Você está na página 1de 67

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perilaku menyimpang merupakan hal yang sangat umum dalam masyarakat. Setiap individu tentunya pernah berperilaku menyimpang dalam kehidupannya. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari sosialisasi yang tidak sempurna karena mengadopsi subsub budaya yang menyimpang. Ketidaksempurnaan proses sosialisasi itu disebabkan oleh gagalnya individu atau kelompok untuk mengidentifikasi diri agar pola perilakunya sesuai dengan kaidah-kaidah atau norma dan nilai sosial yang berkembang dan berlaku dalam masyarakat. Hal ini berarti pelanggaran terhadap norma, kaidah, dan tata nilai tersebut dapat dianggap sebagai perbuatan atau perilaku yang menyimpang.

1.2 Perumusan Masalah 1. Mengidentifikasi proses pembentukan perilaku menyimpang 2. Mengidentifikasi bentuk, ciri, sifat, dan tipe dari perilaku menyimpang 3. Mengidentifikasi dampak dan upaya pencegahan dari perilaku menyimpang

1.3 Tujuan Makalah Adapun tujuan makalah ini selain disusun untuk memenuhi persyaratan Ujian Tengah Semester mata kuliah Psikologi, juga agar pembaca mendapat informasi yang lebih dalam mengenai perilaku menyimpang serta pembahasannya sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan.

1.4 Manfaat Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perilaku menyimpang. Tentunya dengan memiliki pengetahuan tentang hal ini, maka diharapkan dapat menangani kasus perilaku menyimpang yang ada dengan lebih baik dan agar perilaku-perilaku menyimpang negatif yang mungkin terjadi dapat diminimalisasi.

Universitas Pelita Harapan

BAB II ISI
2.1. Definisi Perilaku Menyimpang 2.1.1 Definisi Menurut Kamus Bahasa Indonesia Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai yang sudah baku dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan ini disebut dengan devian (deviant). 2.1.2 Definisi Menurut Para Ahli Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh para ahli sosiologi: 1. James Vander Zenden Menyebutkan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. 2. Robert M.Z. Lawang Mengungkapkan penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.

Universitas Pelita Harapan

3. Bruce J. Cohen

Mengatakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. 4. Paul B. Horton

Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. 5. Lewis Coser

Universitas Pelita Harapan

Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
2.2 Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang

Berikut adalah bagaimana proses pembentukan perilaku menyimpang dalam masyarakat dan faktor faktor yang mempengaruhinya: a. Faktor Biologis

Cesare Lombrosso, seorang kriminolog dari Italia, dalam bukunya Crime, Its Causes and Remedies (1918) memberikan gambaran tentang perilaku menyimpang yang dikaitkan dengan bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan bahwa ditinjau dari segi biologis penjahat itu keadaan fisiknya kurang maju apabila dibandingkan dengan keadaan fisik orang-orang biasa. Lombrosso berpendapat bahwa orang yang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulangtulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan beserta jari-jarinya dan jari-jari kaki relatif besar, serta susunan gigi yang abnormal.

Sementara itu William Sheldon, seorang kriminolog Inggris dalam bukunya Varieties of Delinquent Youth (1949) membedakan bentuk tubuh manusia yang

Universitas Pelita Harapan

mempunyai kecenderungan melakukan penyimpangan ke dalam tiga bentuk, yaitu endomorph, mesomorph, dan ectomorph yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.

1. Endomorph (Bulat dan Serba Lembek) Orang dengan bentuk tubuh ini menurut kesimpulannya dapat terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang, karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri. 2. Mesomorph (Atletis, Berotot Kuat, dan Kekar) Orang dengan bentuk tubuh seperti ini sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau keinginannya. Bentuk demikian ini biasanya identik dengan orang jahat yang paling sering melakukan perilaku menyimpang. 3. Ectomorph (Kurus Sekali dan Memperlihatkan Kelemahan Daya) Orang yang seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, akan tetapi apabila mendapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa maka tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang darinya. b. Faktor Psikologis Banyak ahli sosiologi yang cenderung untuk menerima sebab-sebab psikologis sebagai penyebab pembentukan perilaku menyimpang. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak yang tidak harmonis. Banyak orang meyakini bahwa hubungan

Universitas Pelita Harapan

antara orang tua dan anak merupakan salah satu ciri yang membedakan orang 'baik' dan orang 'tidak baik'. Sikap orang tua yang terlalu keras maupun terlalu lemah seringkali menjadi penyebab deviasi pada anak-anak. c. Faktor Sosiologis Dari sudut pandang sosiologi, telah banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang

menyebutkan kawasan kumuh (slum) di kota-kota besar sebagai tempat persemaian deviasi dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi yang buruk dapat membuat orang berperilaku menyimpang. Selanjutnya ditemukan hubungan antara 'ekologi' kota dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan beberapa sebab atau proses terjadinya perilaku menyimpang ditinjau dari faktor sosiologis. 1. Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia, baik yang menyimpang maupun yang tidak dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati dapat diterangkan. Apabila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang

menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga seseorang bertindak tanpa memperhitungkan risiko yang akan terjadi. Contohnya anak sulung perempuan, dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi karena ia harus bertindak sebagai ayah, yang telah meninggal. Di pihak lain, media massa, terutama sering menyajikan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran-anjuran yang disampaikan dalam keluarga atau sekolah. Di dalam keluarga telah ditanamkan perilaku pemaaf, tidak balas dendam, mengasihi, dan lain-lain, tetapi di televisi selalu ditayangkan adegan kekerasan, balas dendam, fitnah, dan sejenisnya. Nilai-nilai kebaikan yang ditawarkan oleh keluarga dan sekolah harus berhadapan dengan nilai-nilai lain yang ditawarkan oleh media massa, khususnya televisi. Proses sosialisasi seakan-akan tidak sempurna karena adanya saling pertentangan antara agen sosialisasi yang satu dengan agen yang

Universitas Pelita Harapan

lain, seperti antara sekolah dan keluarga berhadapan dengan media massa. Lama kelamaan seseorang akan terpengaruh dengan cara-cara yang kurang baik, sehingga terjadilah penyimpangan-penyimpangan dalam masyarakat. 2. Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan Menyimpang Shaw dan Mc. Kay (1942) mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah-daerah yang demikian, perilaku menyimpang (kejahatan) dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang. Contohnya di daerah lingkungan perampok terdapat nilai dan norma yang menyimpang dari kebudayaan setempat. Nilai dan norma sosial itu sudah dihayati oleh anggota kelompok sebagai proses sosialisasi yang wajar. Perilaku menyimpang seperti di atas merupakan penyakit mental yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu kita mengenal konsep anomie yang dikemukakan oleh Emile Durkheim .Anomie adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan-subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Indikasinya adalah masyarakat seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan yang dijadikan pegangan atau pedoman dan untuk ditaati bersama.

Emile Dukheim, 1917, French Sosiologisst Akibat tidak adanya keserasian dan keselarasan, norma-norma dalam masyarakat menjadi lumpuh dan arahnya menjadi samar-samar. Apabila hal itu berlangsung lama dalam masyarakat, maka besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Anggota masyarakat akan bingung dan sulit memperoleh pedoman.

Universitas Pelita Harapan

Akhirnya, mereka memilih cara atau jalan sendiri-sendiri. Jalan yang ditempuh tidak jarang berupa perilaku-perilaku yang menyimpang. 3. Proses Belajar yang Menyimpang Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada dalam masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan menyimpang. Misalnya, seorang anak yang sering mencuri uang dari tas temannya mula-mula mempelajari cara mengambil uang tersebut mulai dari cara yang paling sederhana hingga yang lebih rumit. Cara ini dipelajarinya melalui media maupun secara langsung dari orang yang berhubungan dengannya. Penjelasan ini menerangkan bahwa untuk menjadi penjahat kelas 'kakap', seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara yang paling efisien untuk beroperasi. 4. Ikatan Sosial yang Berlainan Dalam masyarakat, setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling dihargainya. Dalam hubungan ini, individu tersebut akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompoknya. Apabila pergaulan itu memiliki polapola sikap dan perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang. Misalnya seorang anak yang bergaul dengan kelompok orang yang sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya, maka kemungkinan besar dia juga akan melakukan tindakan yang serupa. 5. Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaannya, tetapi juga cara-cara yang diperkenankan oleh kebudayaannya itu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang tidak diberi peluang untuk menggunakan cara-cara ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka kemungkinan besar akan terjadi perilaku menyimpang. Misalnya

Universitas Pelita Harapan

dalam sebuah perusahaan, pengusaha memberikan upah kepada buruhnya di bawah standar UMK. Hal itu apabila dibiarkan berlarut-larut, maka ada kemungkinan si buruh akan melakukan penyimpangan, seperti melakukan demonstrasi atau mogok kerja. 2.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Dalam kehidupan bermasyarakat kita mengenal bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri atas penyimpangan individual (individual deviation), penyimpangan kelompok (group deviation), dan penyimpangan gabungan dari keduanya (mixture of both deviation). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan penyimpangan primer (primary deviation) dan penyimpangan sekunder (secondary deviation). A. Penyimpangan Individual (Individual Deviation) Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya. Contohnya seorang anak yang ingin menguasai warisan atau harta peninggalan orang tuanya. Ia mengabaikan saudara-saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma pembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat, dan munafik. 1. Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik. 2. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orangorang. 3. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.

Universitas Pelita Harapan

4. Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan normanorma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain. 5. Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.

B. Penyimpangan Kelompok (Group Deviation) Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, tetapi bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang lebih luas. Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman, dan separatis. Mereka memiliki aturanaturan sendiri yang harus dipatuhi oleh anggotanya. Dalam melakukan aksinya, mereka memiliki aturan permainan yang cermat, termasuk dalam membentuk jaringan yang kuat untuk melakukan kejahatannya, sehingga sulit dilacak dan dibongkar pihak yang berwenang, dalam hal ini kepolisian. C. Penyimpangan Campuran (Mixture of Both Deviation) Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pintas untuk hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam 'organisasi rahasia' (penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat bertentangan dengan norma yang berlaku umum di masyarakat. Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat

Universitas Pelita Harapan

10

dan tunduk kepada norma golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku. Misalnya gank-gank anak nakal. Kelompok semacam itu dapat berkembang menjadi semacam kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat. D. Penyimpangan Primer (Primary Deviation) Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat temporer atau sementara dan tidak berulang-ulang. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain kesempatan tidak akan melakukannya lagi. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggar ramburambu lalu lintas. E. Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation ) Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang secara terus menerus, sehingga akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang menyimpang. Masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka. Misalnya seorang siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Contoh lainnya adalah seseorang yang sering mabuk-mabukan baik di rumah, di pesta, maupun di tempat umum serta seseorang yang sering melakukan pencurian, perampokan, dan tindak kriminal lainnya. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut harus diatasi karena penyimpangan menyangkut masalah mental perilaku. Misalnya, melalui berbagai penataran, pendidikan keagamaan, pemulihan disiplin, serta pelatihan-pelatihan lainnya.

