Você está na página 1de 29

LAPORAN PELATIHAN INSTRUMENTASI

ATOMIC ABSORBTION SPECTROPHOTOMETER (AAS)




Kelompok 5 :
Arisna Rahmawati (4311409003)
Dwimas Shoni Pambudi (4311409017)
Endah Suci Amalina (4311409024)
I Gede Putra Wibawa (4311409030)



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ANALISA KANDUNGAN Ca (KALSIUM) DALAM URINE DENGAN
MENGGUNAKAN AAS (ATOMIC ABSORBTION SPECTROPHOTOMETER)

Arisna Rahmawati, Dwimas Shoni P, I Gede PW, Endah Suci A
Laboratorium Kimia Instrumen FMIPA UNNES
kiyo_ar92@yahoo.co.id
Abstrak
Spektroskopi Serapan Atom merupakan spektroskopi atom yang pertama kali dapat
diandalkan untuk menganalisa adanya logam dalam sampel yang berasal dari lingkungan
dan dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Ca, Mg, dan Zn
dalam urin. Penelitian dilakukan dengan mengukur absorbansi masing-masing larutan Ca,
Mg, Zn, sampel spike dan sampel urine. Sehingga didapatkan kadar Ca, Mg, Zn dalam urin
berturut-turut 85,89 mg/L; 14,23 mg/L; 58,79 mg/L.
Kata kunci : SSA, urine, Ca, Mg, dan Zn
A. Pendahuluan
Spektrometri Serapan Atom
(SSA) adalah suatu alat yang
digunakan pada metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan
metalloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu
oleh atom logam dalam keadaan bebas
(Skooget al., 2000). Metode ini sangat
tepat untuk analisis zat pada
konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan di-
bandingkan dengan metode spek-
troskopi emisi konvensional. Memang
selain dengan metode serapan atom,
unsur-unsur dengan energi eksitasi
rendah dapat juga dianalisis dengan
fotometri nyala, akan tetapi fotometri
nyala tidak cocok untuk unsur-unsur
dengan energy eksitasi tinggi.
Fotometri nyala memiliki range ukur
optimum pada panjang gelombang
400-800 nm, sedangkan AAS memiliki
range ukur optimum pada panjang
gelombang 200-300 nm (Skoog et al.,
2000).Untuk analisis kualitatif, metode
fotometri nyala lebih disukai dari
AAS, karena AAS memerlukan lampu
katoda spesifik (hallow cathode).
Kemono-kromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu
perubahan temperature nyala akan
mengganggu proses eksitasi sehingga
analisis dari fotometri nyala berfilter.
Dapat dikatakan bahwa metode
fotometri nyala dan AAS merupakan
komplementer satu sama lainnya.
Absorpsi atom dan spektra emisi
memiliki pita yang sangat sempit di
bandingkan spektrometri molekuler.
Emisi atom adalah proses di mana
atom yang tereksitasi kehilangan
energi yang disebabkan oleh radiasi
cahaya. Misalnya, garam-garam logam
akan memberikan warna di dalam
nyala ketika energi dari nyala tersebut
mengeksitasi atom yang kemudian
memancarkan spektrum yang spesifik.
Sedangkan absorpsi atom merupakan
proses di mana atom dalam keadaan
energy rendah menyerap radiasi dan
kemudian tereksitasi. Energi yang
diabsorpsi oleh atom disebabkan oleh
adanya interaksi antara satu elektron
dalam atom dan vektor listrik dari
radiasi elektromagnetik.
Ketika menyerap radiasi,
elektron mengalami transisi dari suatu
keadaan energi tertentu ke keadaan
energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s
ke orbital 2p. Pada kondisi ini, atom-
atom di katakan berada dalam keadaan
tereksitasi (pada tingkat energi tinggi)
dan dapat kembali pada keadaan dasar
(energi terendah) dengan melepaskan
foton pada energy yang sama. Atom
dapat mengadsorpsi atau melepas
energi sebagai foton hanya jika energy
foton (h) tepat sama dengan
perbedaan energi antara keadaan
tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G)
seperti Gambar di bawah ini:

Gambar. Diagram absorpsi dan emisi
atom
Absorpsi dan emisi dapat terjadi
secara bertahap maupun secara
langsung melalui lompatan tingkatan
energi yang besar. Misalnya, absorpsi
dapat terjadi secara bertahap dari G
E1 E2 , tetapi dapat terjadi juga
tanpa melalui tahapan tersebut G
E2. Panjang gelombang yang diserap
oleh atom dalam keadaan dasar akan
sama dengan panjang gelombang yang
diemisikan oleh atom dalam keadaan
tereksitasi, apabila energi transisi
kedua keadaan tersebut adalah sama
tetapi dalam arah yang yang
berlawanan. Lebar pita spektra yang
diabsorpsi atau diemisikan akan sangat
sempit jika masing-masing atom yang
mengabsorpsi atau memancarkan
radiasi mempunyai energi transisi yang
sama.
Lebar Pita Spektra Atom

