gh)
2

memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus.

Dua Kasus Persamaan Bernoulli

1. Kasus untuk fluida tak bergerak.

Untuk fluida tak bergerak, kecepatan v1 = v2 = 0 sehingga persamaanya

menjadi :

14
p1 − p2 = ρg ( h2 − h1 ) …… (2.4)

2. Kasus untuk fluida yang mengalir dalam pipa mendatar

Dalam pipa mendatar tidak terdapat perbedaan ketinggian Ini berarti

ketinggan h1 = h2, dan persamaannya menjadi :

1
p1 − p 2 = ρ (v 22 − v12 ) ….. (2.5)
2

Persamaan (2.5) menyatakan bahwa jika v2 > v1, maka p1 > p2. ini berarti

bahwa di tempat yang kelajuan alirnya besar, tekanannya kecil. Sebaliknya di tempat

yang kelajuan alirnya kecil, tekanannya besar.

Ketika anda meniup bagian bawah kertas demonstrasi, kecepatan udara pada

bagian bawah kertas lebih tinggi daripada bagian atas kertas (v2 > v1). Sesuai

persamaan (2.5), tekanan udara pada bagian bawah kertas haruslah lebih kecil

daripada tekanan udara pada bagian atas kertas (p2 < p1). Selisih tekanan ∆p = p1 – p2

menghasilkan gaya F =∆p A yang berarah ke bawah (gambar 2.7). Akibatnya kertas

melengkung ke bawah, bukan melengkung ke atas seperti intuisi anda. Ketika anda

meniup di antara dua kertas, kecepatan udara di antara kedua kertas lebih besar

daripada di samping kertas (v2 > v1).

15
Gambar 2.8

Sesuai dengan persamaan, tekanan udara di samping kiri kertas pada tangan

kiri dan di samping kanan kertas pada tangan kanan aklan lebih besar daripada

tekanan diantara kedua kertas (p1 > p2). Akibatnya udara yang ada disamping kiri dan

kanan kertas akan menekan kedua kertas salig mendekati (Gambar 2.8).

Gambar 2.9

16
2.2 Aerodinamika

Aerodinamika merupakan suatu bidang pengkajian aliran udara dalam segala

situasi serta pengaruh yang ditimbulkan pada benda yang berada dalam alirannya.

Aerodinamika merupakan cabang mekanika fluida yang berhubungan dengan hokum

kekekalan dalam fisika karena memperlihatkan fakta bahwa massa, energi, dan

momentum tidak hilang didalam alirannya. Aerodinamika berkaitan dengan dua

prinsip dasar, yakni gaya angkat dan gaya hambat.

2.2.1 Gaya Angkat

Gaya angkat ialah gaya aerodinamika yang dihasilkan gerakan foil atau

sayap pesawat, saat melewati udara. Gaya yang timbul ini mampu mengagkat

pesawat terbang dan menerbangkannya ke udara. Sayap pesawat terbang dirancang

dengan bentuk tertentu agar menghasilkan gaya angkat maksimum.

17
Gaya angkat sayap pesawat terbang bisa juga dihasilkan dengan cara

Gambar 2.11 gaya bubung = gaya angkat; gaya seretan = gaya hambat.
Terlihat ilustrasi tentang bagaimana aliran udara, sudut serang, dan bentuk sayap
menghasilkan sebuah gaya angkat yang dapat menerbangkan pesawat.

membelokkan aliran udara. Pembelokan aliran udara ini dihasilkan dari posisi sayap

yang membentuk sudut terhadap aliran udara yang datang.

Besarnya daya angkat bergantunng pada sudut serang sayap terhadap aliran

udara. Umumnya sampai batas tertentu, menaikkan sudut serang berarti menaikkan

daya angkat sayap. Bila gaya angkat cukup besar, pesawat dapat membubung ke

udara atau bila sedang di udara, akan mengurangi kecepatan pesawat terbang.

Sudut serang merupakan sudut yang dibentuk oleh sayap pesawat terbang

terhadap angin yang ditembusnya. Jika sudut serang rendah ( < 14°), maka gaya

angkat dan gaya hambat kecil; pesawat dapat melaju cepat. Jika sudut serang sekitar

14°, maka gaya angkat tinggi. Namun jika sudut serang diatas 15°, gaya angkat kecil

karena adanya turbulen, kecepatan pun hilang seketika.

18
Gambar 2.10 Bagaimana sayap
menghasilkan sudut serang yang setiap
perbedaan satu derajatnya sangat
berpengaruh terhadap laju pesawat
terbang.