Universitas Pelita Harapan

11

2.4 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang Kita tahu bahwa perilaku menyimpang merupakan tindakan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat karena telah melanggar norma atau aturan-aturan yang berlaku. Namun, tetap saja perilaku menyimpang itu ada dalam masyarakat. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu tindakan dikatakan sebagai perilaku menyimpang. Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut. A. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan Suatu perbuatan anggota masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila memang didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah sematamata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut. Singkatnya, penilaian menyimpang atau tidaknya suatu perilaku harus berdasar pada kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. B. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa juga Ditolak Perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Positif, apabila penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti penemuan baru oleh para ahli itu kadang-kadang bertentangan dengan budaya masyarakat. Sedangkan penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat, seperti perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun. C. Penyimpangan Relatif dan Mutlak Dalam masyarakat, tidak ada seorang pun yang masuk dalam kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang benarbenar menyimpang). Orang yang termasuk kedua kategori itu justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Pada dasarnya semua orang normal sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk setiap orang.

Universitas Pelita Harapan

12

Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Secara umum, penyimpangan yang dilakukan tiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya. D. Penyimpangan terhadap Budaya Nyata ataukah Budaya Ideal Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam kenyataan di masyarakat, banyak anggota masyarakat yang tidak patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Jadi antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan sehari-hari cenderung banyak dilanggar. Contohnya peraturan mengenai penggunaan helm pada saat mengendarai sepeda motor. Banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut, di mana kita dapat melihat di jalan-jalan banyak orang mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm. E. Terdapat Norma-Norma Penghindaran dalam Penyimpangan Norma penghindaran ini muncul apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang. Apakah norma penghindaran itu? yaitu pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga (semi-institusionalized). F. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan) Tidak selamanya penyimpangan sosial menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat, karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Perilaku apa yang kita harapkan dari orang lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu yang lama. Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan penduduk, perubahan teknologi, serta

Universitas Pelita Harapan

13

hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional mengharuskan banyak orang untuk menerapkan norma-norma baru. 2.5 Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang Dalam masyarakat kita mengenal dua sifat perilaku menyimpang, yaitu perilaku menyimpang yang bersifat positif dan perilaku menyimpang yang bersifat negatif. A. Penyimpangan yang Bersifat Positif Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial. Atau dengan kata lain, penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal (didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan itu seolah-olah atau tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku, padahal sebenarnya tidak. Seseorang dikatakan menyimpang secara positif apabila dia berusaha merealisasikan suatu cita-cita, akan tetapi masyarakat pada umumnya menolak atau tidak dapat menerima caranya. Akibatnya orang tersebut akan menerima celaan dari masyarakat. B. Penyimpangan yang Bersifat Negatif Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk. Jenis tindakan seperti ini dianggap tercela dalam masyarakat. Si pelaku bahkan bisa dikucilkan dari masyarakat. Bobot penyimpangan negatif itu diukur menurut kaidah susila dan adat istiadat, sehingga sanksi yang diberikan kepada pelanggarnya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Contohnya pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.

Universitas Pelita Harapan

14

2.6 Tipe-Tipe Perilaku Menyimpang Menurut Robert M.Z. Lawang, seorang Profesor sosiologi Modern di Univesitas Indonesia, perilaku menyimpang dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu tindakan kriminal atau kejahatan, penyimpangan seksual, penyimpangan dalam bentuk pemakaian atau konsumsi secara berlebihan, serta penyimpangan dalam gaya hidup (lifestyle). A. Tindakan Kriminal atau Kejahatan Tindakan kriminal merupakan suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap nilai dan norma atau peraturan perundangundangan yang berlaku di masyarakat. Kita mengenal dua jenis kejahatan seperti yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu violent offenses dan property offenses. Violent offenses atau kejahatan yang disertai dengan kekerasan pada orang lain, seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. Property offenses atau kejahatan yang menyangkut hak milik orang lain, seperti perampasan, pencurian tanpa kekerasan, dan lain sebagainya. Sementara itu Light, Keller, dan Callhoun dalam bukunya yang berjudul Sociology (1989) membedakan kejahatan menjadi empat tipe, yaitu crime without victim, organized crime, white collar crime, dan corporate crime. 1. White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih) Kejahatan ini mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang yang terpandang atau berstatus tinggi dalam hal pekerjaannya. Contohnya

penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan, manipulasi data keuangan sebuah perusahaan (korupsi), dan lain sebagainya. 2. Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban) Kejahatan tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara langsung akibat tindak pidana yang dilakukan. Contohnya berjudi, mabuk, dan hubungan seks yang tidak sah tetapi dilakukan secara sukarela.

Universitas Pelita Harapan

15

3. Organized Crime (Kejahatan Terorganisir) Kejahatan ini dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (biasaya lebih ke materiil) dengan jalan menghindari hukum. Contohnya penyedia jasa pelacuran, penadah barang curian, perdagangan perempuan ke luar negeri untuk komoditas seksual, dan lain sebagainya. 4. Corporate Crime (Kejahatan Korporasi) Kejahatan ini dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan keuntungan dan menekan kerugian. Lebih lanjut Light, Keller, dan Callhoun membagi tipe kejahatan korporasi ini menjadi empat, yaitu kejahatan terhadap konsumen, kejahatan terhadap publik, kejahatan terhadap pemilik perusahaan, dan kejahatan terhadap karyawan. B. Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah. 2. Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan sesama jenis. Homoseksual dibedakan atas lesbian dan homoseks. Lesbian adalah sebutan bagi wanita yang melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks adalah sebutan bagi pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. 3. Kumpul kebo, yaitu hidup bersama seperti suami istri, namun tanpa adanya ikatan pernikahan. 4. Sadomasochist, yaitu pemuasan nafsu seksual dengan melakukan penyiksaan terhadap pasangannya. 5. Paedophilia, yaitu memuaskan keinginan seksual yang dilampiaskan kepada anak kecil. 6. Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melalui anus atau dubur.

Universitas Pelita Harapan

16

7. Gerontophilia, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang-orang lanjut usia.

C. Penyimpangan dalam Bentuk Pemakaian atau Konsumsi Berlebihan Penyimpangan ini biasanya diidentikkan dengan pemakaian dan pengedaran narkoba atau obat-obatan terlarang serta alkoholisme. Hal ini lebih banyak terjadi pada kaum remaja karena perkembangan emosi mereka yang belum stabil dan cenderung ingin mencoba serta adanya rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu hal. Menurut Dr. Graham Baliane (1992) kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada penggunaan narkotika karena faktor-faktor sebagai berikut: 1. Ingin membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya. 2. Ingin menunjukkan tindakan menentang terhadap orang tua yang otoriter. 3. Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional. 4. Ingin mencari dan menemukan arti hidup. 5. Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan. 6. Ingin menghilangkan kegelisahan. 7. Solidaritas di antara kawan. 8. Ingin tahu. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol secara berlebih dilarang oleh hukum karena dapat mendorong terjadinya tindak kriminal yang lain. Selain dapat membahayakan diri sendiri, juga dapat membahayakan orang lain. Bahaya terhadap diri sendiri, antara lain dapat merusak organ-organ tubuh, sehingga tidak berfungsi sempurna, bahkan susunan syaraf yang berfungsi sebagai pengendali daya pikir turut pula dirusak. Akibatnya tidak dapat berpikir secara rasional dan cenderung untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Universitas Pelita Harapan

17

D. Penyimpangan dalam Bentuk Gaya Hidup Di masyarakat, kita bisa menemukan berbagai gaya hidup yang antara orang yang satu dengan orang yang lain mungkin terdapat perbedaan-perbedaan. Gaya hidup setiap orang bisa dipengaruhi oleh lingkungan, pendapatan, kemampuan pribadi, dan lain-lain. Namun demikian, gaya hidup seseorang juga dapat menimbulkan suatu penyimpangan dalam masyarakat. Gaya hidup yang bagaimanakah itu? Ada dua bentuk penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari biasanya, yaitu sikap arogansi dan sikap eksentrik. Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Atau bisa saja sikap itu dilakukan untuk menutupi kekurangannya. Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh. Misalnya anak laki-laki memakai anting-anting, berambut panjang. 2.7 Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya. 1. Dampak Bagi Pelaku Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak tersebut: a. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan. b. Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan. c. Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa. d. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.

Universitas Pelita Harapan

18

2. Dampak Bagi Orang Lain / Kehidupan Masyarakat Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain atau kehidupan masyarakat pada umumnya. Karena banyak gangguan psikis muncul sebab anak sejak usia yang sangat muda mendapatkan perlakuan yang tidak patut dalam situasi keluarganya. Beberapa di antaranya adalah meliputi hal-hal berikut ini: a. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat. b. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat. c. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku. d. Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat.Namun demikian, menurut Emile Durkheim, perilaku menyimpang tidak serta merta selalu membawa dampak yang negatif. Menurutnya, perilaku menyimpang juga memiliki kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat. Adapun beberapa kontribusi penting dari perilaku menyimpang yang bersifat positif bagi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini: a. Perilaku menyimpang memperkokoh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Bahwa setiap perbuatan baik merupakan lawan dari perbuatan yang tidak baik. Dapat dikatakan bahwa tidak akan ada kebaikan tanpa ada ketidak-baikan. Oleh karena itu perilaku penyimpangan diperlukan untuk semakin menguatkan moral masyarakat. b. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan memperjelas batas moral. Dengan dikatakan seseorang berperilaku menyimpang, berarti masyarakat mengetahui kejelasan mengenai apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah. c. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan menumbuhkan kesatuan masyarakat. Setiap ada perilaku penyimpangan, masyarakat pada umumnya

Universitas Pelita Harapan

19

secara bersama-sama akan menindak para pelaku penyimpangan. Hal tersebut menegaskan bahwa ikatan moral akan mempersatukan masyarakat. d. Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial. Para pelaku penyimpangan senantiasa menekan batas moral masyarakat, berusaha

memberikan alternatif baru terhadap kondisi masyarakat dan mendorong berlangsungnya perubahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perilaku menyimpang yang terjadi saat ini akan menjadi moralitas baru bagi masyarakat di masa depan.

2.8 Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga dan Masyarakat Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah perilaku penyimpangan sosial dalam masyarakat. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dari berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 1. Di Lingkungan Keluarga Upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial di rumah memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga luas. Dalam hal ini, masing-masing anggota keluarga harus mampu mengembangkan sikap kepedulian, kompak, serta saling memahami peran dan kedudukannya masing-masing di keluarga. Meskipun keterlibatan seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan, akan tetapi orang tua memegang peran utama dalam membentuk perwatakan dan membina sikap anakanaknya. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan figur utama anak yang dijadikan panutan dan tuntunan, sehingga sudah sepantasnya jika orang tua harus mampu memberi teladan bagi anak-anaknya. Dalam hubungannya dengan upaya pencegahan

penyimpangan sosial di lingkungan keluarga, orang tua dapat melakukan beberapa hal, seperti berikut ini: a. Menciptakan suasana harmonis, perhatian, dan penuh rasa kekeluargaan. b. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan, dan ketaatan beribadah. c. Mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak.

Universitas Pelita Harapan

20

d. Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat anak, sekaligus mampu memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapat kesulitan. e. Memberikan punnish and reward, artinya bersedia memberikan teguran atau bahkan hukuman jika anak bersalah dan bersedia memberikan pujian atau bahkan hadiah jika anak berbuat baik atau memperoleh prestasi. f. Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai tingkat umur dan pendidikannya. Langkah-langkah tersebut merupakan upaya yang dapat dilakukan orang tua agar tercipta suatu komunikasi yang baik dengan anak, sehingga anak merasa terlindungi, memiliki panutan atau teladan, serta merasa memiliki arti penting sebagai bagian dari keluarganya.

