Você está na página 1de 5

PENINGKATAN TEKANAN INTRACRANIAL Penyebab : Lesi desak ruang intracranial Ensefalitis Meningitis Trauma craniocerebral Thrombosis sinus venous

us Obstruksi aliran keluar CSF Kadar protein CSF yang meningkat Obat dan zat toksik (keracunan timbal hitam, dll)

Sign & Symptom : Subyektif : nyeri kepala (difus dan konstan), lebih berat pada pagi hari ; muntah (proyektil) ; apati Tanda peringatan : koneusi, gangguan pernafasan, bradikardia, hipertensi, cerebellar fit, pupil melebar Tanda mata : papiledema, bintik buta melebar, serangan amblyopia, kelumpuhan okulomotorius juga n.cranialis VI CSS : tekanan > 200 mm air HIDROSEFALUS

Definisi : Peningkatan abnormal volume CSF di dalam tengkorak.

Penyebab : Stenosis (penyempitan) aqueduct cerebrii, atau yang lebih umum, adanya satu saluran normal yang terdiri dari tubulus-tubulus halus yang tidak adekuat. Yang progresif : pertumbuhan neuroglia yang berlebihan di sekeliling aqueductus. Perkembangan yang tidak adekuat atau tidak berkembangnya foramen interventrikular atau foramen Magendie dan Luschka juga dapat menyebabkan hidrosefalus.

Jika hidrosefalus disertai dengan peningkatan tekanan CSF : a. Peningkatan produksi CSF yang abnormal

Dapat terjadi bila ada tumor di choroid plexus. Tetapi jarang ditemukan. b. Blokade sirkulasi CSF o Obstruksi pada foramen interventrikular oleh sebuah tumor akan menyumbat aliran ventriculus lateralis di tempat itu. Produksi CSF yang terus-menerus oleh choroid plexus di dalm ventrikel tersebut akan menimbulkan distensi ventrikel dan atrofi jaringan saraf disekitarnya. o Obstruksi di dalam aqueduct cerebrii dapat congenital atau terjadi akibat peradangan atau tekanan tumor. Keadaan ini menimbulkan distensi simetris pada kedua ventriculus lateralis serta ventriculus tertius. o Obstruksi aperture mediana (of Magendie) di atap ventriculus quartus dan kedua aperture lateralis (of Luschka) pada recessus lateralis ventriculus quartus oleh eksudat inflamasi atau oleh pertumbuhan tumor akan menyebabkan dilatasi simetris pada kedua ventriculus lateralis serta ventriculus tertius dan quartus. Terkadang eksudat inflamasi yang timbul akibat meningitis dapat menyumbat ruang subarachnoid dan aliran CSF di permukaan luar hemispherium cerebrii. Dalam hal ini, seluruh system ventrikel otak akan mengalami distensi. c. Berkurangnya absorpsi CSF Gangguan absorpsi CSF di granulations arachnoideae dapat disebabkan oleh eksudat inflamasi, thrombosis vena atau tekanan pada sinus venous, atau obstruksi vena jugularis interna. Tipe : 1. Hidrosefalus Komunikans Tidak terdapat sumbatan di dalam atau pada aliran keluarnya dari system ventriculus; CSF bebas mencapai ruang subarachnoid dan terjadi peningkatan tekanan. Hidrosefalus diakibatkan oleh peningkatan CSF yang abnormal atau karena absorpsi CSF yang terganggu. 2. Hidrosefalus Nonkomunikans (Obstruktif) Peningkatan tekanan CSF terjadi akibat blockade pada suatu tempat diantara choroid plexus (tempat produksi) dan tempat pengeluarannya melalui foramen di atas ventriculus quartus. Penemuan pada CT Scan: Pembesaran ventrikel tanpa atrofi konvulsi,

Radionuclide cisternography (reflux ke dalam ventrikel dan keterlambatan difusi pericerebral) .