19
Gambar 2.11 Cara kerja sayap untuk
menghasilkan atau mengubah sudut
serang. .

Untuk mencegah hilangnya kecepatan pada kecepatan rendah, sudut sayap

harus dinaikkan dengan mengangkat hidung. Bilah atau kelepak sayap

memungkinkan penerbang untuk melakukan itu. Bilah itu terletak di pinggir depan

dan belakang sayap. Ketika bilah direntangkan, luas sayap dan sudut serangnya

bertambah sehingga gaya angkat bertambah. Kalau tidak digunakan bilah itu terlipat.

Gaya angkat yang dihasilkan sayap juga bergantung pada kecepatannya

membelah udara. Bila gerakannya tidak cukup cepat, perbedaan tekanan yang

dihasilkan sayap bagian atas dan bawah tidak mampu mempertahankan badan

pesawat di udara.

Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih

tajam dan sisi bagian atas yang lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya.

Bentuk sayap seperti ini dinamakan aerofoil. Garis arus pada sisi bagian atas lebih

20
rapat daripada sisi bagian bawahnya, yang berarti kelajuan aliran udara pada sisi

bagian atas pesawat lebih besar daripada sisi bagian bawah sayap. Sesuai dengan asas

Bernoulli, tekanan pada sisi bagian atas lebih kecil daripada sisi bagian bawah karena

kelajuan udaranya lebih besar. Beda tekanan p1 - p2 menghasilkan gaya angkat

sebesar

F1 − F2 = ( p1 − p 2 ) A …… (2.6)

Dengan A merupakan luas penampang total sayap.

Gambar 2.12

Jika nilai p1 - p2 dari persamaan (2.5) dimasukkan pada persamaan (2.6),

maka akan didapat:

1
F1 − F2 = ρ (v 22 − v12 ) A ….. (2.7)
2

ρ = massa jenis udara (kg/m3)


F = gaya (N)
v = kecepatan (m/s)
p = tekanan (N/m2)

21
Pesawat terbang dapat terangkat ke atas jika gaya angkat lebih besar

daripada berat pesawat. Jadi, apakah suatu pesawat dapat terbang atau tidak

tergantung pada berat pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar

kecepatan pesawat, makin besar kecepatan udara, dan ini berarti v22 - v12 bertambah

besar sehingga gaya angkat F1 - F2 akin besar. Demikian juga makin besar ukuran

sayap (A), makin besar gaya angkatnya.

Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar daripada

berat pesawat (F1 - F2 > mg). Jika pesawat terlah berada pada ketinggian tertentu dan

pilot ingin mempertahankan ketinggiannya, nmaka kelajuan pesawat harus diatur

sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan berat pesawat (F1 - F2 = mg)

Pada dasarnya, ada 4 buah gaya yang bekerja pada sebuah pesawat terbang

yang sedang mengangkasa:

1) berat pesawat yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi

2) gaya angkat yang disebabkan oleh bentuk pesawat

3) gaya ke depan yang disebabkan oleh gesekan udara

4) gaya hambatan yang disebabkan oleh gesekan udara

Jika pesawat hendak bergerak mendatar dengan suatu percepatan, maka gaya

ke depan harus lebih besar daripada gaya hambatan dan gaya angkat harus sama

dengan berat pesawat. Jika pesawat hendak menambah ketinggian yang tetap, maka

resultan gaya mendatar dan vertikal harus sama dengan nol. Ini berarti bahwa gaya

ke depan sama dengan gaya hambatan dan gaya angkat sama dengan berat pesawat.

22
2.2.2 Gaya Hambat

Gaya hambat adalah gaya aerodinamika yang timbul karena gesekan antara

permukaan benda dengan udara. Bentuk benda mempengaruhi besar gaya hambat

yang timbul. Pesawat bergaya hambat kecil memerlukan tenaga lebih kecil untuk

mengudara. Ada dua jenis gaya hambat, yaitu gaya hambat yang timbul karena

gesekan dan karena bentuk. Gaya hambat gesek timbul pada permukaan benda. Pada

permukaan tersebut terjadi gesekan antara suatu lapisan tipis udara dengan lapisan

lainnya, sehingga memperkecil gaya hambat bisa dilakukan dengan membuat

permukaan sayap menjadi selicin mungkin.