2. Di Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup kompleks. Di dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai penyimpangan sosial. Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik dalam upaya mencegah perilaku penyimpangan sosial anak didiknya, antara lain, sebagai berikut ini: a. Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang. b. Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. c. Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya. d. Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri, sejauh potensi tersebut bersifat positif. e. Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konselor untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di luar sekolah.

Universitas Pelita Harapan

21

3. Di Lingkungan Masyarakat Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu memengaruhi pola pikir seseorang. Dalam hal ini, perlu tercipta lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter anak yang baik. Adapun hal-hal yang dapat dikembangkan dalam masyarakat agar upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial dapat tercapai, antara lain, sebagai berikut ini: a. Mengembangkan kerukunan antarwarga masyarakat. Sikap ini akan mampu meningkatkan rasa kepedulian, gotong royong, dan kekompakan antarsesama warga masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat tercipta kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat diminimalisasikan. b. Membudayakan perilaku disiplin bagi warga masyarakat, misalnya disiplin dalam menghormati keputusan-keputusan bersama, seperti tamu bermalam harap lapor RT, penetapan jam belajar anak, menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya. c. Mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif, seperti perkumpulan PKK, Karang Taruna, pengajian, atau berbagai kegiatan lain yang mengarah kepada peningkatan kemampuan masyarakat yang lebih maju dan dinamis. Jika beberapa upaya tersebut dapat diterapkan dalam suatu lingkungan masyarakat, maka kelompok pelaku penyimpangan sosial akan merasa risih dan jengah, sehingga mereka akan merasa malu jika melakukan tindakan penyimpangan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

Universitas Pelita Harapan

22

2.9 Teori-Teori Perilaku Menyimpang Dalam sosiologi dikenal berbagai teori yang membahas perilaku menyimpang, yaitu Teori Pergaulan Berbeda, Teori Fungsi, dan Teori Tipologi Adaptasi. a. Teori Pergaulan Berbeda (Differential Association)

Biografi Edwin Hardin Sutherland (born August 13, 1883, Gibbon, Nebraska, U.S. died October 11, 1950, Bloomington, Indiana) was an American sociologist. He is considered as one of the most influential criminologists of the twentieth century. He was a sociologist of the symbolic interactionist school of thought and is best known for defining white-collar crime and differential association, a general theory of crime and delinquency. Sutherland earned his Ph.D. in sociology from the University of Chicago in 1913. Teori Asosiasi Diferensial adalah dalam teori kriminologi yang terlihat pada tindakan kriminal sebagai perilaku yang dipelajari. Edwin H. Sutherland dikreditkan dengan perkembangan teori Asosiasi Diferensial pada tahun 1939. Sutherland, seorang sosiolog dan profesor dalam sebagian besar waktu hidupnya, mengembangkan teori Asosiasi Diferensial untuk menjelaskan bagaimana itu bahwa penjahat datang untuk melakukan tindakan perilaku menyimpang. Dengan edisi keempat dari bukunya, Prinsip kriminologi, pada tahun 1947 Sutherland menyelesaikan teorinya bahwa perilaku menyimpang yang disosialisasikan melalui kurangnya oposisi terhadap perilaku tersebut dalam teorinya, Sutherland menilai bahwa perilaku kriminal tidak akan dijelaskan oleh deeming kriminal 'sederhana'. Sutherland menuduh bahwa sama seperti norma-norma sosial dipelajari melalui interaksi sosial dan ketaatan, demikian juga penyimpangan sosial. Dengan teori Asosiasi Diferensial, Premis bahwa karena sebuah asosiasi individu dengan anggota lebih dari kelompok yang mendukung penyimpangan, dibandingkan
Universitas Pelita Harapan 23

dengan anggota kelompok yang mendukung norma-norma sosial, bahwa individu lebih cenderung untuk bertindak menantang. Pendekatan Sutherland menunjukkan bahwa kita harus melihat 'multiple-faktor' yang meliputi lebih dari etnis kelas kriminal, latar belakang dan ras. Sutherland menyatakan, tujuan dari kriminologi adalah pengembangan dari suatu tubuh umum dan diverifikasi dan prinsip-prinsip dan jenis lain mengenai pengetahuan tentang proses kejahatan (Sutherland, 1974). 9 prinsip dari teori Asosiasi Diferensial adalah: 1. Perilaku kriminal yang dipelajari. Seperti apakah teori belajar yang paling sosial, teori Diferensial Asosiasi percaya bahwa perilaku individu dipengaruhi dan dibentuk oleh individu lain yang berhubungan dengan mereka. Kelompok referensi utama adalah bahwa dari keluarga inti, dimana individu hidup dan tumbuh dengannya. Hal ini diyakini bahwa interaksi ini merumuskan pemahaman individu dari norma-norma sosial dan nilai-nilai. Hal ini kemudian diasumsikan bahwa jika individu mampu belajar apa yang dapat diterima dalam masyarakat, mereka juga mampu belajar apa yang dianggap tidak dapat diterima. 2. Perilaku kriminal yang dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam proses komunikasi. Dari saat individu dilahirkan mereka yang untuk dikondisikan sebagai normanorma masyarakat. Mereka belajar peran gender melalui interaksi mereka dengan orang tua mereka dan pengamatan karakteristik jenis kelamin tertentu. Interaksi dan observasi adalah metode komunikasi yang sama melalui mana penjahat mempelajari penyimpangan mereka. Perilaku kriminal, Diferensial Teori Asosiasi berpendapat, yang lebih menonjol pada individu yang mengasosiasikan dan berinteraksi dengan individu yang menunjukkan set pikiran kriminal dan perilaku. 3. Belajar perilaku kriminal terjadi di dalam kelompok primer (keluarga, teman, teman sebaya, paling intim mereka, sahabat pribadi) Sebuah perilaku individu terutama dipengaruhi oleh keluarga mereka, karena itu adalah interaksi kelompok pertama yang mereka terima. Selain itu, perilaku individu

Universitas Pelita Harapan

24

dipengaruhi juga oleh kelompok sebaya mereka (melalui interaksi langsung dan tidak langsung) dan melalui hubungan intim mereka dengan individu lainnya. 4. Belajar perilaku kriminal mencakup belajar teknik, motif, dorongan, rasionalisasi, dan sikap. Tentunya, hanya karena seseorang memiliki pidana di kelompok referensi utama mereka tidak berarti bahwa mereka akan mengambil bagian dalam perilaku kriminal. Namun, tidak berarti bahwa mereka merupakan sumber daya untuk menjadi alasan kriminal. Penjahat tidak inheren menyimpang, mereka mengetahui penyimpangan tersebut. Mereka diajarkan untuk merasionalisasi apa yang pernah mereka ketahui sebagai perilaku tidak dapat diterima ke dalam perilaku yang dapat diterima. Sebagai contoh, banyak penyerang seksual dihukum mengakui bahwa pertama kali mereka melakukan penyerangan seksual, mereka merasa bersalah. Rasa bersalah ini datang dari sosialisasi terhadap norma-norma masyarakat bahwa perkosaan tidak dapat diterima. 5. Arah khusus dari motif dan sikap yang dipelajari dari definisi dari kode hukum sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Prinsip ini datang ke dalam bermain ketika mempertimbangkan variasi kultural dan/atau interpretasi dari aturan hukum. Dalam hal tertentu, di Amerika Serikat, ada budaya yang berbeda begitu banyak dan interpretasi masing-masing budaya tentang apa yang menguntungkan atau tidak menguntungkan bervariasi. Norma-norma budaya dapat bertentangan dengan norma-norma sosial. 6. Seseorang menjadi penjahat ketika ada kelebihan definisi menguntungkan untuk pelanggaran hukum atas definisi tidak menguntungkan untuk melanggar hukum. Ini adalah premis dominan untuk teori Asosiasi Diferensial. Premis bahwa karena individu berasosiasi dengan anggota lebih dari kelompok yang mendukung penyimpangan, dibandingkan dengan anggota kelompok yang mendukung normanorma sosial, bahwa individu lebih cenderung untuk bertindak menantang. Pfohl menulis dalam bukunya, Gambar penyimpangan dan kontrol sosial, bahwa

Universitas Pelita Harapan

25

kemungkinan perilaku menyimpang dapat ditentukan dengan menghitung perbedaan antara asosiasi menguntungkan dan tidak menguntungkan (1994). 7. Asosiasi Diferensial bervariasi dalam frekuensi, durasi, prioritas, dan intensitas. Mengacu pada kontak individu harus memiliki dengan pendukung perilaku kriminal; prinsip ini menunjukkan bahwa ada, bervariasi tapi langsung, hubungan yang efek seberapa sering, untuk apa waktu yang lama, seberapa penting dan bagaimana perilaku menyimpang dengan intens terjadi. 8. Proses pembelajaran perilaku kriminal melibatkan semua mekanisme yang terlibat dalam belajar lainnya. Dengan demikian ini berarti bahwa perilaku kriminal, seperti perilaku belajar lain, tidak hanya belajar melalui ketaatan tetapi melalui metode berbagai macam lainnya juga. Misalnya, pemaksaan dan rayuan bisa menyebabkan tindakan penyimpangan. Juga, perilaku kriminal dapat dikreditkan untuk tindakan spontanitas. 9. Meskipun perilaku kriminal adalah ekspresi dari kebutuhan umum dan sikap, perilaku kriminal dan motif yang tidak dijelaskan atau dimaafkan oleh kebutuhan yang sama dan sikap, karena perilaku kriminal yang tidak dijelaskan oleh kebutuhan umum yang sama dan sikap. Prinsip terakhir menegaskan bahwa bahkan penjahat, yang merasionalisasi perilaku mereka sebagai mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasar, tidak atas mencela. Penjahat tidak tunduk untuk mendapatkan kebutuhan umum yang sama seperti penjahat dan melakukannya dengan cara yang non-menyimpang. Kritik terhadap teori Asosiasi Sutherland banding meliputi asumsi bahwa Sutherland mengusulkan interaksi hanya dengan penjahat akan mengakibatkan seorang individu untuk berperilaku kriminal. Ini bukan usulan Sutherland. Asosiasi diferensial dimaksudkan untuk membuat beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan ketika mengevaluasi perilaku menyimpang. Yang paling utama adalah bahwa jika seseorang terkena penerimaan sosial lebih dari penyimpangan yang mereka terkena oposisi dari penyimpangan, individu lebih cenderung berfungsi menantang. Kritik tambahan

Universitas Pelita Harapan

26

datang dari kurangnya teori kemampuan untuk menjelaskan tindakan penyimpangan yang tidak dipelajari dan/atau spontan. Setelah Sutherland meninggal, teori Asosiasi Diferensial itu terutama diperluas oleh sosiolog Burgess dan Akers pada tahun 1968. Burgess dan Akers menyebut teori mereka sebagai teori Differential-Penguat. Mereka mengabaikan pandangan Sutherland bahwa perilaku kriminal yang telah dipelajari di kelompok referensi primer. Selain itu, Teori Penguatan Diferensial menunjukkan bahwa perilaku kriminal bisa disebabkan oleh faktor non-sosial. Sebagai contoh, pengaruh obat pada kondisi individu psikologis dan fisiologis dapat memberikan kontribusi untuk perilaku menyimpang individu. Diferensial Teori Penguatan mencerminkan ide teori Pilihan Rasional bahwa seseorang akan mengambil pengalaman masa lalu menjadi pertimbangan ketika menghitung perilaku masa depan.

b. Teori Labelling

Biografi EDWIN M. LEMERT was born in Cincinnati, Ohio, in 1912. He received his B.A. at Miami University in Ohio and his Ph.D. in sociology and anthropology from Ohio State University. Dr.Lemert, known for his theoretical writings on labeling theory, has done extensive field research in a number of diverse areas including juvenile justice, check forgery, alcohol use, and mental disorders. He has also taught at Kent State, Western Michigan University, the University of California at Los Angeles, and the University of California at Davis. Dr. Lemert is now professor emeritus of sociology at Davis.