Berdasarkan hukum ketidak-
pastian Heisenberg, lebar pita alami
spektra atom berkisar 10-4 10-5 nm.
Akan tetapi, terdapat beberapa proses
yang dapat menyebabkan pelebaran
pita hingga 0.001 nm yang akan
dijelaskan lebih lanjut dalam efek
Doppler. . Efek Doppler Jika tubuh
memancarkan suatu bentuk gelombang
menuju seorang pengamat, maka
pengamat akan mendeteksi panjang
gelompang seolah lebih pendek dari
yang diemisikan tersebut. Jika tubuh
bergerak menjauh dari pengamat,
maka panjang gelombang seolah
menjadi lebih panjang. Fenomena ini
disebut efek Doppler dan dapat
menyebabkan pelebaran pita karena
adanya pergerakan termal (panas). Hal
yang sama juga terjadi pada atom,
dimana dalam suatu kumpulan atom,
beberapa atom akan bergerak maju dan
sebagian lagi menjauh dari detektor
ketika emisi terjadi, sehingga daerah
panjang gelombang yang diamati
menjadi lebih besar.
Efek ini akan semakin besar
pada temperatur tinggi karena
pergerakan atom akan semakin
meningkat yang menyebabkan
terjadinya pelebaran pita absorpsi.
Pelebaran tekanan (Pressure
Broadening) Jika suatu atom yang
mengabsorpsi atau memancarkan
radiasi bertumbukan dengan atom lain,
tumbukan tersebut akan
mempengaruhi panjang gelombang
foton yang diradiasikan karena terjadi
perubahan tingkat energi dalam yang
menyebabkan perbedaan keadaan
transisi. Tumbukan yang terjadi antara
suatu atom yang mengabsorpsi atau
memancarkan radiasi dengan atom gas
lain disebut dengan pelebaran Lorentz
(Lorentz Broadening). Jika atom-atom
yang mengabsorpsi dan memancarkan
radiasi juga terlibat tumbukan, maka
disebut pelebaran Holzmark
(Holzmark Broadening). Dalam semua
hal, semakin tinggi temperatur, maka
tumbukan akan semakin sering terjadi
sehingga terjadi pelebaran pita yang
disebut dengan pelebaran tekanan
(Pressure Broadening).

Spektrometer Serapan Atom

Secara umum, komponen-
komponen spektrometer serapan atom
(SSA) adalah sama dengan
spektrometer UV/Vis. Keduanya
mempunyai komponen yang terdiri
dari sumber cahaya, tempat sample,
monokromator, dan detektor. Analisa
sample di lakukan melalui pengukuran
absorbansi sebagai fungsi konsentrasi
standard dan menggunakan hukum
Beer untuk menentukan konsentrasi
sample yang tidak diketahui.
Walaupun komponen-komponenya
sama, akan tetapi sumber cahaya dan
tempat sampel yang digunakan pada
SSA memiliki karakteristik yang
sangat berbeda dari yang digunakan
dalam spektrometri molekul (misal:
UV/Vis).
Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi
atom sekitar 0.001 nm, maka tidak
mungkin untuk menggunakan sumber
cahaya kontinyu seperti pada
spektrometri molekuler dengan dua
alasan utama sebagai berikut:
(a) Pita-pita absorpsi yang dihasilkan
oleh atom-atom jauh lebih sempit
dari pita-pita yang dihasilkan oleh
spektrometri molekul. Jika sumber
cahaya kontinyu digunakan, maka
pita radiasi yang di berikan oleh
monokromator jauh lebih lebar
dari pada pita absorpsi, sehingga
banyak radiasi yang tidak
mempunyai kesempatan untuk
diabsorpsi yang mengakibatkan
sensitifitas atau kepekaan SSA
menjadi jelek.
(b) Karena banyak radiasi dari
sumber cahaya yang tidak
terabsorpi oleh atom, maka
sumber cahaya kontinyu yang
sangat kuat diperlukan untuk
menghasilkan energi yang besar di
dalam daerah panjang gelombang
yang sangat sempit atau perlu
menggunakan detektor yang jauh
lebih sensitif dibandingkan
detektor foto-multiplier biasa,
akan tetapi di dalam prakteknya
hal ini tidak efektif sehingga tidak
dilakukan.

Secara umum, hukum Beer tidak
akan dipenuhi kecuali jika pita emisi
lebih sempit dari pita absorpsi. Hal ini
berarti bahwa semua panjang
gelombang yang dipakai untuk
mendeteksi sampel harus mampu
diserap oleh sampel tersebut. Gambar
11.2 menunjukkan perbandingan pita
absorpsi atom dan pita spektrum
sumber cahaya kontinyu yang
dihasilkan oleh monokromator. Dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa
sebagian besar radiasi tidak dapat
diabsorpsi karena panjang
gelombangnya tidak berada pada
daerah pita absorpsi atom yang sangat
sempit dan dapat dikatakan bahwa
sangat banyak cahaya yang tidak
digunakan atau menyimpang.

Gambar 11.2. perbandingan pita absorpsi
atom dan pita spektrum sumber cahaya
kontinyu yang dihasilkan oleh
monokromator
Masalah ini dapat diatasi oleh
Alan Walsh pada tahun 1953, dengan
menggunakan sumber cahaya tunggal
(line source) sebagai pengganti sumber
cahaya kontinyu. Sebagian besar
sumber cahaya tunggal yang
digunakan berasal dari lampu katode
berongga (hollow chatode lamp) yang
memancarkan spektrum emisi atom
dari elemen tertentu, misalnya lampu
katode berongga Zn digunakan untuk
menganalis Zn. Gambar 3a dan 3b
menunjukkan cahaya tunggal
mengatasi masalah yang telah
diuraikan di atas.


Gambar 11.3. Pengaruh sumber cahaya
tunggul terhadap pita absorpsi
Spektrum Zn diamati pada
panjang gelombang 213,4 nm sebelum
dan sesudah transmisi melalui
monokromator konvensional.
Walaupun lebar pita dari
monokromator tidak lebih kecil dari
sebelum transmisi, akan tetapi sampel
yang diukur berada dalam daerah
panjang gelombang yang diinginkan.
Dengan memilih lampu yang
mengandung analit yang diukur, maka
kita dapat mengetahui bahwa panjang
gelombang yang digunakan sama
dengan dengan pita absorpsi analit
yang diukur. Ini berarti bahwa semua
radiasi yang dipancarkan oleh sumber
cahaya dapat diabsorpsi sampel dan
hukum Beer dapat di gunakan. Dengan
menggunakan sumber cahaya tunggal,
monokromator konvensional dapat
dipakai untuk mengisolasi satu pita
spektra saja yang biasanya disebut
dengan pita resonansi. Pita resonansi
ini menunjukkan transisi atom dari
keadaan dasar ke keadaan transisi
pertama, yang biasanya sangat sensitif
untuk mendeteksi logam yang diukur
(Adam Wiryawan., dkk, 2007)
Lampu Katode Berongga (Hollow
Cathode Lamp)
Bentuk lampu katode dapat
dilihat pada gambar 11.4.
Ciri utama lampu ini adalah
mempunyai katode silindris berongga
yang dibuat dari logam tertentu.
Katode and anode tungsten diletakkan
dalam pelindung gelas tertutup yang
mengandung gas inert (Ne atau Ar)
dengan tekanan 1-5 torr. Lampu ini
mempunyai potensial 500 V,
sedangkan arus berkisar antara 2 20
mA. Adapun