Gaya hambat karena bentuk benda, terjadi ketika aliran udara yang melewati

suatu benda mulai meninggalkan benda itu. Aliran udara menimbulkan kisaran-

kisaran yang menyerap energi benda itu dan memperlambat geraknya. Ini terjadi pada

benda yang berbentuk tidak streamline. Para ahli teknik mengurangi gaya hambat

bentuk dengan membuat bentuk benda selangsing mungkin.

2.4 Pesawat terbang

Di belahan bumi ini, terdapat begitu banyak macam pesawat terbang.

Pesawat terbang itu mengangkasa dengan berbagai fungsi dan tujuan serta

kepentingan. Setiap tujuan khusus yang dimiliki suatu pesawat, maka bentuk pesawat

secaratidak langsung juga pasti berbeda. Baik dari bobot, bentuk, kecepatan, dan

sebagainya. Oleh karena itu, untuk mempersempit focus karya tulis ini, maka penulis

23
menjadikan pesawat terbang penumpang versi sipil yang biasa digunakan oleh

maskapai penerbangan komersial sebagai bahan kajian pada karya tulis ini.

2.4.1 Bagian Pesawat Terbang

Untuk mendapatkan beberapa gagasan tentang kemajuan-kemajuan yang

mengagumkan yang telah dicapai dalam bidang penerbangan sejak Wright

Bersaudara pertama menerbangkan “peti kayu” mereka yang terbuat dari bahan kain,

kayu, dan kawat, sekarang penulis akan menjabarkan bagian yang khas yang kita

dapatkan pada sebuah pesawat penumpang.

3 2

7
1

8
6

4
1. badan pesawat

2. ruang kemudi

3. hidung

24
4. baling-baling

5. sayap

6. bilah sayap

7. aerofoil

8. ekor

2.4.2 Pembagian Pesawat Berdasarkan Kecepatannya

Berdasarkan kecepatannya, penulis membaginya menjadi 3 bagian besar,

yaitu supersonic, sonic, dan subsonic.

a) Supersonik

Pesawat terbang supersonic merupakan pesawat terbang mutakhir yang

kecpatannya melebihi kecepatan bunyi. Pesawat yang menembus udara dengan

kecepatan yang sama dengan merambatnya suara disebut berkecepatan 1 mach

(berasal dari nama fisikawan Austria, Ernst Mach). Pesawat yang dapat mendekati

kecepatan bunyi, akan mengalami gangguan tekanan yang disebut gelombang kejut,

yang disebbabkan karena bila pesawat melaju melebihi kecepatan suara, pesawat

bergerak lebih cepat daripada gerak gelombang yang dibentuknya. Terbentuknya

gelombang kejut diiringi dengan dentuman sonic. Penerbangan supersonic selalu

dihadapkan pada masalah ini sewaktu bergerak menerobos batas transonic, yaitu

daerah keceptan nkurang dari 1mach sampai lebih dari 1 mach. Satu-satu contoh

25
pesawat di dunia yang dapat memebus kecepatan suara itu adalah sebuah pesawat

buatan Inggris-Prancis yang bernama Concorde. Namun, batas bunyi untuk pertama

kali dilewati pada tahun 1947 oleh pilot penguji Charlkes Yeager dari Amerika dalam

pesawat percobaan Bell X-1

b) Sonik

Pesawat sonic merupakan pesawat yang kecepatannya mendekati atau

hampir sama dengan kecepatan suara. Kecepatannya kurang dari 700 mph. Pesawat

seperti ini pertama kali digunakan ketika Perang Dunia II.

c) Subsonik

Pesawat subsonic merupakan pesawat yang terbang dengan kecepatan di

bawah kecepatan suara. Gelombang suara pesawat yang terbentuk oleh pesawat

subsonic mampu melewati udara di depan pesawat itu. Pesawat semacam ini

keceptannya berkisar antara 0-760 mph.

26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian meliputi perpustakaan-perpustakaan yang penulis anggap

memiliki referensi yang baik berkaitan dengan judul penelitian yang telah penulis

tetapkan. Perpustakaan tersebut antara lain di Labschool Kebayoran, British Council,

LIPI, dan perpustakaan lain di sekitar Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada tanggal

31 Juli – 21 Agustus 2004

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode studi pustaka/studi

literatur karena penelitian ini disusun berdasarkan pada literature-literatur atau data-

data yang membahas tentang penelitian yang penulis telah lakukan.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini terfokus pada semua literature, baik berupa buku maupun

artikel yang membahas segala hal tentang Hukum Bernoulli dengan segala

27
penerapannya, khususnya yang berkaitan dengan penerapan terhadap pesawat

terbang.