Universitas Pelita Harapan

27

Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer (primary deviation) misalnya pencuri, penipu, pemerkosa, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder (secondary deviation). Alasannya adalah sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung.

c. Teori Fungsi

Biografi David mile Durkheim (lahir 15 April 1858 meninggal 15 November 1917 pada umur 59 tahun) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabadikan kepada ilmu sosial, L'Anne Sociologique pada 1896. Durkheim dilahirkan di pinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.

Universitas Pelita Harapan

28

Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke cole Normale Suprieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurs dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrgation syarat untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum dalam ilmu filsafat pada 1882. Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis. Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik. Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan Pembagian Kerja dalam Masyarakat, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan Aturan-aturan Metode Sosiologis, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas
Universitas Pelita Harapan 29

Bourdeaux. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Anne Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan Bunuh Diri, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi. Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar kuliahkuliahnya wajib diambil oleh seluruh mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan. Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung negaranya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya) membuat ia menjadi sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, Ren, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917. Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut teori ini, keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor
Universitas Pelita Harapan 30

lingkungan, fisik, dan keturunan. Oleh karena itu dalam suatu masyarakat, orang yang berwatak jahat akan selalu ada, dan kejahatan juga akan selalu ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.

d. Teori Konflik

Karl Heinrich Marx (lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818 meninggal di London, Inggris, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis. Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel seperti juga leluhurnya adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.

Universitas Pelita Harapan

31

Pendidikan Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikannya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Pada usianya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universitt di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti The Deity akan tetapi ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature. Namun, ia harus menyerahkan disertasinya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa statusnya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin. Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan. Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu. Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif akan tetapi kritis terhadap guru mereka. Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar, akan tetapi hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian. Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal. Dalam kurun waktu sepuluh bulan bekerja di sana menjadi editor kepala. Namun, karena posisi politisnya, koran ini ditutup sepuluh bulan kemudian oleh pemerintah. Esai-esai awal yang dipublikasikan

Universitas Pelita Harapan

32

pada waktu itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya. Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dan idealisme muda. Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelian, impian naif komunis utopis, dan para aktivis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur. Ketika menolak aktivis-aktivis tersebut, Marx meletakkan landasan karyanya. Marx terkenal karena analisisnya di bidang sejarah yang dikemukakannya di kalimat pembuka pada buku Communist Manifesto (1848): Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas. Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat (kaum paling bawah di negara Romawi). Akhir dari Kapitalisme Marx sering dijuluki sebagai Bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional. Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. Ideologi JermanHubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, akan tetapi hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.

Universitas Pelita Harapan

33

Marx Menikah pada tahun 1843 dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari atmosfer yang lebih liberal di Paris. Di sana ia terus menganut gagasan Hegel dan para pendukungnya, akan tetapi ia juga mendalami dua gagasan baru sosialisme Perancis dan ekonomi politik Inggris. Inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme, dengan ekonomi politik yang membangun orientasi intelektualitasnya. Di Perancis ia bertemu dengan Friedrich Engels sahabat sepanjang hayatnya, penopang finansialnya dan kolaboratornya. Engels adalah anak seorang pemilik pabrik tekstil, dan menjadi seorang sosialis yang bersifat kritis terhadap kondisi yang dihadapi oleh para kelas pekerja. Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak perbedaan di antara kedua orang ini. Marx cenderung lebih teoritis, intelektual berantakan, dan sangat berorientasi pada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang sangat tidak percaya pada institusi keluarga. Banyak kesaksian Marx atas nestapa kelas pekerja berasal dari paparan Engels dan gagasan-gagasannya. Pada tahun 1844 Engels dan Marx berbincang lama di salah satu kafe terkenal di Perancis dan ini mendasari pertalian seumur hidup keduanya. Dalam percakapan itu Engels mengatakan, "Persetujuan penuh kita atas arena teoritis telah menjadi gamblang...dan kerja sama kita berawal dari sini." Tahun berikutnya, Engels mepublikasikan satu karya penting, The Condition of the Working Class in England. Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya rumit (banyak di antaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya), termasuk The Holy Family dan The German Ideology (keduanya ditulis bersama dengan Engels), akan tetapi ia pun menulis The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat terhadap ranah ekonomi. Di tengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun persekutuan kuat tempat mereka berkolabirasi menulis sejumlah buku dan artikel serta bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx mengabdikan diri untuk petualang politik dan intelektualnya. Kendati mereka berasosiasi begitu kuat dengan nama Marx dan Engels, Engels menjelaskan bahwa dirinya partner junior Marx. Sebenarnya banyak orang percaya bahwa Engels sering gagal memahami karya Marx. Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dan dengan mendistorsi dan terlalu meyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada
Universitas Pelita Harapan 34

perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx. Karena beberapa tulisannya meresahkan pemerintah Prussia, Pemerintahan Perancis pada akhirnya mengusir Marx pada tahun 1845, dan ia berpindah ke Brussel. Radikalismenya tumbuh, dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional. Ia juga bergabung dengan liga komunis dan diminta menulis satu dokumen yang memaparkan tujuan dan kepercayaannya. Hasilnya adalah Communist Manifesto yang terbit pada tahun 1848, satu karya yang ditandai dengan kumandang slogan politik. Pada tahun 1849 Marx pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner lalu beralih ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis. Pada tahun 1852, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum. Studi-studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1867; dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal. Ia hidup miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan sedikitnya pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels. Pada tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan gerakan pekerja Internasional. Ia segera mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya. Namun, disintegrasi yang terjadi di dalam gerakan ini pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx. Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx sendiri meninggal pada tanggal 14 Maret 1883. Dalam hidupnya, Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti. Ide-idenya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Ide Marxian baru mulai mendunia pada abad ke-20. Teori ini dikembangkan oleh penganut Teori Konflik Karl Marx. Para penganut teori ini berpandangan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok - kelompok yang berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga

Universitas Pelita Harapan

35

mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.

e. Teori Tipologi Adaptasi

Biografi Robert K. Merton was born on July 4, 1910, in Philadelphia as Meyer Robert Schkolnick in a family of Yiddish speaking Russian Jews that had immigrated to the United States in 1904. His mother was Ida Rasovskaya, an "unsynagogued" socialist who had freethinking radical sympathies. His father was Aaron Schkolnickoff, officially identified at his port of entry into the United States as Harrie Skolnick, a tailor from Russia and a Hebrew. Many of Merton's childhood experiences formed a basis for his theory of social structure, particularly the reference group. He attended South Philadelphia High School. As a high school student, he became a frequent visitor of nearby cultural and educational venues including Andrew Carnegie Library, The Academy of Music, Central Library, and Museum of Arts. He adopted the name Robert K. Merton initially as a stage name for his magician performances. In 1994, Merton stated that growing up in South Philadelphia provided young people with, "every sort of capitalsocial capital, cultural capital, human capital, and, above all, what we may call public capitalthat is, with every sort of capital except the personally financial". [This passage is from R. K. Merton's "A Life of Learning", which is reprinted in R. K. Merton, 1996. On Social Structure and Science, edited by P. Sztompka. Chicago: University of Chicago Press, pp. 339359. The passage cited is from p. 346.]

Universitas Pelita Harapan

36

He started his sociological career under the guidance of George E. Simpson at Temple University in Philadelphia (19271931). He worked as a research assistant to Simpson on a project having to do with race and media, introducing him to sociology. Under the leadership of Simpson, Merton attended the ASA annual meeting, where he met Pitrim A. Sorokin, the founding chair of the Harvard University Sociology Department. Merton then applied to Harvard and went to work as a research assistant to Sorokin (19311936). He taught at Harvard until 1938, when he became professor and chairman of the Department of Sociology at Tulane University. In 1941 he joined the Columbia University faculty, becoming Giddings Professor of Sociology in 1963. He was named to the University's highest academic rank, University Professor, in 1974 and became a Special Service Professor, a title reserved by the Trustees for emeritus faculty who "render special services to the University", upon his retirement in 1979. He was associate director of the University's Bureau of Applied Social Research from 1942 to 1971. He was an adjunct faculty member at Rockefeller University and was also the first Foundation Scholar at the Russell Sage Foundation. He withdrew from teaching in 1984. In recognition of his lasting contributions to scholarship and the University, Columbia established the Robert K. Merton Professorship in the Social Sciences in 1990. Merton received many national and international honors for his research. He was one of the first sociologists elected to the National Academy of Sciences and the first American sociologist to be elected a foreign member of the Royal Swedish Academy of Sciences and a Corresponding Fellow of the British Academy. He was also a member of the American Philosophical Society, the American Academy of Arts and Sciences, which awarded him its Parsons Prize, the National Academy of Education and Academica Europaea.Merton is also credited as the creator of the focus group research method. He received a Guggenheim Fellowship in 1962 and was the first sociologist to be named a MacArthur Fellow (198388). More than 20 universities awarded him honorary degrees, including Harvard, Yale, Columbia and Chicago, and, abroad, the Universities of Leyden, Wales, Oslo and Krakw, the Hebrew University of Jerusalem and Oxford. In 1994, Merton was awarded the US National Medal of Science, for "founding the sociology of science and for his pioneering contributions to the study of social life,

Universitas Pelita Harapan

37

especially the self-fulfilling prophecy and the unintended consequences of social action". He was the first sociologist to receive the prize. In 1934, Merton married Suzanne Carhart, with whom he had one son, Robert C. Merton, winner of the 1997 Nobel Prize in economics, and two daughters, Stephanie Merton Tombrello and Vanessa Merton, a Professor of Law at Pace University School of Law. Merton and Carhart separated in 1968, and Suzanne died in 1992. Merton married his fellow sociologist Harriet Zuckerman in 1993. Merton was one of Talcott Parsons' most devoted students; he participated not only in Parsons' seminars but was also for years an active participant in Parsons' informal sociology group, which met in Adams House. Merton has publicly stated that he came to Harvard in order to study with Sorokin but that the thinker who intrigued and inspired him the most was Parsons. Parsons was a junior member of his dissertation committee, the other members being Pitirim Sorokin, Carle C. Zimmermann and the historian of science George Sarton. The dissertation, a quantitative social history of the development of science in seventeenth-century England, reflected the interdisciplinary nature of this committee (Merton, 1985). Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, dimana tujuan tersebut adalah hal - hal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur pula cara-cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dengan cara yang baik untuk mencapainya, maka akan terjadi penyimpangan.