Sign & Symptom : Pembesaran kepala yang dapat mencapai ukuran yang sangat besar, dapat mencapai d > 30 inci Sutura-sutura cranial terpisah jauh dan fontanel anterior sangat membesar Vena-vena kulit kepala melebar Bola mata melihat ke bawah Umumnya terjadi paralisis saraf-saraf cranial Ventrikel-ventrikel otak sangat melebar. Ekspansi ventrikel ini merusak banyak substansia alba, sedangkan neuron-neuron cortex cerebri sebagian besar tetap utuh sehingga fungsi cerebri tetap utuh, tetapi kerusakan pada traktus-traktus (terutama corticospinal tract dan corticobulbar tract), terjadilah hilangnya fungsi motorik secara progresif.

LESI UMN Lesi Corticospinal tract (pyramidal) 1. Tanda Babinski Yaitu reflex dorsoflexi ibu jari kaki dan jari lainnya bergerak keluar sebagai respon terhadap goresan pada kulit telapak kaki sepanjang sisi lateral. Patogenesis : Corticospinal tract tidak berfungsi

Pengaruh descending tract lainnya pada jari kaki menjadi terlihat

Timbul reflex withdrawal sebagai respon terhadap stimulus di telapak kaki Ibu jari dorsoflexi dan jari lain bergerak keluar 2. Tidak ada reflex abdominalis superficialis Yaitu otot-otot abdomen tidak berkontraksi ketika kulit abdomen digores.

Hal ini bergantung pada keutuhan corticospinal tract yang menggunakan pengaruh eksitasi tonik terhadap neuron-neuron internunsial. 3. Tidak ada reflex kremaster Yaitu otot kremaster tidak dapat berkontraksi saat kulit sisi medial paha digores. Hal ini bergantung pada integritas corticospinal tract. 4. Kehilangan penampilan gerakan-gerakan tangkas halus Terjadi pada ujung-ujung distal extremitas. Lesi Descending tract selain Corticospinal tract (Extrapyramid) 1. Paralisis berat dengan sedikit atau tidak ada atrofi otot (kecuali atrofi sekunder karena tidak digunakan ; disuse atrophy) 2. Spastisitas atau hipertonisitas otot Extremitas inferior dipertahankan dalam posisi ekstensi dan extremitas superior dalam posisi flexi. 3. Peningkatan deep tendon reflex serta klonus dapat terjadi pada flexor jari-jari tangan, m.quadriceps femoralis, dan otot-otot betis. 4. Reaksi pisau-lipat Jadi, ketika dilakukan gerakan pasif pada sendi, terdapat resistensi yang disebabkan oleh spastisitas otot. Pada waktu diregangkan, tiba-tiba tahanan otot menghilang karena adanya inhibisi pada organ neurotendinosa. Tetapi, pada beberapa kasus didapatkan gejala campuran dari keduanya. Biasanya bila terjadi lesi pada kedua tract terjadi ketidakseimbangan pada tonus otot pasien. Tractus pyramidalis bersifat meningkatkan tonus otot dan antagonis terhadap kerja tractus extrapyramidalis.

LESI LMN Etiologi : trauma, infeksi (poliomyelitis), kelainan vascular, penyakit degenerative, dan neoplasma. Nantinya merusak badan-badan sel di dalam columna grisea anterior atau aksonnya di dalam radix anterior atau saraf spinal.

1. Paralisis flaccid pada otot-otot yang dipersarafi 2. Atrofi otot-otot yang dipersarafi 3. Hilangnya reflex otot-otot yang dipersarafi 4. Fasikulata otot = kedutan yang hanya terlihat bila terjadi destruksi lambat pada LMN. 5. Kontraktur otot = pemendekan otot yang lumpuh. Lebih sering terjadi pada otot antagonis yang kerjanya tidak lagi dilawan oleh otot-otot yang lumpuh. 6. Reaksi degenerasi Bila LMN terputus, otot tidak lagi bereaksi terhadap stimulus listrik terputus-putus 7 hari setelah saraf terputus walaupun masih bereaksi terhadap arus langsung. Setelah 10 hari, reaksi terhadap arus langsung juga hilang. Perubahan respon otot terhadap stimulus listrik inilah yang disebut Reaksi Degenerasi.

Você também pode gostar