3.4 Fokus penelitian

Fokus penelitian ini adalah menganalisis penerapan Hukum Bernoulli pada

pesawat terbang, khususnya pada pesawat transportasi penumpang sipil.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah penulis sendiri dan literatur-literatur yang

memfasilitasi proses penelitian penulis.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metoda deskriptif, yaitu

penulis berusaha memaparkan data-data yang sudah tersedia di literatur. Hal ini

dilakukann karena keterbatasan waktu, instrumen-instrumen penelitian, dan wawasan

penulis sehingga menurut hemat penulis, teknik ini yang paling baik untuk digunakan

dalam penyusunan karya tulis ini.

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Penelitian

Gaya angkat pada pesawat terbang adalah salah satu gaya yang bekerja pada

pesawat. Gaya ini muncul akibat aliran udara yang bergerak di sekitar pesawat

terbang. Aliran udara disekitar pesawat terbang sangat berpengaruh terhadap cara

kerja pesawat, terutama pada bagian sayapnya. Bentuk aliran di sekitar sayap pesawat

terkait erat dengan bentuk-bentuk sayap itu sendiri.

Gambar 4.1 Penampang benda berbentuk bulat.


Misalnya silinder panjang.

29
Gambar 4.2 Penampang benda berbentuk
aerofoil. Bentuk ini diambil dari tetesan fluida
cair yang dimodifikasi.

Gambar 4.3 Posisi aerofoil yang berbeda-


beda ( α adalah sudut serang ), akan
menghasilkan bentuk aliran fluida di sekitar
aerofoil yang juga berbeda.

4.2.1 Bentuk Silinder

Pada gambar 4.1, terlihat bahwa garis arus yang berada di atas dan di bawah

objek tersebut adalah sama. Itu berarti kecepatan arus yang melalui atas dan bawah

objek tersebut adalah sama. Jika kecepatan 1 dan 2 adalah sama berarti v1 = v2, dan

p1 = p2. sehingga v2 - v1 = 0 dan p1 - p2 = 0. Gaya angkatt yang dihasilkan berdasarkan

data ini adalah nol, alias tidak ada gaya angkat yang akan muncul.

30
Hal ini dapat dijelaskan dari dua sisi, kecepatan dan juga tekanan. Bila

dijelaskann berdasarkan persamaan F1 − F2 = ( p1 − p 2 ) A , maka seperti diketahui

bahwa p1 - p2 = 0, sehingga berapapun luas bidang objek lingkaran tersebut, maka

yang dihasilkan adalah F1-F2 = 0

1
Bila dijelaskan berdasarkan rumus F1 − F2 = ρ (v 22 − v12 ) A , maka akan
2

1
muncul angka F1 − F2 = ρ (0) A .Seberapa pun besar luas penampang, hasil akhir
2

dari perhitungan ini adalah sama seperti perhitungan sebelumnya yang menggunakan

tekanan, yaitu F1 − F2 = 0 . Tidak ada gaya angkat apapun yang muncul. Pembuktian

ini sekaligus memberikan alasan mengapa pesawat terbang di penjuru dunia ini tidak

ada yang memiliki bentuk sayap menyerupai lingkaran atau silinder.

4.2.2 Bentuk Aerofoil

Pada gambar 4.2 terlihat sebuah model sayap pesawat yang merupakan

modifikasi dari bentuk tetesan air (teardrop). Bentuk tersebut sangat berguna untuk

menciptakan keadaan aliran arus yang di sekitar sayap (di atas dan di bawah) pesawat

menjadi memiliki perbedaan kerapatan yang cukup signifikan. Bentuk tersebut

dinamakan aerofoil. Perbedaan kerapatan ini pada akhirnya dapat menghasilkan gaya

angkat untuk pesawat terbang.

31
Perbedaan kerapatan yang terjadi di atas dan di bawah sayap pesawat

terbang membuat kecepatan serta tekanan di kedua tempat tersebut juga menjadi

berbeda. Bentuk seperti gambar 4.2, dapat menghasilkan kecepatan di titik 1 lebih

kecil daripada di titik 2, sehingga v2 > v1.

Berdasarkan (persamaan 2.7), keadaan dimana v2 > v1 akan dapat

menghasilkan gaya angkat yang cukup bagi pesawat untuk terbang selama F1-F2 ≥ mg.

Jika dikaji berdasar rumus, bisa ditelaah sebagai berikut:

Misal (dalam keadaan ideal):

v1=290 m/s; v2=320 m/s  v2 > v1

A = 60 m2

P=1,3 kg/m3

Sesuai persamaan Bernoulli, kita dapat menentukan beda tekanan pada

bagian atas sayap.