Universitas Pelita Harapan

38

Robert K.Merton juga menjelaskan bahwa perilaku penyimpangan itu merupakan bentuk adaptasi terhadap sistuasi tertentu. Merton mengidentifikasi lima tipe cara adaptasi, yang empat di antaranya merupakan perilaku penyimpangan, yaitu: 1. Confromity atau konformitas, yaitu perilaku mengikuti tujuan dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Innovation atau inovasi, yaitu perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, tetapi dengan cara yang dilarang oleh masyarakat. 3. Ritualism atau persaingan diri, yaitu perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya, akan tetapi masih tetap berpegang pada cara-cara yang digariskan masyarakat. Upacara ritual tetap dilaksanakan akan tetapi maknanya telah hilang. 4. Retrealism atau persaingan diri, yaitu menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun cara pencapaian tujuan itu. 5. Rebellion atau pemberontakan, yaitu penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvesional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara yang baru.

Universitas Pelita Harapan

39

BAB III STUDI KASUS DAN DISKUSI


3.1 Kasus 1. Teori Pergaulan Berbeda Contoh 1: Tawuran Antar Pelajar SMA

JAKARTA, KOMPAS.com Kepala Bagian Humas Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris Aswin mengungkapkan, ada tiga kali bentrokan antara siswa SMA 6 Jakarta dan wartawan pada Senin (19/9/2011) siang. Semakin sore, areal peristiwa bentrokan pun meluas hingga ke dekat Terminal Blok M dan kantor Kejaksaan Agung. "Bentrokan terjadi tiga kali pada hari Senin kemarin," ungkap Aswin, Selasa (20/9/2011), di Polres Jakarta Selatan. Ia menceritakan, bentrokan pertama terjadi sekitar pukul 11.00 di luar halaman SMAN 6 Jakarta, Jalan Mahakam I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di sana, fotografer Media Indonesia, Panca Syurkani, dikeroyok sekelompok siswa yang diduga berasal dari SMA 6 Jakarta. Aswin mengatakan, pengeroyokan ini berawal dari korban yang datang ke SMAN 6 Jakarta untuk meliput tindak lanjut kasus perampasan kaset dan pemukulan terhadap
Universitas Pelita Harapan 40

juru kamera Trans7 oleh siswa SMA 6 Jakarta."Kemudian terjadi cekcok mulut antara pelajar dengan wartawan di area sekolah dan berujung pengeroyokan yang dilakukan sekitar 30 orang pelajar," ujarnya. Para pelajar ini, lanjutnya, secara bersama-sama memukul badan, kepala, dan tangan Panca dengan menggunakan tangan kosong. Fotografer Media Indonesia itu kemudian jatuh tersungkur dan mengalami luka bengkak di jari kelingking bagian kanan, luka lecet di tangan kanan, luka lecet di bagian lutut sebelah kiri, serta bengkak di bagian kepala. Berselang 3,5 jam kemudian, tepatnya pukul 14.30, bentrokan di antara kedua pihak kembali terjadi. Pengeroyokan, diakui Aswin, terjadi terhadap fotografer

Kompas.com, Banar Fil Ardhi, dan juru kamera Trans TV, Doni Fabrianus. Banar dikeroyok di dekat pintu masuk Terminal Blok M oleh sekitar 20 orang pelajar. Sementara Doni dikeroyok di seberang kantor Kejaksaan Agung, Jalan Hasanudin, Kebayoran Baru, oleh sekitar 30 orang pelajar. Pada bentrokan kedua ini, dua buah mobil milik Trans TV pun dirusak, yakni Toyota Avanza bernomor polisi B 8275 VS dan B 8371 SN. Aswin mengungkapkan, bentrokan terjadi lagi pada pukul 15.00, di seberang kantor Kejaksaan Agung. yang menjadi korban yakni fotografer Seputar Indonesia, Yudhistiro Pranoto. Yudhis diduga dikeroyok para pelajar dari SMA 6 Jakarta yang berjumlah sekitar 20 orang. Di tempat lokasi, Aswin menuturkan, polisi menyita sejumlah barang bukti, yakni 1 buah pisau, 1 batu konblok, dan 3 buah CD berisi gambar. Ketiga korban juga sudah melaporkan kasus pengeroyokan itu ke Polres Jakarta Selatan. Pelaku dikenakan Pasal 170 KUHP tentang Kejahatan terhadap Ketertiban Umum (bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang) dengan ancaman hukuman penjara maksimal 5,6 tahun.

Universitas Pelita Harapan

41

Contoh 2: Pembolosan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Jakarta Tingkat kehadiran anggota DPR kian menghawatirkan. Fraksi-fraksi di DPR harus bertanggungjawab! "Kaitan kedisiplinan anggota DPR ini memang harus ada jalan keluar.Yang pertama komitmen fraksi itu penting," kata Ketua BK DPR, M Prakosa, kepada detikcom, Minggu (11/3/2012). Komitmen fraksi untuk mengingatkan anggotanya tidak membolos rapat-rapat di DPR menjadi sangat penting. Karena fraksi berhak memberi sanksi sampai mencopot anggota DPR pembolos. "Tanpa komitmen fraksi apapun susah berjalan dengan baik, kuncinya di fraksi," kata Prakosa.

Selain itu, Prakosa menuturkan, perlu dilakukan perubahan tata tertib.Mengingat saat ini tata tertib yang mengatur tingkat kehadiran anggota DPR masih sangat longgar.

"Dari sisi dewan harus ada perbaikan tata tertib. Dalam arti kalau saat ini tatib kan masih sangat longgar harus ada tata tertib yang lebih ketat lagi. Mengenai tatib ini yang bisa melakukan suatu tindakan adalah BK," kata Prakosa. Menurut Prakosa, BK Harus diberi dukungan lebih dalam bentuk tatib DPR. Agar BK bisa memberikan sanksi jika ada anggota DPR yang hobi membolos. Meskipun pada akhirnya sangat tergantung komitmen fraksi di DPR.

Universitas Pelita Harapan

42

"BK perlu bisa memberi sanksi teguran tertulis atau yang lain. Sekarang kaitan dengan sanksi sangat longgar. Karena kalau 6 kali berturut-turut baru bisa dikenakan sanksi. Anggota bisa saja tak masuk 5 kali sudah tak bisa kena sanksi, atau izin sakit apa ada keperluan. Itu harus ada perubahan dalam jangka menengah, itu pun kembali ke fraksi-fraksi di paripurna," tandasnya.

2. Teori Labelling Contoh: Baru Tiga Bulan Bebas, Bandar Narkoba Ditangkap Lagi

[JAKARTA] Seorang bandar narkoba yang baru tiga bulan bebas dari penjara kembali ditangkap terkait kepemilikan sebanyak 1.225 pil ekstasi plus 140 gram sabu yang diduga akan dijual ke sejumlah lokasi diskotik di Wilayah Jakarta Pusat dan Barat.

Adi tersangka kasus tersebut diringkus di Wilayah Gambir, Jakarta Pusat. Sampai Senin (9/4) masih diperiksa di Polsek Gambir Jakarta Pusat. Pria berusia 32 tahun itu dibekuk berikut disita barang bukti narkoba senilai total Rp 500 juta di lokasi tersebut, Sabtu (7/4). Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol AR Yoyol mengatakan Adi adalah residivis kasus kepemilikan sabu-sabu yang baru bebas atau tiga bulan lalu pulang dari penjara.

Universitas Pelita Harapan

43

Penangkapan tersangka tersebut berawal dari dibekuknya seorang spesialis kurir narkoba bernama Komar lalu dilakukan pengembangan sampai diringkus Adi berikut disita barang bukti ribuan ekstasi dan ratusan gram sabu. Kami juga mengembangkan jaringan tersebut dengan target menangkap aktornya, kata Kapolres, Senin (9/4).

Tersangka Adi dan Komar kini ditahan di Polsek Sawa Besar dengan dijerat pelanggaran pasal 114 UU Narkotika, dengan ancaman hukuman penjara selama 15 tahun.

3. Teori Fungsi Contoh: Tangkap 25 "Hacker" Anonymous, Interpol Jaga Ketat Websitenya

KOMPAS.com - Kelompok hacker Anonymous belakangan ini sedang naik daun karena aksi-aksi "nakalnya", seperti membajak email Presiden Suriah dan merusak server CIA. Atas aksi-aksi inilah, mereka dikejar-kejar pihak keamanan. Hasilnya, kepolisian internasional Interpol (international criminal police) berhasil menangkap 25 orang yang diduga anggota kelompok tersebut. Penangkapan dilakukan dalam operasi di seluruh Eropa dan Amerika Utara. Interpol mengatakan, penangkapan dilakukan di Argentina, Chili, Kolombia, dan Spanyol oleh aparat penegak hukum nasional di bawah dukungan Grup Interpol Amerika Latin yang sudah ahli dalam kejahatan teknologi informasi.

Universitas Pelita Harapan

44

Para tersangka, yang berusia antara 17 hingga 40 tahun, diduga merencanakan serangan cyber terkoordinasi untuk menyerang institusi termasuk Kementerian Pertahanan dan situs Kepresidenan Kolombia, serta perusahaan listrik Chili dan target penting lainnya. Penangkapan di berbagai tempat Penangkapan ini menyusul investigasi yang berlangsung sejak Februari 2012 yang melibatkan 250 jenis peralatan TI dan ponsel dalam pencarian di 40 tempat dari 15 kota.

Di ibukota Chili, juru bicara Interpol, Jamie Jara mengatakan dalam jumpa pers bahwa pihak berwenang telah menangkap 5 orang, dua diantaranya berusia dibawah 17 tahun.

Kasus ini sekarang ditangani jaksa Marcos Mercado, yang mengkhususkan diri menangani kejahatan komputer. Ia mengatakan para tersangka didakwa dengan tuduhan mengubah website, termasuk website Perpustakaan Nasional Chili, dan terlibat dalam serangan layanan di situs web perusahaan listrik Endesa dan Hidroaysen.

Tuduhan ini akan membuat mereka terancam hukuman penjara mulai 541 hari hingga lima tahun. Jara juga mengatakan, hingga saat ini penyelidikan belum bisa membuktikan apakah mereka terhubung dengan kelompok terlarang. "Hingga kini, kami belum bisa memastikan apakah mereka memiliki komunikasi khusus selain dengan kelompok mereka sendiri," ungkap Jara. Sebelum penangkapan 25 orang oleh Interpol ini, Spanyol juga menngumumkan penangkapan 4 tersangka yang diduga kelompok hacker Anonymous. Dua server yang digunakan kelompok tersebut di Bulgaria dan Republik Ceko, telah diblokir.

Universitas Pelita Harapan

45

Anonymous sering menyerang balik Interpol yang bermarkas di Lyon, Perancis, tidak memiliki kekuatan untuk penangkapan atau penyelidikan, namun mereka membantu kerja polisi di seluruh dunia dan bertindak sebagai intelijen. Puluhan penangkapan telah dilakukan di berbagai negara, namun Anonymous sering melakukan serangan balik terhadap penegak hukum, militer dan intelijen. Karena tak punya struktur keanggotaan yang jelas, hacker, pendukung, dan aktivis bisa mengklaim diri mereka anonymous, sehingga penangkapan sering terlihat tidak signifikan. Penangkapan 25 orang kali ini pun mendapat perhatian serius dari dunia. Website Interpol pun dijaga ketat dan ternyata hingga kini belum berhasil diserang oleh Anonymous.