gas pengisi terionisasi pada anode, dan
ion-ion yang hasilkan dipercepat
menuju katode dimana bombardemen
ion-ion ini menyebabkan atom-atom
logam menjadi terlepas ke permukaan
dan terbentuk awan/populasi atom.
Proses ini disebut dengan percikan
atom (sputtering). Lebih jauh lagi,
tumbukan ini menyebabkan beberapa
atom tereksitasi dan kemudian kembali
pada keadaan dasar dengan
memancarkan spektrum atom yang
spesifik. Spektrum gas pengisi (dan
komponen lain yang terdapat dalam
katode) juga dipancarkan. Jendela atau
tempat dimana radiasi keluar dari
lampu biasanya dibuat dari silika
sehingga dapat menggunakan panjang
gelombang di bawah 350 nm.
Nyala
Fungsi nyala adalah untuk
memproduksi atom-atom yang dapat
mengabsorpsi radiasi yang di
pancarkan oleh lampu katode tabung.
Pada umumnya, peralatan yang di
gunakan untuk mengalirkan sample
menuju nyala adalah nebulizer
pneumatic yang di hubungkan dengan
pembakar (burner). Diagram nebulizer
dapat di lihat pada Gambar 11.5.
Sebelum menuju nyala, sample
mengalir melalui pipa kapiler dan
dinebulisasi oleh aliran gas
pengoksidasi sehingga menghasilkan
aerosol. Kemudian, aerosol yang
terbentuk bercampur dengan bahan
bakar menuju ke burner. Sample yang
menuju burner hanya berkisar 5-10%
sedangkan sisanya (90-95%) menuju
tempat pembuangan (drain). Pipa
pembuangan selalu berbentuk U
untuk menghindari gas keluar yang
dapat menyebabkan ledakan serius.
Sample yang berada pada nyala
kemudian diatomisasi, dan cahaya dari
lampu katode tabung dilewatkan
melalui nyala. Sample yang berada
pada nyala akan menyerap cahaya
tersebut.

Gambar Nebuliser pada spektrometer
serapan atom (SSA)
Jenis-jenis nyala
Ada 3 jenis nyala dalam
spektrometri serapan atom yaitu:
(a) Udara Propana
Jenis nyala ini relatif lebih
dingin (1800
o
C) dibandingkan jenis
nyala lainnya. Nyala ini akan
menghasilkan sensitifitas yang baik
jika elemen yang akan diukur mudah
terionisasi seperti Na, K, Cu.
(b) Udara Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang
paling umum dipakai dalam AAS.
Nyala ini menghasilkan temperatur
sekitar 2300
o
C yang dapat
mengatomisasi hamper semua elemen.
Oksida-oksida yang stabil seperti Ca,
Mo juga dapat analisa menggunakan
jenis nyala ini dengan memvariasi
rasio jumlah bahan bakar terhadap gas
pengoksidasi.
(c) Nitrous oksida Asetilen
Jenis nyala ini paling panas
(3000
o
C), dan sangat baik digunakan
untuk menganalisa sampel yang
banyak mengandung logam-logam
oksida seperti Al, Si. Ti, W.

Metode AAS berprinsip pada
absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada
panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya.
Misalkan Natrium menyerap pada 589
nm, uranium pada 358,5 nm
sedangkan kalium pada 766,5 nm.
Cahaya pada gelombang ini
mempunyai cukup
energiuntukmengubah tingkat energy
elektronik suatu atom. Dengan
absorpsi energy, berarti memperoleh
lebih banyak energy, suatu atom pada
keadaan dasar dinaikkan tingkat
energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-
tingkat eksitasinya pun bermacam-
macam. Misalnya unsur Na dengan
noor atom 11 mempunyai konfigurasi
electron 1s
1
2s
2
2p
6
3s
1
, tingkat dasar
untuk electron valensi 3s, artinya
tidak memiliki kelebihan energy.
Elektronini dapat tereksitasi ketingkat
3p dengan energy 2,2 eV ataupun
ketingkat 4p dengan energy 3,6 eV,
masing-masing sesuai dengan panjang
gelombang sebesar 589 nm dan 330
nm. Kita dapat memilih diantara
panjang gelombang ini yang
menghasilkan garis spectrum yang
tajam dan dengan intensitas
maksimum, yangdikenal dengan garis
resonansi. Garis-garis lain yang bukan
garis resonansi dapat berupa pita-pita
lebar ataupun garis tidak berasal dari
eksitasi tingkat dasar yang disebabkan
proses atomisasinya.
Apabila cahaya dengan
panjang gelombang tertentu
dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas yang
bersangkutan maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap dan intensitas
penyerapan akan berbanding lurus
dengan banyaknya atom bebas logam
yang berada pada sel. Hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu
sumber sinar monkromatik melewati
medium transparan, maka intensitas
sinar yang diteruskan berkurang
dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar
yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya
konsentrasi spesi yang menyerap sinar
tersebut.
Dari kedua hukum tersebut
diperoleh suatu persamaan:
bc
I
I
A
e I I
t
bc
t
c
c
=
|
|
.
|