1
p1 − p 2 = ρ (v 22 − v12 )
2

Gaya angkat yang diberikan sayap sama dengan hasil kali beda tekanan (p1 - p2) dan

luas permukaan sayap (A), maka:

F1 − F2 = ( p1 − p 2 ) A

32
1
F1 − F2 = ρ (v 22 − v12 ) A
2

1
F1 − F2 = (1.3)(320 2 − 290 2 )(60)
2

F1 − F2 = 713700 N

Jadi gaya angkat sayap pesawat adalah sebesar 713.700 N.

Dari data penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya angkat sayap

pesawat akan muncul jika v2 > v1. Itu berarti bentuk sayap pesawat yang seperti

gambar 4.2, merupakan bentuk sayap yang paling baik, karena dapat menghasilkan

keadaan di sekitar sayap yang berbeda kerapatannya, sehingga v2 > v1.

4.2.3 Sudut Serang

Pada gambar 4.3 terlihat sebuah bentuk sayap serta sudut yang dibentuk

olehnya (sudut serang). Sesuai data yang dipaparkan sebelumnya di BAB II, jika α (α

adalah besar sudut serang), kurang dari 14°, maka gaya angkat sayap akan kecil

namun akan menghasilkan kecepatan yang tinggi ketika sudah mengudara.

Sebaliknya, jika α sama dengan 14° atau berkisar 14°, maka gaya angkat yang

dihasilkan akan besar namun menghasilkan kecepatan yang cukup lambat. Hal ini

terjadi karena besarnya sudut serang memiliki fungsi ganda, yaitu ketika di darat

berfungsi untuk menaikkan pesawat namun ketika sudah mengudara justru untuk

33
memperlambat laju pesawat. Maka untuk mengatasi hal itu, pesawat terbang dapat

mengatur besar kecilnya α.

Kita ambil contoh pesawat tempur. Pesawat tempur yang bertugas di kapal

induk memiliki landasan pacu dengan panjang yang sangat terbatas, sehingga gaya

angkat yang dihasilkan dalam waktu singkat harus sangat besar. Oleh sebab itu,

ketika tinggal landas, sudut serang pesawat tempur berkisar 14°. Namun karena

pesawat tempur membutuhkan kecepatan yang sangat tinggi ketika mengudara, maka

sesaat setelah mengudara, perlahan sudut serang diturunkan menjadi kurang dari 14°.

34
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perkembangan pesawat terbang di dunia ini mulai muncul akibat

keingintahuan manusia. Manusia sangat berangan-angan untuk dapat terbang seperti

burung, sehingga dapat mencapai daerah manapun melalui udara. Di samping alasan

itu, manusia juga mulai merasa kurang puas dengan sarana transportasi pada masa itu.

Satu per satu ilmuwan dan peneliti yang merasa penasaran dan tertarik untuk

menciptaka alat transportasi udara, mulai melakukan penelitian dan eksperimen.

Banyak dari mereka yang gagal, bahkan ada yang sampai meninggal. Hingga

akhirnya secara monumental, Wright Bersaudara dapat menciptakan sekaligus

menerbangkan pesawat terbang pertama di dunia.

Tahun berlalu, penemuan demi penemuan mansia semakin mewarnai bumi

dan memajukan peradaban dunia. Tidak terkecuali perkembangan pesawat

terbangnya. Pesawat terbang menjadi semakin modern, cepat, kuat, berteknologi

tinggi, serta aman dan nyaman.

35
Namun semua kemajuan itu tidak akan pernah muncul jika Daniel Bernoulli

tidak pernah menurunkan teorema usaha-energi menjadi sebuah persamaan yang

diberi nama Persamaan Bernoulli. Persamaan tersebut kemudian hari dapat menjadi

jalan keluar untuk mencari cara menghasilkan gaya angkat bagi sayap pesawat

terbang.

5.2 Saran

Penelitian yang dilakukan dalam karya tulis ini merupakan data penelitian

yang didapat berdasar literature yang ada. Kiranya para peneliti selanjutnya dapat

meneliti tentang hukum Bernoulli ini dengan penganalisaan yang lebih tajam dan

akurat menggunakan data yang sesungguhnya. Misalnya data yang berasal dari

eksperimen menggunakan terowongan angin.

Penulis berharap agar karya tulis ini dapat berguna bagi yang membacanya,

terutama siswa/i SMA-SMP Labschool Kebayoran.

36

Você também pode gostar