Namun dari sebuah akun Twitter, seorang pengguna dari Brazil yang mengaku anggota Anonymous mengetik kata-kata berikut: "Interpol, you can't take Anonymous".

Universitas Pelita Harapan

46

4. Teori Konflik Contoh 1: Tragedi Tanjung Priok Berdarah 1984

Tanjung Priok, Sabtu, 8 September 1984 Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala asSaadah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya berupa undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang. Tapi tidak ada usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan penyelesaian kepada jamaah kaum muslimin. Tanjung Priok, Senin, 10 September 1984. Beberapa anggota jamaah Mushala as-Saadah berpapasan dengan salah seorang petugas Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut yang akhirnya dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang kebetulan lewat. Usul mereka supaya semua pihak minta penengahan ketua RW, diterima. Sementara usaha penegahan sedang berlangsung, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya dengan permasalahan itu, membakar sepeda motor petugas Koramil itu. Kodim, yang diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera melakukan penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk Ketua Mushala as-Saadah. Tanjung Priok, Selasa, 11 September 1984 Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan empat orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir Biki ini tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan

Universitas Pelita Harapan

47

Posko 66, dialah orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi penengah jika ada masalah antara penguasa (militer) dan masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata sia-sia. Tanjung Priok, Rabu, 12 September 1984 Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan Sindang Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala asSaadah, terus berlangsung juga. Dengan latar belakang rangkaian kejadian di harihari sebelumnya, jemaah pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan memberi petunjuk. Pada kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain, Mari kita buktikan solidaritas islamiyah dan mendatangi polres dan sebagian menuju Kodim. Setelah sampai di depan Polres, para Jemaah sudah dihadang oleh pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan. Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak, Mundur-mundur! Teriakan mundur-mundur itu disambut oleh jamaah dengan pekik, Allahu Akbar! Allahu Akbar! Saat itu militer mundur dua langkah, lalu memuntahkan senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil menjerit histeris dan beratus-ratus umat Islam pun meninggal. Tidak lama kemudian datanglah dua buah mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan. Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui oleh mobil truk tersebut. Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam truk, bagaikan melempar karung goni saja. Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh

Universitas Pelita Harapan

48

mayat-mayat atau orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung goni. Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya dan di sisinya, sampai bersih. Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh Amir Biki. Kira-kira jarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki. Begitu jaraknya kira-kira 7 meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong dengan peluru yang keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan jamaah itu jatuh tersungkur menggelepar-gelepar. Melihat kejadian itu, jamaah pengajian yang menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan diri, tetapi disambut oleh tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian pun berjatuhan. Contoh 2: 37 Mahasiswa Baru Unila Pengguna Narkoba

Sebanyak 37 mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) yang diterima tahun ini, terbukti secara positif sebagai pengguna narkotika dan obat berbahaya (narkoba). Dari 37 orang itu, sembilan mahasiswa baru lulus lewat UMPTN untuk Strata 1 (S1) dan 28 orang lainnya untuk program Diploma 3. Rektor Unila, Prof. Dr. Ir Muhajir

Universitas Pelita Harapan

49

Utomo, Jumat (29/9) membenarkan adanya 37 mahasiswa pengguna narkoba. Namun demikian, pimpinan Unila hingga kini masih tetap memperkenankan untuk kuliah layaknya mahasiswa baru yang lain.

Dijelaskan, sesuai kebijakan Unila setiap calon mahasiswa baru yang lolos seleksi harus melewati tes tambahan termasuk tes urine dan tes darah. Ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah di antara mereka ada yang terlibat secara aktif sebagai pengguna narkoba. Setelah dilakukan tes urine secara kolektif terhadap seluruh mahasiswa baru oleh Unila bekerja sama dengan RSU Abdul Moeloek Bandarlampung beberapa waktu lalu, ternyata 37 orang di antaranya positif sebagai pengguna narkoba. Kenyataan ini memang cukup memprihatinkan. Sebab, dengan fakta itu semakin jelas bahwa penggunaan narkoba di kalangan generasi muda sudah demikian parah. Buktinya, ada di antara lulusan SMU di daerah ini yang terlibat aktif mengkonsumsi narkoba sejak lama, tegasnya. Rektor bersama pimpinan Unila kini masih membahas kasus tersebut. Selain memanggil orangtua mereka, masing-masing mahasiswa yang positif pengguna narkoba ini dipanggil satu persatu untuk diklarifikasi ulang. Bagi yang mengaku secara jujur, tidak dilanjutkan untuk tes darah. Tetapi, di antara mereka ada yang berkilah dan membantah sebagai pengguna narkoba. Untuk itu mereka diharuskan mengikuti tes lanjutan yakni tes darah. Setelah dilakukan tes kedua ini, ternyata hasilnya tetap positif. Jadi, 37 orang mahasiswa baru Unila yang terbukti positif pengguna narkoba tersebut betul-betul ditemukan dari hasil tes yang tingkat kebenarannya tak perlu diragukan lagi, ujarnya.

Menurut Muhajir, sebetulnya Unila sudah mempertimbangkan untuk membatalkan kelulusan 37 mahasiswa baru pengguna narkoba tersebut. Hanya saja demi pertimbangan kemanusiaan dan juga atas jaminan orangtua masing-masing, mereka masih tetap diperkenankan untuk kuliah di Unila. Dijelaskan, memberi peluang tetap kuliah di Unila bagi mereka bukan berarti diberikan begitu saja. Para mahasiswa dan orangtua mereka harus membuat pernyataan tertulis untuk tidak mengkonsumsi narkoba lagi.

Universitas Pelita Harapan

50

5. Teori Tipologi Adaptasi Contoh: Sejumlah Siswa Tertangkap Mencontek

Liputan6.com, Grobogan: Kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional di berbagai daerah pada hari kedua terjadi. Salah satunya di Grobogan, Jawa Tengah. Sejumlah siswa tertangkap ketika sedang mencontek dan bertukar jawaban ujian. Contekan jawaban UN tersebut dibawa peserta berupa lembaran kunci jawaban dan dari HP. Sayangnya, pengawas jaga yang berada di dekat siswa peserta sama sekali tak menegur dan seperti seolah-olah tak tahu.

Peristiwa yang lebih ironis terjadi di Bone, Sulawesi Selatan. Seorang siswa tampak santai mengeluarkan telepon genggam dari helm miliknya, lantas memindahkan jawaban tersebut ke lembar ujian.

Tapi tak semua pengawas membiarkan aksi siswa yang melakukan kecurangan tersebut. Ada beberapa siswa yang diketahui melakukan kecurangan langsung digiring ke ruang pengawas UN. Ketika diperiksa, pengawas menemukan jawaban ujian di ponsel siswa dan sebagian lagi berupa gulungan kertas jawaban.

Universitas Pelita Harapan

51

3.2 Diskusi Kelompok 1. Teori Pergaulan berbeda

Contoh 1: Tawuran Antar Pelajar SMA

Pembahasan dan Saran: Dalam hal ini, salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan perilaku pada siswa SMA 6 Jakarta adalah solidaritas antar teman. Demi melindungi temannya dari media massa, pelaku pengeroyokan terhadap wartawan dituntut untuk melakukan hal tersebut. Jadi seperti teori yang dikemukakan oleh Sutherland, bahwa dalam kasus ini, para siswa bertindak karena belajar perilaku kriminal dari dalam kelompok premier, yaitu teman. Bukan hanya dari solidaritas mereka tetapi juga karena tindakan anarkis sudah seperti menjadi tradisi dari sekolah mereka. Belajar dari siswa terdahulu yang sering melakukan bentrokan atau tindakan anarkis lainnya, ataupun melihat dari sekolah lain yang sudah menjadi langganan tawuran antar pelajar. Saran dari kelompok kami adalah sekolah harus mampu memberikan pembelajaran yang benar kepada siswa didiknya dan sangatlah perlu bagi sekolah untuk melakukan kegiatan sosialisasi terhadap salahnya tawuran antar pelajar tersebut. Selain dari sanksi yang diberikan oleh pihak kepolisian, sekolah juga harus dapat memberikan sanksi yang tegas seperti memberlakukan wajib lapor semua tindakan yang dilakukan mereka selama jam sekolah sampai siswa tersebut lulus sekolah, memberikan kelas tambahan untuk membina mereka lebih lanjut,
Universitas Pelita Harapan 52

mengharuskan setiap siswa untuk mengikuti kegiatan ekstra kulikuler untuk mengisi waktu luang mereka, dan mengembangkan bakat yang mereka miliki agar tidak mengikuti perkumpulan lain yang tidak penting. Selain itu, pihak sekolah juga dapat memberikan hukuman yang keras bagi para pelaku tindak kekerasan dengan melakukan sistem Drop Off atau mengeluarkan mereka dari sekolah dengan tidak hormat. Contoh 2: Pembolosan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Pembahasan dan Saran: Dalam studi kasus ini perlu diperhatikan terlebih dahulu karena sebagai Perwakilan rakyat, terkadang para anggota dewan juga memiliki tugas di lapangan yang mengharuskan mereka berada di luar daerah. Seperti contohnya, beberapa anggota dewan yang tidak dapat menghadiri rapat karena sedang melaksanakan tugasnya di daerah tempat asalnya. Selain itu ada juga anggota dewan yang tidak dapat mengikuti rapat karena mereka memang benar benar sakit, atau ada urusan keluarga seperti salah seorang keluarga intinya meninggal dunia, dan atau sebagainya. Namun, ada juga beberapa anggota dewan yang menyalahgunakan haknya tersebut untuk tidak menghadiri rapat. Pada kenyataanya ada beberapa anggota dewan yang bolos selama enam kali berturut turut tanpa alasan yang jelas dan tidak mempedulikan walaupun media massa sudah mengomentari mereka secara terang terangan sampai menyebutkan nama yang spesifik. Faktor yang menyebabkan mereka untuk membolos pada saat rapat adalah karena pembolosan merupakan hal yang biasa terjadi di masa jabatan sebelumnya, jadi para anggota dewan juga berpikir bahwa membolos adalah hal yang biasa dan ini sudah menjadi tradisi sebagai anggota dewan. Menurut Edwin H. Sutherland, perilaku menyimpang juga dapat dipelajari dengan

Universitas Pelita Harapan

53

teknik, motif, dorongan, rasionalisasi, maupun sikap. Jadi, dengan mempelajari motif yang dilakukan anggota dewan sebelumnya, mereka terdorong untuk melakukan penyimpangan perilaku tersebut. Saran dari kelompok kami adalah dibutuhkannya pembenahan diri dari masing masing anggota dewan. Di sini kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja, akan tetapi semua pihak juga harus dapat membenahi diri mereka sendiri. Selain itu, dibutuhkan surat pernyataan yang dilengkapi bukti bukti yang jelas jika salah seorang anggota dewan tidak dapat mengikuti rapat karena sedang melakukan tugas lainnya di suatu tempat atau ijin lainnya. Selain itu, diminta agar partai partai politik membenahi sistem rekrutmen yang mereka miliki dan melakukan pembimbingan kepada para kadernya yang mengajukan diri sebagai wakil rakyat. Selama partai politik tidak memperbaiki dirinya, maka harapan untuk memperbaiki kualitas wakil rakyat tidak akan pernah terwujud.