\
|
=
=

0
0
log


(1)
Dimana:
0
I = intensitas sumber
sinar
t
I = intensitas sinar yang
diteruskan
c = absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom
yang menyerap sinar
A = absorbans
Dari persamaan di atas, dapat
disimpulkan bahwa absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi
atom (Day & Underwood, 1989).
Prinsip Kerja Spektrometri Serapan
Atom (SSA)
Telah dijelaskansebelumnya
bahwa metode AAS berprinsip pada
absorpsi cahaya oleh atom. Atom-
atom menyerap cahaya tersebut pada
panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya
Spektrometri Serapan Atom (SSA)
meliputi absorpsi sinar oleh atom-
atom netral unsur logam yang masih
berada dalam keadaan dasarnya
(Ground state). Sinar yang diserap
biasanya ialah sinar ultra violet dan
sinar tampak. Prinsip Spektrometri
Serapan Atom (SSA) pada dasarnya
sama seperti absorpsi sinar oleh
molekul atau ion senyawa dalam
larutan.
Hukum absorpsi sinar
(Lambert-Beer) yang berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra
violet, sinar tampak maupun infra
merah, juga berlaku pada
Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Perbedaan analisis Spektrometri
Serapan Atom (SSA) dengan
spektrofotometri molekul adalah
peralatan dan bentuk spectrum
absorpsinya:
Setiap alat AAS terdiri atas
tiga komponen yaitu:
1. Unit atomisasi (atomisasi dengan
nyala dan tanpa nyala)
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometri
Sistem Atomisasi dengan nyala
Setiap alat spektrometri atom
akan mencakup dua komponen utama
sistem introduksi sampeldan sumber
(source) atomisasi. Untuk kebanyakan
instrument sumber atomisasi ini
adalah nyata dan sampel
diintroduksikan dalam bentuk larutan.
Sampel masuk ke nyala dalam bentuk
aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan
oleh Nebulizer (pengabut) yang
dihubungkan ke nyala oleh ruang
penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang
telah dipakai bertahun-tahun untuk
spektrometri atom. Namun demikian
yang saat ini menonjol dan diapakai
secara luas untuk pengukuran analitik
adalah udara asetilen dan nitrous
oksida-asetilen. Dengan kedua jenis
nyala ini, kondisi analisis yang sesuai
untuk kebanyakan analit (unsur yang
dianalisis) dapat sintetikan dengan
menggunakan metode-metode emisi,
absorbsi dan juga fluoresensi.
Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan
untuk analisis menggunakan AAS.
Temperature nyalanya yang lebih
rendah mendorong terbentuknya atom
netral dan dengan nyala yang kaya
bahan bakar pembentukan oksida dari
banyak unsur dapat diminimalkan.
Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk
penentuan unsur-unsur yang mudah
membentuk oksida dan sulit terurai.
Hal ini disebabkan temperature nyala
yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-
unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si,
Ti, V dan W.
Sistem Atomisasi tanpa Nyala (dengan
Elektrotermal/tungku)
Sistem nyala api ini lebih
dikenal dengan nama GFAAS.
GFAAS dapat mengatasi kelemahan
dari sistem nyala seperti sensitivitas,
jumlah sampel dan penyiapan sampel.
Ada tiga tahap atomisasi
dengan metode ini yaitu:
1. Tahap pengeringan atau
penguapan larutan
2. Tahap pengabutan atau
penghilangan senyawa-senyawa
organic
3. Tahap atomisasi
Unsur-unsur yang dapat
dianalisis dengan menggunakan
GFAAS adalah sama dengan unsur-
unsur yang dapat dianalisis dengan
GFAAS tungsten: Hf, Nd, Ho, La, Lu
Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr.
Hal ini disebabkan karena unsur
tersebut dapat bereaksi dengan
graphit.
Petunjuk praktis penggunaan
GFAAS:
1. Jangan menggunakan media
klorida, lebih baik gunakan
nitrat
2. Sulfat dan fosfat bagus untuk
pelarutsampel, biasanya
setelah sampel ditempatkan
dalam tungku.
3. Gunakan cara adisi sehingga
bila sampel ada interfensi
dapat terjadi pada sampel dan
standar.
4. Untuk mengubah unsur
metalik menjadi uap atau hasil
disosiasi diperlukan energy
panas. Temperatur harus
benar-benar terkendali dengan
sangat hati-hati agar proses
atomisasinya sempurna.
Ionisasi harus dihindarkan dan
ionisasi ini dapat terjadi
apabila temperatur terlampau
tinggi. Bahan bakar dan
oksidator dimasukkan dalam
kamar pencamput kemudian
dilewatkan melalui baffle
menuju ke pembakar. Hanya
tetesan kecil dapat melalui
baffle. Tetapi kondisi ini
jarang ditemukan, karena
terkadang nyala tersedot balik
ke dalam kamar pencampur
sehingga menghasilkan leda-
kan. Untuk itu biasanya lebih
disukai pembakar dengan
lubang yang sempit dan aliran
gas pembakar serta oksidator
dikendalikan dengan seksama.
5. Dengan gas asetilen dan
oksidator udara bertekanan,
temperature maksimum yang
dapat tercapai adalah 1200
o
C.
untuk temperatur tinggi
biasanya digunakan N:O: =
2:1 karena banyaknya
interfensi dan efek nyala yang
tersedot balik, nyala mulai
kurang digunakan, sebagai
gantinya digunakan proses
atomisasi tanpa nyala,
misalnya suatu perangkat
pemanas listrik. Sampel
sebanyak 1-2 ml diletakkan
pada batang grafit yang
porosnya horizontal atau pada
logam tantalum yang
berbentuk pipa. Pada tungku
grafit temperatur dapat
dikendalikan secara elektris.
Biasanya temperatur
dinaikkan secara bertahap,
untuk menguapkan dan
sekaligus mendisosiasi
senyawa yang dianalisis.
Metode tanpa nyala lebih
disukai dari metode nyala. Bila
ditinjau dari sumber radiasi, metode
tanpa nyala haruslah berasal dari
sumber yang kontinu. Disamping itu
sistem dengan penguraian optis yang
sempurna diperlukan untuk
memperoleh sumber sinar dengan
garis absorpsi yang semonokromatis
mungkin. Seperangkat sumber yang
dapat memberikan garis emisi yang
tajam dari suatu unsur spesifik
tertentu dikenal sebagai lampu pijar
Hollow cathode. Lampu ini memiliki
dua elektroda, satu diantaranya
berbentuk silinder dan terbuat dari
unsur yang sama dengan unsur yang
dianalisis. Lampuini diisi dengan gas
mulia bertekanan rendah, dengan
pemberian tegangan pada arus
tertentu, logam mulai memijar dan
atom-atom logam katodanya akan
teruapkan dengan pemercikkan. Atom
akan tereksitasi kemudian
mengemisikan radiasi pada panjang
gelombang tertentu.
Instrumen dan Alat
Untuk menganalisis sampel,
sampel tersebut harus diatomisasi.
Sampel kemudian harus diterangi oleh
cahaya. Cahaya yang ditransmisikan
kemudian diukur oleh detector
tertentu.
Sebuah sampel cairan
biasanya berubah menjadi gas atom
melalui tiga langkah:
a. Desolvation (pengeringan)
larutan pelarut menguap, dan
sampel kering tetap
b. Penguapan sampel padat
berubah menjadi gas
c. Atomisasi senyawa
berbentuk gas berubah
menjadi atom bebas.
Sumber radiasi yang dipilih
memiliki lebar spectrum sempit
dibandingkan dengan transisi
atom.Lampu katoda Hollow adalah
sumber radiasi yang paling umum
dalam spekstroskopi serapan atom.
Lampu katoda hollow berisi gas argon
atau neon, silinder katoda logam
mengandung logam untuk
mengeksitasi sampel. Ketika tegangan
yang diberikan pada lampu
meningkat, maka ion gas
mendapatkan energy yang cukup
untuk mengeluarkan atom logam dari
katoda. Atom yang tereksitasi akan
kembali ke keadaan dasar dan
mengemisikan cahaya sesuai dengan
frekuensi karakteristik logam.
Bagian-Bagian pada AAS
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan
sumber cahaya pada AAS. Lampu
katoda memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam.
Lampu katoda pada setiap unsur yang
akan diuji berbeda-beda tergantung
unsur yang akan diuji, seperti lampu
katoda Cu, hanya bisa digunakan
untuk pengukuran unsur Cu. Lampu
katoda terbagi menjadi dua macam,
yaitu :
Lampu Katoda Monologam :
Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam :
Digunakan untuk pengukuran
beberapa logam sekaligus, hanya saja
harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu
katoda yang hitam, yang lebih
menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu
katoda pada saat lampu dimasukkan
ke dalam soket pada AAS. Bagian
yang hitam ini merupakan bagian
yang paling menonjol dari ke-empat
besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi
sebagai sumber cahaya untuk
memberikan energi sehingga unsur
logam yang akan diuji, akan mudah
tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar
tidak ada ruang kosong untuk keluar
masuknya gas dari luar dan keluarnya
gas dari dalam, karena bila ada gas
yang keluar dari dalam dapat
menyebabkan keracunan pada
lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu
katoda ialah bila setelah selesai
digunakan, maka lampu dilepas dari
soket pada main unit AAS, dan lampu
diletakkan pada tempat busanya di
dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali.
Sebaiknya setelah selesai
penggunaan, lamanya waktu
pemakaian dicatat.
b. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang
digunakan merupakan tabung gas
yang berisi gas asetilen. Gas asetilen
pada AAS memiliki kisaran suhu
20.000K, dan ada juga tabung gas
yang berisi gas N
2
O yang lebih panas
dari gas asetilen, dengan kisaran suhu
30.000K. Regulator pada tabung gas
asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di
dalam tabung. Spedometer pada
bagian kanan regulator merupakan
pengatur tekanan yang berada di
dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian
bocor atau tidaknya tabung gas
tersebut, yaitu dengan mendekatkan
telinga ke dekat regulator gas dan
diberi sedikit air, untuk pengecekkan.
Bila terdengar suara atau udara, maka
menendakan bahwa tabung gas bocor,
dan ada gas yang keluar. Hal lainnya
yang bisa dilakukan yaitu dengan
memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat
apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas
tersebut positif bocor. Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan
menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas
tersumbat. Gas didalam tabung dapat
keluar karena disebabkan di dalam
tabung pada bagian dasar tabung
berisi aseton yang dapat membuat gas
akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.
c. Ducting
Ducting merupakan bagian
cerobong asap untuk menyedot asap
atau sisa pembakaran pada AAS, yang
langsung dihubungkan pada cerobong
asap bagian luar pada atap bangunan,
agar asap yang dihasilkan oleh AAS,
tidak berbahaya bagi lingkungan
sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada AAS, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting,
agar polusi yang dihasilkan tidak
berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting,
yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas
dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang
lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga
atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat
menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu,
menekan bagian kecil pada ducting
kearah miring, karena bila lurus
secara horizontal, menandakan
ducting tertutup. Ducting berfungsi
untuk menghisap hasil pembakaran
yang terjadi pada AAS, dan
mengeluarkannya melalui cerobong
asap yang terhubung dengan ducting
d. Kompresor
Kompresor merupakan alat
yang terpisah dengan main unit,
karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan
digunakan oleh AAS, pada waktu
pembakaran atom. Kompresor
memiliki 3 tombol pengatur tekanan,
dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo
pada bagian tengah merupakan besar
kecilnya udara yang akan dikeluarkan,
atau berfungsi sebagai pengatur
tekanan, sedangkan tombol yang
kanan merupakantombol pengaturan
untuk mengatur banyak/sedikitnya
udara yang akan disemprotkan ke
burner. Bagian pada belakang
kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai
penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk
menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan
posisi terbuka, dan posisi ke kiri
merupakan posisi tertutup. Uap air
yang dikeluarkan, akan memercik
kencang dan dapat mengakibatkan
lantai sekitar menjadi basah, oleh
karena itu sebaiknya pada saat
menekan ke kanan bagian ini,
sebaiknya ditampung dengan lap, agar
lantai tidak menjadi basah dan uap air
akan terserap ke lap.
e. Burner
Burner merupakan bagian
paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai
tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata,
dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada
lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah
selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol
yang berisi aquabides selama 15
menit, hal ini merupakan proses
pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang
aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan
standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang
yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang
kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang
akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan
terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang
berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah
ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam
memiliki nilai yang berbeda-beda.
Warna api yang dihasilkan berbeda-
beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila
warna api merah, maka menandakan
bahwa terlalu banyaknya gas. Dan
warna api paling biru, merupakan
warna api yang paling baik, dan
paling panas.
f. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan
di dalam drigen dan diletakkan
terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan
yang dibuat melingkar sedemikian
rupa, agar sisa buangan sebelumnya
tidak naik lagi ke atas, karena bila hal
ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat
pengukuran sampel, sehingga kurva
yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen)
ditempatkan pada papan yang juga
dilengkapi dengan lampu indicator.
Bila lampu indicator menyala,
menandakan bahwa alat AAS atau api
pada proses pengatomisasian
menyala, dan sedang berlangsungnya
proses pengato-misasian nyala api.
Selain itu, papan tersebut juga
berfungsi agar tempat atau wadah
buangan tidak tersenggol kaki. Bila
buangan sudah penuh, isi di dalam
wadah jangan dibuat kosong, tetapi
disisakan sedikit, agar tidak kering.
g. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah
satu garis resonansi atau radiasi dari
sekian banyak spectrum yang
dahasilkan oleh lampu piar hollow
cathode atau untuk merubah sinar
polikromatis menjadi sinar
monokromatis sesuai yang
dibutuhkan oleh pengukuran.
Macam-macam monokromator
yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar
tampak, kuarsa untuk daerah UV,
rock salt (kristal garam) untuk daerah
IR dan kisi difraksi.
h. Detector
Dikenal dua macam detector,
yaitu detector foton dan detector
panas. Detector panas biasa dipakai
untuk mengukur radiasi inframerah
termasuk thermocouple dan
bolometer. Detector berfungsi untuk
mengukur intensitas radiasi yang
diteruskan dan telah diubah menjadi
energy listrik oleh fotomultiplier.
Hasil pengukuran detector dilakukan
penguatan dan dicatat oleh alat
pencatat yang berupa printer dan
pengamat angka. Ada dua macam
deterktor sebagai berikut:
- Detector Cahaya atau Detector
Foton
Detector foton bekerja
berdasarkan efek fotolistrik, dalam
halini setiap foton akan membebaskan
elektron (satu foton satu electron) dari
bahan yang sensitif terhadap cahaya.
Bahan foton dapat berupa Si/Ga,
Ga/As, Cs/Na.
- Detector Infra Merah dan
Detector Panas
Detector infra merah yang
lazim adalah termokopel. Efek
termolistrik akan timbul jika dua
logam yang memiliki temperatur
berbeda disambung jadi satu.
Urine
Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis
cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan
urin sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.
Komposisi Urine