Universitas Pelita Harapan

54

2. Teori Labelling Contoh: Baru Tiga Bulan Bebas, Bandar Narkoba Ditangkap Lagi

Pembahasan dan Saran: Teori Labelling sangat cocok digunakan dalam studi kasus ini. Seperti teori yang dikemukakan oleh Edwin M. Lemert ini, menurutnya seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer (primary deviation), yang dalam hal ini misalnya sebagai bandar narkoba. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang yaitu sebagai bandar narkoba, dan mengulangi lagi penyimpangannya sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder (secondary deviation). Kenyataanya hukuman yang diberikan tidak menimbulkan efek jera pada dirinya dan tersangka juga nampaknya sudah terbiasa jika orang mengenal dirinya sebagai bandar narkoba. Dalam hal ini, sering seseorang melakukan penyimpangan yang sama karena memiliki kepuasan tersendiri dan pada dasarnya jika mereka melakukan hal yang sama, tidak ada sesuatu yang merugikan mereka, jadi seseorang akan melakukan hal tersebut secara terusmenerus. Salah satu yang dapat menghentikan hal tersebut adalah perlunya sosialisasi yang lebih lanjut akan berbahayanya narkoba tersebut dan perlunya bimbingan psikolog profesional untuk membenahi mental mereka. Jadi, yang dibutuhkan seorang bandar narkoba bukan hanya kurungan saja, tetapi mereka juga harus dimasukkan ke

Universitas Pelita Harapan

55

pusat rehabilitasi untuk membenahi diri mereka. Selain itu, pemerintah juga dapat meningkatkan hukuman bagi bandar atau pengguna narkoba agar dapat menimbulkan efek jera dalam hidupnya.

3. Teori Fungsi Contoh: Tangkap 25 "Hacker" Anonymous, Interpol Jaga Ketat Websitenya

Pembahasan dan Saran: Sama dengan teori Fungsi yang dikemukakan oleh Durkheim, di sana dikatakan bahwa di dalam setiap masyarakat akan selalu ada orang yang berwatak jahat dan kejahatan pasti akan selalu ada, akan tetapi kejahatan itu juga perlu bagi masyarakat karena dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hukum akan dapat berkembang. Dari sini kita dapat melihat keseimbangan tersebut, kesalahan itu adalah suatu hal yang baik karena dari sanalah kita dapat meningkatkan diri kita untuk menjadi lebih baik kedepannya. Di sini memang terjadi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh kelompok atau komunitas hacker yang menyebut dirinya Anonymous. Namun, dari sinilah pihak Interpol dan pihak pihak pemerintah atau organisasi lainnya belajar bahwa sistem pelindung yang mereka buat cukup lemah. Dari sini mereka bisa memperbaiki dirinya sendiri untuk membuat yang lebih baik lagi dan terbukti itu juga merupakan hal yang baik. Menurut kami, pemerintah seharusnya memberikan izin untuk membentuk komunitas hacker tersebut (asalkan bukan cracker, yaitu mereka yang merusak sistem)
Universitas Pelita Harapan 56

karena dari sanalah kita dapat belajar untuk menjadi lebih baik dan mengembangkan hal yang baru. Namun, penting juga dibuat peraturan hukum yang membatasi ruang gerak mereka agar tindakan yang dilakukan tidak melampaui batasnya.

4. Teori Konflik Contoh 1: Tragedi Tanjung Priok Berdarah 1984

Pembahasan dan Saran: Menurut kelompok kami, penyimpangan ini merupakan penyimpangan yang sangat kompleks yang memiliki dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Para anggota kepolisian yang seharusnya melindungi masyarakat dan memberikan rasa aman bagi setiap anggota masyarakat justru menyalahgunakan kekuasaan yang mereka miliki. Dilihat dari sudut pandang mana pun, oknum kepolisian tersebut pada awalnya sudah melakukan penyimpangan dengan memasuki mushola dengan menggunakan sepatu dan menyiram papan pengumuman dengan air got. Dalam hal ini, kesalahan bukan hanya dilakukan oleh petugas kepolisian saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak yang membakar motor petugas dan polisi sudah melakukan tugasnya dengan benar karena menahan mereka dalam kantor kepolisian. Namun, penyimpangan yang paling besar di sini dilakukan oleh anggota kepolisian yang sesuai dengan teori konflik yang dikemukakan oleh Karl Marx. Anggota kepolisian sungguh menyalahgunakan kekuasaannya. Walaupun para demonstran merupakan ancaman bagi mereka, tetapi tetap saja para anggota ABRI tersebut tidak memiliki hak untuk mencabut nyawa orang lain, karena di mana pun

Universitas Pelita Harapan

57

tidak ada norma yang membenarkan manusia untuk mengakhiri hidup manusia lainnya. Saran dari kelompok kami adalah, dibutuhkan adanya orang dalam baik dalam anggota pemerintah maupun anggota kepolisian yang benar benar mengutamakan kepentingan bersama dan mampu menegakkan hukum yang berlaku tanpa takut akan konsekuensi yang diberikan baik pemindahan jabatan maupun yang lainnya. Selain itu, pemerintah juga harus menegaskan hukum yang mengatur batas kekuasaan pihak kepolisian dan pegawai pemerintahan lainnya agar tidak menyalahgunakan kekuasaannya. Contoh 2: 37 Mahasiswa Baru Unila Pengguna Narkoba

Pembahasan dan Saran: Berdasarkan kasus di atas, kami beranggapan bahwa ada terjadinya suatu penyimpangan sosial. Karena adanya beberapa jumlah mahasiswa baru yang terbukti sebagai pengguna narkotika dan obat berbahaya (narkoba). Dengan adanya hal ini, jelas dapat membawa dampak yang negatif terhadap diri sang mahasiswa, kampus, maupun masyarakat di sekitarnya. Dampak negatif yang dapat terjadi misalnya, seandainya mahasiswa tersebut masih belum bisa berhenti untuk menggunakan narkoba, akan ditakutkan dapat mempengaruhi mahasiswa-mahasiswa lainnya. Bagaimana jika mahasiswa tersebut tidak hanya sebagai pemakai saja, tetapi juga sebagai pengedar. Tentu hal ini sangat meresahkan mahasiwa lainnya dan masyarakat di sekitarnya. Selain itu, nama baik kampus juga bisa tercemar akibat dari kasus tersebut.

Universitas Pelita Harapan

58

Menurut kami, sebaiknya rektor dan pimpinan di universitas tersebut bisa lebih tegas lagi terhadap mahasiswa-mahasiswa yang ada di universitas tersebut sesuai dengan peraturan dan sanksi yang berlaku. Dengan adanya kejadian tersebut, sebaiknya kampus tersebut mengadakan razia rutin guna mencegah adanya kembali kasus mahasiswa yang memakai narkoba. Hal itu dapat dilakukan bukan hanya kepada mahasiswa baru saja, tetapi juga kepada mahasiswa lama (senior). Agar, hal tersebut tidak merugikan mahasiswa lain, nama baik kampus, dan masyarakat di sekitarnya.

5. Teori Tipologi Adaptasi Contoh: Sejumlah Siswa Tertangkap Mencontek

Pembahasan dan Saran:

Menurut kelompok kami, penyimpangan yang terjadi di sini bukan hanya dilakukan oleh siswa siswi peserta ujian saja melainkan juga dilakukan oleh para guru pengawas dan sekolah sekolah yang bersangkutan. Ini sesuai dengan teori tipologi adaptasi inovasi, yaitu perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, tetapi dengan cara yang dilarang oleh masyarakat.

Para siswa tentu mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, yang karena Ujian Nasional ini merupakan penentu dari tujuan tersebut. Namun, terkadang sesuatu yang buruk terjadi dimana pada saat siswa tersebut lupa akan apa yang telah dia pelajari karena tegang saat menghadapi ujian atau hal lainnya. Tentunya para

Universitas Pelita Harapan

59

siswa tersebut tidak mau gagal karena mereka mempertaruhkan 3 tahun selama di SMA dan sekarang ditentukan hanya dalam hitungan jam saja. Di sinilah pemicu timbulnya perilaku menyimpang tersebut, dengan tuntutan pada masyarakat yang mengharuskan mereka untuk lulus sekolah, mereka menjalankan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Selain

itu,

sekolah

yang

bersangkutan

tentunya

juga

tidak

ingin

menghancurkan harapan anak muridnya sendiri. Selain kelulusan anak muridnya juga merupakan nama baik dari sekolah, jika terjadi kejadian salah satu dari anak didik mereka tidak lulus dalam ujian maka tentu itu akan sangat mencoreng nama sekolah.

Para guru pengawas juga tentunya salah satu pelaku penyimpangan dalam hal ini. Karena pada kenyataanya, beberapa guru pengawas melakukan perjanjian satu dengan yang lainnya; jika pengawas di sekolah mereka tidak menjaga dengan ketat, guru pengawas itu pun juga tidak akan mengawas murid di sekolah lainnya dengan ketat. Karena ini menyangkut nama baik sekolah, jika kedapatan siswa mencontek atau gagal dalam ujian, tentu hal tersebut akan memperburuk nama baik sekolah.

Menurut kelompok kami, kesalahan di sini sebenarnya terjadi karena sistem yang berlaku, karena ini menyangkut nama baik sekolah dan tujuan akhir dari setiap siswa. Sebaiknya, media jangan terlalu mengekspose hasil dari ujian tersebut, cukup pihak sekolah dan siswa saja yang mengetahuinya dan memberikan hak pribadi untuk setiap siswa pada hasil ujiannya, karena tentu hal itu akan merusak nama baik siswa dan sekolah. Selain itu, pihak pengawas juga seharusnya bukan orang yang bersangkutan dengan pendidikan. Seharusnya pengawas merupakan orang yang tidak ada hubungannya dengan sekolah tertentu atau sebagainya; lebih baik pengawasan dilakukan oleh oknum polisi atau lembaga masyarakat lainnya.

Universitas Pelita Harapan

60

Mengapa tertarik dengan topik ini?