Urin terdiri dari air dengan
bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan
dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh
melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam
kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Materi yang terkandung
di dalam urin dapat diketahui melalui
urinalisis. Urea yang dikandung oleh
urin dapat menjadi sumber nitrogen
yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos. Diabetes
adalah suatu penyakit yang dapat
dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung
gula yang tidak akan ditemukan
dalam urin orang yang sehat.

B. Alat dan Bahan
Alat : labu takar 10 mL; pipet volume
5 mL, 10 mL, 50 mL; tabung reaksi,
pipet tetes; gelas kimia; AAS.
Bahan : larutan baku Ca 1000 ppm;
larutan baku Mg 1000 ppm; larutan
baku Zn 1000ppm, sampel urine;
aquades.
C. Metode Penelitian
Pembuatan larutan baku logam
kalsium, Ca 10 mg/L
Pipet 50 mL larutan standar Ca 100
mg/L ke dalam labu ukur 500 mL.
Tepatkan dengan larutan pengencer
sampai tanda tera.
Pembuatan larutan kerja logam
kalsium, Ca
a. Pipet 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4,0 mL
dan 5,0 mL larutan baku kalsium
Ca 10 mg/L masing-masing ke
dalam labu ukur 10 mL.
b. Tambahkan larutan pengencer
sampai tepat tanda tera sehingga
diperoleh konsentrasi logam Ca 1
mg/L 2 mg/L; 3 mg/L; 4,0 mg/L
dan 5,0 mg/L.
Pembuatan larutan kerja logam
Magnesium, Mg
a. Pipet 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL;
0,4 mL; 0,5 mL larutan baku
kalsium Mg 10 mg/L masing-
masing ke dalam labu ukur 10
mL.
b. Tambahkan larutan pengencer
sampai tepat tanda tera sehingga
diperoleh konsentrasi logam Mg
0,1 mg/L; 0, 2 mg/L; 0,3 mg/L;
0,4 mg/L; 0,5 mg/L
Pembuatan larutan kerja logam
Seng, Zn
a. Pipet 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL;
0,8 mL; 1 mL larutan baku
kalsium Mg 10 mg/L masing-
masing ke dalam labu ukur 10
mL.
b. Tambahkan larutan pengencer
sampai tepat tanda tera sehingga
diperoleh konsentrasi logam Mg
0,2 mg/L; 0,4 mg/L; 0,6 mg/L;
0,8 mg/L; 1 mg/L

Preparasi sampel
Kedalam labu volumetrik 100
mL pipet 1 mL sampel urine, encerkan
hingga tanda tera dengan H
2
O.
Diambil 10 ml kemudian di analisis
dengan AAS.
Sampel Spike (Untuk Uji Recovery)
Kedalam 3 labu volumetrik 50
mL pipet 10 mL sampel urine (3x
pengambilan). Kemudian tambahkan
masing-masing 10 ml larutan standar
Ca 0,5 ; 3 ; 10 mg/L. Tepatkan hingga
tanda tera dengan H
2
O.
Kedalam 3 labu volumetrik 50
mL pipet 10 mL sampel urine (3x
pengambilan). Kemudian tambahkan
masing-masing 10 ml larutan standar
Mg 0,5 ; 3 ; 10 mg/L. Tepatkan hingga
tanda tera dengan dH
2
O.
Kedalam 3 labu volumetrik 50 mL
pipet 10 mL sampel urine (3x
pengambilan). Kemudian tambahkan
masing-masing 10 ml larutan standar Zn
0,5 ; 3 ; 10 mg/L. Tepatkan hingga tanda
tera dengan dH
2
O.
Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi
a. Optimalkan alat AAS sesuai petunjuk penggunaan alat.
b. Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang untuk Ca
422,7 nm ; Mg 285,2 nm ; Zn 213,9 nm
c. Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
d. Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah di persiapkan.
D. Hasil dan Pembahasan
a. Penentuan Kadar Ca
Tabel Larutan Kerja Ca =422,7 nm
No. Konsentrasi(ppm) Absorbansi
1. 1 0,007
2. 2 0,012
3. 3 0,016
4. 4 0,020
5. 5 0,025
6.
Sampel urine
(pengenceran
100x)
0,023

Larutan spike
No. Konsentrasi Absorbansi
1. 10 ml Sampel + 0,5 ppm Ca 0,181
2. 10 ml Sampel + 3 ppm Ca 0,141
3. 10 ml Sampel + 10 ppm Ca 0,128

a. Penentuan Kadar Mg
Tabel Larutan Kerja Mg =285,2 nm
No. Konsentrasi(ppm) Absorbansi
1. 0,1 0,075
2. 0,2 0,135
3. 0,3 0,187
4. 0,4 0,234
5. 0,5 0,283
6.
Sampel urine
(pengenceran
100x)
0,092

Larutan spike
No. Konsentrasi Absorbansi
1.
10 ml Sampel + 0,5 ppm Mg
(diencerkan 10x)
0,153
2.
10 ml Sampel + 3 ppm Mg
(diencerkan 10x)
0,178
3.
10 ml Sampel + 10 ppm Mg
(diencerkan 10x)
0,271
y = 0.0784x + 0.0178
R = 0.9915
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0 1 2 3 4 5 6
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Konsentrasi Ca

Kurva Kalibrasi Konsentrasi Ca

VS
Absorbansi

b. Penentuan Kadar Zn
Tabel Larutan Kerja Zn =213,9 nm
No. Konsentrasi(ppm) Absorbansi
1. 0,2 0,075
2. 0,4 0,135
3. 0,6 0,187
4. 0,8 0,234
5. 1 0,283
6.
Sampel urine
(pengenceran 100x)
0,157

Larutan spike
No. Konsentrasi Absorbansi
1.
10 ml Sampel + 0,5 ppm Zn
(pengenceran 10x)
0,038
2.
10 ml Sampel + 3 ppm Zn
(pengenceran 10x)
0,081
3.
10 ml Sampel + 10 ppm Zn
(pengenceran 10x)
0,208
y = 0.5554x + 0.0135
R = 0.9918
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0 0.2 0.4 0.6
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Konsentrasi Mg
Kurva Kalibrasi Konsentrasi Mg Vs
Absorbansi
Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Mg Vs
Absorbansi
Linear (Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Mg Vs
Absorbansi)

c. Perhitungan
1. Kadar Ca
Diperoleh harga absorbansi sampel sebesar 0,084, sehingga diperoleh kadar Ca
dalam sampel secara perhitungan :
y = 0,078 x + 0,017
R
2
= 0,991
0,084 = 0,078 x + 0,017
x = 0,8589 mg/L
kadar Ca dalam sampel urine = 0,8589 x 100 (fp)
= 85,89 mg/L

dalam 100 ml = 8,589 mg/L
= 0,08589 mg dalam 10 ml
- Penambahan 0,5 ppm
Sampel 0,08589
mg
Larutan standar Ca 5 mg/L
10 ml 10 ml
0,08589 0,005 0,09089
y = 0,078 x + 0,017
0,128 = 0,078 x + 0,017
x = 1,4230 mg/50 ml

y = 0.2049x + 0.0026
R = 0.9894
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Kurva Kalibrasi Konsentrasi Zn Vs
Absorbansi
dalam 1 liter = 0,07115 mg
recovery Ca =

x 100% = 72,60%
- Penambahan 3 ppm
Sampel 0,08589
mg
Larutan standar Ca 3 mg/L
10 ml 10 ml
0,08589 0,03 0,11589
y = 0,078 x + 0,017
0,141 = 0,078 x + 0,017
x = 1,5897 mg/50 ml
dalam 1 liter = 0,0794 mg
recovery Ca =

x 100% = 69,04 %
- Penambahan 10 ppm
Sampel 0,08589 mg Larutan standar Ca 10 mg/L
10 ml 10 ml
0,08589 0,1 0,18589
y = 0,078 x + 0,017
0,181 = 0,078 x + 0,017
x = 2,1025 mg/50 ml
dalam 1 liter = 0,1051 mg
recovery Ca =

x 100% = 56,82 %
2. Kadar Mg
Diperoleh harga absorbansi sampel sebesar 0,092, sehingga diperoleh kadar Mg
dalam sampel secara perhitungan :
y = 0,555 x + 0,013
0,092 = 0,555 x + 0,013
x = 0,1423 mg/L
Kadar Mg dalam sampel urine = 0,1423 mg/L x 100 (fp)
= 14,23 mg/L
dalam 100 ml = 1,423 mg/L
= 0,1423 mg dalam 10 ml
- Penambahan 0,5 ppm
Sampel 0,1423 mg Larutan standar Mg 0,5 mg/L
10 ml 10 ml
0,1423 0,005 0,1473