Kami tertarik dengan topik ini karena topik ini mempelajari tentang kelakuan yang setiap orang pernah melakukannya dan kejadian ini sering terjadi di sekitar kita bahkan tanpa kita sadari, dari hal yang paling kecil sampai hal yang memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat luas. Topik kami bukanlah seolah-olah hanya teori saja, bukan teori yang kita pelajari bagi bidang khusus saja, akan tetapi juga teori tentang perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia yang hampir setiap hari orang di dunia lakukan. Sebagian besar teori yang ada merupakan kenyataan dan bisa dibuktikan kebenarannya. Pada saat penelusuran yang kami lakukan melalui banyak sumber yang berbedabeda, kami merasa ketertarikan kami semakin menjadi yang oleh karenanya, kami pun terus berusaha untuk menggalinya lebih dalam dan lebih dalam lagi. Dengan mempelajari topik ini, kami mampu mengetahui pengertian dari penyimpangan perilaku, yang merupakan tingkah laku atau perbuatan yang bertentangan dengan nilai atau norma yang ada di dalam masyarakat. Selain itu, kami juga dapat mengenali faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang, bentukbentuk dari perilaku menyimpang, yang merupakan ciri-ciri dari perilaku menyimpang hingga sifatsifat dari perilaku menyimpang tersebut. Dari mempelajari penyimpangan perilaku ini, kami juga dapat menilai dampak yang dapat ditimbulkannya, sampai dengan cara untuk mencegah atau meminimalisir kemungkinan terjadinya perilaku menyimpang yang mungkin dapat terjadi. Oleh karena itu, kami mampu berjaga-jaga jika kelak dibutuhkan pencegahan tersebut, baik yang dapat dilakukan pada keluarga kami maupun sampai dengan di lingkungan masyarakat yang lebih luas dan beragam. Lebih lanjut, kami akan menjelaskan secara lebih spesifik mengenai ketertarikan kami terhadap teori-teori yang ada. Pertama, kami tertarik dengan teori pergaulan berbeda ini karena menurut kelompok kami teori ini yang paling sering menjadi alasanalasan orang melakukan penyimpangan sosial dan juga sangat mewakili karena sampai saat ini pun masih sesuai yaitu penyimpangan sosial yang muncul dari kelompok primer dan terjadi di kelompok

Universitas Pelita Harapan

61

primer pula, dan juga faktorfaktor yang timbul baik dari eksternal maupun internal pada kelompok primer. Teori labelling juga sangat menarik bagi kelompok kami karena teori ini adalah teori pemberian julukan kepada subyek yang melakukan penyimpangan sosial dan sang pelaku pun melakukan penyimpangan tersebut kembali. Seharusnya ada upaya untuk memberhentikan atau mengurangi tindakan penyimpangan sosial ini karena seperti pada teori di atas di sebutkan bahwa biasa yang melakukan penyimpangan sosial akan mengulangi kembali penyimpangan sosial tersebut. Tidak seperti teori yang lainnya, teori fungsi ini berbeda karena menyebutkan secara tidak langsung bahwa penyimpangan sosial itu adalah wajar dan harus terjadi untuk menyeimbangkan keadaan, karena dengan adanya kejahatan maka hukum dapat berkembang secara normal. Hal ini menarik karena teori ini berbeda dengan teori lainnya dan menyebutkan sifat setiap orang itu berbeda maka dari itu sangat wajar untuk terjadi penyimpangan sosial. Teori konflik ini juga merupakan yang paling sering dilakukan oleh kaum kaum yang berkuasa khususnya di Indonesia, maka kami mengambil teori ini karena tertarik dengannya. Sebagai contohnya, banyak sekali anggotaanggota yang berkuasa seperti yang di sebutkan pada teori di atas yaitu anggota DPR yang menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya untuk berbuat sesuatu. Jadi teori ini sebenarnya ingin menyampaikan bahwa tidak ada batasan kelompok-kelompok dalam melakukan penyimpangan sosial. Untuk teori tipologi adaptasi, teori ini mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga dapat menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, dimana tujuan tersebut adalah hal - hal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur pula cara-cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dengan cara yang baik untuk mencapainya, maka akan terjadi penyimpangan. Hal ini menarik karena seperti yang kita ketahui khususnya di Indonesia, banyak sekali orang melakukan penyimpangan dengan menggunakan cara yang tidak benar untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi, sudah menjadi hal yang sangat umum dalam masyarakat. Oleh karenanya, kami pun tertarik mengenai hal ini untuk terus dipertajam dan dapat digunakan secara nyata dalam kehidupan.

Universitas Pelita Harapan

62

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan Dalam hidup bermasyarakat terdapat norma norma yang digunakan sebagai tolak ukur setiap tindakan yang dilakukan oleh semua orang. Tentu norma norma yang dianut setiap orang tersebut berbeda-beda tergantung dari budaya dan kepercayaan yang mereka anut. Namun, tidak selamanya setiap orang bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku tersebut. Terkadang mereka bisa melakukan tindakan yang melenceng atau di luar norma yang berlaku pada masyarakat, dan tindakan yang melenceng atau di luar norma tersebut disebut sebagai perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan hal yang sangat umum dalam masyarakat. Setiap orang tentu pernah melakukan perilaku yang menyimpang, baik apakah mereka pemimpin agama atau pemimpin suatu negara sekalipun, karena penyimpangan dapat terjadi dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling kompleks; yang dimana pengaruhnya dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap orang lain pula. Seperti yang telah dijelaskan, perilaku menyimpang merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Penyimpangan yang terjadi dapat berupa penyimpangan yang dilakukan baik oleh seorang individu maupun bersama dengan orang lain. Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di dalam masyarakat akan membawa dampak, baik bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya. Namun demikian, perilaku menyimpang yang berdampak buruk dapat dicegah. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah perilaku penyimpangan. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dari berbagai lingkungan, misalnya baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan agar penyimpangan yang memberikan dampak yang buruk dapat sebisa mungkin diminimalisasi.

Universitas Pelita Harapan

63

4.2 Saran Masalah perilaku menyimpang merupakan sebagian dari masalah sosial yang dihadapi masyarakat dan sudah lama menjadi bahan pemikiran maupun pembicaraan oleh banyak orang, dari berbagai lapisan masyarakat. Maka, penanggulangan masalah perilaku menyimpang ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditunjukkan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi, dan dewasa. Remaja diharapkan menjadi orang dewasa yang berkepribadian kuat, sehat jasmani, rohani, kuat iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air. Dari sekian banyaknya contoh-contoh dari perilaku menyimpang di kehidupan sekitar, kita sebagai manusia yang memiliki akal harus bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak. Perlu pembekalan mental yang kuat bagi individu terutama bagi para remaja agar tidak terjerumus dalam penyimpangan tersebut. Dengan mental yang kuat, individu tidak akan mudah terjerumus dalam penyimpangan perilaku.

Saran bagi Siswa

Siswa hendaknya selektif dalam memilih teman atau dalam berinteraksi dengan teman sebaya, dalam artian bahwa sesuai dengan teori yang telah dipelajari bahwa interaksi sosial dengan kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku menyimpang siswa. Sekalipun berteman dengan mereka yang sering melakukan perilaku menyimpang itu tidak dapat dihindarkan, maka alangkah baiknya jika siswa lebih bisa memilah mana yang pantas untuk diikuti dan mana yang tidak.

Siswa hendaknya meningkatkan kesadaran beragama. Pada masa remaja awal (13-16 tahun) kesadaran beragama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya umumnya mulai mengalamai kegoncangan. Siswa hendaknya pula menghindarkan diri dari segala bentuk perilaku menyimpang baik bentuk perilaku menyimpang primer yang dianggap penyimpangan yang sepele (seperti berbohong, membolos, suka menentang orang tua, tidak mau disiplin, dan lain-lain), karena urutan peristiwa yang menyebabkan terjadinya deviasi sekunder (seperti pemerkosaan, perzinahan, homoseksual, pencurian, dan pemakaian narkoba) adalah dimulai dengan deviasi primer tadi. Jadi, pengendalian dari perilaku

Universitas Pelita Harapan

64

menyimpang primer akan sekaligus menjadi pengendalian diri dalam melakukan deviasi sekunder.

Saran bagi Orang Tua maupun Guru Pengajar

Orang tua hendaknya menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama, artinya jika orang tua memberikan contoh teladan yang baik sesuai ajaran agama yang mereka anut, maka anak-anakpun akan bertingkah laku seperti apa yang dilakukan oleh orang tua mereka dan dapat terhindar dari tingkah laku yang cenderung menyimpang.

Orang tua hendaknya menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis, contohnya memberikan waktu luang untuk berkumpul dengan anak-anaknya sehingga anak bisa mengungkapkan segala permasalahan yang dihadapinya dan terhindar dari pergaulan dengan teman sebaya yang cenderung nakal dan menyimpang. Orang tua hendaknya pula memberikan pengawasan yang wajar terhadap pergaulan anak-anak mereka dengan teman sebayanya.

Hal ini berlaku pula bagi para guru. Selain sebagai pengajar, mereka juga merupakan wakil orang tua di tempat di mana para anak-anak mengikuti proses kegiatan belajar, misalnya di sekolah atau tempat perkuliahan. Maka, sudah sewajarnya mereka pun mendidik anak didik mereka selayaknya seperti anak mereka sendiri, dengan memberikan arahan yang benar agar para anak-anak dapat terhindar dari berbuat perilaku-perilaku yang menyimpang dan dapat mengatasi berbagai perilaku menyimpang yang ada yang mereka alami dengan baik dalam kehidupan mereka.

Universitas Pelita Harapan

65

DAFTAR PUSTAKA

Admin,

2010,

Sumber

dan

Teori

Prilaku

Mennyimpang,

URL:

http://leonheart94.blogspot.com/2010/05/sumber-dan-teori-perilaku-menyimpang.html Alfin, A., 2010, Media Belajar Sosiologi, URL: http://alfinnitihardjo.ohlog.com/perilakumenyimpang.oh112678.html Asril, S., 2011, Kronologi Kericuhan SMA 6 Jakarta Versi Polisi, URL:

http://regional.kompas.com/read/2011/09/20/16453733/Kronologi.Kericuhan.SMA.6.Jakarta. Versi.Polisi, Kompas.com Baniadam, S. dan Nur, A., 2012, Sejumlah Siswa Tertangkap Mencontek, URL: http://berita.liputan6.com/read/389459/sejumlah-siswa-tertangkap-mencontek http://criminology.wikia.com/wiki/Differential_Association_Theory http://en.wikipedia.org/wiki/Edwin_Sutherland http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim http://id.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_K._Merton http://ml.scribd.com/doc/50883676/perilaku-menyimpang http://www.sonoma.edu/ccjs/info/emljl.html Miko, 2011, Deviasi Perilaku yang Menyimpang dari Norma Sosial, URL:

http://hamikofebria.blogspot.com/2011/03/deviasi-perilaku-yang-menyimpang-dari.html Muhammad, A., 2010, Kronologi Tragedi Tanjung Priok Berdarah 1984 oleh Saksi Mata Ust. Abdul Qadir Djaelani, URL: http://27victory.wordpress.com/2010/04/15/kronologi-trageditanjung-priok-berdarah-1984-oleh-saksi-mata-ust-abdul-qadir-djaelani/

Universitas Pelita Harapan

66

Purwanti, T., 2012, Tangkap 25 "Hacker" Anonymous, Interpol Jaga Ketat Websitenya, URL: http://tekno.kompas.com/read/2012/03/02/09582190/Tangkap.25.Hacker.Anonymous.Interpo l.Jaga.Ketat.Websitenya, Kompas.com Suara Pembaruan, 2012, Baru Tiga Bulan Bebas, Bandar Narkoba Ditangkap Lagi, URL: http://www.suarapembaruan.com/home/baru-tiga-bulan-bebas-bandar-narkoba-ditangkaplagi/18883 Sutrisno, S.D., 2012, Anggota DPR Bolos Rapat, Fraksi Harus Bertanggungjawab!, URL: http://news.detik.com/read/2012/03/11/062134/1863668/10/anggota-dpr-bolos-rapat-fraksiharus-bertanggungjawab, Detik News.

Universitas Pelita Harapan

67

Você também pode gostar