y = 0,555 x + 0,013
0,153 = 0,555 x + 0,013
x = 0,2522 mg/50 ml x 10 (fp)
dalam 1 liter = 0,126 mg
recovery Mg =

x 100% = 85,62 %
- Penambahan 3 ppm
Sampel 0,1423 mg Larutan standar Mg 3 mg/L
10 ml 10 ml
0,1423 0,03 0,1723

y = 0,555 x + 0,013
0,178 = 0,555 x + 0,013
x = 0,2972 mg/50 ml x 10 (10)
dalam 1 liter = 0,1486 mg
recovery Mg =

x 100% = 86,27 %
- Penambahan 10 ppm
Sampel 0,1423 mg Larutan standar Mg 10 mg/L
10 ml 10 ml
0,1423 0,1 0,2423

y = 0,555 x + 0,013
0,271 = 0,555 x + 0,013
x = 0,4648 mg/50 ml x 10 (fp)
dalam 1 liter = 0,2324 mg
recovery Mg =

x 100% = 95,92 %

3. Kadar Zn
Diperoleh harga absorbansi sampel sebesar 0,157, sehingga diperoleh kadar Zn
dalam sampel secara perhitungan :
y = 0,2004 x + 0,002
0,157 = 0,2004 x + 0,002
x = 0,7734 mg/L
Kadar Zn dalam sampel urine = 0,7734 mg/L x 100 (fp)
= 77,34 mg/L
dalam 100 ml = 7,734 mg/L
= 0,7734 mg dalam 10 ml
- Penambahan 0,5 ppm
Sampel 0,7734 mg Larutan standar Zn 0,5
mg/L

10 ml 10 ml
0,7734 0,005 0,7784

y = 0,2004 x + 0,002
0,038 = 0,2004 x + 0,002
x = 0,1796 mg/50 ml x 10(fp)
dalam 1 liter = 0,0898 mg
recovery Zn =

x 100% = 11,66 %
- Penambahan 3 ppm
Sampel 0,7734 mg Larutan standar Zn 3 mg/L
10 ml 10 ml
0,7734 0,03 0,8034

y = 0,2004 x + 0,002
0,081 = 0,2004 x + 0,002
x = 0,3942 mg/50 ml x 10 (fp)
dalam 1 liter = 0,1971 mg
recovery Zn =

x 100% = 24,53 %
- Penambahan 10 ppm
Sampel 0,7734mg Larutan standar Zn 10 mg/L
10 ml 10 ml
0,7734 0,1 0,8734

y = 0,2004 x + 0,002
0,208 = 0,2004 x + 0,002
x = 1,027 mg/50 ml x 10 (fp)
dalam 1 liter = 0,5135 mg
recovery Zn =

x 100% = 58,79 %
Pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar Ca, Mg, dan
Zn pada sampel. Sampel yang
digunakan adalah urine segar.
Sebelum mengukur kadar Ca, Mg, dan
Zn terlebih dulu mengukur larutan
standar Ca, Mg, Zn dan mengukur
sampel spike. Setelah itu mengukur
sampel urin.
Kalsium dan magnesium
merupakan mineral yang berkaitan
dengan keseluruhan aktivitas hidup
manusia dan gangguan yang mungkin
terjadi bila kekurangan zat ini. Ion
kalsium ternyata memainkan peran
penting, bahkan sejak awal kehidupan
manusia. Kalsium dalam bentuknya
sebagai garam kalsium berfungsi
sebagai pengeras tulang agar kerangka
tubuh mampu menyokong keselu-
ruhan badan berdiri tegak. Bila tulang
kekurangan kalsium, disebut sebagai
osteoporosis, maka akan terjadi tulang
mudah retak atau patah. Dalam
kondisi yang serius,bahkan tulang bisa
retak walau dalam kondisi aktivitas
badan yang normal (anonim, 2012).
Kadar Ca pada sampel dengan
pengukuran pada panjang gelombang
422,7 nm mempunyai kadar 85,89
mg/L. Recovery yang diperoleh pada
spike 0,5 mg/L , 3 mg/L, 10 mg/L
berturut-turut yaitu 85,89 % ; 72,60%
; 69,04%. Sedangkan kadar Mg
dengan panjang gelombang 285,2 nm
menghasilkan kadar 14,23 mg/L .
Recovery yang diperoleh pada spike
0,5 mg/L , 3 mg/L, 10 mg/L berturut-
turut yaitu 85,62% ; 86,27% ; 95,92%.
Kadar Zn dengan pengukuran pada
panjang gelombang 213,9 nm
memberikan hasil 77,34 mg/L.
Recovery yang diperoleh pada spike
0,5 mg/L , 3 mg/L, 10 mg/L berturut-
turut yaitu11,66 %; 24,53% ; 58,79%.
Dari percobaan, didapatkan
bahwa sampel (urine) lebih banyak
mengandung Ca (kalsium) daripada 2
logam lainnya, yakni Mg
(magnesium) dan Zn (zink).

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penentuan kadar kalsium,
magnesium, dan zink dapat
ditentukan dengan menggunakan
metode Atomic Absorption
Spectrofotometry (AAS)
2. Kadar Kalsium (Ca) dalam urine
diperoleh 85,89 mg/L
3. Kadar Magnesium (Mg) dalam
urine diperoleh 14,23 mg/L
4. Kadar Zink (Zn) dalam urine
77,34 mg/L.

Daftar Pustaka
Anonim, 2012. Urine.
http://id.wikipedia.org/wiki/Urine
diakses pada tanggal 28 Juni 2012
Anonim. 2012. Kalsium. Disadur dari
www.scribd.com yang diposting
tanggal 26 Juni 2012
Analytical Methods for Atomic
Absorption Spectroscopy.1996.
COOKBOOK.DOC, 9/10/96 1:41
PM. United States of America :
The Perkin-Elmer Corporation.
Gunawan, D, dkk. 2009. Petunjuk
Operasi AAS Analyse 100. Lab.
Kimia Instrumen UNNES

Você também pode gostar